Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHLUAN

Dasar Negara republic Indonesia adalah pancasila yang terdapat dalam pembukaan UUD
1945 dan secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945, kemudia diundang
dalam berita republic Indonesia tahun II no. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD
1945. Dalam sejarahnya, eksistensi pancasila sebagai dasar filsafat Negara republic Indonesia
mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan
penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung dibalik legitimasi ideology
Negara pancasila. Dengan lain perkataan, dalam kedudukan yang seperti ini pancasila tidak
lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan Negara Indonesia
melainkan direduksi, dibatasi , dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat
itu. Dalam kondisi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang sedang dilanda oleh arus
krisis dan disentregrasi maka pancasila tidak terhindar dari berbagai macam gugatan,
sinisme, serta pelecehan terhadap kredibilitas dirinya sebagai dasar Negara ataupun ideology,
namun demikian perlusegera kita sadari bahwa tanpa satupun platform dalam format dasar
Negara atau ideology maka suatu bangsa mustahil akan dapat survive dalam menghadapi
berbagai tantangan dan ancaman.

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas gerakan reformasi berupaya untuk


mengembalikan kedudukan dan fungsi pancasila yaitu sebagai dasar Negara republic
Indonesia. Yang hal ini direalisasikan melalui ketetapan siding istimew MPR No.
XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan pancasila sebgai
satu satunya asas bagi orsospol di Indonesia. Ketetapan tersebut sekligus juga mencabut
mandate MPR yang diberikan kepada presiden atas kewenangan untuk membudayakan
pancasila melalui P-4 dan asas tunggal pancasila. Monopoli pancasila demi kepentingan
kekuasaan oleh penguasa inilah yang harus segera diakhiri, kemudia dunia pendidikan tinggi
memiliki tugas untuk mengkasi dan memberikan pengetahuan kepada semua mahasiswa
untuk benar benar mampu memahmi pancasila secara ilmiah dan obyektif.

Dampak yang cukup serius atas manipulasi pancasila oleh para penguasa pada masa
lampau, dewasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat beranggapan
bahwa pancasila merupakan label politik orde baru. Sehingga mengembangkan serta
mengkaji pancasila dianggap mengembalikan kewibawaan orde baru. Pandangan sinis serta
upaya melemahkan ideology pancasila berkibat fatal yaitu melemahkan kepercayaan rakyat
yang akhirnya mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Contoh kekacauan di aceh,
Kalimantan, Sulawesi,ambon,papua, dll.

II. PEMBAHASAN
A. Pengertia pancasila
Kedudukan dan fungsi pancasila jika dikaji secara ilmiah memiliki pengertian
yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, pandangan hidup bangsa,
ideology Negara dan sebagai kepribadia bangsa bahkan dalam proses terjadinya,
terdapat berbagai macam terminology yang harus di dekripsikan secara obyektif. Oleh
karena itu untuk memahami pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusnnya
maupun peristilahanya maka pengertian pancasila meliputi:

