Anda di halaman 1dari 5

TUGAS STUDI KEISLAMAN

Nama : Mardotila

NIM : 2130502126

Kelas : 2152E

Dosen Pengampu : Dr. Abdul Razzaq, MA

SUMBER SUMBER HUKUM DALAM ISLAM

Sumber hukum Islam dapat dibagi menjadi dua bagian yakni sumber hukum Islam
materil yakni sumber hukum yang bentuk hukum dalam sebuah negara dan sumber hukum
formil yaitu sumber isi hukum yang menentukan corak isi hukum. Sumber hukum formil inilah
yang kemudian disebut sebagai mashadir al-ahkam, sementara aladillah asy-syar‟iyyah
merupakan sumber hukum materil. Istilah mashadir al-ahkam sendiri tidak dikenal dalam
catatancatatan para ahli hukum masa klasik. Karena pada umumnya para ahli hukum klasik
menggunakan istilah al-adillah asy-syar‟iyyah. Secara umum kedua istilah ini memiliki
mengertian yang berbeda antara satu sama lain. Mashadir berarti sumber, yakni wadah yang
darinya digali norma-norma hukum tertentu, sedangkan al-adillah berarti dalil, yakni petunjuk
yang akan membawa kepada hukum tertentu.

Membicarakan perkatagorian untuk sumber hukum Islam, maka akan banyak spekulasi
pambagian. Ada yang mengatakan empat (Alquran,Hadis, Ijmak dan qiyas), ada pula yang
mengatakan hanya tiga (tanpa mengikutkan qiyas). Namun yang pasti dan diakui untuk semua
kalangan adalah dua yakni Alquran dan Hadis. Sedangkan untuk dua lainnya, masih menjadi
perdebatan dan memerlukan kajian yang lebih dalam.

1. Al-Qur’an

Sumber hukum islam yang paling dasar adalah Al Qur’an. Sebagai kitab suci umat muslim,
tentu saja Al Qur’an sebagai tiang dan penegak. DImana Al Qur’an pesan langsung Dari Allah
SWT yang diturunkan lewat Malaikat Jibril. Kemudian Jibril menyampaikan langsung kepada
Nabi Muhammad. Muatan Al Qur’an berisi tentang anjuran, ketentuan, larangan, perintah,
hikmah dan masih banyak lagi. Bahkan, di dalam Al Quran juga disampaikan bagaimana
masyarakat yang berakhlak, dan bagaimana seharusnya manusia yang berakhlak.

firman Allah QS. An Nisa ayat 59 yang berbunyi,

‫الرسُو ِل ِإ أن كُ أنت ُ أم‬ ِ َّ ‫يء ف َُردُّوهُ ِإ َلى‬


َّ ‫ّللا َو‬ ‫الرسُو َل َوأُولِي أاْل َ أم ِر مِ أنكُ أم ۖ فَإِ أن تَنَازَ أعت ُ أم فِي َش أ‬
َّ ‫ّللا َوأَطِيعُوا‬
َ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا أَطِ يعُوا‬
‫يل‬ ً ‫اّلل َو أال َي أو ِم أاْلخِ ِر ۚ َٰذَلِكَ َخيأر َوأَحأ َسنُ تَأأ ِو‬
ِ َّ ‫تُؤأ مِ نُونَ ِب‬

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),
dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya."

2. Hadits

Hadits bukanlah teks suci sebagaimana Al-Quran. Namun, hadits selalu menjadi
rujukan kedua setelah Al-Quran dan menempati posisi penting dalam kajian keislaman.
Mengingat penulisan hadits yang dilakukan ratusan tahun setelah nabi Muhammad SAW
wafat, maka banyak terjadi silang pendapat terhadap keabsahan sebuah hadits. sehingga hal
tersebut memunculkan sebagian kelompok meragukan dan mengingkari akan kebenaran hadits
sebagai sumber hukum. Dengan kata lain, hadis Nabi dapat menambah hukum yang ada dalam
Alquran. Ia mengatakan bahwa wujud perintah yang ada, baik dan alquran maupun hadis,
adalah berpangkal dari sumber yang sama, meskipun melalui jalur yang berbeda. Hadis juga
merupakan pesan, nasihat, perilaku atau perkatan Rasulullah SAW. segala sabda, perbuatan,
persetujuan dan ketetapan dari Rasulullah SAW, akan dijadikan sebagai ketetapan hukum
islam. Hadits mengandung aturan-aturan yang terperinci dan segala aturan secara umum.
Muatan hadits masih penjelasan dari Al-Qur’an. Perluasan atau makna di dalam masyarakat
umum, hadits yang mengalami perluasan makna lebih akrab disebut dengan sunnah.

