Anda di halaman 1dari 2

REVIEW

Kearifan Lokal Desa Lereng Merapi dalam Menjamin Ketersediaan dan Kelestarian Mata Air
di Desa Glagaharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta

Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Kearifan lokal yang dijaga dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan hidup yang berkelanjutan. Kearifan lokal memuat banyak
strategi kebudayaan salah satunya dalam bidang lingkungan yaitu dengan menjaga kelestarian
dan ketersediaan mata air. Kearifan lingkungan merupakan kata kunci untuk membentuk
keseimbangan hidup yang arif terhadap lingkungannya. Mengangkat nilai-nilai kearifan lokal
dalam mewujudkan ketersediaan dan kelestarian mata air adalah tujuan ke 6 Pembangunan
Berkelanjutan yakni menjamin ketersedianan air bersih. Kearifan lokal yang telah dijalankan
dapat membentuk tatanan kehidupan politik, sosial dan budaya, serta lingkungan yang telah
dijalankan masyarakat Glagaharjo dari dulu hingga sekarang. Terdapat bentuk kearifan lokal
berupa nilai adaptasi, nilai sosial budaya, nilai keseimbangan lingkungan, dan nilai
kelestarian.

Seiring dengan berjalannya waktu, tingkat kebutuhan air oleh manusia akan semakin
tinggi. Hal tersebut sebanding dengan meningkatnya intensitas dan ragam dari kebutuhan
akan air. Nilai kearifan lokal Desa Glagaharjo ditunjukkan dalam menjaga keseimbangan
lingkungan dengan cara menggunakan air secara bijaksana tanpa melampaui daya dukung
dan daya tampung lingkungan. Masyarakat memanfaatkan mata air Bebeng dengan
menggunakan pipa besi yang berdiameter 20 cm untuk menyalurkan air dari mata air menuju
ke bak penampungan utama desa terlebih dahulu yang selanjutnya disalurkan melalui bak-
bak penampungan dusun sebelum disalurkan kembali ke tiap-tiap bak di rumah masing-
masing. Dalam memanfaatkan air masyarakat Glagaharjo menggunakan meteran air. Materan
air ini dapat membatasi masyarakat Desa Glagaharjo dalam menggunakan air seperlunya saja.
Jika masyarakat menggunakan air tidak arif dan hanya membuang-buang air maka meteran
air akan menunjukan angka yang besar dan masyarakat harus membayar air menjadi lebih
banyak.

Berdasarkan kasus pada makalah diatas, dapat dikaitkan dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungannya. Daya dukung dan daya tampung lingkungan di desa Glagaharjo
dapat kita lihat secara jelas pada pemanfaatan air oleh masyarakat disana. Daya tampung air
ditunjukkan dengan bak-bak penampungan utama desa, bak-bak penampungan dusun, dan
tiap bak di masing-masing rumah warga. Sedangkan daya dukung ditunjukkan dengan mata
air yang tersedia dan penggunaan meteran air yang mana dapat mendukung dalam melakukan
penghemat pemakaian air.
Tercukupinya ruang daya dukung dan daya tampung akan memudahkan dalam
pengelolaan sumber daya, seperti halnya di Desa Glagaharjo, namun bagaimana jika suatu
desa belum tercukupi daya dukung dan daya tampungnya? Perawatan dan pelestarian sumber
daya, termasuk di dalamnya sumber daya air, tidak hanya membutuhkan peran masyarakat,
namun juga melibatkan peran pemerintah. Peran pemerintah diperlukan dalam penataan
tatanan ruang daya dukung dan daya tampungnya sehingga akan terjadi kemerataan carrying
capasity di setiap desa. Adanya fasilitas rencana tata ruang akan memudahkan masyarakat
dalam mengelola sumber daya yang ada. Selain itu, dengan monitoring dan peningkatan
layanan jaringan di setiap desa juga akan meningkatkan sistem pengelolaan yang baik dan
terkendali.

Anda mungkin juga menyukai