Anda di halaman 1dari 41

KECEMASAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG

MENGHADAPI HOSPITALISASI DI RUMAH


SAKIT BAYANGKARA AMBON

PROPOSAL

Oleh :
MELVIN PASALBESSY
NPM. 1420118236

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2020
LEMBARAN PERSETUJUAN
KECEMASAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
YANG MENGHADAPI HOSPITALISASI DI RUMAH
SAKIT BAYANGKARA AMBON

PROPOSAL

Disusun Oleh :
Melvin Pasalbessy
NPM. 1420118236

Proposal ini Telah Di Setujui


Tanggal, Agustus 2020

Pembimbing I Pembimbing II

(Karyadi, S.Kep.,M.PH) (Ns. Dewi Syitra Rumadaul, S.Kep)

Mengetahui
Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan

(Ira Sandy Tunny, S.Si.,M.Kes)


NIDN : 1208098501

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan anugerah-nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelasaikan proposal yang berjudul “Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah

Yang Menghadapi Hospitalisasi Di Rumah Sakit Bayangkara Ambon

Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai

pihak proposal ini tidak dapat di selesaikan dengan baik. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Lukman La Basy, S. Farm.,M,Sc.Apt selaku ketua STIkes Maluku

Husada.

2. Ira Sandy Tunny, S.Si.,M.Kes, Selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Stikes Maluku Husada.

3. Bapak Karyadi, S.Kep.,M.PH sebagai pembimbing 1 yang selama ini

memberikan bimbingan, motivasi, dan dukungan bagi penulis sehingga

dapat menyelasaikan proposal ini

4. Ns. Dewi Syitra Rumadaul, S.Kep sebagai pembimbing 2 yang selama ini

memberikan bimbingan, motivasi, dan dukungan bagi penulis sehingga

dapat menyelasaikan proposal ini

5. Orang Tuaku tercinta Bapak Paul dan Mama Ana Kristiana dengan

pengorbanan dan doa yang tulus dengan sabarnya memelihara,

Menasehati penulis serta menjadi motivator bagi penulis.

iii
6. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dan memberikan

semangat bagi penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan dengan

baik

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu dalam

penyusunan proposal ini

Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak terlepas dari kekurangan dan

kesalahan, untuk itu penulis tidak mampu untuk membalas semuanya, tetapi

penulis hanya dapat mendoakan Kepada Tuhan Yang Maha Esa sang pemberi

hidup kiranya selalu menjaga, melindungi, dan memberkati kita semua.

Ambon, Agustus 2020

penulis

iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN JUDUL ………………………………………………….... i
LEMBARAN PENGESAHAN…..…………………………...………..…. ii
KATA PENGANTAR ……………………………………….…………... iii
DAFTAR ISI .……………………………………………………………. v
DAFTAR TABEL …………………………………………………........... vii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... viii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………... 1


1.1. Latar Belakang ………………………………………………….. 1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 3
1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………........ 4
1.4. Manfaat Penelitian ……..…............................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………................................................ 5
2.1. Konsep Dasar Teori….……………………………………........... 5
2.1.1. Konsep Dasar Kecemasan.................................................... 5
2.1.2 Konsep Dasar Anak Pra Sekolah………......…………….... 15
2.1.3 Konsep Dasar Hospitalisasi................................................... 18
2.2. Keaslian Penelitian…...................................................................... 21
BAB III KERANGKA TEORI ................................................................ 23
3.1. Kerangka Teori ............................................................................... 23
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 24
4.1. Desain Penelitian ............................................................................ 24
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................... 24
4.2.1. Tempat penelitian ................................................................. 24
4.2.2. Waktu Penelitian .................................................................. 24
4.3. Populasi, Sampel dan Sampling...................................................... 24
4.3.1. Populasi ................................................................................ 25
4.3.2. Sample dan sampling ........................................................... 26
4.4. Variabel Penelitian ......................................................................... 26
4.5. Defenisi Operasional....................................................................... 26
4.6. Intrumen Penelitian......................................................................... 27
4.7. Prosedur Pengumpulan Data........................................................... 27
4.8. Analisa Data.................................................................................... 28
4.9. Etika Penelitian................................................................................ 28
4.9.1. Informet Consent .................................................................. 28
4.9.2. Anonimity (tanpa nama) ........................................................ 28
4.9.3. Confidentiality (kerahasiaan) ................................................ 28
4.9.4. Security (keamanan) ............................................................. 29
4.9.5. Act fairly (bertindak adil) ..................................................... 29
Daftar Pustaka
Lampiran

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1. Keaslian Penelitian .................................................................... 21
2.2. Defenisi Operasional ................................................................. 25

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengambilan Data Awal


Lampiran 2 Lembaran Penjelasan penelitian
Lampiran 3 Lembaran Persetujuan Responden
Lampiran 4 Kuesioner

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anak pra sekolah merupakan periode kanak-kanak awal antara usia 3-5

tahun. Pada usia ini anak mampu melakukan berbagai gerakan seperti berlari,

melempar, berhitung. Sistem musculoskeletal masih belum matang sepenuhnya

membuat anak rentan terhadap cidera, terutama dengan pengerahan tenaga yang

berlebihan atau aktivitas yang berlebihan. Anak pra sekolah menangis dengan

tenang, menolak untuk makan atau meminum obat, atau secara umum tidak

kooperatif. Selain itu, anak pra sekolah yang dihospitalisasikan kehilangan kontrol

terhadap lingkungan (Sarah & Manik, 2019).