Dalam suarah QS. Al-Hasyr ayat 7:

ِ ‫ّللا َش ِد أيدُ أال ِعقَا‬


‫ب‬ َ ٰ ‫ع أنهُ فَا أنتَ ُه أو ۚا َواتَّقُوا‬
َ ٰ َّ‫ّللا ۗاِن‬ َّ ‫َو َما َٰا َٰتىكُ ُم‬
َ ‫الرس أُو ُل فَ ُخذُ أوهُ َو َما نَهَٰ ىكُ أم‬
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya."

Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam,
maka secara otomatis harus percaya bahwa Hadits juga merupakan sumber hukum Islam. Bagi
mereka yang menolak kebenaran Hadits sebagai sumber hukum Islam, bukan saja memperoleh
dosa, tetapai juga murtad hukumnya.

3. Ijma’

Mungkin ada yang asing dengan sumber hukum islam yang ketiga, iaitu ijma’. Ijma’
dibentuk berdasarkan pada kesepakatan seluruh ulama mujtahid. Ulama yang di maksud di sini
adalah ulama setelah sepeninggalan Rasulullah SAW. Kesepakatan dari para ulama, Ijma’ tetap
dapat dipertanggungjawabkan di masa sahabat, tabiin dan tabi’ut tabiin. Kesepakatan para
ulama ini dibuat karena penyebaran Islam sudah semakin meluas tersebar kesegala penjuru.
Tersebarnya ajaran islam inilah pasti ada perbedaan antara penyebar satu dengan yang lainnya.
nah, kehadiran ijma’ diharapkan menjadi pemersatu perbedaan yang ada.

Dalam QS. An Nisa (4) ayat 59

‫الرس أُو ِل ا أِن كُ أنت ُ أم‬ ِ ٰ ‫يء ف َُرد أُّوهُ اِ َلى‬


َّ ‫ّللا َو‬ ‫ي َش أ‬ َ ‫الرس أُو َل َواُولِى أ‬
‫اْل أم ِر مِ أنكُ ۚ أم فَا أِن تَنَازَ أعت ُ أم فِ أ‬ َ ٰ ‫َٰياَيُّ َها الَّ ِذيأنَ َٰا َمن أُوا اَطِ أيعُوا‬
َّ ‫ّللا َواَطِ أيعُوا‬
‫اْلخِ ۗ ِر َٰذلِكَ َخيأر َّواَحأ َسنُ تَأأ ِوي ًأل‬
َٰ ‫اّلل َو أاليَ أو ِم أ‬
ِ ٰ ‫تُؤأ مِ ن أُونَ ِب‬

” Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri diantara
kamu”.

Perintah mentaati ulil amri sesudah mentaati Allah dan Rasul berarti untuk mematuhi ijma,
karena ulil amri berarti orang yang mengurus kehidupan umat, baik dalam urusan dunia
maupun urusan agama, dalam hal ini adalah ulama. Kepatuhan akan ulama salah satunya adalah
bila mereka sepakat tentang sesuatu hukum dan inilah yang disebut ijma. Firman Allh Swt
diperkuat oleh Hadits Riwayat Tirmidzi, Daud dan Ahmad Bin Hambal (Abi Isa Ibn
Muhamad Ibn Surah Ibn Musa At Tirmidzi, ) Ummati la tajtami’u ’alal khata’ (Umatku tidak
akan melakukan kesepakatan yang salah). Ummati la tajtami’u ’aladholalah (Umatku tidak
akan melakukan kesepakatan terhadap sesuatu kesesatan).

