Anda di halaman 1dari 6

ASAM BASA

A. Teori asam basa

Kata asam berasal dari bahasa latin Acetum yang memiliki arti cuka. Cuka merupakan asam
asetat yang banyak digunakan untuk penyedap makanan, membuat acar,. Selanjutnya rumus
kimia cuka yaitu CH3COOH. Sedangkan basa berasal dari bahasa arab Alqali yang berarti abu,
karena mempunyai sifat yang sama dengan abu. Teori asam basa memiliki beberapa teori yaitu

a. Teori asam basa Arrhenius


pada tahun 1807, Svante Arrhenius mengemukakan teori asam basa yaitu pertama asam
adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+, senyawa asam
ddibedakan menjadi 3 yaitu asam monoprotik, asam diprotic, dan asam triprotik. Basa
adalah senyawa jika yang dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-. Basa dibedakan
menjadi 3 yaitu basa monohidrakasi, basa dihidroksi dan basa trihidroksi.
b. Teori asam basa Bronsted – Lowry
Untuk melengkapi kekurang tepri Arrhenius, Bronsted dan Lowru mengemukakan teori
asam dan basa yaitu Asam adalah zat yang dalam reaksi bertindak sebagai donor proton
sedangkan basa adalah zat yang dalam reaksi bertindak sebagai akseptor proton atau
penerima. Sifat asam dan basa bersifat relative yang artinya sifat asam dan basa itu
bergantung pada pasangan reaksinya. Jika pasangan reaksinya lebih ke asam maka itu
basa sedangkan bikla lebih bersifat basa maka zat itu bertindak sebagai asam. Menurut
Bronsted-Lowry asam adalah senyawa yang dapat memberikan ionH+atau proton dan
disebut donor proton, basa adalah senyawa yang dapat menerima ion H+ atau proton,
dan disebut akseptor proton. Pemindahan proton dari satu partikel ke partikel lainnya
dinamakan prosesprotolisis. Apabila proses protolisis berlangsung antara molekul-
molekul air sendiri proses ini dinamakan autoprotolisis. Zat yang mempunyai dua sifat
yaitu dapat bertindak sebagai asam dan sebagai basa, dinamakan amfiprotik. Pada reaksi
antara HCl dan NH3 terjadi perpindahan ion H+ atau proton, HCl memberikan H+
atau proton ke NH3 sehingga terjadi ion NH4+ dan ion Cl–. Reaksi sebaliknya NH4+
dapat memberikan H+(proton) pada ion Cl–s ehingga terjadi lagi HCl dan NH3. Dari
penjelasan ini disimpulkan bahwa asam memberikan proton sedangkan basa menerima
proton. ada waktu asam memberikan proton akan terbentuk basa konjugasi dari
asam tersebut. Disebut basa konjugasi karena bersifat basa yaitu dapat menerima proton
untuk membentuk asam lagi. Pasangan asam-basa setelah terjadi serah terima proton
dinamakan asam basa konjugasi. HCl dan Cl– merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
HCl adalah asam konjugasi dari Cl– dan Cl– adalah basa konjugasi dari HCl. H2O dan
H3O+ merupakan pasangan asam-basa konjugasi. H2O adalah basa konjugasi dari H3O+
dan H3O+ adalah asam konjugasi dari H2O.
c. Teori asam basa Lewis
Lewis menyatakan teori asam basa berdasarkan serah terima pasangan electron. Asam
:merupakan Senyawa yang dapat menerima pasangan electron BF3. Sedangkan Basa
Senyawa yang dapat memberikan pasangan electron NH3. Lewis mengemukakan teori
baru tentang asam-basa sehingga partikel ion atau molekul yang tidak mempunyai
atom hidrogen atau proton dapat diklasifikasikan ke dalam asam dan basa. Pada reaksi
boron trifluorida dengan ion fluor, BF3 bertindak sebagai asam,sebab menerima
pasangan elektron dari F–. F–bertindak sebagai basa, sebab memberikan pasangan
elektron kepada BF3. Lewis menyatakan bahwa asamadalah suatu molekul atau ion yang
dapat menerima pasangan elektron, sedangkan basa adalah suatu molekul atau ion yang
dapat memberikan pasangan elektronnya.

B. Indicator asam basa

Para ahli kimia berusaha membuat alat bantu untuk mendeteksi adanya ion H+ pada asam dan
ion OH- pada basa. Alat bantu tersebut adalah Indikator. Indicator dibuat agar kita aman bdari
bahaya keracunan.

