Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang dilaksanakannya kajian mengenai
Basic Design Jalur Tengah Selatan Jawa Barat wilayah Timur (Ruas
Jalan Ciwidey – Cikajang). Kajian ini menjelaskan mengenai latar
belakang, maksud dan tujuan, sasaran pekerjaan, ruang lingkup
pekerjaan, lokasi pekerjaan.
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan KAK, latar belakang pelaksanaan dari pekerjaan Basic Design Jalur
Tengah Selatan Jawa Barat Wilayah Timur (Ruas Jalan Ciwidey - Cikajang) ini adalah:
Pembangunan wilayah Jawa Barat Selatan sudah menjadi perhatian khusus
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui berbagai program yang dicanangkan mampu
mempercepat pemerataan ekonomi. Perhatian terhadap wilayah Jawa Barat bagian
selatan ini dilatarbelakangi karena adanya disparitas perkembangan dan ekonomi
antara wilayah utara, tengah dan selatan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) rata-rata Jawa Barat adalah 71,3 sedangkan
untuk Jawa Barat bagian Selatan sebagian masih rendah yaitu di bawah 69. Dilihat
dari penyebaran penduduk juga terjadi ketimpangan, dimana di Jawa Barat Selatan
kepadatan peduduk sekitar 6 juta jiwa/Ha. Sedangkan di bagian Tengah Jawa Barat
adalah 35 juta jiwa/Ha atau sudah 6 kali lipatnya dari bagian selatan. Di sisi lain
banyak potensi yang dapat dikembangkan di bagian selatan Provinsi Jawa Barat ini
seperti sektor pariwisata, perkebunan, perikanan maupun pertanian.
Berdasarkan Perda No. 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Jawa Barat disebutkan bahwa Kebijakan Pengembangan Wilayah Jawa Barat Selatan
sendiri diarahkan pada sektor agribisnis, agrindustri, industri kelautan dan pariwisata
berbasis potensi lokal. Daya tarik wilayah Selatan Jawa Barat merupakan aset
pariwisata yang perlu dan harus terus dikembangkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut secara khusus dan mempunyai tujuan
untuk pemerataan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat pada umumnya.
Pada Jawa Barat bagian Selatan saat ini sudah terdapat jalan horizontal yang
menghubungkan Pelabuhan Ratu dengan Pangandaran di sepanjang jalur Pantai
Selatan. Jalan ini merupakan jalan nasional dengan kondisi relatif baik. Jarak antara
jalur horizontal tengah dan selatan sangat jauh. Kondisi ini mengakibatkan tingkat
aksesibilitas di wilayah ini sangat rendah. Demikian juga ketika terjadi hambatan.
pada jalan lintas selatan Jawa Barat tersebut seperti bencana alam, tidak terdapat
jalur jalan horizontal lainnya yang relatif dekat.
Pembangunan infrastruktur jalan akan dapat berdampak pada pertumbuhan
ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur jalan sendiri
merupakan prasyarat bagi sektor-sektor lain untuk berkembang dan juga sebagai
sarana penciptaan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Pemberdayaan
sumber daya untuk membangun infrastruktur jalan akan memicu proses ekonomi
sehingga menimbulkan penggandaan dampak ekonomi maupun sosial.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas pengembangan infrastruktur jalan merupakan
salah satu program utama Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mendorong
terwujudnya pemerataan pembangunan dan perekonomian di seluruh Jawa Barat.
Pembangunan infrastruktur jalan bertujuan untuk memperlancar arus distribusi
barang dan jasa, serta berperan dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat. Pada sisi yang lain, pembangunan infrastruktur jalan ini juga harus
sejalan dengan tiga strategi pembangunan ekonomi yaitu pro growth (pro
pertumbuhan), pro jobs (penciptaan lapangan kerja), dan pro poor (memperhatikan
rakyat miskin).

