Anda di halaman 1dari 9

NAMA : MAITEN PURNAMA SARI

NIM : 19112241

MK : KWU

TUGAS 2

1. Biografi Bob Sadino

Beliau bernama lengkap Bob Sadino. Lahir di Lampung, tanggal 9 Maret 1933, wafat


pada tanggal 19 Januari 2015. Beliau akrab dipanggil dengan sebutan ‘om Bob’. Ia adalah
seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah
pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering
terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob
Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima
bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi
seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup
mapan.

Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam


perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia
bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di
Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.

Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes
miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang,
Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di
Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk
bekerja secara mandiri.

Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan
mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia
mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah.Karena tak punya uang
untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya
Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.

Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang
dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob
memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang
untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.

Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor.
Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang
asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang,
Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.

Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun
mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada
diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut
perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil
sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.

Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya


holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia.
Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.Bob percaya bahwa
setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak
semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu.
Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.

Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu
baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia
lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia
tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.

Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke


lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob
berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil
dan profesional. Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak
serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.

Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan
pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan
pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia
selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.Bob menempatkan perusahaannya seperti
sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang
utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.

 Seorang Anak Guru

Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan
terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari
lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi
guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.

Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual
untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi,
masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri
sopirnya.Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita
kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan
sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan.

Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris
di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga.
Saya yang harus mencari nafkah.”Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50
ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil
menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik.

Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung”
shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per
bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan,
dan 100 ton sayuran segar.

 Meninggal Dunia

Setelah sempat dirawat selama dua bulan, pengusaha nyentrik Bob Sadino akhirnya
menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta pada hari Senin,
tanggal 19 januari 2015 setelah berjuang dengan penyakitnya yaitu infeksi saluran pernafasan
kronis.Bob Sadino dikatakan sudah tak sadar dalam 2-3 minggu. Penyakitnya terkait dengan
usianya yang sudah lanjut serta kondisinya yang makin menurun setelah istrinya meninggal
dunia pada Juli 2014.
2. Ferry Unardi Traveloka 

Dibanding disebut sebagai entrepreneur, Ferry Unardi lebih senang disebut sebagai
Engineer. Ferry sudah menyukai dunia teknik informatika sejak remaja, dan pernah bekerja di
Microsoft selama beberapa tahun.Segalanya berawal dari frustrasi yang dirasakannya ketika
memesan tiket pesawat dari Boston ke Ke Seattle dan ke Padang. Ferry mengalami kesulitan
membooking tiket pesawat karena harus memperkirakan rutenya.

Di saat itulah, ide untuk mendirikan Traveloka tercetus. Barangkali bisa dikatakan bahwa
Ferry Unardi adalah Mark Zuckerberg-nya Indonesia. Bgaaimana tidaak? Ia sempat menghetikan
kuliahnya di Harvard demi membangun usahanya.Namun Ferry percaya dengan keputusannya.
Dari tim kecil, Traveloka menjelma menjadi perusahaan yang berhasil mendapat kucuran dana
dari East Ventures dan menjadi salah satu e-commerce travel yang terkemuka di Indonesia dan
bahkan Asia Tenggara.
3. Ni Luh Ary Pertami Djelantik 

Ada Ni Luh Ary Pertami Djelantik


yang usaha sepatunya sudah
mendunia. Perempuan asal Bali satu ini
telah memiliki nama di
industri fashion dunia.Label Niluh
Djelantik yang dia ciptakan sejak tahun 2003 kini sudah populer di mana-mana. Ide bisnis Niluh
berawal dari kecintaannya kepada sepatu dan siapa sangka, kecintaannya pada sepatu ini
mengantarkannya menjadi pengusaha sukses.

Awalnya Niluh bekerja sama dengan seorang teman untuk menggarap label Djelantik.
Niluh bertugas mendesain dan memproduksi sepatu, sementara rekannya tersebut bertugas
memasarkan. Pertama kali dirilis, ternyata sepatu Djelantik langsung laris di Eropa.Akan tetapi
merk Djelantik sering mendapat masalah saat rekan bisnis dari luar negeri mematenkan merk
Nilou. Meski begitu, Niluh tidak patah semangat. Tahun 2008, Djelantik kembali ke pasaran
dengan nama baru Niluh Djelantik dan sukses hingga sekarang.

Kisah kelima pengusaha-pengusaha tadi bisa menjadi inspirasi kamu untuk


berbisnis online. Ide bisnis bisa bermula dari mana saja, mulai dari hobi hingga ide iseng yang
tiba-tiba muncul begitu saja.Asal kamu tak kenal lelah berusaha dan membaca arah pasar, kamu
pasti bisa membuat usahamu lebih maju!.

4. Hendy Setiono
Kebab Baba Rafi didirikan sejak tahun 2007 dan berpusat di Jakarta, dengan jumlah
outlet yang semula hanya 2 kini telah berkembang mencapai 1.200 outlet di seluruh dunia.Hendy
Setiono, pria asal Surabaya tersebut memperoleh ide kuliner ala timur tengah ini saat tengah
berkunjung ke Qatar. Dia melihat banyaknya kedai kebab disana, dan berpikir bahwa kuliner
tersebut memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia.

Untuk merealisasikannya, dia bekerja sama dengan Hasan Baraja untuk mengembangkan
usaha kuliner itu dengan modal awal sebesar Rp4.000.000 saja,Setelah berjalan selama 14 tahun,
kini Baba Rafi sudah mengembangkan sayapnya hingga ke luar negeri, seperti Malaysia,
Filipina, China, dan Sri Lanka. Hendy mengungkapkan bahwa dia masih ingin memperluas
usahanya ke berbagai negara lainnya di seluruh dunia.

