Nama Kelompok :
1. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/3377
PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL
KABUPATEN TEGAL
Dessi Aryani, Mardiana Mardiana, Dina Nur Anggraini Ningrum
Abstract
Wanita Pekerja Seks merupakan kelompok risiko tinggi terkena IMS dan paling berpengaruh
dalam persebaran IMS. Lokalisasi Peleman berada di Kabupaten Tegal, dengan kasus IMS lebih
dari 50%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku WPS dalam upaya
pencegahan IMS di Lokalisasi Peleman. Jenis penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan teknik pengambilan informan snowball sampling. Informan berjumlah 6 WPS, 6 teman
WPS, 6 mucikari dan 1 petugas kesehatan Puskesmas Jatibogor. Teknik pengambilan data berupa
wawancara mendalam dan observasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan
dalam bentuk narasi. Penelitian ini dilakukan tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
WPS cukup aktif mencari informasi IMS melalui teman, petugas kesehatan, penyuluhan, media
cetak dan elektronik, tetapi tidak melalui mucikari. Hampir semua WPS merayu pelanggan untuk
memakai kondom dan dapat memakai kondom dengan baik. Vaginal higiene WPS belum baik,
mereka membersihkan vagina bagian dalam menggunakan antiseptik dan pasta gigi.
2. http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/59705
Abstrack
Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es karena penemuan kasus HIV/AIDS tidak sesuai
dengan perkiraan pasien yang ada. Salah satu upaya untuk meningkatkan penemuan kasus
HIV/AIDS dilakukan dengan kegiatan Voluntary Counseling Testing pada populasi berisiko tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap tentang
HIV/AIDS dan VCT serta peran petugas dengan kesediaan melakukan VCT pada pekerja seks di
Gilingan, Banjarsari, Surakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study.
Populasi dalam penelitian ini adalah 40 wanita pekerja seks dengan menggunakan metode
accidental sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Uji eksak Fisher digunakan sebagai
analisis hubungan, dengan signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita pekerja
seks yang tidak mau melakukan VCT sebanyak 12 responden. Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kemauan melakukan VCT (p= 0,000), sikap
dengan kemauan melakukan VCT (p= 0,034), dan ada hubungan antara peran petugas dengan
kemauan melakukan VCT pada wanita. PSK di Gilingan Banjarsari Surakarta (p= 0,034).
3. https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/JKS/article/view/414
Abstract
4. http://repository.unair.ac.id/24123/
HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL BERISIKO DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR
SEKSUAL(IMS)/GONORE DAN SIFILIS PADA ANAK BUAH KAPAL (ABK)DI PELABUHAN GRESIK
Abstract
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus,
bakteri, jamur, protozoa atau ectoparasit yang terutama ditularkan lewat hubungan seksual. IMS
ini terjadi disebabkan oleh perilaku seksual risiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor perilaku seksual yaitu siapa pasangan seksual, frekuensi berhubungan
seksual, higiene setelah berhubungan seksual dan pemakaian kondom yang berhubungan dengan
kejadian IMS pada Anak Buah Kapal (ABK) di Pelabuhan Gresik. Merupakan penelitian cross
sectional dengan populasi ABK di pelabuhan Gresik. Sebanyak 50 sampel diambil secara acak pada
kapal barang pada bulan Mei 2009. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan
pengisian kuesioner serta observasi. Analisis dengan menggunakan uji Chi-Square (X2). Variabel
yang diteliti adalah karakteristik ABK, pengetahuan tentang IMS, dan faktor perilaku seksual
terhadap IMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 76% ABK pernah terkena IMS, 58%
mempunyai pasangan PSK saja dan 42% mempunyai istri dan juga berhubungan seks diluar nikah.
Terdapat hubungan antara pasangan seksual (p=0,003) dan pemakaian kondom (p=0,008) dengan
kejadian IMS pada ABK. Sedangkan frekuensi hubungan seksual (p=0,468) dan higiene setelah
berhubungan seksual (p=0,163) tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik.
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pasangan seksual dengan
kejadian IMS, tidak terdapat hubungan antara higiene diri seseorang setelah berhubungan seksual
dengan kejadian IMS, terdapat hubungan antara pemakaian kondom dengan kejadian IMS, serta
terdapat hubungan hubungan antara frekuensi berhubungan seksual dengan kejadian IMS. Untuk
mengurangi risiko terkena IMS maka perlu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dengan
melakukan penyuluhan, sehingga diharapkan dapat merubah perilaku seseorang. Disarankan
untuk instansi kesehatan yang menangani masalah masalah IMS/HIV-AIDS pada komunitas
pelabuhan agar terus melakukan upaya penyuluhan secara terus-menerus. Setiap ABK harus
selalu menggunkan kondom jika melakukan hubungan seksual berisiko/diluar nikah.
5. http://stikes-sitihajar.ac.id/jurnal/index.php/jhsp/article/view/30
Absract
Wanita pekerja seks (WPS) menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi untuk menahan
penularan penyakit infeksi menular seksual (IMS) khususnya HIV dan AIDS. Faktor resiko penyakit
HIV/AIDS ialah hubungan seks tidak menggunakan kondom, infeksi menular seksual, berbagi jarum
suntik, dan tranfusi darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab menjadi seorang wanita
pekerja seks dan mengidentifikasi pengetahuan wanita pekerja seks tentang resiko HIV/AIDS. Jenis
penelitian ini kualitatif dengan teknik wawancara mendalam serta 6 orang informan. Hasil penelitian
diperoleh alasan utama mereka menjadi wanita pekerja seks (WPS) adalah masalah ekonomi,
keluarga, sakit hati dan suntuk,serta alasan pelanggan tidak mau menggunakan kondom dikarenakan
tidak merasa puas dan risih padahal faktor resiko yang ditimbulkan tidak menggunakan kondom bisa
menyebabkan IMS. Pengetahuan para wanita pekerja seks cukup bagus. Disarankan kepada instansi
kesehatan untuk lebih meningkatkan pendidikan kesehatan dan melakukan pemeriksaan kesehatan