Permasalahan anak sakit merupakan permasalahan yang kompleks di

Indonesia. Pada masa usia prasekolah aktifitas anak yang meningkat

menyebabkan anak sering kelelahan sehingga menyebabkan rentan terserang

penyakit akibat daya tahan tubuh yang lemah pula hingga anak diharuskan untuk

menjalani hospitalisasi (Sarah & Manik, 2019). Hospitalisasi merupakan keadaan

yang mengharuskan anak tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan

karena suatu alasan yang berencana maupun kondisi darurat. Tinggal di rumah

sakit dapat menimbulkan kecemasan bagi anak dan keluarga mereka. Efek

hospitalisasi pada anak dapat memberikan reaksi perilaku penolakan seperti

berteriak, memanggil orang tua, serta menyerang dengan fisik seperti memukul,

menendang, mencubit, dan juga mencoba melarikan diri, sedangkan pada anak

1
2

yang mengalami putus asa reaksi tingkah lakunya seperti sedih, malas, diam, tidak

tertarik dengan lingkungan Wong (2013, dalam Sarah & Manik, 2019).

Berdasarkan data dari (American Heart Association ,2017), anak-anak

sangat rentan terhadap stres yang berhubungan dengan prosedur tindakan invasif.

Seperti pemasangan infus yang akan menimbulkan rasa nyeri dan sakit pada anak,

dan juga bias menimbulkan trauma pada anak sehingga mengalami kecemasan

dan stress. Sebuah survei di Amerika Serikat menunjukkan pada tahun 2012

jumlah anak usia di bawah 17 tahun yang di rawat di rumah sakit di Amerika

sebanyak 5,9 juta atau 7.928 per 100.000 penduduk dengan lama perawatan rata-

rata tiga sampai empat hari (Sarah & Manik, 2019).

Hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, didapatkan

data rata-rata anak yang menjalani rawat inap di rumah sakit di seluruh Indonesia

adalah 2,8% dari total jumlah anak 82.666 orang. Angka kesakitan anak pra

sekolah di Indonesia 2,1 juta atau sekitar 8%. Pada anak usia prasekolah

merasakan sakit dan harus dihospitalisasi merupakan hukuman baginya dan 1/3

anak usia pra sekolah mengalami hospitalisasi (Ramaita & Putri, 2019).

Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien

anak yang mengalami hospitalisasi. Kecemasan yang sering dialami seperti

menangis, dan takut pada orang baru. Banyaknya stressor yang dialami anak

ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negative yang mengganggu

perkembangan anak. Lingkungan rumah sakit dapat merupakan penyebab stress

dan kecemasan pada anak (Aisyiyah, 2017). Menurut Ratna (2012, dalam

Aisyiyah, 2017) kecemasan (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman

subjektif dari seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaanyang


3

membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan

Kecemasan hospitalisasi pada anak dapat membuat anak menjadi susah makan,

tidak tenang, takut, gelisah, cemas, dalam tidak mau bekerja sama dalam tindakan

medikasi sehingga mengganggu peroses penyembuhan anak. Masa hospitalisasi

pada anak prasekolah juga dapat menyebabkan post traumatic stress disorder

(PSTD) yang dapat menyebabkan trauma hospitalisasi berkepanjangan bahkan

setelah anak beranjak dewasa (Aisyiyah, 2017).

Hasil studi pendahuluan peneliti pada tanggal 8 agustus 2020 peneliti telah

melakukan pengambilan data awal di Rumah Sakit Bayangkara Ambon didapati

jumlah pasien anak dari bulan Mei – juli 2020 sebanyak 95 anak yang di rawat.

Hasil wawancara peneliti pada tanggal 8 agustus 2020 bahwa orang tua anak di

ruangan anak Rumah Sakit Bayangkara Ambon, dari 16 jumlah total pasien anak

semua orang tua dari masing-masing anak mangatakan anaknya takut merasa

cemas sementara mendapat perawatan dari perawat serta anak merasa takut atau

menangis bila orang tuanya pergi keluar dari ruangan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut tentang : Kecemasan Pada Anak Usia Pra

Sekolah Yang Menghadapi Hospitalisasi Di Rumah Sakit Bayangkara Ambon

(Tahun 2020).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan data di atas, maka di rumuskan rumusan masalah sebagai

berikut : Bagaimanakah Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang

Menghadapi Hospitalisasi Di Rumah Sakit Bayangkara Ambon Tahun 2020 ?


4

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kecemasan Pada Anak Usia Pra

Sekolah Yang Menghadapi Hospitalisasi Di Ruang Anak Rumah Sakit

Bayangkara Ambon Tahun 2020.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Teoritis

Diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang Tingkat

Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang Menjalani Hospitalisasi

yang ada di lingkungan rumah sakit, lingkungan kesehatan lainya dan

menjadi bahan bacaan di perpustakaan STIKes Maluku Husada.

1.4.2. Praktis

a. Rumah Sakit

Memberi informasi atau masukan bagi ruang lingkup kerja kesehatan

khususnya di Rumah Sakit Bayangkara Ambon dengan Tingkat

Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang Menjalani

Hospitalisasi di Ruangan Anak Rumah Sakit Bayangkara Ambon.

b. Orang Tua Pasien

Masukan peran orang tua dalam meminimalkan kecemasan pada anak

rawat inap

c. Peneliti selanjutnya

Sebagai bahan bacaan atau referensi untuk menambah wawasan bagi

mahasiswa STIKes Maluku Husada khususnya jurusan keperawatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep dasar Teori

2.1.1. Konsep Dasar Kecemasan

A. Pengertian

Steven Schwartz, S (2000, dalam Annisa & Ifdil, 2016)

kecemasan berasal dari kata Latin anxius, yang berarti penyempitan

atau pencekikan. Kecemasan mirip dengan rasa takut tapi dengan

fokus kurang spesifik, sedangkan ketakutan biasanya respon terhadap

beberapa ancaman langsung, sedangkan kecemasan ditandai oleh

kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga yang terletak di masa

depan.