1. Pengertian pancasila secara etimilogis


Pancasila berasal dari bahasa sansekerta dari india, menurut Muhammad
yamin dalam bahasa sansekerta kata pancasila memiliki dua macam arti secara
leksikal,yaitu: panca artinya lima, syla artinya batu sendi, dasar, atau syila artinya
peraturan tingkah laku yang baik/senonoh.
Secara etimologis kata pancasila berasal dari kata pancasyila yang memiliki
arti secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur. Kata pancasila mula-mula terdapat
dalam kepustakaan budha di india. Dalam ajaran budha terdapat ajaran morsl untuk
mencapai nirwana dengan melalui Samadhi dan setiap golongan mempunyai
kewajiban moral tersebut adalah dasasyila, saptasyila,pancasyila menurut budha
merupakan lima aturan (five moral principle) yang harus ditaati, meliputi larangan
membunuh, mencuri, berzina, berdusta dan larangan minum-minuman keras. Melalui
penyebaran agama hindu dan budha, kebudayaan india masuk ke Indonesia sehingga
ajaran pancasyila masuk kepustakaan jawa terutapa jaman majapahit yaitu dalam
buku syair pujian Negara kertagama karangan empu prapanca disebut raja
menjalankan dengan setia ke lima pantangan ( pancasila). Setelah majapahit
runtuhdan agama islam tersebar, sisa-sisa pengaruh ajaran moral budha (pancasila)
masih dikenal masyarakat jawa yaitu lima larangan ( mo limo/M5), mateni
(membunuh), maling (mencuri), madon (berzina), mabok (minuman keras/candu),
main (berjudi).
2. Pengertian pancasila secara historis
Sidang BPUPKI pertama membahas tentang dasar Negara yang akan
diterapkan. Dalam sidang tersebut muncul tiga pembicara yaitu M. YAMIN,
SOEPOMO DAN Ir.SOEKARNO yang mengusulkan nama dasar Negara Indonesia
disebut Pancasila. Tanggal 18 agustus 1945 disahkan UUD 1945 termasuk
pembukaannya yang didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip sebagai dasar
Negara. Walaupun dalam pembukaan UUD 1945 tidak termuat istila/kata pancasila,
namun yang dimaksud dasar Negara Indonesia adalah disebut dengan pancasila. Hal
ini didasarkan atas interprestasi historis terutama dalam rangka pembentukan rumusan
dasar yang secara spontan diterima oleh peserta sidang BPUPKI secara bulat. Secara
historis proses perumusan pancasila adalah;
a. Mr. Muhammad Yamin
Pada sidang BPUPKI tanggal 29 mei 1945, M. Yamin berpidato mengusulkan lima
asas dasar Negara sebagai berikut:
1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusiaan.
3. Peri ketuhanan
4. Peri kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat\

Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul secara tertulis mengenai rancangan
UUD RI yang di dalamnya tercantum rumusan lima asas dasar Negara sebagai
berikut:

1. Ketuhanan yang maha esa


2. Kebangsaan persatuan
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijkasanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Mr. soepomo
Pada sidang BPUPKI tanggal 31 mei 1945 soepomo mengusulkan lima dasar
Negara sebagai berikut:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
c. Ir. Soekarno
Pada sidang BPUPKI tanggal 1 juni 1945, Ir Soekarno mengusulkan dasar Negara
yang disebut dengan nama pancasila secara lisan/tanpa text sebagai berikut:
1. Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia
2. Internasionalismeatau kebangsaan Indonesia
3. Mufakat dan demokrasi
4. Keejahteraan social
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Selanjutnya beliau mengusulkan kelima sila dapat dip roses menjadi Trisila
yaitu sasio nasional (nasionalisme dan iternasionalisme), sosio demokrasi
(demokrasi dengan kesejahteraan rakyat), ketuhanan yang maha esa.adapun trisila
masih diperas lagi menjadi eka sila yang intinya adalah “gotong royong”
d. Piagam Jakarta

Pada tanggal 27 juni 1945 diadakan sidang oleh 9 anggota BPUPKI (panitia
Sembilan) yng menghasilkan “piagam Jakarta” dan didalamnya termuat pancasila
dengan rumusan sebagai berkut:

1. Ketuhanan dengan kewaj.iban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-


pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Peratuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
Pengertian pancasila secara terminologis dalam pembukaan UUD 1945 yang
ditetapkan tanggal 18 agustus 1945 oleh PPKI tercantum rumusan pancasila
sebagai berikut:
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang. Dipimpin oleh hikmat .kebijaksanaan dalam
permusyawatan/ .perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh. Rakyat Indonesia