BASIC DESIGN JALUR TENGAH SELATAN JAWA BARAT WILAYAH TIMUR


1-1
(RUAS JALAN CIWIDEY – CIKAJANG)
Berdasarkan Peraturan Menteri PU No. 19 Tahun 2011 disebutkan bahwa kriteria
perencanaan teknis jalan adalah ketentuan teknis jalan yang harus dipenuhi dalam
suatu perencanaan teknis jalan. Perencanaan teknis ini tentunya harus dapat
memenuhi persyaratan teknis jalan agar jalan dapat berfungsi optimal memenuhi
Standar Pelayanan Minimal Jalan dalam melayani lalu lintas dan angkutan jalan.
Atas dasar beberapa pertimbangan tersebut maka diperlukan perencanaan jalan
awal (Basic Design) yang dilakukan sebagai dasar perencanaan teknis jalan untuk
memenuhi Standar Pelayanan Minimal Jalan yang melewati jalan tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka terdapat beberapa hal
penting yaitu:
a. Adanya disparitas perkembangan dan ekonomi antara Jawa Barat Wilayah Utara,
Tengah dan Selatan, yang ditunjukkan dari nilai IPM wilayah Jawa Barat Bagian
Selatan yang lebih rendah dari rata-rata nilai IPM Jawa Barat secara keseluruhan.
Selain itu ditunjukkan juga dari rendahnya kepadatan penduduk di Jawa Barat
bagian Selatan.
b. Kebijakan Pengembangan Wilayah Jawa Barat Selatan pada Perda No. 22 Tahun
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat yang diarahkan
pada sektor agribisnis, agrindustri, industri kelautan dan pariwisata berbasis
potensi local, dan juga daya tarik wilayah Selatan Jawa Barat merupakan aset
pariwisata yang perlu dan harus terus dikembangkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.
c. Perlunya pembangunan wilayah Jawa Barat Selatan untuk menjadi perhatian
khusus Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui berbagai program yang
dicanangkan mampu mempercepat pemerataan ekonomi. Salah satunya dengan
pembangunan jalan. Dimana pembangunan infrastruktur jalan akan dapat
berdampak pada pertumbuhan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
d. Pada Jawa Barat bagian Selatan saat ini sudah terdapat jalan horizontal yang
menghubungkan Pelabuhan Ratu dengan Pangandaran di sepanjang jalur Pantai
Selatan. Jalan ini merupakan jalan nasional dengan kondisi relatif baik. Jarak
antara jalur horizontal tengah dan selatan sangat jauh. Kondisi ini mengakibatkan
tingkat aksesibilitas di wilayah ini sangat rendah. Demikian juga ketika terjadi
hambatan pada jalan lintas selatan Jawa Barat tersebut seperti bencana alam,
tidak terdapat jalur jalan horizontal lainnya yang relatif dekat.
e. Indonesia sebagai negara kepulauan dan Indonesia dalam percaturan
perekonomian global yang penuh dengan persaingan, di mana pergerakan
barang dan jasa tidak dapat seluruhnya dilakukan dengan satu jenis moda
angkutan saja, maka solusi utama bagi efisiensi distribusi kesejahteraan serta
daya saing nasional di pasar global adalah pengembangan sistem transportasi
multi moda, di mana dalam konteks ini setiap moda sesuai dengan keunggulan
komparatifnya masing-masing dipernakan secara tersinergi untuk menciptakan
sistem logistik nasional yang handal.
f. Menciptakan sistem logistik yang efektif dan efisien, tidak terlepas dari
bagaimana menciptakan suatu sistem ataupun mekanisme pergerakan dan
perpindahan barang dari satu moda ke moda lainnya (antar/multimoda) dengan
mulus (seamless), cepat, akurat, dan dengan biaya yang wajar.

BASIC DESIGN JALUR TENGAH SELATAN JAWA BARAT WILAYAH TIMUR


1-2
(RUAS JALAN CIWIDEY – CIKAJANG)
g. Hasil survey World Bank dalam Logistics Performance Index (LPI) tahun 2014
menunjukkan bahwa kinerja sektor logistik Indonesia naik dari tahun 2012. Pada
tahun 2014 kinerja logistik Indonesia berada pada peringkat ke-53 dari 155
negara, naik dibanding tahun sebelumnya di peringkat ke-59. Pada penilaian LPI
yang dilakukan World Bank tahun 2014 komponen penilaian yang naik peringkat
adalah customs yaitu dari peringkat 75 menjadi 55, infrastruktur juga demikian
yaitu dari peringkat 85 menjadi 56, dan competence dari peringkat 62 menjadi
41. Komponen yang turun peringkat adalah international shipment dari 57
menjadi 74, tracking & tracing dari peringkat 52 menjadi 58, dan timelines dari
peringkat 42 menjadi 50.
h. Buruknya kinerja logistik terefleksi dari biaya angkutan barang yang sangat
mahal, yang menjadi salah satu penghambat daya saing industri dan
perdagangan Indonesia di tingkat internasional. Permasalahan nyata terkait
dengan logistik saat ini adalah masih kurangnya infrastruktur, peraturan,
teknologi dan informasi, pembinaan badan usaha angkutan multimoda serta
kompetensi sumber daya manusia.
i. Dalam konteks pengembangan infrastruktur dalam kerangka pengembangan
dan pembangunan wilayah dalam rancangan RPJM Nasional 2015-2019 adalah
untuk memperlancar distribusi logistik barang, jasa, dan informasi, pemerintah
pusat dan daerah, maupun melalui kerja sama dengan dunia usaha dan BUMN.
j. Sejalan dengan kebutuhan percepatan pertumbuhan ekonomi, pembangunan
jaringan jalan dan jembatan saat ini adalah untuk mengakomodir adanya
peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan wilayah permukiman dan industri di daerah. Peningkatan
mobilitas penduduk tersebut tentunya akan menyebabkan semakin
meningkatnya kebutuhan akan penyediaan sarana dan prasarana transportasi
yang mencukupi. Pertumbuhan kebutuhan akan prasarana transportasi
menyebabkan perlu dilakukannya program penanganan jaringan jalan yang
terencana secara efektif dan sfisien serta berkesinambungan.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk membuat Perencanaan Awal Jalan (Basic
Design) beserta Rencana Anggaran Biaya untuk ruas jalan yang dimaksud, dengan
meninjau trase jalan yang akan didesain. Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk
membuat Perencanaan Awal Jalan (Basic Design) beserta Rencana Anggaran Biaya
untuk ruas jalan yang dimaksud, dengan meninjau trase jalan yang akan didesain.
a. Melakukan pengumpulan data lapangan yang dibutuhkan untuk perencanaan
teknis jalan, baik data sekunder maupun data primer
b. Melakukan analisis data yang telah diperoleh dari lapangan, sehingga menjadi
data yang dapat digunakan untuk tahap perencanaan
c. Melakukan analisis perencanaan jalan berdasarkan data-data yang sudah
dikumpulkan tersebut, dengan berdasakan standar teknis dan pedoman yang
terkait