Menurut Feist dan Feist (2006, dalam (Desy Nurwulan, 2017)

kecemasan merupakan keadaan suasana hati yang ditandai oleh efek

negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang

mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di

masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan

mungkin melibatkan perasaan perilaku dan respon-respon fisiologis.

Menurut Patasik, (2013, dalam Prof & Manado, 2019).

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan

emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subjektif

dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan dapat

5
6

disebabkan oleh adanya perasaan takut tidak diterima dalam

lingkungan tertentu, pengalaman traumatis akan perpisahan atau

kehilangan, rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan dan

ancaman terhadap integritas diri maupun konsep diri

B. Macam-macam Kecemasan

Menurut Feist dan Feist (2010, dalam Desy Nurwulan, 2017)

terdapat tiga jenis kecemasan, yaitu kecemasan neurosis, kecemasan

moral dan kecemasan realistis. Ketiga kecemasan tersebut saling

berkaitan antara satu dan yang lainnya dan tidak terdapat batas yang

jelas antaraketiga jenis kecemasan tersebut.

1. Kecemasan neurosis (neurotic anxiety) adalah rasa cemas

terhadap bahaya yang tidak diketahui. Perasaan cemas tersebut

berada pada ego, tetapi muncul dikarenakan adanya dorongan id.

2. Kecemasan mora (moral anxiety) bermula dari konflik antar ego

dengan superego. Bermula dari konflik tersebut maka kecemasan

moral sering dikatakan sebagai kecemasan suara hati. Pada anak

yang sedang membentuk superego maka kecemasan akan muncul

secara berkembang.

3. Kecemasan realistis (realistic anxiety) didefinisikan

sebagaiperasaan tidak menyenangkan yang tidak spesifik

mencangkup kemungkinan bahaya akan terjadi. Kecemasan

realistis merupakan kecemasan yang berkaitan dengan rasa takut,

namun berbeda dengan rasa takut itu sendiri. Kecemasan realistik


7

berbeda dengan rasa takut karena tidak mencangkup objek secara

khusus ditakuti melainkan sesuatu yang tidak bisa dikontrol.

C. Respon Kecemasan

Menurut Barlow (2002, dalam Desy Nurwulan, 2017)

mengemukakan respon kecemasan memiliki empat komponen, yaitu

respon subjektif emosional, respon kognitif, respon fisiologis dan

respon perilaku.

1. Respon subjektif emosional, merupakan respon emosional yang

dirasakan, seperti perasaan tertekan dan ketakutan.

2. Respon kognitif berupa pemikiran khawatir dan pemikiran tidak

mampu untuk mengatasi berbagai hal.

3. Respon fisiologis berupa perubahan yang terjadi pada fisik

seseorang seperti meningkatnya denyut jantung, tekanan darah,

menegangnya otot-otot, peningkatan intensitas bernafas, mual,

mulut kering, dehidrasi dan berkeringat.

4. Respon perilaku berupa perilaku menghindar dari situasi tertentu

yang dapat menganggu dalam penyelesaian tugas.

Menurut Clark dan Beck (2010, dalam Desy Nurwulan, 2017)

memaparkan simtom kecemasan. Simtom-simtom tersebut terdiri dari

simtom fisik, simtom kognitif, simtom perilaku dan simtom afektif,

secara terperinci sebagai berikut:

1. Simtom fisik terdiri dari detak jantung meningkat; nafas pendek

dan cepat; nyeri dada atau dada terasa tertekan, sesenggukan,

pusing, berkeringat, kedinginan, merasa mual, diare, sakit perut,


8

gemetar, kesemutan, kelelahan, goyah, pingsan, otot tegang dan

kaku dan mulut kering.

2. Simtom kognitif terdiri dari takut kehilangan kendali, takut cidera

fisik atau kematian, takut akan menjadi “gila”, takut akan

penilaian negatif dari orang lain, pengalaman menakutkan;

gambar atau ingatakan, persepsi ketidaknyataan, konsentrasi yang

buruk, kebingungan, mudah terakihkan, penyempitan perhatian,

terlalu fokus pada ancaman, memori yang buruk, kesulitan dalam

penalaran, kehilangan objektivitas.

3. Simtom perilaku terdiri dari menghindari isyarat ancaman atau

situasi, mengurung diri; mencari jaminan atas keselamatan diri,

gelisah, mondar-mandir; hiperventilasi; tidak dapat bergerak atau

terlalu banyak gerak, sulit bicara.

4. Simtom afektif terdiri dari gugup, tegang, takut, tidak sabar,

frustasi.

D. Rentang Respons Ansietas

Menurut Stuart, Gail. W (2007, dalam Desy Nurwulan, 2017)

menjelaskan bahwa :

1. Respons Adaptif

Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima

dan mengatur kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu

tantangan, motivasi yang kuat untuk menyelesaikan masalah dan

merupakan sarana untuk mendapatkan penghargaan yang tinggi.

Strategi adaptif biasanya digunakan seseorang untuk mengatur


9

kecemasan antara lain dengan berbicara kepada orang lain,

menangis, tidur, latihan, dan menggunakan teknik relaksasi.

2. Respons Maladaptif

Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan

mekanisme koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan

dengan yang lainnya. Koping maladaptif mempunyai banyak jenis

termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas isolasi diri, banyak

makan, konsumsi alkohol, berjudi, dan penyalahgunaan obat

terlarang.

Menurut Stuart dan Sundeen (2008, dalam Desy Nurwulan,

2017) ada beberapa tingkat kecemasan dan karakteristiknya antara

lain:

1. Kecemasan ringan

a) Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.

b) Kewaspadaan meningkat.

c) Persepsi terhadap lingkungan meningkat.

d) Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan

menghasilkan kreatifitas.

e) Respon fisiologis : sesekali napas pendek, nadi dan tekanan

darah meningkat sedikit , gejala ringan pada lambung, muka

berkerut serta bibir bergetar

f) Respon kognitif : mampu menerima rangsangan yang

kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah

secara efektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan.


