B. Aspek produksi
a. Pengadaan bahan (menyangkut jenis, volume, harga
sumber (daerah) pasokan bahan, proses pengadaan
bahan, serta proyeksi peningkatanya dalam setiap
periode/siklus produksi)
b. Kebutuhan sumber daya produksi (uraian mengenai
sumber daya produksi meliputi bangunan,
peralatan/mesin, dan tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk melaksanakan aktivitas produksi, berkaitan
dalam jumlah, kualitas, nilai, serta proses
pengadaanya)
c. Proses produksi (proses produksi masing-masing
jenis produk yang disertai dengan bagan proses
produksi)
d. Perkiraan jumlah produksi (jumlah produksi yang
akan dihasilkan dan ditawarkan dalam setiap
periode/siklus untuk setiap jenis produk, dan
proyeksi peningkatanya dalam setiap periode/siklus)
e. Penganggaran produksi (uraian berdasarkan rencana
biaya produksi dalam satu siklus dan proyeksi
peningkatanya sejalan dengan peningkatan produksi
untuk memenuhi peningkatan permintaan pasar)
C. Aspek organisasi dan manajemen
1. Organisasi (uraian mengenai identitas perusahaan
“nama, alamat, dan logo perusahaan”, visi dan misi
perusahaan, bentuk organisasi perusahaan, struktur
organisasi perusahaan dan perizinan usaha)
2. Manajemen (uraian mengenai pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen planning, organizing, staffing, directing,
controlling, untuk pelaksanaan setiap lima aspek usaha)
3. Penganggaran organisasi dan manajemen (uraian
berdasarkan rencana biaya yang dialokasikan untuk
investasi dan biaya untuk operasioanal organisasi dan
manajemen perusahaan dalam satu siklus serta proyeksi
peningkatanya sejalan dengan peningkatan produksi
untuk memenuhi peningkatan permintaan pasar)
D. Aspek pengendalian dampak lingkungan
1. Limbah (uraian mengenai limbah yang dihasilkan dari
aktivitas perusahaan yang terdiri atas limbah cair, padat,
gas dan suara)
2. Dampak biosfisik (uraian mengenai dampak positif dan
negative terhadap lingkungan biosfisik disekitarnya
yang akan timbul sebagai aktivitas perusahaan, dan
langkah-langkah yang diambil apabila terjadi dampak
negative)
3. Dampak social budaya (uraian mengenai dampak positif
dan negative terhadap lingkungan social budaya
disekitarnya yang akan timbul sebagai akibat aktivitas
perusahaan, dan langkah-langkah yang diambil apabila
terjadi dampat negative)
4. Penganggaran pengendalian dampak lingkungan (uraian
berdasarkan rencana biaya yang dialokasikan untuk
investasi dan biaya untuk operasioanal pengendalian
dampak lingkungan dalam satu siklus dan proyeksi
peningkatanya sejalan dengan peningkatan aktivitas
perusahaan)
I. PENGANTAR WIRAUSAHA
A. Definisi Wirausaha
Pengertian wirausaha sendiri berkembang sesuai dengan
sudut pandang seseorang terhadap sepak terjang seorang wirausaha.
Seperti halnya pengertian wirausaha yang diungkapkan oleh Joseph
Schumpeter: ” entrepreneur as the person who destroys the existing
economic order by introducing new products and services, by
creating new forms of organization, or by exploitation new raw
materials” (Bygrave, 1994).
B. Kepribadian Wirausaha
Terdapat beberapa definisi tentang kepribadian, salah satunya
adalah definisi dari para teoritikus bahwa kepribadian merupakan
bagian dari individu yang paling mencerminkan atau mewakili si-
pribadi, bukan hanya membedakan ia dengan yang lain, tapi yang
lebih penting itulah dirinya yang sebenarnya (Hall & Lindzey, 1996).