4. Qiyas
Qiyas sepertinya tidak banyak orang yang tahu. Sekalipun ada yang tahu, masih ada
perbedaan keyakinan, bahwa qiyas ini tidak termasuk dalam sumber hukum islam. Meskipun
demikian, para ulama sudah sepakat Qiyas sebagai sumber hukum islam. Qiyas adalah sumber
hukum yang menjadi penengah apabila ada suatu permasalahan. Apabila ditemukan
permasalahan yang tidak ditemukan solusi di Al-Quran, Hadits, Ijma’ maka dapat ditemukan
dalam qiyas. Qiyas adalah menjelaskan sesuatu yang tidak disebutkan dalam tiga hal tadi (Al-
quran, hadits dan Ijma’) dengan cara membandingkan atau menganalogikan menggunakan
nalar dan logika. Qiyas berarti mempertemukan sesuatu yang tidak ada nas hukumnya dengan
hal lain yang ada nas hukumnya karena ada persamaan „illat hukum. Dengan demikian, qiyas
merupakan penerapan hukum analogis terhadap hukum sesuatu yang serupa karena prinsip
persamaan „illat akan melahirkan hukum yang sama pula. Oleh karenanya, sebagaimana yang
diungkapkan Abu Zahrah, asas qiyas adalah menghubungkan dua masalah secara analogis
berdasarkan persamaan sebab dan sifat yang membentuknya. Apabila pendekatan analogis itu
menemukan titik persamaan antara sebab-sebab dan sifat-sifat antara dua masalah tersebut,
maka konsekuensinya harus sama pula hukum yang ditetapkan. Qiyas merupakan salah satu
medote istinbāṭ yang dapat dipertanggungjawabkan karena ia melalui penalaran yang
disandarkan kepada nas. Ada beberapa ayat Al-Qur‟an yang dijadikan landasan bagi
berlakunya qiyas didalam menggali hukum, di antaranya:

Dalam surah (Q.S An-Nisa‟ (4): 59)

‫الرس أُو ِل ا أِن كُ أنت ُ أم‬ ِ ٰ ‫يء ف َُرد أُّوهُ اِلَى‬


َّ ‫ّللا َو‬ ‫ي َش أ‬ ‫الرس أُو َل َواُولِى أاْلَ أم ِر مِ أنكُ ۚ أم فَا أِن تَنَازَ أعت ُ أم فِ أ‬ َ ٰ ‫َٰياَيُّ َها الَّ ِذيأنَ َٰا َمن أُوا اَطِ أيعُوا‬
َّ ‫ّللا َواَطِ أيعُوا‬
‫اْلخِ ۗ ِر َٰذلِكَ َخيأر َّواَحأ َسنُ تَأأ ِوي ًأل‬
َٰ ‫اّلل َو أاليَ أو ِم أ‬
ِ ٰ ِ‫ࣖ تُؤأ مِ ن أُونَ ب‬

59. “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan
Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.”Ayat di atas menjadi dasar hukum qiyas, sebab maksud dari ungkapan
“kembali kepada Allah dan Rasul” (dalam masalah khilafiah), tiada lain adalah perintah supaya
menyelidiki tanda-tanda kecenderungan apa sesungguhnya yang dikehendaki Allah dan Rasul-
Nya. Hal ini dapat diperoleh melalui pencarian illat hukum yang merupakan tahapan dalam
melakukan qiyas.
Keempat sumber hukum islam di atas menunjukkan bahwa hukum islam tidak sekedar
hukum biasa. Karena dasarnya mengacu pada 4 hal yang sangat fundamental. Sumber hukum
dalam Islam sangat penting, karena ia merupakan sumber utama dalam menentukan sebuah
hukum yang melandasi kehidupan seorang muslim. Perbedaan cara pandang tentang akal
menjadikan perbedaan pendapat dikalangan jumhur fuqaha

Anda mungkin juga menyukai