10

g) Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor

halus pada tangan dan suara kadang-kadang meninggi.

2. Kecemasan Sedang

a) Respon fisiologis : sering napas pendek, nadi ekstra siastol

dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/

konstipasi, sakit kepala, sering berkemih dan letih.

b) Respon kognitif : memusatkan perhatiannya pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi

menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima.

c) Respon perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak, terlihat

lebih tegang, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan

perasaan tidak aman.

3. Kecemasan Berat

a) Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan

mengabaikan hal yang lain.

b) Respon fisiologis : napas pendek, nadi dan tekanan darah

naik berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkabut, serta

tampak tegang.

c) Respon kognitif : tidak mampu berpikir berat lagi dan

membutuhkan banyak pengarahan dan tuntunan serta lapang

persepsi menyempit.

d) Respon perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat

dan komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat).


11

4. Panik

a) Respon fisiologis : napas pendek, rasa tercekik, dan palpitasi,

sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi

motorik.

b) Respon kognitif : gangguan realitas, tidak dapat berpikir

logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan

ketidakmampuan memahami situasi.

c) Respon perilaku dan emosi : agitasi, mengamuk, dan marah,

ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali/kontrol diri

(aktivitas motorik tidak menentu), perasaan terancam, serta

dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan

orang lain.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Stuart (2013, dalam Thamrin, 2016) faktor yang

mempengaruhi kecemasan dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Faktor prediposisi yang menyangkut tentang teori kecemasan:

a) Teori Psikoanalitik

Teori Psikoanalitik menjelaskan tentang konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian diantaranya Id

dan Ego. Id mempunyai dorongan naluri dan impuls

primitive seseorang, sedangkan Ego mencerminkan hati

nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya

seseorang. Fungsi kecemasan dalam ego adalah

mengingatkan ego bahwa adanya bahaya yang akan datang.


12

b) Teori Interpersonal

kecemasan merupakan perwujudan penolakan dari individu

yang menimbulkan perasaan takut. Kecemasan juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kecemasan.

Individu dengan harga diri yang rendah akan mudah

mengalami kecemasan.

c) Teori perilaku

Pada teori ini, kecemasan timbul karena adanya stimulus

lingkungan spesifik, pola berpikir yang salah, atau tidak

produktif dapat menyebabkan perilaku maladaptif. Menurut

Stuart (2013, dalam Thamrin, 2016) penilaian yang

berlebihan terhadap adanya bahaya dalam situasi tertentu dan

menilai rendah kemampuan dirinya untuk mengatasi

ancaman merupakan penyebab kecemasan pada seseorang.

d) Teori biologis

Teori biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor

khusus yang dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi

(GABA) yang berperan penting dalam mekanisme biologis

yang berkaitan dengan kecemasan. Gangguan fisik dan

penurunan kemampuan individu untuk mengatasi stressor

merupakan penyerta dari kecemasan.


13

2. Faktor presipitasi

a) Faktor Eksternal

1) Ancaman Integritas Fisik Meliputi ketidakmampuan

fisiologis terhadap kebutuhan dasar sehari-hari yang bisa

disebabkan karena sakit, trauma fisik, kecelakaan.

2) Ancaman Sistem Diri Diantaranya ancaman terhadap

identitas diri, harga diri, kehilangan, dan perubahan

status dan peran, tekanan kelompok, sosial budaya.

b) Faktor Internal

1) Usia

Gangguan kecemasan lebih mudah dialami oleh

seseorang yang mempunyai usia lebih muda

dibandingkan individu dengan usia yang lebih tua

(Thamrin, 2016).

2) Stressor

stressor merupakan tuntutan adaptasi terhadap individu

yang disebabkan oleh perubahan keadaan dalam

kehidupan. Sifat stresor dapat berubah secara tiba-tiba

dan dapat mempengaruhi seseorang dalam menghadapi

kecemasan, tergantung mekanisme koping seseorang

(Thamrin, 2016).

3) Lingkungan Individu yang berada di lingkungan asing

lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia


14

berada di lingkungan yang biasa dia tempati (Thamrin,

2016).

4) Jenis kelamin Wanita lebih sering mengalami kecemasan

daripada pria. Wanita memiliki tingkat kecemasan yang

lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan

bahwa wanita lebih peka dengan emosinya, yang pada

akhirnya mempengaruhi perasaan cemasnya (Thamrin,

2016).

5) Pendidikan

kemampuan berpikir individu dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka

individu semakin mudah berpikir rasional dan

menangkap informasi baru. Kemampuan analisis akan

mempermudah individu dalam menguraikan masalah

baru (Thamrin, 2016).

F. Facial Image Scale (FIS).

Kecemasan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan

Facial Image Scale (FIS) Menurut Buchannan (2002, dalam Wijaya,

2015) Facial Image Scale (FIS) merupakan alat ukur yang digunakan

untuk mengukur tingkat kecemasan yang terdiri dari lima kategori

ekspresi wajah yang menggambarkan situasi atau keadaan dari

kecemasan, mulai dari ekspresi wajah sangat senang (skor 1) hingga

sangat tidak senang (skor5). Skor 1 merupakan ekspresi yang paling

poaitif dan skor 5 merupakan ekspresi paling negatif. Studi validitas


15

menunjukkan bahwa FIS cocok untuk mengukur tingkat kecemasan

pada anak. Alat ukur ini dipilih sebagai alat ukur dalam menilai

kecemasan pada anak karena didasarkan pada sifat gambar yang

sederhana dan mudah untuk dimengerti. FIS merupakan skala

pengukuran berjenis likert. Skala likert meruapakan skala yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang

terhadap fenomena sosial yang ditunujukkan melalui respon sangat

setuju hingga sangat tidak setuju (Wijaya, 2015).