Seorang wirausahawan haruslah memiliki watak yang
mampu melihat ke depan, yaitu melihat, berpikir, dengan penuh
perhitungan, mencari alternatif masalah dan pemecahannya. Secara
umum dapat digambarkan kepribadian yang perlu dimiliki
wirausahawan, sebagai berikut:
1. Percaya diri
Kepercayaan diri adalah keyakinan yang tumbuh dalam diri
seseorang setelah melakukan penilaian terhadap kemampuan
yang dimiliki (Safriyani, 2000). Orang yang tinggi percaya
dirinya adalah orang yang jiwanya sudah matang. Kematangan
seseorang ditunjukkan dari sikap yang:
tidak tergantung pada orang lain
bertanggungjawab
obyektif
kritis : tidak begitu saja menyerap pendapat atau opini
orang lain, tetapi mempertimbangkannya secara kritis
emosional stabil
berjiwa sosial
memiliki kedekatan dengan sang khalik (Alloh SWT)
Kepercayaan diri sangat dibutuhkan oleh seorang wirausahawan.
Saat seseorang menawarkan produknya, dibutuhkan kepercayaan
diri untuk bisa berinteraksi dengan baik dan meyakinkan. Saat
seseorang akan
memulai untuk berwirausaha, jika ia percaya diri maka ia akan
berusaha agar usahanya bisa dibuka dan berjalan. Sebaliknya,
orang yang tidak percaya diri akan kerap patah sebelum
melangkah. Salah satu hal yang bisa membantu agar seseorang
bisa memiliki kepercayaan diri yang baik, adalah dengan
mensyukuri semua yang telah diberikan Tuhan kepadanya.
Selanjutnya orang tersebut harus yakin bahwa dia bisa
melakukan segala sesuatu dengan baik jika dia
mempersiapkannya dengan matang.
3. Gigih
Seorang yang berjiwa wirausaha, perlu memiliki sifat
pantang
menyerah. Ibarat seorang pendaki, semakin sulit tantangannya
semakin keras usahanya untuk bisa mencapai puncak. Sama
halnya dengan seorang wirausahawan, ia membutuhkan
semangat pantang menyerah saat berusaha mewujudkan inovasi
maupun ide barunya. Apabila wirausahawan tidak gigih, maka
nasibnya akan sama dengan pendaki yang tidak pernah sampai
puncak gunung karena selalu kembali ke bawah sebelum bisa
mencapai setengah perjalanan.
Tingkat kegigihan seseorang bisa dilihat dari kemampuannya
untuk bertahan dalam situasi sulit. Kemampuan ini dikenal
dengan Adversity Intelligence dan tingkat penguasaannya dikenal
dengan adversity quotient (AQ). Adversity Quotient memiliki
empat dimensi yaitu:
Control : seberapa besar individu mampu memberi pengaruh
secara positif terhadap situasi
Ownership : sejauh mana individu mangendalikan diri sendiri
untuk memperbaiki situasi yang dihadapi tanpa
mempedulikan penyebabnya
Reach/jangkauan ; penilaian seseorang mengenai seberapa
jauh kesulitan akan menjangkau atau menyebar ke bagian-
bagaian lain dari kehidupannya.
Endurance : seberapa lama individu menganggap kesulitan
akan berlangsung atau bertahan. (Helmi, 2004).
5. Kepemimpinan
Jiwa kepemimpinan atau leadership dapat dilihat dari
bagaimana seseorang mampu mempengaruhi, mengkoordinir,
memimpin dan mengambil keputusan dalam sebuah tim. Salah
satu gaya kepemimpinan bagi seorang wirausaha adalah
prophetic leadership (kepemimpinan kenabian). Kepemimpinan
prophetic adalah pemimpin yang memiliki kemampuan
mengendalikan diri dan mempengaruhi orang lain dengan tulus,
dilakukan dengan kesadaran, tidak dipaksa atau memaksa.
Karakteristik kepemimpinan prophetic adalah shiddiq (jujur,
berpedoman pada nurani dalam berpikir, bersikap dan
bertindak), amanah (bertanggungjawab, berkomitmen tinggi,
dapat dipercaya), tabligh (komunikatif, mengamalkan, memberi
contoh), fathanah (kompeten dalam menyelesaikan masalah)
(Tim Trainer OCB, 2007).
6. Keorisinilan
Orisinil dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru atau
belum ada sesuatu yang sama sebelumnya. Baru disini disini
tidak selalu berarti belum pernah ada sama sekali, tapi bisa juga
merupakan modifikasi, kombinasi atau reintegrasi dari
komponen yang sudah ada, sehingga memunculkan fungsi, cita
rasa maupun variasi baru. Bobot orisinalitas suatu ide maupun
produk akan tampak dari sejauh manakah ia berbeda dari apa
yang sudah ada sebelumnya.
8. Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun
karya nyata, yang relative berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya (Supriadi dalam Alma, 2005). Seorang wirausaha
kreatif memiliki peluang lebih besar untuk menciptakan produk
yang unik dan berbeda, serta dapat merespon kesempatan
dengan lebih baik. Kemampuan berpikir kreatif menuntut
beberapa hal, antara lain:
sikap terbuka
keberanian untuk berbeda dengan biasanya
menguasai satu bidang dengan sangat baik
buying low, selling high: melihat sesuatu dari yang tidak
disukai banyak orang, kemudian mengolahnya dan
memunculkan kembali menjadi sesuatu yang berbeda di
saat yang tepat sehingga bernilai tinggi .
Implementation (pelaksanaan)
Growth (pertumbuhan)
Gambar 1. Model Proses Perintisan Wirausaha (Sumber: Alma,
2005)
1. Proses inovasi
Proses awal sebelum wirausaha dimulai adalah inovasi.
Seorang wirausaha perlu menemukan hal baru yang akan
mewarnai
usaha maupun produk yang akan ditawarkan. Inovasi bisa
berawal dari mimpi, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk
visi,misi dan tujuan. Usaha maupun produk tanpa inovasi akan
sulit menerobos persaingan dengan bisnis lain yang serupa.
Ada 2 hal yang mendorong munculnya inovasi, yaitu
faktor personal dan faktor lingkungan (environment). Faktor
personal adalah inovasi yang berasal dari dalam diri seseorang
akan mendorongnya mencari pemicu kearah memulai usaha.
Misalnya sifat penasaran, keberanian mengambil resiko,
pendidikan dan pengalaman. Faktor lingkungan: adalah
peluang, pengalaman dan kreativitas.
2. Proses pemicu
Triggering event adalah kejadian yang terjadi pada diri
seseorang atau diluar diri tapi mampu memicu atau memaksa
seseorang untuk terjun ke dunia bisnis. Faktor pemicu akan
mendorong inovasi yang sudah ada terwujud menjadi usaha.
Beberapa contoh faktor pemicu usaha:
Dari dalam diri
a. desakan ekonomi: perlu penghasilan tambahan, PHK atau
tidak mendapatkan pekerjaan
b. tidak puas dengan pekerjaan atau aktivitas yang saat ini
digeluti
c. keberanian menanggung resiko, kesukaan menghadapi
tantangan
d. keinginan mewujudkan mimpi, minat dan komitmen tinggi
terhadap wirausaha
Dari luar diri
a. adanya persaingan
b. ada sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan, misalnya ada
lokasi strategis, mendapat modal, warisan, dll
c. mengikuti latihan atau incubator bisnis
d. kebijakan pemerintah, misalnya kemudahan kredit, bantuan,
pendampingan dan lain sebagainya
e. ada relasi atau rekanan yang membuka peluang usaha, atau
bisa diajak bekerjasama
f. dorongan dari keluarga, teman atau kerabat
3. Proses pelaksanaan
Setelah ada inovasi yang didukung dengan pemicu,
selanjutnya adalah proses pelaksanaan. Proses pelaksanaan bisa
jalan apabila seorang wirausaha memiliki kesiapan mental,
rekanan (bisa juga asisten atau partner, komitmen bisnis yang
tinggi, dan adanya visi, pandangan jauh ke depan guna
menncapai keberhasilan.
4. Proses pertumbuhan
Usaha yang telah dilaksanakan dan berjalan, tentu
mengalami proses. Proses ini disebut dengan growth
(pertumbuhan). Pertumbuhan positif suatu usaha dapat dilihat
dari beberapa hal antara lain:
a. Rencana dan pelaksaan operasional berjalan produktif
b. Tim pelaksana bekerja sama dengan baik sehingga
menghasilkan strategi yang mantap
c. Terbentuknya budaya perusahaan (corporate culture) yang
diikuti dengan penuh tanggungjawab oleh seluruh karyawan.
d. Produk yang ditawarkan populer atau memiliki
keistimewaan, misalnya kualitasnya, lokasi, pealayanannya
dan manajemen.