Perbedaan kekuatan larutan asam-basa ini dipengaruhi oleh banyak sedikitnya ion-ion
pembawa sifat asam dan ion-ion pembawa sifat basa yang dihasilkan saat terionisasi. Kekuatan
asam dipengaruhi oleh banyaknya ion – ion H+ yang dihasilkan oleh senyawa asam dalam
larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion H+yang dihasilkan, larutan asam dibedakan
menjadi dua macam sebagai berikut. Asam kuat yaitu senyawa asam yang dalam larutannya
terion seluruhnya menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam kuat merupakan reaksi
berkesudahan. Secara umum, ionisasi asam kuat dirumuskan HA(aq)⎯⎯→ H+(aq) + A–(aq)
sedangkan Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi
menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi kesetimbangan. Secara
umum, ionisasi asam lemah valensi satu dirumuskan HA(aq) ⎯⎯→←⎯⎯ H+(aq) + A–(aq).
Konsentrasi ion H+ asam lemah juga dapat dihitung jika derajat ioni-sasinya (α) diketahui.

C. Menghitung pH larutan asam basa

a) Pengertian pH

Adanya ion H+ dan ion OH- telah memberikan pengertian asam dan basa menurut Arrhanius.
Ion selain dapat menjelasakan sifat asam dan basa juiga dapat menjelaskan derajat keasaman,
semakin besar konsentrasi semakin besar derajat keasamannya. Pada tahun 1909 seorangh ahli
Biokimia mengusulkan agar perhitungan konsentrasi ion yang sangat kecil digunakan istilah pH
yang artinya derajat keasaman. pH didapat dari hasil negative logaritma 10 dari konsenytrasi ion
H+. Harga pH berkisar antara 1 – 14. Untuk menentukan pH hasil reaksi antara asam dan basa,
ada 3 hal yang harus diperhatikan antara lain

1) Larutan bersifat netral jika [H+] = [OH–] atau pH = pOH = 7.


2) Larutan bersifat asam jika [H+] > [OH–] atau pH < 7.
3) Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH–] atau pH > 7.
Karena pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda negatif, maka makin besar
konsentrasi ion H+ makin kecil pH, dan karena bilangan dasar logaritma adalah 10, maka
larutan yang nilai pH-nya berbeda sebesar nmempunyai perbedaan ion H+ sebesar 10n.

b) pH asam

Larutan asam kuat terionisasi sempurna sehingga harga D- nya = 1. Untuk menentukan
[H+] pada asam. Larutan asam lemah mempunyai daya hantar listrik yang lemah karena jumlah
ion-ionnya relatif sedikit. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi kesetimbangan.
Setiap asam lemah memiliki harga tetapan ionisasi asam (Ka). Harga Ka menyatakan
ukuran kekuatan asam, makin besar harga makin banyak yang terionisasi (a makin besar)
artinya asam tersebut makin kuat. Konsentrasi ion H+ dalam larutan dapat menunjukkan
derajat keasaman suatu larutan dengan menyatakannya dalam bentuk pH.

c) pH Basa

Basa kuat dalam larutannya akan terionisasi sempurna. Untuk menentukan konsentrasi OH-
pada basa kuat, Reaksi ionisasi basa lemah merupakan reaksi kesetimbangan, maka harga
konstanta kesetimbangan basanya (Kb) dapat ditentukan berdasarkan persamaan reaksi
ionisasinya. Basa lemah sukar larut dalam air, satu-satunya basa lemah yang larut baik dalam
air adalah NH4OH (larutan ammonia). Untuk menentukan konsentrasi OH-sama dengan
cara menentukan H+.

d) Menghitung Ph Campuran Asam Dan Basa

Pada suhu 20 derajat celcius air yang netral memiliki pH=7. Artinya besar pH nya H+ = 10-7 M
artinya bahwa air itu walaupun sedikit terionisasi sebagian menghasilkan ion H+ dan ion OH-.

Menetukan pH larutan pada asam kuat dan basa kuat

Dalam menetukan besarnya H+ pada larutan asam dan OH- pada larutan basa secara
stoikiometri maka pH suatu larutan asam dan basa dapat ditentukan dengan rumus H+ = n.Ma
dan OH- = n.Mb

Menentukan pH larutan asam lemah dan basa lemah

Asam lemah adalah senyawa asam yang bila dilarutkan dalam air terionisasi sebagian sehingga
memiliki harga a lebih kecil dari 1. Dalam larutan asam lemah ada molekul asam yang tidak
terionisasi serta ion-ion sisa asam yang berada dalam kesetimbangan. Sedangkan basa lemah
adalah senyawa basa yang dalam air mengalami ionisasi sebagian. Dalam larutan basa lemah ada
molekul basa yang tidak terionisasi. Ion-ion logam dan ion-ion hidroksil berada dalam
kesetimbangan. Basa lemah mempunyai harga Kb yang kecil.