Perkembangan Kebab Baba Rafi tidak berhenti sampai disitu, terbukti dari terbentuknya
perluasan bisnis Hendy Setiono, yaitu Babarafi-online.com.Babarafi-online.com merupakan
bagian dari PT Baba Rafi Indonesia yang bergumul dalam bisnis Kebab Turki Baba Rafi.

Dengan perluasan ini, kini muncul peluang bisnis waralaba Baba Rafi yang terbuka bagi
para calon pebisnis yang ingin memulai usahanya.Dengan demikian, Hendy Setiono sudah
menjadi salah satu pelopor waralaba asal Indonesia yang sukses mendunia.

5. Jason Lamuda 
Menjadi seorang pebisnis di bidang digital, sejumlah tantangan besar akan selalu
menghampiri setiap saat.Berbagai kendala sangat mungkin dialami oleh para pebisnis startup,
terutama mereka yang memiliki tingkat persaingan yang sangat tinggi.Hal serupa juga dialami
oleh Jason Lamuda, yang sukses menjalankan bisnisnya hingga dapat bertahan dan berkembang
dengan pesat seperti sekarang ini.Jason Lamuda, Pria yang menyelesaikan gelar master di
Columbia University untuk jurusan Financial Engineering ini, justru mengawali karirnya di
McKinsey & Company sejak bulan Agustus 2008.

Bekerja sebagai Business Analyst selama 2 tahun, Jason akhirnya keluar dari McKinsey


& Company dan memutuskan untuk memulai bisnisnya di bidang digital.
Jason menunjukkan kepiawaiannya dalam membangun sebuah bisnis digital dengan mendirikan
Berrybenka dan meniti kesuksesannya di dunia bisnis. Tidak perlu waktu yang lama, Berrybenka
berkembang dengan sangat pesat dan mengalami pertumbuhan bisnis yang luar biasa.

Jason kemudian memperluas jangkauan pasar Berrybenka dengan cara menyediakan


beragam kategori produk yang lebih variatif, seperti: make-up, kecantikan, dan bahkan
beberapa apparel olahraga.
Hal ini tentu akan menjadi sebuah nilai jual Berrybenka di tengah-tengah ketatnya persaingan di
antara bisnis online yang berkembang di Indonesia.Jason Lamuda mengungkapkan bahwa
dirinya akan terus memperluas sektor bisnis Berrybenka, dan mengincar sektor fashion pria
untuk pengembangan ke depannya.

Kesimpulan
Kewirausahaan sangat diperlukan karena setiap petani memiliki potensi untuk
mengembangkan diri disampinng itu setiap petani juga mempunyai kebutuhan yang selalu
meningkat, untuk itu setiap petani akan berusaha memenuhinya secepat mungkin. Semakin cepat
keinginan pemenuhan kebutuhan tersebut semakin tinggi semangat kewirausahaan yang
dibutuhkan. Motivasi, keberanian mengambil resiko, inovasi dan kompetensi manajerial
merupakan factor yang membentuk kewirausahaan.

1. BOB SADINO

Beliau bernama lengkap Bob Sadino. Lahir di Lampung, tanggal 9 Maret 1933, wafat


pada tanggal 19 Januari 2015 Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan
adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun
sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak
parah.Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang
batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup
yang dialaminya.

2. Ferry Unardi Traveloka 

Dibanding disebut sebagai entrepreneur, Ferry Unardi lebih senang disebut sebagai
Engineer. Ferry sudah menyukai dunia teknik informatika sejak remaja, dan pernah bekerja di
Microsoft selama beberapa tahun.Segalanya berawal dari frustrasi yang dirasakannya ketika
memesan tiket pesawat dari Boston ke Ke Seattle dan ke Padang. Ferry mengalami kesulitan
membooking tiket pesawat karena harus memperkirakan rutenya.

3. Ni Luh Ary Pertami Djelantik 

Ada Ni Luh Ary Pertami Djelantik yang usaha sepatunya sudah mendunia. Perempuan
asal Bali satu ini telah memiliki nama di industri fashion dunia.Label Niluh Djelantik yang dia
ciptakan sejak tahun 2003 kini sudah populer di mana-mana. Ide bisnis Niluh berawal dari
kecintaannya kepada sepatu dan siapa sangka, kecintaannya pada sepatu ini mengantarkannya
menjadi pengusaha sukses

4. Hendy Setiono
Kebab Baba Rafi didirikan sejak tahun 2007 dan berpusat di Jakarta, dengan jumlah
outlet yang semula hanya 2 kini telah berkembang mencapai 1.200 outlet di seluruh dunia.Hendy
Setiono, pria asal Surabaya tersebut memperoleh ide kuliner ala timur tengah ini saat tengah
berkunjung ke Qatar. Dia melihat banyaknya kedai kebab disana, dan berpikir bahwa kuliner
tersebut memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia.

5. Jason Lamuda 

Menjadi seorang pebisnis di bidang digital, sejumlah tantangan besar akan selalu
menghampiri setiap saat.Berbagai kendala sangat mungkin dialami oleh para pebisnis startup,
terutama mereka yang memiliki tingkat persaingan yang sangat tinggi.Hal serupa juga dialami
oleh Jason Lamuda, yang sukses menjalankan bisnisnya hingga dapat bertahan dan berkembang
dengan pesat seperti sekarang ini

Anda mungkin juga menyukai