Rumusan pancasia sebagai mana tercantumdalam pembukaan UUD 1945 inilah. Yang secara
konstitusional sah. Dan benar sebagai dasar Negara republic Indonesia namun dalam sejarah
ketatanegaraan Indonesia dalam upaya bangsa Indonesia mempertahankan proklamasi dan
eksistensinya, terdapat pola rumusan rumusan pancasila sebagai berikut:

i. Dalam kontitusi republic Indonesia serikat (29 desember – 17 agustus 1950)


1. Ketuhanan yang maha esa
2. Peri kemanusiaan
3. Kebangsaa
4. Kerakyatan
5. Keadilan social

ii. Dalam UUD sementara 1950 (17 agustus 1950 – 5 juli 1959)
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Peri kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan social
iii. Dalam kalangan masyarakat luas
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Peri kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kedulatan rakyat
5. Keadilan social

Dari berbagai macam rumusan pancasila yang sah dan benar adalah rumusan pancasila yang
terdapat pada pembukaan UUD 1945 sesuai dengan ketetapan MPRS no. XX/MPRS/1966
dan ketetapan MPR no. III/MPR/2020
B. Pancasila sebagai dasar Negara

Pengertian pancasila sebagai dasar Negara diproleh dari alinea ke empat pembukaan
UUD 1945 dan sebagaiman tertuang dalam memorandum DPR-GR 9 juni 1966 yang
menandaskan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan
dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar Negara republic Indonesia.
Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan ketetapan No.XX/MPRS/1966.
Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan keetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan
kedudukan pancasila sebagai sumber dari segala sumber hokum atau sumber dari tertib
hokum di Indonesia.

Inilah sifat dasar pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar Negara
(philosophische grandslaag) republic indonesia. Pancasila yang terkandung dalam alinea
keempat pembukaan UUd 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar Negara pada tanggal 18
agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebgai penjelmaan kehendak seluruh rakyat
indonesi yang merdeka.

Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak untuk bersatu
(le desir d’etre esemble) dan memahami pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa
pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsumensus nasional karena memuat nilai-nilai
yang di junjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia.

Maka pancasila merupakan interligent choice karena mengatasi keanekaragaan dalam


masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan. Penetapan pancasila
sebagai dasar Negara tak hendak menghapuskan perbedaan (indifficerenti.sm), tetapi
merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas indonesia yang dinyatakan dalam
seloka “ bhineka tunggal ika”

Mengenai hal itu pantaslah di ingat pendapat Prof. Dr.Supomo: “ jika kita hendak
mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat
Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran Negara (staadside)
integralistik… Negara tidak mempersatukan diri dengn golongan yang terbesardalam
masyarakat, juga tidak mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan
mengatasi segala golongan dan segala perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan
rakyatnya.”
Penetapan pancasila sebagai dasar Negara itu memberikan pengertian bahwa Negara
Indonesia adalah Negara pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa Negara harus tunduk
kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang undangan. Mengenai
hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan “ Negara pancasila adalah suatu Negara yang
didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat san hak hak asasi semua warga bangsa Indonesia ( kemanusian
yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia,
mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraanya lahir batin selengkap mungkin,
memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat dan
mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan social).”

Pandangan tersebut melukiskan pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh)


sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap Negara yang didirikan diatasnya, di
pertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan
martabat dan hak hak asasi semua warga bangsa Indonesia. Perlindungan dan pengembangan
martabat kemanusiaan itu merupakan kewajiban Negara, yakni dengan memandang manusia
qua talis, manusia adalah manusia sesuai dengan principium identitasnya.

Pancasila seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan ditegaskan
keseragaman sistematiknya melalui instruksi presiden No.12 tahun 1968 itu tersusun secara
hiraskis-piramida. Setiap sila (dasar/azas) memiliki hubungan yang saling mengikat dan
menjiwai satu sama lain sedemikian rupa hingga tidak dapat di pisah – pisahkan. Melanggar
satu sila dan mencari pembenarannya pada sila lainnyaadalah tindakan sia-sia. Oleh karena
itu, pancasila pun harus dipandang sebagai satu keatuan yang bulat dan utuh, yang tidak dapat
dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang utu dan bulat dari
pancasila akan menyababkan pancasila kehilangan esensinya sebagai dasar negara.