BASIC DESIGN JALUR TENGAH SELATAN JAWA BARAT WILAYAH TIMUR


1-3
(RUAS JALAN CIWIDEY – CIKAJANG)
d. Melakukan penggambaran dari rencana teknis jalan yang telah dibuat
e. Melakukan perhitungan kuantitas volume kegiatan berdasarkan hasil
perencanaan teknis jalan
f. Melakukan penyusunan perkiraan biaya berdasarkan perhitungan kuantitas
volume, item pekerjaan dan berdasarkan harga satuan yang berlaku.

Tujuan dari pekerjaan ini adalah menghasilkan Dokumen Perencanaan Awal Jalan
(Basic Design) yang sesuai kaidah perencanaan dan dapat memenuhi standar
keselamatan dalam berkendara, meliputi:
a. Dokumen hasil pelaksanaan pengumpulan data
b. Dokumen perencanaan basic design jalan
c. Dokumen hasil penggambaran rencana jalan
d. Dokumen perhitungan kuantitas pekerjaan per item pekerjaan, beserta harga
satuan dan analisis harga satuan
e. Dokumen perhitungan perkiraan biaya
f. Dokumen tender untuk pelaksanaan pekerjaan jalan.

1.3 DASAR HUKUM


Dasar hukum pada pelaksanaan pekerjaan ini adalah:
a. Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
b. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
c. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
d. Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Sebagai acuan dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup
e. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2007, tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota
g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2012 tentang Ijin
Lingkungan
h. Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
pemerintah
i. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
j. Peraturan Menteri PUPR No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
k. Peraturan Menteri PUPR No. 14 Tahun 2020 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia
l. Peraturan Kepala LKPP No. 7 Tahun 2018 tentang Pedoman Perencanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
m. Peraturan Kepala LKPP No. 9 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia

BASIC DESIGN JALUR TENGAH SELATAN JAWA BARAT WILAYAH TIMUR


1-4
(RUAS JALAN CIWIDEY – CIKAJANG)
n. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 910/Kep.313-Org/2020 tanggal 8 Juni
2020 tentang Standar Biaya Khusus Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun Anggaran 2021.

Sedangkan Standar Teknis yang menjadi acuan pada pelaksanaan pekerjaan ini
adalah:
a. Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Atar Kota no. 038/TBM/1997
Departemen Pekerjaan Umum
b. Pedoman Desain Geometrik Jalan (Draft Akhir) Tahun 2020 no. /SE/Db/2020
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
c. Tata Cara Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang Pt T-02-2002-B
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19 Tahun 2011 tentang Persyaratan
Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan.
e. SNI No. 03-2444-2002, Spesifikasi bukaan pemisah jalur (separator)
f. MDP Tahun 2017, Manual Desain Perkerasan Jalan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
g. Pd. T-01-2002-B, Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
h. Pedoman Perencanaan Perkerasan jalan beton semen Pd T-14-2003
(Dep.Kimpraswil)
i. SNI No. 03-2442-1991, Spesifikasi kereb beton untuk jalan
j. SNI No. 03-2447-1991, Spesifikasi trotoar
k. SNI No.03-2444-2002, spesifikasi bukaan pemisah jalur (separator)
l. Pd. T-12-2004-B, Marka jalan
m. Pd. T-13-2004-B, Pedoman penempatan utilitas pada daerah milik jalan
n. Pd. T-15-2004-B, Perencanaan separator jalan
o. Pd. T-17-2004-B, Perencanaan median jalan
p. Pd. T-19-2004-B, Survey pencacahan lalu lintas dengan cara manual
q. Pd. T-20-2004-B, Perencanaan bundaran untuk persimpangan sebidang
r. Pd. T-21-2004-B, Survey kondisi rinci jalan beraspal di perkotaan
s. SNI 03-3424, 1994 tata cara perencanaan drainase permukaan jalan
t. Pd. T-05-2005-B, Pedoman Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur
dengan Metode Lendutan
u. MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia), Departemen Pekerjaan Umum,
Direktorat Jendral Bina Marga, Jalan – No. 036/T/BM/1997, Februari, 1997
v. AASHTO 1993 Guide for Design of Pavement Structures
w. AASHTO 2001 a Policy on Geometrikc design of Highways and streets
x. Federal Highway Authority (FHWA) No. RD-00-067, Roundabout: an
Informational Guide.

