Anda di halaman 1dari 3

QUIZ

ETNOGRAFI LINGKUNGAN

1. Apa yang dimaksud dengan “Sumber daya tradisional dan manajemen lingkungan”?
Jawab:
Adalah suatu pengetahuan ekologi pada suatu lingkungan dan sumber daya
tradisional, yang mana di dasarkan pada pengamatan langsung dan interaksi dengan
lingkungan. Pada umumnya, pengetahuan ini berkembang secara adaptif dari generasi
ke generasi. Dan untuk manajemen lingkungan disini merupakan suatu kontrol atas
pemanfaatan sumber daya yang ada. Manajemen lingkungan akan menekan pada
penggunaan sumber daya yang tidak terkontrol.

2. Jelaskan praktik-praktik yang banyak dilakukan dalam pengelolaan lingkungan


berdasarkan sumberdaya atau pengetahuan tradisional!
Jawab:
a. Burning : praktik pembakaran dengan beban bahan bakar rendah sehingga dapat
mengurangi kebakaran intensitas tinggi yang dapat merusak dan akan
menghasilkan kebakaran yang terkontrol
b. Digging and Tilling : praktik untuk memindahkan tanaman dan komponen nya
dari area yang memiliki sumber daya bawah tanah yang penting. Pemindahan
tersebut akan berpengaruh pada produktivitas sumber daya
c. Pruning, coppicing, and pollarding : praktik pemangkasan bahan mati atau
hidup, serta pemotongan pada tanaman untuk meningkatkan produktivitas dan
mendorong pertumbuhan baru yang kuat
d. Weeding and cleaning : praktik pemindahan atau pembersihan suatu tanaman
yang tidak diinginkan dengan cara memotong, menarik, dan menggali. Hal ini
dapat digunakan juga untuk mengurangi persaingan
e. Transplanting : praktik pemindahan secara langsung dari habitat asli ke habitat
lain untuk memperluas jangkauan atau mengisi kembali populasi yang hilang
f. Selective harvesting and replanting : praktik pemanenan sumber daya secara
selektif yang diikuti dengan penanaman kembali tanaman untuk menghasilkan
tanaman baru
g. Enclosures : praktik untuk membatasi sumber daya, pada tanaman ditempatkan di
suatu tempat seperti kebun, sedangkan untuk hewan di tempatkan menggunakan
perangkap dan jaring
h. Mulching and fertilizing : praktik penambahan mulsa dan pupuk ke tanah
dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas karena peningkatan nutrisi dan
suhu tanah.

3. Jelaskan yang dilakukan masyarakat Aborigin Australia dan Satoyama Jepang dalam
manajemen lingkungan berdasarkan sumberdaya/pengetahuan tradisional!
Jawab:
Masyarakat Aborigin Australia berdasarkan pada pengetahuan tradisional mereka
menggunakan petir dan api untuk membantu berburu hewan buruan dan
meningkatkan produksi pangan nabati. Bagi mereka, api juga digunakan sebagai alat
untuk mengelola dan merawat tanah masyarakat. Sama hal nya dengan masyarakat
lainnya pada zaman dahulu, kegunaan api ini sudah dipertegas dan diturunkan dari
generasi ke generasi melalui praktik sehari-hari, secara lisan, maupun ritual-ritual.
Dalam manajemennya, masyarakat Aborigin mengelola dan mengendalikan api secara
baik untuk berburu dan mengelola siklus hidup makanan nabati. Selain itu, api disini
juga digunakan untuk membersihkan tanah dan untuk melacak dan menarik
organisme dan hewan buruan untuk pertumbuhan baru dan habitat terbuka. Pertanian
tongkat api dan penggalian terus-menerus dipercaya dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman, karena melimpahnya organ penyimpanan bawah
tanah seperti sedges, sikas, dan pakis. Semakin lama, intensitas kebakaran yang
rendah akan meningkatkan produksi tanaman dengan cara mendaur ulang nutrisi dan
mengurangi vegetasi yang bersaing.
Masyarakat Satoyama Jepang menerapkan sistem kehidupan berkelanjutan
(Sustainable living). Mereka percaya bahwa jika mereka dapat memanfaatkan sumber
daya alam, maka mereka juga harus bisa untuk mengelolanya. Oleh sebab itu, mereka
terus mendorong penggunaan sumber daya tradisional karena hal ini penting untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan keanekaragaman hayati. Masyarakat
tradisional sangat mengandalkan hasil hutan yang alami untuk mereka tumbuh dan
berkembang. Sistem manajemen lingkungan mereka dapat dilihat dari bagaimana
mereka menjaga hutan. Hutan mereka sangat indah karena mereka meyakini bahwa
keindahan hutan itu berasal dari penjagaan yang baik dan kelimpahan
biodiversitasnya. Masyarakat Satoyama melalui penjagaan akan lingkungan yang
mereka terapkan memberikan dampak pada tingkat biodiversitas yang semakin
meningkat, ditambah dengan sistem agrikultur disana yang terus berkembang
sehingga menghasilkan bahan pangan dan organisme baru yang dapat dimanfaatkan
untuk memenehi kebutuhan hidup. Hal itulah yang membuat mereka yakin dan
percaya jika mereka dapat membawa perkembangan positif bagi lingkungan.