Sebagai alasan mengapa pancasila harus di pandang sebagai satu kesatun yang bulat
dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat diantitesiskan satu sama lain.
Secara tepat dalam seminar pancasila tahun 1959, Prof. Notonagoro melukiskan sifat
hirarkispiramidal pancasila dengan menempatkan sila “ Ketuhanan Yang Mahaesa” sebagai
basis bentuk piramid Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah dijiwai
oleh sila “Ketuhanan Yang Mahaesa”. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan “tiap-tiap orang
beragama atau percaya pada tuhan yang maha esa, Pancasila pancasila bukanlah sesuatu yang
perlu dibicarakan lagi, karena sila yang ke 4 dari Pancasila sebenarnya hanyalah akibat saja
dari sila pertama yaitu ketuhanan yang maha esa.”

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara


sesungguhnya berisi:

1. Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-kemanusiaan yang adil dan beradab, yang
ber-persatuan Indonesia, yang ber-kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesi.
2. Kemanusiaan yang adil dan berdab, yang ber-ketuhanan yang mahaesa, yang ber-
persatuan Indonesia yang berkerakyatan yang dipimpinj oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia
3. Persatuan Indonesia, yang ber-ketuhanan yang mahaesa, yang berkemanusiaan
yang adil dan beradab, ber-kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan,dan ber-keadilan dan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, yang ber-kebutuhan yang mahaesa, yang ber-kemanusian yang adil
dan beradab, yang ber-persatuan Indonesia, dan ber-keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesai
5. Keadila sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-ketuhanan yang mahaesa,
yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-persatuan Indonesia, dan
ber- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan

C. Memaknai Pancasila Sebagai Dasar Negara.

Sejak Sebelum merdeka Pancasila dirumuskan dan kemudian sehari setelah merdeka
ditetapkan sebagai dasar negara. Keputusan itu diterima oleh semupihak karena Pancasila
memang merupakan rumusan kompromi antara berbagaielemen yang berada di negeri ini.
Namun demikian Perjalanan pancasila dalamsejarah negeri ini tidaklah mulus. Masuknya
Indonesia ke dalam demokrasi liberal produk dari maklumat X yang kemudian disusul
dengan penetapan UUDS 1950 menempatkan politik Indonesia sebagai sistem liberal dengan
multi partaidengan sistem pemerintahan Parlementer telah menyimpang dari UUD 1945.
Sidang konstituante yang menempatkan semua UUD yang ada baik UUD 1945maupun UUD
1950 sebagai UUD sementara yang harus diubah, maka persoaalandasar negara kemudian
juga muncul kembali partai-partai Nasional dan komunismendukung dasar pancasila
sementara Masyumi, NU, Perti PSII dan partai islamlainnya mendukung Islam sebagai dasar
negara.Ini antaralain salah satu fasesejarah perjalanan Pancasila yang mesti dirunut.

KH Muchid Muzadi (Mustasyar PBNU) mencoba menjelaskan kenapa NU yanaga


sejak awal telah mensepakati Pancasila sebagai dasar negara sampai bias mengikuti Masyumi
menghendaki dasar Islam. Ada beberapa alasan, pertama musuh bebuyutan NU yaitu PKI
ikut
mendukung Pancasila, maka NU khawatir Pancasila tidak murni lagi dijadikan sarana
manipulasi oleh komunis, saat itu Bung Karno juga mulai akan memeras-meras Pancasila
menjadi Trisila samapi Eka sila. Ini juga mengkhawatirkan NU dengan nasib Pancasila yang
seutuhnya, makanya NU kemudian memilih dasar Islam. Ketika konstituante mengalami
jalan buntu setelah dilakukan voting tentang dasar negara yang kekuatannya berimbang,
pihak NU mulai realistis, karena itu mencoba melalui pendekatan dengan Bung Karno, kalau
Kembali Ke UUD 1945 dan menjadikan Pancasila sebagai dasar negara hendaklah Piagam
Jakarta tetap dijadikan sumber inspirasi dan sumber hukum dan tetap menjiwai UUD 1945.
Tuntutan NU itu dipenuhi karena itu NU kemudian bersedia menjadi pendorong kembali Ke
UUD 1945 dan Penempatan Pancasila sebagai dasar negara. Kembalinya NU ke dasar
pancasila itu sebenarnya telah dirumuskan oleh KH Achmad Siddiq pada tahun 1957 saat
sidang Konstituante berlangsung, tetapi usulan itu tidak memperoleh tanggapan serius.
Usulan NU yang disampaikan oleh KH Saifuddin Zuhri. dalam sidang Konstituante untuk
penempatan Piagam Jakarta sebagai jiwa dari UUD 1945 dan Pancasila sebagai dasar negara
tanpa mengabaikan nilai-nilai agama itu dianggap mampu mengurai persoalan pelik
hubungan agama dengan negara, yang dihadapi oleh semua partai agama saat itu. Jalan keluar
yang ditawarkan oleh NU itu dianggap langkah sangat cerdik, akhirnya partai-partai Islam
yang selama ini menghendaki dasar Islam bersedia menerima Pancasila dan UUD 1945.

D. Melaksanakan Pancasila Sebagai Dasar Negara Melalui Paradigma Fungsional.

Baik disadari atau tidak, dan baik diakui atau tidak, bersamaan dengan demikian
banyak
perbaikan yang dibawa oleh gerakan Reformasi Nasional sejak tahun 1998, juga muncul
berbagai kemunduran dalam berbagai bidang, yang dapat menyebabkan kita bertanya-tanya
kepada diri kita sendiri, hendak kemanakah Republik ini dibawa? Beberpa contoh kemajuan
dan kemunduran dapat disebutkan sebagai berikut. Mari kita mulai dengan kemajuan bahkan
kemajuan besar yang telah dibawa oleh gerakan Reformasi Nasional telah mengoreksi
demikian banyak kelemahan orde lama, gerakan reformasi nasional telah mengoreksi
demikian banyak kelemahan orde baru, terutama dalam penghormatan dan perlindungan
terhadap sipil dan politik. Secara umum Republik Indonesia pasca 1998 terkesan memang
lebih terbuka dan lebih demokratis. Hak untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan telah terwujud hampir secara penuh. Pers dan media massa Indonesia termasuk pers
dan media massa yang paling bebas di Asia Tenggara. Partai politik boleh didirikan kapan
saja dan seberapapun banyaknya. Pemberontakan bersenjata di daerah Aceh telah diakhiri.

Secara umum, Indonesia terasa masih belum mampu keluar dari suasana krisis
ekonomi yang bermula pada tahun 1997, satu dasawarsa yang lalu. Jumlah yang hidup dalam
kemiskinan masih tinggi. Fasilitas pendidikan, kesehatan yang pernah demikian baik dan
murah dilakukan melalui rangkaian sekolah-sekolah dasar inpres dan pusekesmas terkesan
merosot. Banyak pengusaha asing yang menanam modalnya di Indonesia kemudian
memindahkan lokasi investasinya ke negara-negara tetangga yang dipandang kondisinya
lebih kondusif. Korupsi, yang bersama dengan kolusi dan nepotisme dipandang merupakan
salah satu dosa yang diwariskan orde baru, bukannya berkurang malah meningkat, terutama
di tingkat daerah. Berbondong-bondong gubernur, bupati, walikota, dan para anggota dewan
perwakilan daerah yang dihadapkan ke meja hijau dan dijatuhi hukuman, yang hebatnya,
tidak jarang selain mencoba dengan dalih sakit juga mampu tampil di depan publik dengan
wajah bagaikan tak bersalah, yang kadang kala bahkandengan penuh senyum.