Gambar 2.1. Facial Image Scale (FIS)

Keterangan gambar :

a. Gambar 1 adalah Sangat senang ditunjukkan dengan sudut bibir

terangkat ke atas ke arah mata dan memiliki skor 1.

b. Gambar 2 adalah Senang ditunjukkan dengan sudut bibir sedikit

terangkat ke atas ke arah mata dan memiliki skor 2.

c. Gambar 3 adalah Agak tidak senang ditunjukkan dengan sudut bibir

ditarik ke samping atau tidak bergerak dan memiliki skor 3.

d. Gambar 4 adalah Tidak senang ditunjukkan dengan sudut bibir

ditekuk ke bawah ke arah dagu dan memiliki skor 4.


16

e. Gambar adalah Sangat tidak senang ditunjukkan dengan sudut bibir

sangat ditekuk ke bawah ke arah dagu hingga menangis dan memiliki

skor 5.

2.1.2. Konsep Dasar Anak Pra Sekolah

A. Definisi Anak Pra Sekolah

Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3–6 tahun. Dalam

usia ini umumnya anak mengikuti program anak (3 tahun–5 tahun)

dan kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun

biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak Kanak Menurut

Patmonedewo (Alinda, 2018)

Menurut Patmonedewo (2008, dalam (Alinda et al., 2018)

Anak prasekolah adalah anak yang masih dalam usia 3–6 tahun,

mereka biasanya sudah mampu mengikuti program prasekolah atau

Taman Kanak Kanak. Dalam perkembangan anak prasekolah sudah

ada tahapan–tahapannya, anak sudah siap belajar khususnya pada usia

sekitar 4–6 tahun memiliki kepekaan menulis dan memiliki kepekaan

yang bagus untuk membaca. Perkembangan kognitif anak masa

prasekolah berbeda pada tahap praoperasional

B. Ciri-ciri Anak Prasekolah

Kartono (2007, dalam Alinda, 2018), mengemukakan ciri–ciri

anak prasekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.

1. Ciri Fisik

Penampilan atau gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan

anak yang berada dalam tahapan sebelumnya. Anak prasekolah


17

umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan

(kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan–

kegiatan yang dapat dilakukan sendiri. Ciri fisik pada anak ussia

4–6 tahun tinggi badan bertambah rata–rata 6,25–7,5 cm

pertahun. Berat badan anak usia 4–6 tahun rata–rata 2,3 kg

pertahun, berat badan rata–rata anak usia 4 tahun adalah 16,5 kg.

2. Ciri Sosial

Anak prasekolah biasanya juga mudah bersosialisasi dengan

orang sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu

atau dua sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat

menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan

teman. Sahabat yang biasanya dipilih yang sama jenis

kelaminnya, tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat yang

terdiri dari jenis kelamin berbeda. Pada usia 4–6 tahun anak sudah

memiliki ketertarikan selain dengan orangtuanya, termasuk kakek

nenek, saudara kandung, dan guru sekolah, anak memerlukan

interaksi yang teratur untuk membantu keterampilan sosialnya

3. Ciri Emosional

Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan

bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati pada anak prasekolah

sering terjadi. Mereka sering kali memperebutkan perhatian guru

dan orang disekitarnya.

4. Ciri Kognitif

Anak prasekolah umumnya sudah terampil berbahasa, sebagian


18

dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya.

Sebaiknya anak diberi kesempatan menjadi pendengar yang baik.

Pada usia 2–4 tahun anak sudah dapat menghubungkan satu

kejadian dengan kejadian yang simultan dan anak mampu

menampilkan pemikiran yang egosentrik, pada usia 4–6 tahun

anak mampu membuat klasifikasi, menjumlahkan dan

menghubungkan objek–objek anak mulai menunjukkan proses

berfikir intuitif (anak menyadari bahwa sesuatu adalah benar

tetapi dia tidak dapat mengatakan alasannya), anak banyak

menggunakan kata yang sesuai tetapi kurang memahami makna

sebenarnya serta anak tidak mampu untuk melihat sudut pandang

orang

2.1.3. Konsep dasar Hospitalisasi

A. Pengertian Hospitalisasi

Menurut Saputro (2017, dalam Alinda, 2018) . Hospitalisasi

merupakan suatu alasan dimana seseorang berada di Rumah Sakit

sebagai pasien untuk melaksanakan pemeriksaan diagnostik, prosedur

operasi, perawatan medis, pemberian obat dan menstabilkan atau

pemantauan kondisi tubuh. Hospitalisasi merupakan suatu kondisi

yang krisis saat anak berada di Rumah Sakit. Hospitalisasi terjadi

karena anak berusaha menyesuaikan lingkungan yang baru yaitu

Rumah Sakit, kondisi tersebut menjadi stressor bagi anak, orang tua,

dan keluarga dan bisa menjadi masalah besar yang menimbulkan

ketakutan dan kecemasan. Sehingga menyebabkan perubahan


19

fisiologis dan psikologis jika anak tidak mampu beradaptasi terhadap

perubahan tersebut. Respon fisiologis yang muncul seperti perubahan

pada sistem kardiovskuler denyut jantung meningkat, perubahan pola

nafas yang semakin cepat. Hospitalisasi juga membuat nafsu makan

menurun, pusing, hingga insomnia. Perubahan perilaku juga terjadi

seperti gelisah, rewel, menangis, memberontak, menarik diri hingga

waspada terhadap lingkungan. Hal-hal ini yang menyebabkan anak

tidak nyaman dan menggangu proses perawatan serta pengobatan pada

anak.

B. Dampak hospitalisasi

Menurut Saputro (2017, dalam Alinda, 2018) Hospitalisasi

juga berdampak pada pekembangan anak. Anak yang sakit dan

dirawat di Rumah Sakit akan mengalami kecemasan dan ketakutan.

Dampak jangka pendek dari kecemasan dan ketakutan apabila tidak

segera ditangani maka akan membuat anak melakukan penolakan

terhadap tindakan keperawatan dan pengobatan sehingga

memperlama hari rawat, memperberat kondisi anak dan dapat

menyebabkan kematian. Dampak jangka panjang dari anak sakit

apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan kesulitan,

kemampuan membaca yang memburuk, menurunnya kemampuan

intelektual, serta mengalami gangguan bahasa dan perkembangan

kognitif.
20

C. Manfaat hospitalisasi

Menurut Saputro (2017, dalam Alinda, 2018) Hospitalisasi

selain menyebabkan stress pada anak tetapi juga dapat memberikan

manfaat yang baik bagi anak, salah satunya yaitu menyembuhkan

anak, memberikan kesempatan anak untuk mengatasi stress yang

dialami serta dapat memberikan penglaman bersosialisasi dan

memperluas hubungan interpersonal mereka. Meskipun

menimbulkan krisis pada anak, hospitalisasi yang dijalani oleh anak

dapat membuat meraka bisa menangani masalah yang mereka alami.

Manfaat psikologis yang di dapat keluarga yakni meningkatkan dan

memperkuat koping keluarga. Manfaat psikologis ini perlu

ditingkatkan dengan melakukan berbagai cara diantaranya adalah :

1. Membantu mengembangkan hubungan orang tua dengan anak

Ketika berada di Rumah Sakit kedekatan anak dan orang tua

akan nampak terlihat jelas. Kejadian yang di alami anak ketika

menjalani hospitalisasi akan membuat orang tua sadar dan

memberikan kesempatan orang tua untuk lebih memahami anak

yang sedang mengalami stess. Sehingga orang tua akan lebih

memperhatikan anak dan memberikan dukungan kepada anak

untuk siap menghadapi hospitalisasi.

2. Menyediakan kesempatan belajar

Sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit akan membuat anak dan

orang tua belajar tentang tubuh mereka dan profesi kesehatan.

Anak-anak yang lebih besar dapat belajar tentang penyakit dan


21

memberikan pengalaman terhadap professional kesehatan

sehingga dapat membantu dalam memilih pekerjaan yang

nantinya akan menjadi keputusannya. Bagi orang tua mereka

belajar tentang kebutuhan anak, kemandirian, kenormalan serta

keterbatasan. Untuk keduanya akan menemukan sistem support

yang baru dari staf Rumah Sakit.

3. Meningkatkan penguasaan diri

Pengalaman yang dialami anak ketika menjalani hospitalisasi

dapat memberikan penguasaan diri kepada anak, yaitu anak akan

menyadari bahwa mereka tidak disakiti tapi mereka dicintai

dirawat, dan diobati dengan sepenuh hati.

4. Menyediakan lingkungan sosialisasi

Hospitalisasi dapat memberikan kesempatan pada anak dan

orang tua untuk penerimaan sosial. Mereka akan merasakan

bahwa tidak hanya mereka yang mengalami krisis namun orang

lain juga ikut merasakannya. Anak dan orang tua menemukan

kelompok sosial yang baru yang juga memiliki masalah sama

sehingga memungkinkan mereka untuk saling berinteraksi,

bersosialisasi satu sama lain.


22

2.2. Keaslian Penelitian

Berikut ini beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang peneliti teliti

yaitu :

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

Nama Peneliti Judul penelitian Metode penelitian Analisis penelitian Hasil Penelitian
Sri Gustini, Hubungan Penelitian ini Menggunatan Hasil uji analisis
Tri Mulyono Perilaku Caring menggunakan Analisis Univariat menunjukkan
dan Perawat dengan desain penelitian dan Analisis bahawa terdapat
Maryono, Stres survey analitik Bivariat hubungan antara
2020 Hospitalisasi dengan caring perawat
menggunakan
pada Anak Usia dengan stres
Toddler di kuesioner yang hospitalisasi
Ruang Rawat digunakan dimana dari 23
Anak Rumah adalah kuesioner responden yang
Sakit Umum dengan menyatakan
Daerah Cut pertanyaan caring perawat
Nyak Dhien tertutup baik, 65,2%
Meulaboh sebanyak 10 memiliki stres
pernyataan pada kategori
tentang perilaku ringan.
caring perawat Sedangkan dari
21 responden
yang
menyatakan
caring perawat
kurang, 71,4%
merasakan stres
pada kategori
sedang. Hasil uji
statistik
menunjukkan
nilai p=0,033
(p<0,05).
Artinya ada
hubungan yang
signifikan antara
caring perawat
dengan stres
hospitalisasi.
23

Y. M. W. Efektifitas Penelitian ini Menggunatan Penelitian ini


Hadi, Penerapan menggunakan Analisis Univariat menunjukkan
Z. Munir, Metode desain penelitian dan Analisis bahwa rata
W.N Siam Family - dengan Bivariat - rata stres
2019 Centered Care menggunakan sebelum
terhadap Pasien pendekatan one dan sesudah
Anak dengan group pre test diberi
Stress - post test perlakuan
Hospitalisasi mengalami
penurunan yaitu
dari 66,11
menjadi 47,83,
dilihat dari uji
statistik t hitung
> ttabel (11,219
> 2,03) dan ρ
value
(0,000<0,05),
maka H1
diterima
yaitu
menunjukkan
bahwa ada
pengaruh
penerapan
metode Family
- Centered
Careterhadap
pasien anak
dengan stress
hospitalisasi di
Puskesmas
Prajekan
Bondowoso.
BAB III

KERANGKA TEORI

3.1 Kerangka Teori

Faktor prediposisi
 Psikoanalitik
 Interpersonal
 perilaku
 biologis

Faktor presipitasi
 Faktor Eksternal
- Ancaman Integritas Fisik Tingkat Kecemasan
- Ancaman Sistem Diri
 Faktor Internal
- Usia
- Stressor
- Lingkungan
- Jenis kelamin
- Pendidikan

Gambar 3.1. Kerangka Teori

24
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

Menurut Sugiyono (2017) penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan

untuk menjawab rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap

keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih.