e. Adanya kontinuitas konsumen dan pemasok barang
f. Kemampuan mencari dan menambah sumber dana
II. MOTIVASI WIRAUSAHA
D. Inti Wirausaha
Inti dari jiwa kewirausahaan adalah jiwa yang mampu
menciptakan nilai tambah dari keterbatasan (Suharno, 2008). Inti
dari wirausaha sendiri, dikenal dengan konsep CORE, yaitu :
Curiousity : Seseorang harus memiliki rasa keingintahuan yang
besar sebelum menjadi wira usaha yang baik
Opennes : Harus memiliki keterbukaan berpikir tanpa
melakukan pretense atau mencurigai sesuatu
Risk : Keberanian untuk mengambil resiko
Energy : Memiliki daya juang “warior” yang memiliki
energi yang tinggi untuk mencapai sukses.
(Susilo, 2005)
Sutomo (2007) mengulas 4 keutamaan individiu pebisnis
yang ditulis oleh Robert C.Solomon, yaitu:
1. Kejujuran
Kejujuran dianggap sebagai sifat utama yang harus dimiliki oleh
wirausahawan.
2. Kewajaran
Adalah kesediaan memberikan apa yang wajar atau yang bisa
diterima kepada semua pihak yang terlibat dalam transaksi
3. Kepercayaan
Ditempatkan dalam hubungan timbal balik, saling percaya.
Wirausaha yang memiliki keutamaan ini bersedia menerima
mitranya sebagai pihak yang dapat diandalkan. Kepercayaan
dibangun kerena pengalaman dan reputasi.
4. Keuletan
Ketahanan terhadap berbagai situasi sulit. Hal ini yang membuat
pebisnis dapat bangkit lagi setelah menderita kegagalan
berulang- ulang. Wirausaha yang berhasil umumnya amat tahan
terhadap situasi yang bergejolak bahkan seringkali tak terkendali.
Dengan semakin berkembangnya dunia wirausaha, pelaku
usaha seyogyanya tetap menjunjung nilai-nilai etika keutamaan yang
dapat menjamin kelanggengan usaha dalam jangka panjang. Sebagai
seorang wirausaha, nilai-nilai keutamaan tersebut hendaknya tidak
dianggap sebagai hambatan melainkan tantangan untuk mencapainya
agar usaha dapat berjalan berkelanjutan. Dengan demikian secara
batin kesuksesan usaha akan diimbangi dengan kebahagiaan rohani.
III . PELUANG
USAHA
2. Imajinasi
Ide juga bisa muncul melalui imajinasi. Imajinasi ada 2, yaitu
imajinasi pasif (contohnya mimpi, lamunan) dan imajinasi
reproduksi
(contohnya imajinasi di bidang sains). Imajinasi reproduksi didukung
oleh kemampuan membentuk kembali pengalaman masa lalu, orang
ini mengobservasi, ingin memliki dan ingin mewujudkan idenya.
Imajinasi seperti ini disebut juga imajinasi kreatif. Hasil dari
imajinasi kreatif adalah penemuan baru, yang bisa berupa benda,
konsep, ide maupun model .
3. Intuisi
Definisi intuisi adalah ”pengetahuan mendadak yang diperoleh
tanpa sadar”. Bisa diartikan pula sebagai pengertian yang diperoleh
mendadak tentang kebenaran. Istilah lain dari intuisi adalah
”knowing without knowing why I know”. Contoh intuisi adalah saat
seorang wirausaha sedang menanam bunga, tiba-tiba melintas ide
dalam benaknya tentang cara meningkatkan penjualan.
Pada dasarnya semua orang memiliki intuisi. Proses mental
bawah sadar yang menciptakan intuisi bisa distimulasi agar lebih
produktif. Salah satu caranya adalah dengan mencatat, segera setelah
ide tersebut muncul.
2. Kedekatan pasar
Salah satu kesalahan dalam wirausaha yaitu ada kecenderungan
hanya faktor kemampuan berproduksi saja yang diutamakan,
sedangkan kemampuan untuk memenuhi keinginan konsumen
kurang diperhatikan. Mestinya memproduksi untuk bisa dijual,
bukan sekedar memproduksi apa yang dapat dibuat.