Dalam kehidupan politik, terlihat kesan kuat bahwa telah timbul apa yang pernah
disebutdan dikhawatirkan oleh Dr Mohammad Hatta sebagai suatu ultra demokrasi.
Walaupun lembagalegislatif serta lembaga eksekutif telah dipilih secara demokratis, namun
demonstrasi ke jalan-jalan bukan saja tidak berhenti, tetapi sudah menjadi suatu hal yang
terjadi secara rutin. Tiadahari tanpa demonstrasi. Partai-partai politik yang seyogyanya
berfungsi sebagai lembagademokrasi yang mengagregasi serta mengartikulasikan aspirasi dan
kepentingan rakyat sertasebagai wahana untuk seleksi kepemimpinan ditengarai hanya asyik
dengan dirinya sendiri dantelah mulai kehilangan kepercayaan dari rakyat. Pemekaran
daerah-daerah otonom yangberlanjut secara terus-menerus serta penyerahan tugas dan
wewenang otonomi yang luas kedaerah tingkat dua terkesan hanya menimbulkan
pembengkakan lembaga, penambahan jumlahpejabat serta dukungan fasilitasnya, serta
peningkatan anggaran pengeluaran tanpa makna yangsignifikan bagi peningkatan taraf hidup
rakyat. Di antara para pejabat negara yang baru ini tidakterhitung banyaknya yang berusaha
menduduki jabatannya dengan cara memalsu ijazah danmembeli suara dengan satu dan lain
cara.Kekuatan TNI terutama di laut dan di udara sedemikianlemahnya, sehingga bukan saja
dilecehkan oleh pesawat-pesawat tempur US Navy yang pernah terbang tanpa izin melintasi
wilayah teritorial Republik Indonesia, tetapi juga olehkapalkapalperang kecil kerajaan
Malaysia di perairan Ambalat yang dipersengketakan. Selainitu, jajaran Polri bagaikan tanpa
daya menghadapi maraknya illegal logging dan illegal fishingyang terjadi hampir di seluruh
pelosok Indonesia.