4. Jelaskan manajemen lingkungan yang dilakukan Suku Dayak di Pulau Kalimantan!


Jawab:
Suku Dayak dalam kehidupannya telah menerapkan praktik pengelolaan sumber daya
alam dan ekosistemnya secara berkelanjutan (Sustainable Development). Pada
awalnya, masyarakat suku Dayak mempelajari bahwa penggunaan berlebih dan tidak
bijaksana akan mengurangi ketersediaan dan kelestarian sumber daya alam. Dari situ
mereka mulai membangun dan menggunakan langkah-langkah strategis dalam upaya
konservasi sumber daya alam dan lingkungan. Strategi konservasi tersebut merupakan
bagian dari pengetahuan dan teknologi tradisional suku Dayak. Praktik yang mereka
terapkan adalah dengan praktik perladangan berpindah dan membentuk mosaik lahan
agroforesti dengan umur yang berbeda untuk pengelolaan keanekaragaman hayati.
Tidak adanya gunung berapi sebagai sumber utama mineral menyebabkan tanah di
daerah Kalimatan miskin akan unsur hara mineral sehingga praktik tersebut sangat
cocok untuk diterapkan. Masyarakat suku Dayak yang menerapkan sistem
perladangan berpindah umumnya tinggal di sepanjang sungai dan terkadang tinggal
secara komunal di rumah panjang tradisional. Selama berabad-abad, suku Dayak
mengembangkan berbagai bentuk pertanian, perikanan, perburuan, dan pemanenan
hasil hutan, yang bergerak-putar sesuai dengan perubahan lingkungan. Pengelolaan
sumber daya alam Dayak telah beradaptasi dengan berbagai peristiwa alam dan
antropogenik, seperti kekeringan, kelaparan, kebakaran, banjir, perang, dan fluktuasi
populasi, sehingga memungkinkan untuk hidup dan bertahan hidup. Mereka juga
mengembangkan sistem pertanian (Agroekosistem) yang diadaptasi dari ekosistem
hutan tropis, bahkan telah diatur dalam hukum adat.
Suku Dayak menggunakan sistem perladangan berpindah yang membentuk mosaik
dengan ketahanan tinggi, dan memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya
karena kepadatan penduduk yang rendah. Suku Dayak percaya bahwa perladangan
berpindah tergantung pada kesepakatan yang erat antara petani dan dunia roh yang
mengendalikan panen. Sistem perladangan berpindah dilakukan dengan pembakaran
lahan untuk langkah penyuburan tanah. Diikuti dengan periode penanaman padi yang
singkat (sekitar 4-5 kali panen). Setelah kesuburan tanah habis, petani meninggalkan
lahan untuk menumbuhkan hutan sekunder atau mengubahnya menjadi agroforestri
dengan menanam pohon karet, pohon buah-buahan, dan tanaman lainnya. Suku
Dayak telah lama mempraktikkan sistem agroforestri. Ketika kesuburan tanah dalam
perladangan berpindah mulai berkurang, mereka menanam berbagai tanaman yang
bermanfaat, sehingga ketika tanah benar-benar ditinggalkan, pohon-pohon yang
ditanam sudah cukup tinggi dan dapat bersaing dengan semak dan rerumputan yang
tumbuh kemudian. Suku Dayak memiliki ketergantungan pada berbagai sumber daya
alam seperti perikanan, perburuan, produksi hutan, dan pertanian, tetapi ikatan sosial
mereka berperan dalam menjaga keutuhan seluruh sistem terhadap berbagai bencana
seperti kekeringan, kebakaran, dan banjir.

Anda mungkin juga menyukai