3. Pemahaman teknis
Kurangnya pemahaman teknis terutama bagi produk baru akan
menghambat atau mengakibatkan tertundanya pendirian usaha baru.
Sebaiknya saat melihat peluang usaha, seorang wirausaha segera
mencari tahu sedetail mungkin persiapan teknis yang dibutuhkan
untuk menjalankan usaha tersebut, sehingga saat usaha dimulai tidak
banyak waktu dan biaya terbuang karena faktor teknis.
4. Kebutuhan finansial
Perlu dihitung biaya yang dibutuhkan untuk produk baru,
termasuk biaya coba-coba. Pengadaan alat, pelatihan SDM, dan lain-
lain. Besarnya kebutuhan ini akan membantu menentukan harga
serta kapan dan bagaimana break event point (BEP) dapat dicapai.
5. Diferensiasi produk
Terutama untuk membedakan produk maupun jasa yang akan
ditawarkan, dengan produk pesaing. Peluang akan semakin besar jika
seorang wirausaha mampu menawarkan produk yang memiliki nilai
lebih atau berbeda dari yang sudah ada.
2. Tips
3. mendukung 1. mendukung
strategi turn around strategi
Weakness agresif Strength
2. mendukung
4. mendukung
strategi
strategi difensif
diversifikasi
Threats
(weakness).
Gambar 2. Diagram Analisis SWOT (Sumber: Rangkuti, 2006)
Pada gambar di atas dapat dilihat kondisi yang berbeda pada tiap
kuadran:
a. Kuadran 1 :
Situasi yang sangat menguntungkan, ada sinergi antara kekuatan
yang dimiliki dan peluang. Wirausaha dapat melancarkan
kebijakan agresif (growth oriented strategy) berkaitan dengan
usaha atau produknya.
b. Kuadran 2 :
Meskipun menghadapi perbagai ancaman, tapi masih ada kekuatan
internal yang dimiliki. Strategi yang harus digunakan adalah
strategi diversifikasi produk/pasar agar usaha dapat berjalan
c. Kuadran 3 :
Peluang pasar besar, tapi ada kendala internal (contohnya
permintaan terhadap produk tinggi tapi secara internal sedang
mengalami masalah SDM). Strategi yang dapat dilakukan adalah
mengurangi masalah atau kendala internal sehingga dapat merebut
peluang pasar yang baik
d. Kuadran 4:
Kondisi yang sangat tidak menguntungkan, secara internal banyak
kelemahan sementara ancaman dari luar cukup banyak dalam
kondisi ini strategi yang diunakan adalah stratgi defensif, yang
penting usaha bisa terus bertahan.
Alat yang digunakan untuk menyusun faktor strategis usaha
adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategis.
IFAS STRE NGTHS (S) WEAKNESS (W)
tentukan 5-10 tentukan 5-10
EFAS faktor- faktor faktor- faktor
kekuatan internal kelemahan
internal
OPPORTUNITIES STRATEGI SO STRATEGI WO
(O) ciptakan strategi ciptakan strategi
yang menggunakan yang
tentukan 5-10 kekuatan meminimalkan
faktor peluang untuk kelemahan untuk
eksternal memanfaatkan memanfaatkan
peluang peluang
THREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
ciptakan strategi ciptakan strategi
yang
tentukan 5-10 yang menggunakan meminimalkan
faktor ancaman kekuatan untuk kelemahan dan
menghindari
eksternal mengatasi ancaman ancaman.
Gambar 3. Diagram Matrik SWOT (Sumber: Rangkuti, 2006)
a. Strategi SO
strategi ini dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman
c. Strategi WO
strategi ini diterapkan bardasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
strategi ini bersifat defensif dan berusaha meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. (Rangkuti,
2006).
D. Profil Usaha
Secara garis besar ada 5 jenis usaha antara lain, yaitu:
1. Usaha ekstraktif
Usaha yang bergerak dalam bidang pertambangan atau bidang
usaha yang mengambil langsung dari alam, seperti hasil laut, hasil
hutan.
2. Usaha agraris
Mencakup usaha pengelolaan kebun, perdagangan hasil-hasil
pertanian (agrobisnis) atau usaha apapun yang dapat dihasilkan atau
diolah dari bidang pertanian, perkebunan maupun peternakan.
3. Usaha industri
Pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi, atau modifikasi
menjadi produk yang baru. Industri dapat dibedakan berdasarkan
komoditi yang dihasilkan dan besar kecilnya industri yang
diusahakan.
4. Usaha jasa
Bentuk usaha ini adalah memberikan layanan atau service. Bisa
berupa tenaga, keahlian, maupun ide. Contoh usaha ini adalah biro
jasa pengurusan surat (bpkb, stnk, pasport, dll), lembaga konsultan,
kursus, dsb.
5. Usaha perdagangan
Penjualan berbagai produk, baik dalam skala besar maupun
kecil.
IV. BUSINESS PLAN
1. Nama perusahaan
Nama usaha yang akan dijalani, harus dipikirkan baik-baik
karena akan memberikan dampak dalam jangka panjang. Beberapa
wirausaha memberi nama perusahaannya sesuai dengan nama/ merk
produknya. Canon dan Wichert (Alma 2005) menyatakan ciri-ciri
merk yang baik adalah: pendek, sederhana, mudah dieja,mudah
diingat, enak dibaca, tidak menghasilkan nada sumbang, tidak
ketinggalan jaman, ada hubungan dengan produk, bila diekspor
mudah dibaca oleh orang mancanegara, tidak menyinggung perasaan
kelompok/orang lain, memberi sugesti pada orang untuk
menggunakan produk tersebut.
2. Lokasi, meliputi pertimbangan:
a. produktivitas lahan
b. strategi letak, berhubungan dengan sarana transportasi,
komunkasi kegiatan ekonomi, kegitan pendidikan,
pemukiman,objek wisata, dll Selain kedua hal diatas pemilihan
lokasi juga berkaitan dengan fungsi tempat tersebut. Misalnya
untuk kantor badan usaha, untuk tempat produksi saja, untuk
showroom, dll
d. Rencana periklanan
menyebutkan rencana partisipasi pameran perdagangan,
periklanan baik melalui majalah , terutama untuk usaha
manufaktur
membahas tentang perilakanan dan kampanya promosi untuk
mengenalkan produk dan jenis bantuan penjualan yang akan
diberikan kepada dealer
mengemukakan jadwal dan biaya promosi dan periklanan. Jika
periklanan akan menjadi pengeluaran biaya yang penting perlu
juga disertakan gambar yang menunjukkan cara dan waktu
terjadinya pembiayaan.
e. Strategi pasar, mencakup pembahasan tentang:
tipe kelompok konsumen yang dijadikan sasaran upaya
penjualan intensif untuk pertama kali
kelompok konsumen yang akan dijadikan sasaran upaya
penjualan berikutnya
metode identifikasi dan hubungan dengan konsumen potensial
dalam kelompok-kelompok ini
ilustrasi tentang produk: kualitas, harga, pengiriman, garansi dsb
konsep pemasaran yang inovatif yang akan meningkatkan daya
tarik produk
5. Segmen manufaktur
Penjelasan lokasi perusahaan baru. Tempat yang dipilih
disesuaikan dengan ketersediaan karyawan, jumlah upah,
kedekatan dengan pemasok dankonsumen serta dukungan
masyarakat
Pajak lokal dan persyaratan wilayah dipisahkan, dan merintis
dukungan bank daerah untuk perusahaan baru
Membahas produksi yang diperlukan, berkenaan dengan
fasilitas yang diperlukan untuk menyelenggarakan perusahaan
baru serta perlengkapan yang sudah tersedia. Faktor lain yang
perlu dipertimbangkan juga adalah pemasok, biaya transportasi
, jumlah karyawan, tingkat upah dan jabatan yang memerlukan
keterampilan
Mengemukakan data biaya yang berhubungan dengan setiap
faktor di atas. Informasi keuangan yang digunakan disini
selanjutnya diajukan pada proyeksi keuangan.