1.4 SASARAN PEKERJAAN


Sasaran yang ingin dicapai dari layanan Jasa Konsultansi Perencanaan Basic Desain
Jalan ini, adalah Terwujudnya Perencanaan Awal Jalan (Basic Design) sebagai dasar
perencanaan teknis jalan guna menunjang peningkatan kualitas konstruksi ruas jalan.

BASIC DESIGN JALUR TENGAH SELATAN JAWA BARAT WILAYAH TIMUR


1-5
(RUAS JALAN CIWIDEY – CIKAJANG)
Untuk mewujudkan sasaran pelaksanaan pekerjaan Basic Design Jalur Tengah
Selatan Jawa Barat Wilayah Timur (Ruas Jalan Ciwidey-Cikajang) Pada Dinas Bina
Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat. Dalam rangka penanganan dan
pembenahan bidang infrastruktur serta melaksanakan pekerjaan perencanaan teknik
jalan sedemikian rupa sehingga dicapai mutu pekerjaan perencanaan teknis jalan
yang optimal sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan, Team Konsultan perlu
melakukan tahap-tahap pekerjaan dalam tugas pembinaan dan pemantauan
pelaksanaan Pekerjaan Basic Design Jalur Tengah Selatan Jawa Barat Wilayah Timur
(Ruas Jalan Ciwidey-Cikajang) pada Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi
Jawa Barat mulai dari mobilisasi, melaksanakan pengumpulan data sekunder dan
primer, membuat Analisa data lapangan, membuat perencanaan teknis jalan,
penggambaran, perhitungan kuantitas dan perhitungan perkiraan biaya, serta
tindak lanjut yang diperlukan di pelaksanaan pekerjaan.
Dengan tercapainya sasaran pelaksanaan pekerjaan ini, maka akan dicapai
keterpaduan dalam proses pembangunan daerah dan perbaikan sosial ekonomi
masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja dalam proses pembangunan
prasarana lalu lintas dengan memberikan prioritas pada pemanfaatan material,
tenaga kerja dan potensi pembangunan lokal/setempat serta dapat membantu
kelompok penduduk yang rentan, sebagai wujud dilaksanakannya Pekerjaan Basic
Design Jalur Tengah Selatan Jawa Barat Wilayah Timur (Ruas Jalan Ciwidey-Cikajang)
pada Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat.
Program pokok telah dipersiapkan dalam tahap kegiatan Basic Design Jalur Tengah
Selatan Jawa Barat Wilayah Timur (Ruas Jalan Ciwidey-Cikajang) pada Dinas Bina
Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat guna menunjang lalu lintas yang
timbul akibat perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat di daerah- daerah yang
bersangkutan.
Pada sisi lain, dalam pelaksanaan pekerjaan perlu dilakukan perhitungan yang cermat
dan terinci, upaya optimalisasi penggunaan dana, pentahapan pelaksanaan dalam
batas-batas kemampuan pembiayaan, dan waktu pelaksanaan yang begitu singkat
dan dana yang tersedia cukup terbatas, sedangkan lokasi pekerjaan jalan dan
jembatan di Wilayah Jawa Barat Bagian Selatan, dan Konsultan yang diserahi
pekerjaan ini wajib menyediakan jasa-jasanya semaksimal mungkin untuk
penyelenggaraan Basic Design Jalur Tengah Selatan Jawa Barat Wilayah Timur (Ruas
Jalan Ciwidey-Cikajang) pada Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa
Barat dalam rangka menangani proyek ini.

1.5 LINGKUP PEKERJAAN


Berdasarkan KAK lingkup kegiatan yang diamanatkan untuk Penyedia Jasa adalah:
a. Pengumpulan data lapangan:
1) Data sekunder dan survei pendahuluan
2) Survei detail/survei primer
b. Analisis data lapangan
c. Perencanaan awal (Basic Design)
d. Penggambaran
e. Perhitungan kuantitas

BASIC DESIGN JALUR TENGAH SELATAN JAWA BARAT WILAYAH TIMUR


1-6
(RUAS JALAN CIWIDEY – CIKAJANG)
f. Perkiraan biaya.

a. Pengumpulan Data Lapangan


1) Survei Pendahuluan
Sebelum penyedia jasa melakukan mobilisasi dan kegiatan lainnya lebih
lanjut, penyedia jasa harus lebih dahulu melaksanakan survei
pendahuluan, maksud dari kegiatan ini adalah untuk melakukan observasi
lapangan dan kunjungan ke instansi-instansi terkait di daerah serta
mengumpulkan data pendukung lainnya agar memperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai jembatan yang akan direncanakan.
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum melaksanakan Survei Pendahuluan
adalah pengumpulan data sekunder yang bertujuan untuk:
 Mempersiapkan dan mengumpulkan data-data awal.
 Menetapkan desain sementara dari data awal untuk dipakai sebagai
panduan survei pendahuluan.

Jenis kegiatan dan ketentuan teknis pengumpulan data-data awal ini


meliputi:
a) Mempersiapkan peta-peta dasar berupa :
 Peta tata guna lahan.
 Peta topografi skala 1: 250.000 s/d 1:25.000 atau yang lebih besar.
 Peta geologi skala 1: 250.000 s/d 1:25.000.
b) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
c) Mengumpulkan data sekunder minimal meliputi :
 Data lalu lintas.
 Data curah hujan 10 tahun terakhir.
 Data tata guna lahan.

Survei pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :


a) Mempelajari lokasi rencana jalan dan daerah–daerah sekitarnya dari
segi geografis dan sosial ekonomi secara umum.
b) Membuat foto dokumentasi lapangan pada lokasi–lokasi yang penting
untuk pelaporan dan panduan untuk melakukan survei detail
selanjutnya.
c) Membuat laporan dan memberikan saran–saran yang diperlukan
untuk pekerjaan konstruksi.

2) Survei Topografi
Pengukuran topografi adalah proses pengumpulan data ukur permukaan
bumi yang dituangkan dalam bentuk peta perencanaan dengan
menggunakan skala tertentu.
Pekerjaan pengukuran topografi meliputi bagian pekerjaan :
a) Pengukuran situasi 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan dilakukan pada titik
pengukuran penampang melintang
b) Pengukuran penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu
rencana jalan

BASIC DESIGN JALUR TENGAH SELATAN JAWA BARAT WILAYAH TIMUR


1-7
(RUAS JALAN CIWIDEY – CIKAJANG)
c) Pengukuran-pengukuran khusus seperti di sekitar perpotongan sungai
dan sekitar persimpangan jalan
d) Pemasangan patok pada jarak setiap 5 km, pada awal dan akhir
penanganan
e) Gambar ukur yang berupa gambar situasi digital dengan skala 1 : 1000
dan interval kontur 1 m. Tiap kontur 5 meteran ditebalkan
f) Gambar hasil akhir berupa gambar situasi, potongan memanjang dan
potongan melintang.
3) Inventarisasi Jalan dan Jembatan
Pemeriksaan Inventarisasi Jalan dilakukan dengan mencatat kondisi rata-
rata setiap 200 m yang tercatat selama berkendaraan sesuai format. Untuk
kondisi tertentu yang memerlukan data yang lebih rapat, interval jarak
dapat diperpendek dan dilakukan dengan ground survey. Untuk setiap
jembatan diambil foto dokumentasi arah memanjang dan melintang.
4) Survei Perkerasan Jalan
Jenis kegiatan dan ketentuan teknis survey perkerasan jalan ini adalah
sebagai berikut:
 Pemeriksaan Daya Dukung Tanah dengan alat DCP (Dynamic Cone
Penetrometer)
Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan SNI 03-1743-1989.
Tes DCP dilakukan setiap 100 m secara zig-zag pada permukaan tanah.
Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan jelas.
 Pemeriksaan kekasaran jalan
Survei kondisi permukaan atau Road Condition Index (RCI), dapat diukur
secara visual. Survey didasarkan panduan survey kekasaran permukaan
jalan secara visual.
5) Survei Material/Geoteknik
Maksud dari kegiatan ini dilakukan adalah untuk memberikan informasi
secara menyeluruh mengenai:
 Tingkat stabilitas badan jalan dan lingkungan disekitarnya
 Analisis jenis tanah dasar serta rencana subgrade hubungannya dengan
analisis perkerasan jalan lainnya
 Lokasi sumber material yang ada di sekitar lokasi proyek tersebut,
menyangkut jenis, komposisi, kondisi beserta perkiraan jumlah dan lain-
lainnya, yang dapat digunakan sebagai bahan konstruksi yang
proporsional untuk pekerjaan struktur jalan dimaksud, dan akan dibuat
petanya untuk dimasukkan ke dalam gambar rencana.

Kegiatan dan ketentuan teknis penyelidikan material/geoteknik meliputi :


 Pengambilan contoh tanah terganggu (Disturbed Sample)
Pengambilan sampel menggunakan bor tangan atau hand bor sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Pengambilan sampel dilakukan
sebanyak minimal 1 (satu) sampel setiap 5 (lima) kilometer.
 Pengujian tanah di laboratorium
Sampel tanah tidak terganggu yang telah diambil selanjutnya diuji di
laboratorium.

BASIC DESIGN JALUR TENGAH SELATAN JAWA BARAT WILAYAH TIMUR


1-8
(RUAS JALAN CIWIDEY – CIKAJANG)
 Teknis penyelidikan material
Material untuk konstruksi yang diperiksa adalah : tanah untuk
timbunan, batu pecah dan pasir. Pengujian lapangan dan pekerjaan
laboratorium dilaksanakan sesuai ketentuan yang tercantum pada tabel
berikut ini.

b. Analisis Data Lapangan


1) Analisis Data Topografi
Analisis data topografi yang diperlukan meliputi:
 Situasi di sekitar trase jalan
 Koordinat x, y dan z hasil pengukuran
 Daerah galian dan timbunan
 Kontur setiap interval 1 m
2) Analisis Data Hasil Inventarisasi Jalan dan Jembatan
Analisis data hasil inventarisasi jalan meliputi Perkerasan jalan, median dan
trotoar, drainase jalan dan gorong – gorong, utilitas tiang listrik, Telkom,
PDAM, serta jarak pagar/bangunan dan jarak tebing ke pinggir perkerasan.
Jika terdapat jembatan lama/eksisting yang perlu perbaikan / pemeliharaan,
maka analisis inventarisasi jembatan yang diperlukan meliputi : Nama
jembatan, lokasi/Sta, dimensi jembatan, jenis konstruksi, kondisi jembatan,
dan perkiraan volume pekerjaan.
3) Analisis dan Kajian Lalu Lintas
Analisis dan Kajian Lalu Lintas meliputi lalu lintas harian rata-rata,
pertumbuhan lalu lintas tahunan, Vehicle damage factor (VDF), kecepatan
kendaraan rata-rata, faktor penyesuaian : lebar jalan, pemisah arah (hanya
untuk jalan tak terbagi), hambatan samping dan bahu jalan/kerb, ukuran
kota, untuk kajian kapasitas jalan.
4) Analisis Data Kondisi Perkerasan
Analisis Data Kondisi Perkerasan meliputi analisis CBR, analisis susunan,
tebal dan jenis lapis perkerasan, analisis kerusakan permukaan jalan.
5) Analisis Data Geoteknik/Material
Analisis Data Geoteknik/Material meliputi klasifikasi tanah, nilai aktif tanah,
CBR, kajian galian dan timbunan, kajian penurunan tanah, penentuan
lapisan dan tebal bahan sebagai tanah dasar.
6) Analisis Data Hidrologi dan Hidrolika
Analisis Data Hidrologi dan Hidrolika meliputi analisis data curah hujan dan
intensitas curah hujan, analisis koefisien pengaliran, analisis catchment area,
analisis kemiringan pengaliran dan tipe saluran, analisis perilaku/pola aliran
air yang ada di sekitar jalan.

c. Perencanaan Geometrik
Harus sesuai dengan parameter kriteria desain geometrik sebagai berikut :
1) Pondasi/Badan Jalan dan Stabilitas Jalan
 Perencanaan badan jalan
Perencanaan badan jalan harus memenuhi ketentuan teknis bahwa
lapisan tanah dasar pada 30 cm teratas harus : klasifikasi tanah bukan A-

BASIC DESIGN JALUR TENGAH SELATAN JAWA BARAT WILAYAH TIMUR


1-9
(RUAS JALAN CIWIDEY – CIKAJANG)
7-6 (berdasarkan AASHTO), CBR tanah sebagai tanah dasar minimum 6 %,
nilai aktif tanah kurang dari 1,25, penurunan/gerakan tanah dalam batas
yang diijinkan.Lapisan tanah di bawahnya (30 cm dari permukaan tanah
dasar ke bawah) dianjurkan juga memenuhi persyaratan diatas, jika
kondisi tertentu tidak dapat memenuhi, maka harus dilakukan kajian
khusus geoteknik
 Perencanaan stabilitas lereng bila diperlukan
 Pemilihan jenis bahan material tanah lainnya
 Umur Rencana (UR) yang akan digunakan dalam perencanaan.
2) Perkerasan Jalan
Usulan tipe perkerasan akan dikaji dari salah satu atau gabungan dari tipe
perkerasan berikut:
 Flexible pavement (perkerasan lentur)
 Rigid pavement (pekerasan kaku)
 Gabungan flexible pavement dan rigid pavement (composite pavement).
3) Drainase
Dalam perencanaan drainase mengacu pada Buku Perencanaan Drainase
Permukaan Jalan SNI No. 03-3424-1994 dan mengakomodasi faktor
keselamatan, pengendalian hanyutan / polusi peralatan dan lain-lain, dan
literatur terkait dengan drainase yang telah disetujui penggunaannya.
4) Simpang
Standar acuan yang dipakai untuk perencanaan simpang mengikuti
Pedoman Teknis Perencanaan Simpang yang diterbitkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum.
5) Bangunan Pelengkap, Pengaman Jalan, Struktur Non Jembatan
Salah satu rujukan yang dipakai untuk perencanan bangunan pelengkap dan
pengaman jalan adalah Gambar Standar Pekerjaan Jalan, jika tidak terdapat
dalam gambar tersebut harus dilakukan perencanaan / perhitungan /
penggambaran tersendiri.
6) Rambu, Marka Jalan dan Lampu
 Pedoman Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan Undang-
undang Lalu lintas No. 14 Tahun 1992;
 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 60 tahun 1993 tentang Marka
Jalan;
 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993 tentang Rambu-
rambu Lalu lintas di Jalan;
 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 62 tahun 1993 tentang Alat
pemberi Isyarat Lalu Lintas
 01/P/BNKT/1991, Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan
Perkotaan
 PM 13 Tahun 2014, Rambu Lalu Lintas
7) Lansekap Jalan
Perencanaan lansekap jalan mengacu pada Buku Tata Cara Perencanaan
Lansekap Jalan Departemen Pekerjaan Umum.

BASIC DESIGN JALUR TENGAH SELATAN JAWA BARAT WILAYAH TIMUR


1 - 10
(RUAS JALAN CIWIDEY – CIKAJANG)
d. Penggambaran
Gambar rencana detail perencanaan teknis yang perlu dibuat harus minimal
mencakup:
1) Sampul luar (cover) dan sampul dalam
2) Daftar isi
3) Daftar simbol dan singkatan
4) Daftar rangkuman volume pekerjaan
5) Potongan melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan
skala yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan
6) Alignment layout
7) Alinyemen Horisontal (plan) digambar diatas peta situasi 1 : 1.000 untuk
jalan dan 1 : 500 untuk jembatan dengan interval garis tinggi 1 meter
(kontur)
8) Alinyemen Vertikal (profile) digambar diatas peta situasi 1 : 1.000 untuk jalan
dan 1 : 500 untuk jembatan dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup data
yang dibutuhkan
9) Potongan melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (interval
paling tidak 50 meter), dengan skala horisontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 :
50
10) Gambar perkiraan rencana jembatan (jika ada)
11) Gambar drainase
12) Gambar standar yang mencakup antara lain : gambar bangunan pelengkap
(DPT, Box Culvert, dsb), rambu jalan, marka jalan, lampu penerangan jalan
(PJU) dan sebagainya.
13) Keterangan mengenai mutu bahan.

e. Perhitungan Kuantitas
Perencana harus membuat perhitungan kuantitas pekerjaan secara rinci dengan
ketentuan sebagai berikut : volume pekerjaan tanah dihitung dari gambar cross
section setiap 25 - 100 meter, penyusunan mata pembayaran pekerjaan (pay
item) harus sesuai dengan Spesifikasi yang dipakai, perhitungan kuantitas
pekerjaan harus dilakukan secara keseluruhan sesuai dengan yang ada dalam
gambar rencana. Tabel perhitungan harus mencakup lokasi dan semua jenis
mata pembayaran (pay item).

f. Perkiraan Biaya
Perkiraan biaya konstruksi rinci harus disiapkan untuk setiap tahapan kontruksi
yang direncanakan, sesuai item pekerjaan dan harga satuan.
Metoda perhitungan harga satuan harus dibuat, analisis harga satuan
menggunakan metoda dan acuan yang baku berdasarkan faktor-faktor /
parameter : tenaga, material, peralatan, sosial, pajak, overhead, dan keuntungan
yang berlaku di daerah setempat.
Engineer’s Estimate dibuat dalam bentuk pelaksanaan setiap km dan
pelaksanaan total. Lingkup pekerjaan selain tersebut dalam KAK, Konsultan
perlu menyiapkan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan pada Basic Design
Jalur Tengah Selatan Jawa Barat Wilayah Timur (Ruas Jalan Ciwidey-Cikajang)

BASIC DESIGN JALUR TENGAH SELATAN JAWA BARAT WILAYAH TIMUR


1 - 11
(RUAS JALAN CIWIDEY – CIKAJANG)
pada Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat, sesuai dengan
kondisi eksisting dari wilayah/lokasi rencana trase dari jalan yang akan
direncanakan. Dimana Ruang Lingkup Pekerjaan Konsultan adalah sebagai
berikut dijabarkan berikut ini.
Berdasarkan tahapan pekerjaan, secara garis besar Lingkup Pekerjaan
Perencanaan Teknik Jalan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Persiapan Pelaksanaan Desain
Mencakup kegiatan penyiapan dan pengumpulan data awal yang akan
digunakan sebagai bahan desain sementara untuk dipakai sebagai panduan
dalam kegiatan survey selanjutnya (survey pendahuluan). Selain itu
dilakukan pengumpulan data berupa peta-peta dasar yang akan menjadi
dasar dalam perencanaan teknis dan penggambaran.
2) Survey dan Investigasi
Dilakukan untuk mendapatkan data lapangan dengan tingkat ketelitian
tertentu (lebih tinggi dari tingkat ketelitian pada kegiatan Persiapan
Pelaksanaan Desain) dengan memperhatikan kondisi lapangan aktual yang
ada dan sasaran penanganan yang hendak dicapai. Selama pelaksanaan
kegiatan ini, koordinasi dengan Pengguna Jasa wajib dilakukan secara
continue guna menghindari data yang terlalu berlebih atau terlalu minimal.
 Survey Pendahuluan
 Inventarisasi Jalan dan Jembatan
 Pengukuran Topografi
 Survai Lalu lintas (digunakan data sekunder)
 Survey Perkerasan Jalan
 Survey Geologi dan Geoteknik
 Survey Hidrologi dan Hidrolika (digunakan data sekunder)
 Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan (bila
diperlukan)
Jenis survey-survey diatas bergantung kepada jenis pekerjaan yang akan
dikerjakan oleh Kontraktor Pelaksanan Konstruksi nantinya. Oleh karena itu,
sebelum pelaksanaannya harus dilakukan koordinasi dahulu dengan pihak
Pengguna Jasa.
3) Perencanaan Geometrik Jalan
Termasuk didalamnya adalah perencanaan drainase jalan dan juga
pertimbangan perencanaan terhadap aspek keselamatan pengguna jalan
baik selama pelaksanaan pekerjaan maupun pasca konstruksi. Tools penting
yang harus disiapkan dalam kegiatan ini adalah Standar Perencanaan yang
akan digunakan sebagai acuan dan perangkat lunak perencanaan sebagai
media penyelesaian perencanaan.
4) Perencanaan Perkerasan Jalan
Pemilihan jenis bahan material yang akan digunakan harus mendapat
perhatian dalam tahap kegiatan ini, karena penggunaan material di daerah
setempat (disekitar lokasi pekerjaan) lebih diutamakan sebagai upaya
penghematan biaya pelaksanaan nantinya.
5) Perencanaan Aksesoris Jalan, Bangunan Struktur dan Bangunan Pelengkap
Lainnya

BASIC DESIGN JALUR TENGAH SELATAN JAWA BARAT WILAYAH TIMUR


1 - 12
(RUAS JALAN CIWIDEY – CIKAJANG)
6) Perencanaan Stabilitas Lereng
Kegiatan ini dilakukan jika dalam perencanaan geometrik (analisa alinyemen
pada kontur) ternyata dibutuhkan kegiatan galian atau timbunan, sehingga
diperlukan informasi tentang berapa tinggi maksimum dan kemiringan
lereng desain galian yang aman dari keruntuhan.
7) Perencanaan Stabilitas Badan Jalan
Diidentifikasi dari gejala struktur geologi yang ada, jenis dan karateristik
batuan dan kondisi lereng.
8) Penggambaran
 Rancangan (Draft) Perencanaan Teknik
 Gambar Rencana (Final Design)
 Perhitungan Kuantitas dan Harga Pekerjaan Fisik

1.7 LOKASI PEKERJAAN


Lokasi kegiatan untuk pekerjaan Basic Design Jalur Tengah Selatan Jawa Barat
Wilayah Timur (Ruas Jalan Ciwidey - Cikajang) ini adalah wilayah Kabupaten Bandung
dan wilayah Kabupaten Garut. Ruas Jalan Ciwidey – Cikajang berada di wilayah
pelayanan Balai UPTD III – Bandung dan Balai UPTD IV – Garut.
Seperti yang disebutkan pada KAK, lokasi pelaksanaan kegiatan Basic Design Jalur
Tengah Selatan Jawa Barat Wilayah Timur (Ruas Jalan Ciwidey-Cikajang) pada Dinas
Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat ini adalah di wilayah Ciwidey
(Kabupaten Bandung) dan Cikajang (wilayah Kabupaten Garut).

Jalan Nasional
Jalan Nasional Penghubung (Horisontal Tengah)
Horisontal Tengah dengan
Selatan) panjang 72,55 km

Jalan Provinsi (Penghubung


Jalnas Horisontal Tengah dgn
Selatan)
CIWIDEY Pameungpeuk-Cikajang 59,3 km

CIKAJANG

Jalan Nasional (Horisontal Selatan)


Cidaun – Pameungpeuk 61,16 km

Gambar 1.1 Rencana Trase Jalan Ciwidey - Cikajang

BASIC DESIGN JALUR TENGAH SELATAN JAWA BARAT WILAYAH TIMUR


1 - 13
(RUAS JALAN CIWIDEY – CIKAJANG)

Anda mungkin juga menyukai