Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK 13 INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS

Nama Kelompok :

1. Septia Linta Aryanti 07210400025


2. Dyah Niken Rhofitriastiti 07210400084
3. Resi Labora Hutahaean 07210400086
4. Triyana ginting 07210400024
5. Sarah Sarles 07210400023
6. Lisana Shidqi 07210300004

1. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/3377
PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL
KABUPATEN TEGAL
Dessi Aryani, Mardiana Mardiana, Dina Nur Anggraini Ningrum

Abstract
Wanita Pekerja Seks merupakan kelompok risiko tinggi terkena IMS dan paling berpengaruh
dalam persebaran IMS. Lokalisasi Peleman berada di Kabupaten Tegal, dengan kasus IMS lebih
dari 50%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku WPS dalam upaya
pencegahan IMS di Lokalisasi Peleman. Jenis penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan teknik pengambilan informan snowball sampling. Informan berjumlah 6 WPS, 6 teman
WPS, 6 mucikari dan 1 petugas kesehatan Puskesmas Jatibogor. Teknik pengambilan data berupa
wawancara mendalam dan observasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan
dalam bentuk narasi. Penelitian ini dilakukan tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
WPS cukup aktif mencari informasi IMS melalui teman, petugas kesehatan, penyuluhan, media
cetak dan elektronik, tetapi tidak melalui mucikari. Hampir semua WPS merayu pelanggan untuk
memakai kondom dan dapat memakai kondom dengan baik. Vaginal higiene WPS belum baik,
mereka membersihkan vagina bagian dalam menggunakan antiseptik dan pasta gigi.

2. http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/59705

Abstrack
Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es karena penemuan kasus HIV/AIDS tidak sesuai
dengan perkiraan pasien yang ada. Salah satu upaya untuk meningkatkan penemuan kasus
HIV/AIDS dilakukan dengan kegiatan Voluntary Counseling Testing pada populasi berisiko tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap tentang
HIV/AIDS dan VCT serta peran petugas dengan kesediaan melakukan VCT pada pekerja seks di
Gilingan, Banjarsari, Surakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study.
Populasi dalam penelitian ini adalah 40 wanita pekerja seks dengan menggunakan metode
accidental sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Uji eksak Fisher digunakan sebagai
analisis hubungan, dengan signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita pekerja
seks yang tidak mau melakukan VCT sebanyak 12 responden. Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kemauan melakukan VCT (p= 0,000), sikap
dengan kemauan melakukan VCT (p= 0,034), dan ada hubungan antara peran petugas dengan
kemauan melakukan VCT pada wanita. PSK di Gilingan Banjarsari Surakarta (p= 0,034).

3. https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/JKS/article/view/414

FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI HIV/AIDS DI RSU ANUTAPURA PALU

Abstract

PenyakitinfeksiHIV danAIDSmerupakan penyakit menular akibat menurunnya sistem


kekebalan tubuh. Data dari Dinas Kesehatan Kota Palu bulan September 2017 sebanyak 625
kasus terdiri dari HIV 378 kasus dan ADIS 247 kasus, 94 kasus diantaranya meninggal dunia.
Berdasarkan data RSU Anutapura Palu tahun 2015 jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 80 kasus
dan tahun 2016 berjumlah 83 kasus, sementara sampai bulan September tahun 2017 terdapat
51 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian infeksi HIV/AIDS di
RSU Anutapura Palu. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan Case
Control Study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita HIV/AIDS yang di rawat
di RSU Anutapura Palu pada tahun 2017 sebanyak 51 kasus dan 51 kontrol yang semuanya
dijadikan sampel penelitian. Kontrol diambil dari semua pasien yang berkunjung dan
melakukan tes HIV/AIDS yang memenuhi kriteria inklusi dan mempunyai kesamaan
karakteristik dengan kasus. Hasil penelitian menunjukkanbahwa ketiga variabel independen
merupakan faktor risiko kejadian HIV/AIDS,yaitu Heteroseksual dengan Odds Ratio (OR) =
2,236, kemudian LSL hasil analisisOdds Ratio (OR) = 1,971,sertaPengguna napza suntik
(Penasun) diperoleh hasilOdds Ratio (OR) yang tinggi yaitu = 9,302. Diharapkan pihak Rumah
sakit melalui Dinas Kesehatan subdin Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
sebaiknya bekerjasama secara lintas sektoral dengan Dinas Pariwisata, Dinas Sosial,
manajemen tempat hiburan, masyarakat peduli AIDS, dan lembaga donor untuk membuat
sebuah program pendampingan yang berperan sebagai monitoring status kesehatan pada
kolompok berisiko terinfeksi HIV/AIDS.Penyakit infeksi HIV dan AIDS merupakan penyakit
menular akibat menurunnyasistem kekebalan tubuh. Data dari Dinas Kesehatan Kota Palu
bulan September 2017sebanyak 625 kasus terdiri dari HIV 378 kasus dan ADIS 247 kasus, 94
kasus diantaranyameninggal dunia. Berdasarkan data RSU Anutapura Palu tahun 2015 jumlah
kasusHIV/AIDS sebanyak 80 kasus dan tahun 2016 berjumlah 83 kasus, sementara sampai
bulanSeptember tahun 2017 terdapat 51 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktorrisiko kejadian infeksi HIV/AIDS di RSU Anutapura Palu. Jenis penelitian ini
adalahpenelitian analitik dengan rancangan Case Control Study. Populasi dalam penelitian
iniadalah seluruh penderita HIV/AIDS yang di rawat di RSU Anutapura Palu pada tahun
2017sebanyak 51 kasus dan 51 kontrol yang semuanya dijadikan sampel penelitian.
Kontroldiambil dari semua pasien yang berkunjung dan melakukan tes HIV/AIDS yang
memenuhikriteria inklusi dan mempunyai kesamaan karakteristik dengan kasus. Hasil
penelitianmenunjukkan bahwa ketiga variabel independen merupakan faktor risiko
kejadianHIV/AIDS, yaitu Heteroseksual dengan Odds Ratio (OR) = 2,236, kemudian LSL
hasilanalisis Odds Ratio (OR) = 1,971, serta Pengguna napza suntik (Penasun) diperoleh
hasilOdds Ratio (OR) yang tinggi yaitu = 9,302. Diharapkan pihak Rumah sakit melalui
DinasKesehatan subdin Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) sebaiknya
bekerjasamasecara lintas sektoral dengan Dinas Pariwisata, Dinas Sosial, manajemen tempat
hiburan,masyarakat peduli AIDS, dan lembaga donor untuk membuat sebuah program
pendampinganyang berperan sebagai monitoring status kesehatan pada kolompok berisiko
terinfeksiHIV/AIDS.