6. Segmen manajemen
Mengidentifikasikan personel inti, jabatan dan tanggung
jawabnya, serta pengalaman karir yang membedakan mereka
menurut peran tertentu. Tiap anggota tim manajemen mendapatkan
resume yang lengkap mengenai hal ini. Secara memadai bab ini
perlu memberikan penjelasan mengenai:
struktur organisasi
tim manajemen dan personal inti
pengelaman dan kecakapan teknis personal
struktur kepemilikan dan perjanjian kompensasi
lembaga direktur dan konsultan luar serta penasehat
7. Segmen resiko
Mengidentifikasikan resiko potensial:
akibat trend yang tidak mendukung dalam industri
biaya manufaktur aau desain yang melampaui estimasi
persaingan baru yang tidak terencanakan
8. Segmen keuangan
Menunjukkan kemampuan perkembangan pelaksanaannya
melalui pro forma neraca,laporan pendapatan dan laporan aliran kas.
a. Performa neraca
Memproyeksikan kondisi keuangan perusahaan pada waktu
tertentu. Disajikan pada tahap awal, tengah tahunan selama tahun
tahun pertama dan pada akhir setiap tiga tahunan. Neraca
menyajikan rincian aset untuk mendukung tingkat operasi yang
diproyeksikan dan menunjukan arah pembiayaannya. Investor
akan melihat proyeksi neraca untuk menetapkan apakah rasio
hutang, modal kerja, perputaran persediaan dsb masih berada
dalam batas yang dapat diterima, untuk menetapkan pembiayaan
di masa mendatang yang diproyeksikan untuk perusahaan.
b. Laporan pendapatan
Mengilustrasikan hasil operasi yang diproyeksikan berdasarkan
laba dan rugi.
9. Segmen jadwal batas waktu
Mencakup penetapan waktu dan tujuan, batas akhir waktu dan
hubungan peristiwa.
A. Manajemen Produksi
Konsep produksi berpedoman bahwa konsumen akan
mendukung produk yang tersedia dengan harga terjangkau. Karena
itu manajer harus berfokus pada perbaikan produksi dan efisiensi
distribusi.
Konsep produksi merupakan falsafah yang dapat diterapkan
dalam dua macam situasi :
1. pada waktu permintaan atas produk melampaui persediaan
2. pada waktu biaya produksi terlalu tinggi dan diperlukan
penurunan biaya
Konsep produk
Konsep produk merupakan pedoman bagi penjual bahwa
konsumen akan mendukung produk yang menawarkan kualitas,
bentuk dan ciri yang inovatif. Karena itu perusahaan harus secara
berkesinambungan meningkatkan kualitas produk. (Machfoedz dan
machfoedz, 2006). Produksi perlu dikelola sesuai dengan pasar,
terutama bagi usaha yang melakukan produksi barang perlu menjaga
kualitas produksi dan memperhatikan pasar sehingga tidak merugi.
Suharno (2008) memberikan panduan dalam mengelola produksi,
yaitu:
1. Materi yang baik
wirausaha perlu mencari tahu bagaimana mendapatkan materi
atau bahan baku yang berkualitas dengan harga yang wajar, kalau
perlu hutang. Prinsipnya adalah ”barang siapa bisa mendapatkan
barang yang baik dan murah maka semakin berpeluang menjual
dengan mudah dan mendapatkan keuntungan yang lebih baik”.
2. Proses yang baik
diupayakan agar proses produksi bisa berjalan dengan baik,
mencakup kelancaran pembuatan, kecepatan, volume yang
dihasilkan serta kualitasnya.
3. Penyimpanan
proses penyimpanan perlu diperhatikan agar konsumen bisa
menikmati dengan aman dan baik. Proses penyimpanan tidak
hanya pada barang jadi tapi juga bahan baku.
4. Pemakaian
Dalam memproduksi perlu dilihat apakah sudah ada petunjuk
atau informasi cara menggunakan produk dengan tepat. Sehingga
tidak terjadi complain terhadap kualitas produk tapi sebetulnya
masalahnya adalah karena pemakaian yang kurang tepat.
5. Sistem kontrol
Diperlukan adanya sistem kontrol untuk memantau proses
produksi berjalan dengan baik, menghasilkan produk yang
berkualitas dan sesuai dengan pesanan konsumen. Sistem
kontrol dimulai dengan penerimaan bahan baku, proses produksi,
kemasan, penyimpanan, hingga distribusi. Salah satu faktor
penting yang perlu dikontrol adalah sumber daya manusia yang
terlibat dalam seluruh proses produksi.