Bersamaan dengan itu, pemberian izin hak pengusahaan hutan dan hak guna usaha
yangbagaikan tanpa batas nota juga tanpa pengawasan yang efektif bukan saja secara praktis
telahmencaplok demikian luas hak l masyarakat adat tanpa ganti rugi satu senpun, tetapi juga
telahmengakibatkan penggundulan hutan, yang berakibat terjadinya bencana alam secara
beruntunberupa banjir dan tanah longsor. Dalam menangani rangkaian bencana alam ini,
dengan tetapmenghargai kerja keras pemerintah selama ini, namun sukar dihindari kesan
bahwapenanggulangannya lebih banyak dilakukan secara ad hoc. Syukur bahwa akhirnya
DPR RImengesahkan suatu Undang-undang tentang Penanggulangan Bencana yang
mengatur masalahini secara lebih komprehensif. Sekedar untuk memenuhi kebutuhan
anggaran pendapatan danbelanja tahunan, tanpa berpikir panjang Pemerintah telah menjual
kepada pihak asing badan- badan usaha milik negara yang sangat menguntungkan, seperti
Indosat dan PT Semen Gresik,Kemunduran yang terasa paling mendasar selama era
Reformasi Nasional adalah merosotnyaperan Pancasila sebagai Dasar Negara, dalam arti
bahwa secara substantif hampir tidak adakaitan lagi antara sistem nilai yang terkandung
dalam Pancasila dengan norma-norma hukumnasional serta kebijakan pemerintahan yang
seyogyanya menindak lanjutinya. Sudah barangtentu, frasa Pancasila secara formal hampir
selalu disebut sebagai rujukan dalam dokumen-dokumen negara. Namun terlihat jelas bahwa
Pancasila yang secara formal dijadikan rujukantersebut sekarang terasa bagaikan tanpa jiwa,
tanpa makna, tanpa substansi, dan praktis tanpamanfaat bagi Rakyat Indonesia. Pancasila
telah diredusir dari posisi semula sebagai DasarNegara yang disepakati sebagai suatu kontrak
politik di antara para Pendiri Negara menjadi sekedar semacam mantra sekuler dalam ritual
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam posisiyang telah diredusir ini, hampir
keseluruhan kebijakan nasional baik yang dituangkan dalamperaturan perundang-undangan
maupun dalam demikian banyak keputusan pemerintahan yangdiambil sejak tahun 1998
terasa demikian dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbanganpragmatis berjangka pendek,
tanpa idealisme, tanpa filsafat, tanpa ideologi, dan tidak jarang jugatanpa moral. Tidak ayal
lagi, kemerosotan peran Pancasila sebagai Dasar Negara ini secarahistoris dan secara yuridis
konstitusional dapat dipandang sebagai ancaman paling besar terhadapkeseluruhan eksistensi
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jangan kita lupakan, bahwaPancasila sebagai Dasar
Negara seperti tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan alasan
pembentukan (raison) dan landasan legitimasi dari NegaraKesatuan Republik Indonesia.
Ringkasnya, tanpa Pancasila tidak akan ada Republik Indonesia.Namun, juga harus diakui
bahwa tidaklah mudah menjabarkan serta menindaklanjuti Pancasilasebagai Dasar Negara
tersebut. Ada tiga hal yang menyebabkan kesukaran penjabaran Pancasilaitu. Pertama, oleh
karena selama ini elaborasi tentang Pancasila itu bukan saja cenderung dibawake hulu yaitu
ke tataran filsafat, bahkan ke tataran metafisika dan agama yang lumayan abstrakdan sukar
dicarikan titik temunya. Kedua, oleh karena terdapat kesimpangsiuran sertakebingungan
tentang apa sesungguhnya core value dari lima sila Pancasila itu. Ketiga, justruoleh karena
memang tidak demikian banyak perhatian diberikan kepada bagaimana caramelaksanakan
Pancasilasebagai Dasar Negara tersebut secara fungsional ke arah yaitu ke dalamtatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Makalah ini merupakan suatu upaya awal
yangsederhana ke arah pengembangan suatu paradigma yang lebih fungsional terhadap
Pancasila sebagai Dasar Negara, dengan harapan agar Pancasila tidak lagi menjadi sekedar
mantra sekuler dalam ritual kehidupan bernegara, tetapi benar-benar dapat ditindaklanjuti ke
dalam kebijaka nasional oleh dan dalam sistem nasional Indonesia

III. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas maka menulis menyimpulkan beberapa inti dari materi di
atas yakni bahwa Pancasila adalah suatu landasan yang terdiri dari lima sila (pancasila) ,yang
mengundung nilai-nilai luhur kebudayaan yang tertanam dalam darah daging perjuangan
kebangsaan dan kenegaraan. Berdasarkan pendapat Muhammad Yamin dalam bahasa
Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu : Panca artinya lima
Syila artinya batu sendi, dasar, atau Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh.
Pancasila sekaligus di asuh sebagai landasan Negara dengan kandungan nilai-nilai kesutuan
dan kebunekaragamanya. Maka pancasila merupakan suatu gagasan pegangan yang menjadi
patokan dalam menjalankan amanah dan fungsi keNegaraan, keBangsaan, keMasyarakat.
IV. DAFTAR PUSTAKA

……JURNAL PANCASILA….(HTT;///pancasila.com.pdf. …….JURNAL DASAR


PANCASILA …. Abdul Mun’im (Direktur NU Online, Wakil Sekjen PBNU)….

Anda mungkin juga menyukai