4.2. Tempat danWaktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di ruangan anak Rumah Sakit Bayangkara

Ambon, karena hasil pengamatan peneliti di Rumah Sakit Bayangkara

Ambon tersebut terdapat pasien anak yang menghadapi hospitalisasi.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan dari bulan agustus 2020 sampai dengan

bulan september 2020.

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2018). Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak pra sekolah (16

25
26

anak pra sekolah) yang sedang dirawat di ruangan anak Rumah Sakit

Bayangkara Ambon.

4.3.2 Sampel dan sampling

Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling incidental.

“Sampling incidental yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan

yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dapat

digunakan sebagai sampel bila dipandang orang kebetulan ditemui itu cocok

sebagai sumber data”. (Sugiyono, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah

anak pra sekolah (16 anak pra sekolah) . Tehnik pengambilan sampel

dilakukan secara insidential sampling, yaitu responden diperoleh secara

kebetulan saat penelitian selama 1 bulan.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yaitu tingkat “kecemasan” anak usia pra sekolah yang

menjalani hospitalisasi

4.5 Defenisi Operasional


Tabel 2.2. Keaslian Penelitian
No Variabel Defenisi Alat Indikator Penelitian Skala
Ukur Ukur

1 Kecemasan Perasaan takut Dengan a. Sangat senang Ordinal


akan terjadi menggun memiliki skor 1.
sesuatu di akan b. Senang memiliki
sebabkan oleh kuisioner skor 2.
bahaya yang Facial c. Agak tidak
mengancam Image senang memiliki
perasaan Scale skor 3.
seseorang (FIS). d. Tidak senang
memiliki skor 4.
e. Sangat tidak
senang memiliki
skor 5.
27

4.6 Intrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini akan menggugakan kuesioner kuisioner

Facial Image Scale (FIS). Kuesioner Facial Image Scale (FIS) merupakan alat

ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan yang terdiri dari lima

kategori ekspresi wajah yang menggambarkan situasi atau keadaan dari

kecemasan, mulai dari ekspresi wajah sangat senang (skor 1) hingga sangat tidak

senang (skor5). Skor 1 merupakan ekspresi yang paling positif dan skor 5

merupakan ekspresi paling negatif.

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Tahapan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Tahap persiapan

1) Setelah judul proposal penelitian di setujui oleh pembimbing 1,

pembimbing 2 dan kemudian di laporkan ke bagian perpustakaan untuk

memasukan judul proposal penelitian

2) Mengajukan surat studi pendahuluan ke bagian STIkes Maluku Husada.

3) Setelah mendapat surat study pendahuluan dari STIkes Maluku Husada

peneliti mengajukan surat studi pendahuluan di Rumah Sakit Bayangkara

Ambon. Sebelumnya peneliti akan memperkenalkan diri terlebih dahulu,

kemudian peneliti memberi tau maksut dan tujuan pengumpulan data.

b. Tahap pelaksanaana

1) Identifikasi subjek penelitian “anak pra sekolah” di ruangan anak Rumah

Sakit Bayangkara Ambon yang dijadikan sampel penelitian.


28

2) Peneliti melakukan pertemuan dengan responden, memperkenalkan diri

terlebih dahulu, kemudian peneliti memberi tau maksut dari penelitian,

bagaimana cara mengisi kuesioner dan kesepakatan waktu untuk

pembagian Kuesioner.

3) Pengumpulan hasil data Lembar Kuesioner yang telah di isi oleh

responden

4.8 Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa univariat.

Menurut Notoatmodjo (2012 dalam Desy Nurwulan, 2017) Analisis univariat

atau analisis diskripstif adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan

dibuat baik sendiri maupun kelompok dengan menghitung distribusi frekuensi dan

proporsinya untuk mengetahui karakteristik responden.

4.9 Etika Penelitian

4.9.1 Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden, penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

dan akan diberikan sebelum penelitian dilakukan.

4.9.2 Anonimity (tanpa nama)

Penggunaan subjek tidak mencantumkan nama responden pada lembar

kuesioner dan hanya menuliskan inisial pada pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan di sajikan.

4.9.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya.
29

4.9.4 Security (keamanan)

Dalam menjamin keamanan responden peneliti memberitahukan kepada

responden bahwa hasil penelitian tidak akan disebarluaskan dan hanya

digunakan untuk penelitian semata.

4.9.5 Act fairly (bertindak adil)

Dalam melakukan penelitian, peneliti melakukan tindakan yang sama pada

setiap responden yaitu dengan memberikan souvenir dan snack kepada

responden sebagai ucapan terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Aisyiyah, L. K. (2017). Lentera Kesehatan ‘Aisyiyah, 3(1): 220- 228. 3(1), 220–
228.
Alinda, A., Syed Norris, H., Marlia, P., Siti Hamisah, T., Cotet, G. B., Balgiu, B.
A., Zaleschi (Negrea), V. – C., Matusevych, T., Abu Ahmad, I., Teknologi,
U., Bandar, M., Abdul, TunAli, S., Rose, Pahang, R., Pendidikan, F.,
National Education Association (NEA), Information Management
Department, HASSAN, C. N. B., Luthfi, A., … Othman, A. (2018). No Title
‫ثقثقثقثق‬.‫بیبیب‬. https://doi.org/10.1051/matecconf/ 20171210700
Desy Nurwulan. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre Anestesi Dengan Tindakan Spinal Anestesi Di
Rsud Sleman Tahun 2017. 1–11.
Dona Fitri Annisa & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia). Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00
Ramaita, R., & Putri, S. B. (2019). Pengaruh Terapi Token Ekonomi Terhadap
Kecemasan Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi. 6(2), 95–
103.
Sarah, M., & Manik, R. C. D. (2019). Pengaruh Biblioterapi terhadap Tingkat
Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang Menjalani Hospitalisasi. 841–849.
http://sintaks.kitamenulis.id/index.php/Sintaks
Thamrin, R. (2016). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Pembelajaran Di
Laboratorium. 2009, 30.
Wariantini Hadi, Y. M., Munir, Z., & Siam, W. N. (2019). Efektifitas Penerapan
Metode Family-Centered Care terhadap Pasien Anak dengan Stress
Hospitalisasi. Citra Delima : Jurnal Ilmiah STIKES Citra Delima Bangka
Belitung, 3(2), 112–116. https://doi.org/10.33862/citradelima.v3i2.69
Wijaya, A. L. (2015). HUBUNGAN KECEMASAN PASIEN ANAK USIA 6-13
TAHUN TERHADAP PENCABUTAN GIGI DI PUSKESMAS SUMBERSARI
JEMBER.
Winarsi Pricilya Molintao. (2019). HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERATIF DI
INSTALASI GAWAT DARURAT TRAUMA RSUP PROF. DR. R.D KANDOU
MANADO. 7, 55–65.
Lampiran 1
Lampiran 2

PENJELASAN PENELITIAN (INFORMASION FOR CONSENT) BAGI PARTISIPAN


PENELITIAN

Saya yang bertanda tanagan di bawah ini :

Nama :
Umur :
Alamat :
Nomor kontak :
Email :

Judul penelitian : Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang Menjalani
Hospitalisasi Di Ruang Anak Rumah Sakit Bayangkara Ambon.

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang
Menjalani Hospitalisasi
Perlakuan yang di terapkan pada subjek :

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif: atudi kasus, dalam penelitian ini responden akan
dilakukan :
1. Jika Bapak/Ibu menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian ini, peneliti akan wawancara
terkait topik yang akan di teliti.
2. Bapak/Ibu akan di wawancarai masing-masing sesuai jadwal yang akan ditentukan sesuai
perjanjian kemudian.
3. Setiap wawancara yang di lakukan akan di dokumentasikan dan akan di jaga kerahasiaannya
sehingga tidak terjadi miskomunikasi.
4. Responden yang terlibat pada penelitian ini akan mendapatkan insentif berupa souvenir dari
peneliti.

Hak untuk undur diri :

Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan Bapak/Ibu berhak untuk
mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi yang merugikan Bapak/Ibu dan
apabila dalm penelitian ini tidak bersedia di jadikan partisipan.

Jaminan kerahasiaan data :

Semua data dan informasi Bapak/Ibu akan di jaga kerahasiaannya, yaitu dengan tidak
mencantumkan identitas Bapak/Ibu secara jelas dan pada laporan penelitian nama Bapak/Ibu dibuat
kode.

Pernyataan kesediaan :

Apabila Bapak/Ibu telah memahami penjelasan dan setuju sebagai partisipan dalam penelitian
ini, mohon menandatangani surat pernyataan bersedia berpartisipasi sebagai responden penelitian.

Ambon, 2020
Yang menerima penjelasan Saksi Hormat saya

(.........................................) (.........................................) (.........................................)


Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN

(INFORMED CONSENT)

No. Kode responden :

Saya yang bertandatangan dibawa ini, menyatakan berdsedia untuk menjadi responden

penelitian yang di lakukan oleh Melvin Pasalbessy mahasiswa program studi Ilmu

Keperawatan STIkes Maluku Husada yang berjudul :

” Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang Menjalani Hospitalisasi

Di Ruang Anak Rumah Sakit Bayangkara Ambon”.

Pada penelitian ini saat proses wawancara berlangsung dilaksanakan di tempat yang

telah disepakati sebelumnya dan kerahasiaan identitas responden sehingga terjadinya resiko

sangat minimal. Responden yang terlibat dalam penelitian ini akan mendapat insentif berupa

souvenir dari peneliti. Apabilah terjadi permasalahan selama yang setelah penelitian ini

berlangsung dapat menghubungi nomor peneliti 082198939989.

Persetujuan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun. Demikian

pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Ambon, 2020

Yang menerima penjelasan Saksi Hormat saya

(.........................................) (.........................................) (.........................................


Lampiran 4

Kuesioner Tingkat Kecemasan akibat Hospitalisasi

Facial Image Scale (FIS)


Nama inisial responden :
Jenis kelamin :
Umur :
Tanggal pemeriksaan :
Beri tanda rumput atau lingkari jawaban yang paling benar. Jangan berpikir terlalu
lama untuk masing – masing jawaban. Jawablah seperti yang andan rasasakan
sekaran.

Beri tanda (√) pada gambar dengan ekspresi wajah responden dengan
penentuan skor:
1) Gambar 1 adalah sangat tidak cemas ditunjukkan dengan sudut bibir
terangkat keatas kearah mata dan memiliki skor 1.
2) Gambar 2 adalah tidak cemas ditunjukkan dengan sudut bibir sedikit
terangkat keatas kearah mata dan memiliki skor 2.
3) Gambar 3 adalah cemas ringan ditunjukkan dengan sudut bibir ditarik ke
samping atau tidak bergerak dan memiliki skor 3.
4) Gambar 4 adalah cemas sedang ditunjukkan dengan sudut bibir ditarik ke
arah dagu dan memiliki skor 4.
5) Gambar 5 adalah sangat cemas (cemas berat) ditunjukkan dengan sudut bibir
sangat ditekuk ke bawah dagu hingga menangis dan memiliki skor 5.

Anda mungkin juga menyukai