.
D. Larutan Buffer

Larutan penyangga adalah larutan yang pH-nya praktis tidak berubah meskipun ditambah
sedikit asam, sedikit basa, atau jika diencerkan. Larutan penyangga dibedakan atas larutan
penyangga asam dan larutan penyangga basa. Larutan penyangga asam mengandung suatu
asam lemah (HA) dengan basa konjugasinya (A–). Contoh:CH3COOH + NaCH3COO
(komponen bufer: CH3COOH dan CH3COO–) sedangkan Larutan penyangga basa
mengandung basa lemah (B) dengan asam konju-gasinya (BH+). Contoh: NH3 + NH4Cl
(komponen bufer: NH3 dan NH4+). Kegunaan larutan penyangga tidak hanya terbatas pada
tubuh makhluk hidup. Reaksi-reaksi kimia di laboratorium dan di bidang industri juga banyak
menggunakan larutan penyangga. Reaksi kimia tertentu ada yang harus berlangsung pada
suasana asam atau suasana basa. Buah-buahan dalam kaleng perlu dibubuhi asam sitrat dan
natrium sitrat untuk menjaga pH agar buah tidak mudah dirusak oleh bakteri.

E. Hidrolisis

1) jika larutan asam direaksikan dengan larutan basa akan membentuk senyawa garam. Jika
kita melarutkan suatu garam ke dalam air, maka akan ada dua kemungkinan yang terjadi,
yaitu:
a. Ion-ion yang berasal dari asam lemah (misalnya CH3COO–, CN–, dan S2–) atau
ion-ion yang berasal dari basa lemah (misalnya NH4+, Fe2+, dan Al3+)
akan bereaksi dengan air. Reaksi suatu ion dengan air inilah yang disebut
hidrolisis. Berlangsungnya hidrolisis disebabkan adanya kecenderungan ion-ion
tersebut untuk membentuk asam atau basa asalnya.
b. Ion-ion yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl–, NO3–, dan SO42–) atau ion-
ion yang berasal dari basa kuat (misalnya Na+, K+, dan Ca2+) tidak
bereaksi dengan air atau tidak terjadi hidrolisis. Hal ini dikarenakan ion-ion
tersebut tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk asam atau basa
asalnya.

Hidrolisis hanya dapat terjadi pada pelarutan senyawa garam yang terbentuk dari ion-
ion asam lemah dan ion-ion basa lemah. Jadi, garam yang bersifat netral (dari asam
kuat dan basa kuat) tidak terjadi hidrolisis.

2) Hidrolisis Garam dari Asam lemah dan Basa Kuat


Jika suatu garam dari asam lemah dan basa kuat dilarutkan dalam air, makakation dari
basa kuat tidak terhidrolisis sedangkan anion dari asam lemah akan mengalami
hidrolisis. Jadi garam dari asam lemah dan basa kuat jika dilarutkan dalam air akan
mengalami hidrolisis parsial atau hidrolisis sebagian. Garam yang berasal dari asam
lemah dan basa kuat bersifat basa, contohnyaNa2CO3, CH3COOK, dan NaCN. Pada
garam ini yang mengalami hidrolisis adalah anionnya (A–) dengan reaksi: A– + H2O
HA + OH–
3) Hidrolisis Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah
Garam dari asam kuat dan basa lemah jika dilarutkan dalam air juga akan
mengalami hidrolisis sebagian. Hal ini disebabkan karena kation dari basa lemahdapat
terhidrolisis, sedangkan anion dari asam kuat tidak mengalami hidtrolisis. Hidrolisis
Garam2272. Garam yang Berasal dari Basa Lemah dan Asam KuatGaram yang berasal
dari basa lemah dan asam kuat bersifat asam contohnyaNH4Cl, (NH4)2SO4, AlCl3,
Fe2(SO4)3. Pada garam ini yang mengalami hidrolisis adalah kationnya M+ + H2O
MOH + H+
4) Hidrolisis Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah
Berbeda dengan kedua jenis garam di atas, garam yang berasal dari asamlemah
dan basa lemah jika dilarutkan dalam air akan mengalami hidrolisis total. Hal ini terjadi
karena kation dari basa lemah maupun anion dari asam lemah dapatmengalami
hidrolisis. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah sifatnya bergantung pada
harga Ka dan Kb asam basa pembentuknya. Contoh: NH4CN dan CH3COONH4. Garam
ini mengalami hidrolisis total. Kation dan anion dari garam mengalami hidrolisis dengan
reaksi M+ + A– + H2O HA + MOH .

Harnanto, Ari., dan Ruminten. 2009. Kimia 2 : Untuk SMA/ MA Kelas XI. Jakarta; Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Permana, Irvan. 2009. Memahami Kimia 2 : SMA/MA Untuk Kelas XI, Semester 1 dan 2
Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta; Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Fauziah, Nenden. 2009. Kimia 2. Jakarta; Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai