PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang dilaksanakannya kajian mengenai
Basic Design Jalur Tengah Selatan Jawa Barat wilayah Timur (Ruas
Jalan Ciwidey – Cikajang). Kajian ini menjelaskan mengenai latar
belakang, maksud dan tujuan, sasaran pekerjaan, ruang lingkup
pekerjaan, lokasi pekerjaan.
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan KAK, latar belakang pelaksanaan dari pekerjaan Basic Design Jalur
Tengah Selatan Jawa Barat Wilayah Timur (Ruas Jalan Ciwidey - Cikajang) ini adalah:
Pembangunan wilayah Jawa Barat Selatan sudah menjadi perhatian khusus
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui berbagai program yang dicanangkan mampu
mempercepat pemerataan ekonomi. Perhatian terhadap wilayah Jawa Barat bagian
selatan ini dilatarbelakangi karena adanya disparitas perkembangan dan ekonomi
antara wilayah utara, tengah dan selatan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) rata-rata Jawa Barat adalah 71,3 sedangkan
untuk Jawa Barat bagian Selatan sebagian masih rendah yaitu di bawah 69. Dilihat
dari penyebaran penduduk juga terjadi ketimpangan, dimana di Jawa Barat Selatan
kepadatan peduduk sekitar 6 juta jiwa/Ha. Sedangkan di bagian Tengah Jawa Barat
adalah 35 juta jiwa/Ha atau sudah 6 kali lipatnya dari bagian selatan. Di sisi lain
banyak potensi yang dapat dikembangkan di bagian selatan Provinsi Jawa Barat ini
seperti sektor pariwisata, perkebunan, perikanan maupun pertanian.
Berdasarkan Perda No. 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Jawa Barat disebutkan bahwa Kebijakan Pengembangan Wilayah Jawa Barat Selatan
sendiri diarahkan pada sektor agribisnis, agrindustri, industri kelautan dan pariwisata
berbasis potensi lokal. Daya tarik wilayah Selatan Jawa Barat merupakan aset
pariwisata yang perlu dan harus terus dikembangkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut secara khusus dan mempunyai tujuan
untuk pemerataan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat pada umumnya.
Pada Jawa Barat bagian Selatan saat ini sudah terdapat jalan horizontal yang
menghubungkan Pelabuhan Ratu dengan Pangandaran di sepanjang jalur Pantai
Selatan. Jalan ini merupakan jalan nasional dengan kondisi relatif baik. Jarak antara
jalur horizontal tengah dan selatan sangat jauh. Kondisi ini mengakibatkan tingkat
aksesibilitas di wilayah ini sangat rendah. Demikian juga ketika terjadi hambatan.
pada jalan lintas selatan Jawa Barat tersebut seperti bencana alam, tidak terdapat
jalur jalan horizontal lainnya yang relatif dekat.
Pembangunan infrastruktur jalan akan dapat berdampak pada pertumbuhan
ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur jalan sendiri
merupakan prasyarat bagi sektor-sektor lain untuk berkembang dan juga sebagai
sarana penciptaan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Pemberdayaan
sumber daya untuk membangun infrastruktur jalan akan memicu proses ekonomi
sehingga menimbulkan penggandaan dampak ekonomi maupun sosial.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas pengembangan infrastruktur jalan merupakan
salah satu program utama Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mendorong
terwujudnya pemerataan pembangunan dan perekonomian di seluruh Jawa Barat.
Pembangunan infrastruktur jalan bertujuan untuk memperlancar arus distribusi
barang dan jasa, serta berperan dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat. Pada sisi yang lain, pembangunan infrastruktur jalan ini juga harus
sejalan dengan tiga strategi pembangunan ekonomi yaitu pro growth (pro
pertumbuhan), pro jobs (penciptaan lapangan kerja), dan pro poor (memperhatikan
rakyat miskin).
Tujuan dari pekerjaan ini adalah menghasilkan Dokumen Perencanaan Awal Jalan
(Basic Design) yang sesuai kaidah perencanaan dan dapat memenuhi standar
keselamatan dalam berkendara, meliputi:
a. Dokumen hasil pelaksanaan pengumpulan data
b. Dokumen perencanaan basic design jalan
c. Dokumen hasil penggambaran rencana jalan
d. Dokumen perhitungan kuantitas pekerjaan per item pekerjaan, beserta harga
satuan dan analisis harga satuan
e. Dokumen perhitungan perkiraan biaya
f. Dokumen tender untuk pelaksanaan pekerjaan jalan.
Sedangkan Standar Teknis yang menjadi acuan pada pelaksanaan pekerjaan ini
adalah:
a. Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Atar Kota no. 038/TBM/1997
Departemen Pekerjaan Umum
b. Pedoman Desain Geometrik Jalan (Draft Akhir) Tahun 2020 no. /SE/Db/2020
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
c. Tata Cara Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang Pt T-02-2002-B
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19 Tahun 2011 tentang Persyaratan
Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan.
e. SNI No. 03-2444-2002, Spesifikasi bukaan pemisah jalur (separator)
f. MDP Tahun 2017, Manual Desain Perkerasan Jalan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
g. Pd. T-01-2002-B, Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
h. Pedoman Perencanaan Perkerasan jalan beton semen Pd T-14-2003
(Dep.Kimpraswil)
i. SNI No. 03-2442-1991, Spesifikasi kereb beton untuk jalan
j. SNI No. 03-2447-1991, Spesifikasi trotoar
k. SNI No.03-2444-2002, spesifikasi bukaan pemisah jalur (separator)
l. Pd. T-12-2004-B, Marka jalan
m. Pd. T-13-2004-B, Pedoman penempatan utilitas pada daerah milik jalan
n. Pd. T-15-2004-B, Perencanaan separator jalan
o. Pd. T-17-2004-B, Perencanaan median jalan
p. Pd. T-19-2004-B, Survey pencacahan lalu lintas dengan cara manual
q. Pd. T-20-2004-B, Perencanaan bundaran untuk persimpangan sebidang
r. Pd. T-21-2004-B, Survey kondisi rinci jalan beraspal di perkotaan
s. SNI 03-3424, 1994 tata cara perencanaan drainase permukaan jalan
t. Pd. T-05-2005-B, Pedoman Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur
dengan Metode Lendutan
u. MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia), Departemen Pekerjaan Umum,
Direktorat Jendral Bina Marga, Jalan – No. 036/T/BM/1997, Februari, 1997
v. AASHTO 1993 Guide for Design of Pavement Structures
w. AASHTO 2001 a Policy on Geometrikc design of Highways and streets
x. Federal Highway Authority (FHWA) No. RD-00-067, Roundabout: an
Informational Guide.
2) Survei Topografi
Pengukuran topografi adalah proses pengumpulan data ukur permukaan
bumi yang dituangkan dalam bentuk peta perencanaan dengan
menggunakan skala tertentu.
Pekerjaan pengukuran topografi meliputi bagian pekerjaan :
a) Pengukuran situasi 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan dilakukan pada titik
pengukuran penampang melintang
b) Pengukuran penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu
rencana jalan
c. Perencanaan Geometrik
Harus sesuai dengan parameter kriteria desain geometrik sebagai berikut :
1) Pondasi/Badan Jalan dan Stabilitas Jalan
Perencanaan badan jalan
Perencanaan badan jalan harus memenuhi ketentuan teknis bahwa
lapisan tanah dasar pada 30 cm teratas harus : klasifikasi tanah bukan A-
e. Perhitungan Kuantitas
Perencana harus membuat perhitungan kuantitas pekerjaan secara rinci dengan
ketentuan sebagai berikut : volume pekerjaan tanah dihitung dari gambar cross
section setiap 25 - 100 meter, penyusunan mata pembayaran pekerjaan (pay
item) harus sesuai dengan Spesifikasi yang dipakai, perhitungan kuantitas
pekerjaan harus dilakukan secara keseluruhan sesuai dengan yang ada dalam
gambar rencana. Tabel perhitungan harus mencakup lokasi dan semua jenis
mata pembayaran (pay item).
f. Perkiraan Biaya
Perkiraan biaya konstruksi rinci harus disiapkan untuk setiap tahapan kontruksi
yang direncanakan, sesuai item pekerjaan dan harga satuan.
Metoda perhitungan harga satuan harus dibuat, analisis harga satuan
menggunakan metoda dan acuan yang baku berdasarkan faktor-faktor /
parameter : tenaga, material, peralatan, sosial, pajak, overhead, dan keuntungan
yang berlaku di daerah setempat.
Engineer’s Estimate dibuat dalam bentuk pelaksanaan setiap km dan
pelaksanaan total. Lingkup pekerjaan selain tersebut dalam KAK, Konsultan
perlu menyiapkan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan pada Basic Design
Jalur Tengah Selatan Jawa Barat Wilayah Timur (Ruas Jalan Ciwidey-Cikajang)
Jalan Nasional
Jalan Nasional Penghubung (Horisontal Tengah)
Horisontal Tengah dengan
Selatan) panjang 72,55 km
CIKAJANG