4. http://repository.unair.ac.id/24123/
HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL BERISIKO DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR
SEKSUAL(IMS)/GONORE DAN SIFILIS PADA ANAK BUAH KAPAL (ABK)DI PELABUHAN GRESIK

Abstract
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus,
bakteri, jamur, protozoa atau ectoparasit yang terutama ditularkan lewat hubungan seksual. IMS
ini terjadi disebabkan oleh perilaku seksual risiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor perilaku seksual yaitu siapa pasangan seksual, frekuensi berhubungan
seksual, higiene setelah berhubungan seksual dan pemakaian kondom yang berhubungan dengan
kejadian IMS pada Anak Buah Kapal (ABK) di Pelabuhan Gresik. Merupakan penelitian cross
sectional dengan populasi ABK di pelabuhan Gresik. Sebanyak 50 sampel diambil secara acak pada
kapal barang pada bulan Mei 2009. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan
pengisian kuesioner serta observasi. Analisis dengan menggunakan uji Chi-Square (X2). Variabel
yang diteliti adalah karakteristik ABK, pengetahuan tentang IMS, dan faktor perilaku seksual
terhadap IMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 76% ABK pernah terkena IMS, 58%
mempunyai pasangan PSK saja dan 42% mempunyai istri dan juga berhubungan seks diluar nikah.
Terdapat hubungan antara pasangan seksual (p=0,003) dan pemakaian kondom (p=0,008) dengan
kejadian IMS pada ABK. Sedangkan frekuensi hubungan seksual (p=0,468) dan higiene setelah
berhubungan seksual (p=0,163) tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik.
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pasangan seksual dengan
kejadian IMS, tidak terdapat hubungan antara higiene diri seseorang setelah berhubungan seksual
dengan kejadian IMS, terdapat hubungan antara pemakaian kondom dengan kejadian IMS, serta
terdapat hubungan hubungan antara frekuensi berhubungan seksual dengan kejadian IMS. Untuk
mengurangi risiko terkena IMS maka perlu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dengan
melakukan penyuluhan, sehingga diharapkan dapat merubah perilaku seseorang. Disarankan
untuk instansi kesehatan yang menangani masalah masalah IMS/HIV-AIDS pada komunitas
pelabuhan agar terus melakukan upaya penyuluhan secara terus-menerus. Setiap ABK harus
selalu menggunkan kondom jika melakukan hubungan seksual berisiko/diluar nikah.
5. http://stikes-sitihajar.ac.id/jurnal/index.php/jhsp/article/view/30

KEPUASAN PELANGGAN DAN DAMPAK TERHADAP RESIKO PENULARAN HIV/AIDS

Absract

Wanita pekerja seks (WPS) menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi untuk menahan
penularan penyakit infeksi menular seksual (IMS) khususnya HIV dan AIDS. Faktor resiko penyakit
HIV/AIDS ialah hubungan seks tidak menggunakan kondom, infeksi menular seksual, berbagi jarum
suntik, dan tranfusi darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab menjadi seorang wanita
pekerja seks dan mengidentifikasi pengetahuan wanita pekerja seks tentang resiko HIV/AIDS. Jenis
penelitian ini kualitatif dengan teknik wawancara mendalam serta 6 orang informan. Hasil penelitian
diperoleh alasan utama mereka menjadi wanita pekerja seks (WPS) adalah masalah ekonomi,
keluarga, sakit hati dan suntuk,serta alasan pelanggan tidak mau menggunakan kondom dikarenakan
tidak merasa puas dan risih padahal faktor resiko yang ditimbulkan tidak menggunakan kondom bisa
menyebabkan IMS. Pengetahuan para wanita pekerja seks cukup bagus. Disarankan kepada instansi
kesehatan untuk lebih meningkatkan pendidikan kesehatan dan melakukan pemeriksaan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai