Anda di halaman 1dari 16

P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

EFEKTIFITAS KOMBINASI TERAPI MUSIK DAN TEKNIK RELAKSASI


NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN NYERI PASIEN POST
KATETERISASI JANTUNG
Nanik Sri Khodriyati ¹, Arlina Dewi², Azizah Khoiriyati³.
naniksri72@yahoo.com

ABSTRAK

Latar belakang : Tindakan kateterisasi jantung dapat menimbulkan ketidaknyamanan / nyeri, nyeri dapat diturunkan
menggunakan terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam. Terapi musik adalah Pemberian tindakan mandiri
keperawatan menggunakan MP3 dan headphone dengan mendengarkan musik yang telah dipilih oleh responden sesuai
standar terapi musik selama 15 menit minimal satu kali dan teknik relaksasi nafas dalam adalah pemberian metode
bernafas secara mendalam dengan frekuensi kurang dari 10 x/menit yang dilakukan sambil mendengarkan musik
selama 15 menit dengan mengacu panduan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam yang dibimbing oleh
peneliti/asisten peneliti.
Tujuan : Untuk menganalisis efektivitas kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien post kateterisasi jantung.
Metode: Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pre - post test with control group design, dengan
pendekatan consecutive sampling. Jumlah sampel 38 responden. Penilaian nyeri menggunakan Numeric Rating Scale
(NRS), analisa data menggunakan uji statistik wilcoxon, dan mann-whitney.
Hasil: Hasil uji statistik wilcoxon menunjukkan p value < 0.05 sehingga kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi
nafas dalam secara signifikan dapat menurunkan intensitas nyeri pasien post kateterisasi jantung, kemudian dilakukan
analisis perbedaan masing-masing variabel ditambah dengan protap rumah sakit sebagai kontrol dengan uji mann-
whitney, hasil p value < 0.05 dan dilanjutkan uji mann-whitney tes untuk melihat perbandingan penurunan dua variabel
dengan masing-masing p value < 0.05 dengan demikian secara statistik ada perbedaan antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
Kesimpulan: Kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan nyeri pada pasien
post kateterisasi jantung.

Kata Kunci: Kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam, nyeri post kateterisasi jantung

PENDAHULUAN dengan beberapa cara, mulai dari teknik non


invasif seperti elektrokardiografi (EKG) sampai
Penyakit kardiovaskuler telah menjadi pemeriksaan invasif seperti koronografi /
salah satu masalah penting kesehatan kateterisasi jantung (Guyton & Hall, 2007).
masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Di Tindakan kateterisasi jantung merupakan
negara berkembang dari tahun 1990 sampai tindakan invasif yang akan menimbulkan
2020 angka kematian akibat penyakit jantung berbagai reaksi baik sebelum tindakan maupun
koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki setelah dilakukan tindakan antara lain nyeri
dan 120% pada perempuan ( Smeltzer et al, post tindakan, peningkatan tekanan darah
2012 ). Penyebab utama PJK adalah ,frekuensi pernafasan dan frekuensi nadi
aterosklerosis. PJK dapat dikenali / didiagnosis (Brunner & Suddarth, 2009). Tindakan
Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

50
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

keperawatan yang diperlukan post kateterisasi memadai, dapat menyebabkan ketegangan,


jantung antara lain mengevaluasi keluhan gelisah, dan kecemasan.
pasien mengenai rasa nyeri/ ketidaknyamanan, Penurunan nyeri pada pasien dapat
kebas atau kesemutan pada ekstrimitas yang diupayakan dengan mendekatkan teman atau
dilakukan intervensi (Brunner & Suddarth, keluarga, memberikan informasi teoritis,
2009). memberikan teknik relaksasi , memberikan
Manajemen nyeri merupakan bagian dari terapi musik dan guided imagery agar pasien
perawatan pasien yang sangat penting. The bisa mengurangi nyeri (Buzatto, 2010, 2011).
Joint Commission on the Accreditation of Beberapa terapi non farmakologi yang bisa
Healthcare Organization (JCAHO) tahun 2000, digunakan dalam menurunkan intensitas nyeri
mengembangkan standar pengelolaan nyeri pasien post tindakan invasif diatas, peneliti
bagi institusi kesehatan dengan menyatakan memilih terapi musik dan relaksasi nafas
bahwa keluhan nyeri harus dinilai pada semua dalam, hal ini didukung beberapa penelitian
pasien karena mereka mempunyai hak untuk tentang efektifitas dari kedua teknik tersebut
dikaji dan diberikan penatalaksanaan nyeri antara lain terapi musik efektif sebagai metode
secara tepat. World Health Organization non farmakologi,murah,non invasif dan
(WHO) tahun 2002 menyatakan bahwa bebas memiliki efek untuk mengurangi intensitas
dari nyeri adalah bagian dari hak azazi nyeri pasca operasi (Margareta et al, 2009;
manusia. Jafari et al, 2012; Motahedian et al, 2012;
Penyebab timbulnya nyeri/ Deivi, dkk. 2015). Tujuan penelitian ini adalah
ketidaknyamanan pada pasien post kateterisasi untuk menganalisis efektivitas kombinasi terapi
jantung antara lain: adanya luka bekas tindakan musik dan relaksasi nafas dalam terhadap
invasif, letak area yang dilakukan tindakan dan penurunan intensitas nyeri pasien post
respon pasien yang berbeda dalam merasakan kateterisasi jantung. Penyakit jantung koroner
nyeri (Jong et al,2004). Setelah kateterisasi (PJK) merupakan penyakit jantung dan
jantung pasien dilakukan immobilisasi dengan pembuluh darah yang disebabkan karena
pembebatan pada daerah tindakan untuk penyempitan arteri koroner. Kateterisasi
mencegah perdarahan yang dilakukan selama 6 jantung merupakan prosedur invasif dengan
jam post tindakan (Hamel, 2009). Nyeri pada memasukkan satu atau lebih kateter ke jantung
pasien kateterisasi jantung menjadi signifikan dan pembuluh darah tertentu untuk
apabila tidak mendapatkan penanganan yang

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

51
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

memvisualisasikan ruang jantung, katup, jiwa (misalnya gangguan mental organik,


pembuluh darah besar, dan arteri koroner. skizoprenia, retardasi mental, dll), sebelum 2
57 bebat untuk
jam post kateterisasi jantung
METODE PENELITIAN menekan arteri radialis dan bantal pasir untuk
Desain penelitian ini adalah quasi penekanan arteri femoralis dilepas, pasien
eksperiment dengan pre - post test with control mengalami komplikasi berat post kateterisasi
group design, dimana pada kelompok pertama jantung. Penelitian ini dilakukan di ruang
diberikan perlakuan terapi musik dan relaksasi perawatan Instalasi Rawat Jantung (IRJAN)
nafas dalam serta terapi standar ruangan, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Pelaksanaan
kelompok kedua tidak diberikan perlakuan penelitian ini dilakukan bulan Mei 2016.
(memakai protap rumah sakit/terapi standar Variabel bebasnya yaitu kombinasi terapi
ruangan). Kemudian membandingkan hasil musik dan teknik relaksasi nafas dalam ,
pengukuran kelompok satu dan kelompok dua. variabel terikat yaitu penurunan intensitas nyeri
Populasi dalam penelitian ini adalah dan kestabilan vital sign. Instrumen penelitian
keseluruhan pasien yang telah dilakukan yang digunakan untuk mengukur nyeri
tindakan kateterisasi jantung dengan atau tanpa sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
PTCA di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas
Teknik sampling yang digunakan dalam dalam dan protap ruangan menggunakan
penelitian ini adalah teknik non probability Numeric Rating Scale ( NRS ). Teknik
sampling dengan pendekatan consecutive analisa data dalam penelitian ini untuk analisa
sampling. Besar sampel untuk kelompok data univariat umur, jenis kelamin, pengalaman
intervensi 19 pasien dan kelompok kontrol 19 dilakukan kateterisasi jantung pada kelompok
pasien. Kriteria Inklusi: pasien yang telah intervensi dan kelompok kontrol yang
dilakukan tindakan kateterisasi jantung dengan berbentuk angka frekuensi atau angka
atau tanpa intervensi PTCA di RSUP DR. prosentase. Analisa bivariat dilakukan
Sardjito, pasien telah kembali ke ruang rawat untuk melihat adanya pengaruh antara variabel
inap setelah dari ruang kateterisasi jantung, bebas dengan variabel terikat dengan
skala nyeri dengan Numerik Rating Scale ≥ 2, menggunakan uji statistik wilcoxon dengan
pasien tidak mengalami gangguan pendengaran, nilai signifikasi p-value ˂ 0,05 karena distribusi
pasien suka mendengarkan musik, umur 25-85 tidak normal dengan melihat pengaruh skala
tahun. Kriteria Eksklusi: penderita gangguan nyeri sebelum dan sesudah pemberian

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

52
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

Variabel Intervens Kontrol p- Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan


i (N=38) value usia, jenis kelamin, dan pengalaman pernah
(N=38)
Usia(Mean, 55,26, 55,37, 0,98* dilakukan kateterisasi jantungdi RSUP Dr.
±SD) ±11,04 ±10,12 Sardjito Yogyakarta (Mei 2016, n=38)
Jenis
Kelamin
(F, %) 1 63, 1 73, 0,49*
Laki-laki 2 2 4 7 *
Perempuan 7 36, 5 26,
8 3
Pengalaman
(F, %)
Satu kali 1 84, 1 78, 0,68*
Dua kali 6 2 5 9 *
3 15, 4 21,
8 1

kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas


dalam serta menggunakan uji statistik mann
whitney dengan nilai signifikasi p-value ˂ 0,05
karena distribusi tidak normal untuk melihat
analisis perbedaan skala nyeri pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Uji mann
whitney dengan nilai signifikasi p-value ˂ 0,05
karena distribusi tidak normal untuk analisis Sumber : Data Primer tahun 2016
selisih nyeri pada kelompok intervensi dan p> 0,05 tidak ada perbedaan karakteristik, hasil
kontrol . uji Independet t-test.
** p > 0,05 tidak ada perbedaan karakteristik, uji

HASIL PENELITIAN Pearson Chi-Square.

1. Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Tabel 4.1. menunjukkan bahwa

Hasil ini menggambarkan karakteristik tidak ada perbedaan karakteristik usia, jenis
responden meliputi umur, jenis kelamin, kelamin, pengalaman pernah dilakukan

pengalaman dilakukan kateterisasi jantung kateterisasi jantung antara kelompok intervensi


di IRJAN RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. dan kelompok kontrol.

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

53
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

2. Analisis Skala Nyeri dan Vital Sign Sebelum Nyeri 1 4.0 ±1.26
post 9 5 8
dan Sesudah Pemberian Kombinasi Terapi
Sumber : Data Primer tahun 2016
Musik dan Relaksasi Nafas Dalam pada
p-value < 0.05, Signifikan uji Wilcoxon
Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata skala
Tabel 4.2 Rata-rata Skala Nyeri Sebelum dan
nyeri sebelum diberikan kombinasi terapi
Sesudah Pemberian Kombinasi Terapi Musik
musik dan relaksasi nafas dalam pada
dan Relaksasi Nafas Dalam pada Kelompok
kelompok intervensi 5,26 dan setelah diberikan
Intervensi dan Kelompok Kontrol Pada Pasien
kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas
Post Kateterisasi Jantung ( Mei 2016, n=38)
dalam didapatkan 2,58 pada kelompok
P
Variab intervensi. Nilai rata-rata skala nyeri pre 4,26
Kelompo Me valu
el
k n an SD e dan post 4,05 pada kelompok kontrol. Hasil uji
Nyeri 1 5.2 ±0.80 0.00
statistik nilai p value ˃ 0,05 berarti tidak ada
Interven pre 9 6 6 1
si Nyeri 1 2.5 ±0.90 pengaruh yang bermakna skala nyeri pada
post 9 8 2
kelompok kontrol sebelum dan sesudah
pelaksanaan protap Rumah Sakit.
p-
Mea valu
3. Analisis perbedaan Skala Nyeri dan Vital
Variabel n n SD e
Sign Sebelum dan Sesudah Pemberian
Nyeri
Kombinasi Terapi Musik dan Relaksasi
Intervensi 1 5.26 ±0.80 0.10
Nafas Dalam pada kelompok Intervensi dan
Pre 9 6 0
Kelompok Kontrol.
Kontrol 1 4.26 ±1.19
9 5 Tabel 4.3 Rata-rata Perbedaan Skala Nyeri
Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Kombinasi
Intervensi 1 2.58 ±0.90 0.00 Terapi Musik dan Relaksasi Nafas Dalam pada
Post 9 2 1 kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Kontrol 1 4.05 ±1.26 Pada Pasien Post Kateterisasi Jantung di RSUP
9 8 Dr. Sardjito Yogyakarta ( Mei 2016, n=38)
Nyeri 1 4.2 ±1.19 0.06
Kontrol
pre 9 6 5 5

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

54
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

Sumber : Data Primer tahun 2016 kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
p-value < 0.05, Signifikan Mann Whitney Pada Pasien Post Kateterisasi Jantung di
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata skala RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (Mei 2016,
nyeri sebelum diberikan kombinasi terapi n=38)
musik dan relaksasi nafas dalam pada Sumber : Data Primer tahun 2016
kelompok intervensi 5,26 sedangkan skala p-value < 0.05, Signifikan Mann Whitney
nyeri pre pada kelompok kontrol 4,26. Analisis
data selanjutnya menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara skala nyeri Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat
pre pada kelompok intervensi dan kontrol (p perbedaan selisih rata-rata skala nyeri pada
value ˃ 0,05). kelompok intervensi 2.68 (SD± 0.749),
Rata-rata skala nyeri sesudah diberikan sedangkan kelompok kontrol 0.21(SD ±0.419),
kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas ini menunjukkan terdapat selisih perubahan
dalam pada kelompok intervensi 2,58 ,
sedangkan skala nyeri post pada p-
Variabel
kelompok kontrol 4,05. Analisis data Kelompok n Mean SD value
selanjutnya menunjukkan terdapat Nyeri Intervensi 19 2.68 ±0.749 0.001
perbedaan yang bermakna antara skala Kontrol 19 0.21 ±0.419
nyeri post pada kelompok intervensi dan skala nyeri antara kelompok intervensi setelah
kontrol (p value ˂ 0,05). diberikan kombinasi terapi musik dan teknik
relaksasi nafas dalam , hal ini berbeda dengan
4. Analisis Selisih Skala Nyeri dan Vital Sign kelompok kontrol dimana tidak terdapat
Sebelum Pemberian Kombinasi Terapi perubahan yang nyata 0.21 (SD ±0.419), tetapi
Musik dan Relaksasi Nafas Dalam pada secara statistik bermakna dimana terdapat
kelompok Intervensi dan Kelompok perubahan selisih skala nyeri antara kelompok
Kontrol. intervensi dan kelompok kontrol dengan p
value ˂ 0,05 .
Tabel 4.4 Selisih Rata-rata Skala Nyeri
Sebelum dan Sesudah Pemberian Kombinasi PEMBAHASAN
Terapi Musik dan Relaksasi Nafas Dalam pada Penderita PJK didominasi usia lebih dari
45 tahun dengan analisis data demografi

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

55
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

menunjukkan bahwa sebagian besar lansia demikian juga hasil penelitian usia dengan vital
mengalami PJK dikarenakan perubahan atau sign tidak ada signifikasinya walaupun menurut
kemunduran dalam berbagai aspek teori usia juga mempengaruhi tekanan darah,
kehidupannya, baik secara fisik maupun psikis nadi dan kecepatan pernafasan pasien (Ganong,
menurut Framingham (2009). Kejadian 2001). Hal ini dimungkinkan karena usia dalam
penyakit jantung koroner akan semakin penelitian ini homogen atau setara , sehingga
bertambah dengan bertambahnya usia kondisi tidak berbeda dalam klasifikasinya.
ini diakibatkan karena pada tahap proses Dari hasil penelitian tidak ada hubungan
penuaan akan mengubah fungsi vaskuler antara nyeri dengan jenis kelamin, dimana rata-
termasuk perubahan endotel pembuluh darah. rata skala nyerinya sama yaitu 3 antara laki-laki
Endotel pembuluh darah atau lapisan sel dan perempuan, sehingga ini sesuai dengan
terdalam dari struktur pembuluh darah ini akan teori yang mengatakan bahwa jenis kelamin
meningkatkan produksi endothelin (ET) yang antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda
merupakan vasokostriktor kuat pada saat proses secara bermakna dalam merespon nyeri
penuaan, kondisi ini berperan terhadap proses (Smeltzer and Bare, 2012) dan menurut Potter
terjadinya arterosklerosis (Lewis, 2000). & Perry (2005), juga mengatakan bahwa antara
Usia mempunyai peranan yang penting laki-laki dan perempuan secara umum tidak
dalam mempersepsikan dan mengekspresikan mempunyai perbedaan yang bermakna terhadap
rasa nyeri. Pasien dewasa memiliki respon yang nyeri. Sedangkan menurut Menyar (2009), ada
berbeda terhadap nyeri dibandingkan pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan
lansia. Nyeri pada lansia dianggap sebagai dalam merespon nyeri yaitu perempuan
kondisi yang alami dari proses penuaan. Cara mempunyai respon nyeri lebih baik dari pada
menafsirkan nyeri ada dua, pertama, rasa sakit laki-laki dan wanita lebih sensitif terhadap
adalah normal dari proses penuaan, kedua rangsangan nyeri, tetapi menurut Knale (2011)
sebagai tanda penuaan menurut Smeltzer dan menyebutkan bahwa laki-laki lebih mampu
Bare (2002) dan menurut Bernis, (2007) usia untuk menahan nyeri tetapi tidak berarti laki-
dewasa secara verbal lebih mudah laki mengalami nyeri lebih ringan daripada
mengungkapkan rasa ketidaknyamanan. Hal ini perempuan.
tidak sesuai dengan hasil penelitian bahwa Hasil penelitian tentang pengalaman
hubungan antara usia dengan intensitas nyeri menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
tidak terdapat signifikasi yang bermakna, pengalaman pernah dilakukan tindakan

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

56
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

kateterisasi jantung sebelumnya atau tidak, Musik dan Relaksasi Nafas Dalam pada
dengan intensitas nyeri antara kelompok Kelompok Intervensi dan Kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Hal ini sesuai Kontrol.
dengan penelitian lain yang mengatakan bahwa Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, pasien post kateterisasi jantung / PTCA yang
akan tetapi pengalaman yang telah dirasakan diberikan perlakuan kombinasi terapi musik
individu tersebut tidak berarti bahwa individu dan relaksasi nafas dalam yang dilakukan 2 jam
tersebut akan mudah menghadapi nyeri pada dan 3 jam setelah kateterisasi jantung masing-
masa yang akan datang (Prasetyo, 2010). masing dilaksanakan selama 15 menit dan
Sedangkan menurut peneliti lain mengatakan evaluasi setelah 30 menit dari intervensi kedua
bahwa pengalaman mengatasi nyeri tergantung atau 3,5 jam post kateterisasi jantung terjadi
pengalaman masa lalu dalam mengatasi nyeri penurunan intensitas nyeri pada pasien
( Potter&Perry, 2005), hal ini sesuai pendapat penyakit jantung koroner pada pre intervensi
Smeltzer & Bare, (2012) bahwa pengalaman dan post intervensi, sedangkan pada kelompok
seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri kontrol setelah 2 jam dan 3,5 jam post
masa lalu dan saat ini mengalami nyeri maka kateterisasi jantung/PTCA menunjukkan tidak
akan lebih mudah mengatasi nyerinya, terdapat penurunan yang bermakna skala nyeri
sedangkan menurut penelitian Arnt (2003) dan tetapi terdapat perubahan penurunan antara
bahwa pengalaman nyeri akan berpengaruh pre post pada kelompok intervensi yang secara
terhadap derajat nyeri dengan mekanisme yaitu statistik bermakna maupun pre post pada
fokus perhatian yang diarahkan pada sensasi kelompok kontrol yang secara statistik tidak
nyeri maka derajat nyerinya semakin kuat, bermakna.
kecemasan dan ketakutan akan memperkuat Perubahan penurunan yang lebih kecil
derajat nyeri. Pasien yang pernah mengalami pada kelompok kontrol dibandingkan dengan
nyeri dan tidak mampu mengatasi nyeri, maka kelompok intervensi membuktikan bahwa
akan mempunyai persepsi atau sensasi terhadap perlakuan dengan kombinasi terapi musik dan
nyeri sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan relaksasi nafas dalam membuat pasien lebih
(Potter & Perry, 2005). relaks dan intensitas nyeri dibandingkan hanya
menggunakan protap rumah sakit yang berupa
Pengaruh Skala Nyeri dan Vital Sign teknik relaksasi nafas dalam saja. Adanya
Sebelum dan Sesudah Kombinasi Terapi perubahan penurunan skala nyeri setelah

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

57
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

perlakuan dengan kombinasi terapi musik dan yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri ke
relaksasi nafas dalam, bukan karena adanya medula spinalis ke otak terus berjalan sehingga
faktor lain yang berpengaruh selama terjadi persepsi nyeri. (Smeltzer & Bare, 2002).
pengamatan, seperti faktor usia, jenis kelamin Manajemen nyeri non farmakologik
dan pengalaman pernah dilakukan tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri
kateterisasi jantung / PTCA, dengan ini adalah terapi musik, relaksasi, terapi bermain,
dibuktikan bahwa hasil analisa bivariat terapi aktivitas, kompres dan pijat. Teknik ini
hubungan variabel secara statistik tidak dapat membantu pasien mencapai rasa kontrol
bermakna. atas rasa sakit (Van Kouten, M.E., 1999).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan Metode pereda nyeri non farmakologis
emosional yang tidak menyenangkan yang biasanya mempunyai resiko yang sangat
terjadi akibat dari kerusakan jaringan yang rendah, termasuk pemberian terapi musik
aktual dan potensial. Nyeri yang dirasakan oleh bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri
individu yang mengalami post-operasi, bisa (Purwanto, 2008). Jika getaran musik dapat
dari skala yang paling ringan hingga terberat dibawa kedalam resonansi dekat dengan
(Brunner & Suddart, 2009). Adanya rangsangan getaran rasa sakit, maka persepsi psikologis
pembedahan menimbulkan kerusakan pada rasa sakit akan diubah dan dihilangkan (Journal
jaringan kemudian akan melepaskan zat of the American Association for Musik
histamine, serotonin, plasmakin, bradikinin, Therapist, 2011).
prostaglandin yang disebut mediator nyeri. Relaksasi merupakan managemen nyeri
Mediator ini merangsang reseptor nyeri yang non farmakologi yang mempunyai efek sangat
terletak di ujung saraf bebas dari kulit, selaput baik untuk mengatasi nyeri. Relaksasi akan
lendir dan jaringan lain sehingga rangsangan menyebabkan penurunan hormon adrenalin
dirasakan sebagai nyeri . Pada saat terjadi sehingga akan menyebabkan rasa tenang dan
pelepasan mediator kimia akan merangsang aktifitas saraf simpatik menurun sehingga akan
saraf simpatis sehingga menyebabkan menyebabkan penurunan nyeri. Menurut
vasokontriksi yang akan meningkatkan tonus penelitian Houston dan Jesurum dalam
otot yang menimbulkan berbagai efek seperti Purwanto,E., (2011). Teknik relaksasi nafas
spasme otot yang pada akhirnya akan menekan dalam adalah teknik yang dilakukan untuk
pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan menekan nyeri pada thalamus yang dihantarkan
meningkatkan kecepatan metabolisme otot ke korteks cerebri dimana korteks cerebri

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

58
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

sebagai pusat nyeri, yang bertujuan agar pasien merupakan salah satu faktor penting dalam
dapat mengurangi nyeri selama nyeri timbul. pemberian terapi musik (Susanti, 2014). Musik
Mendengarkan musik dapat yang direkomendasikan untuk terapi musik
memproduksi zat endorphins substansi sejenis adalah klasik, musik instrumentalia, musik
morfin yang disuplai tubuh yang dapat unsur suara alam, musik jazz (Nilson, 2009).
mengurangi rasa sakit/nyeri) yang dapat Hasil penelitian ini bahwa musik
menghambat transmisi impuls nyeri di sistem mempunyai pengaruh terhadap penurunan
saraf pusat, sehingga sensasi nyeri dapat intensitas nyeri dan kestabilan vital sign karena
berkurang, musik juga bekerja pada sistem dengan mendengarkan musik dan relaksasi
limbik yang akan dihantarkan kepada sistem nafas dalam akan menghasilkan stimulasi yang
saraf yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, akan merangsang pengeluaran endorphine
sehingga dapat mengurangi kontraksi otot sehingga akan mengurangi nyeri, meningkatkan
(Potter & Perry, 2011). kekebalan tubuh, menjaga jantung dan aliran
Musik dan nyeri mempunyai persamaan darah. Hasil penelitian ini didukung Purwanto
penting yaitu bahwa ketika musik terdengar, (2011) yang menyatakan bahwa terdapat
sinyal dikirim keotak ketika rasa sakit perbedaan hasil perubahan intensitas nyeri
dirasakan. Jika getaran musik dapat dibawa pasien post operasi sebelum dan sesudah
kedalam resonansi dekat dengan getaran rasa diberikan terapi musik pada kedua kelompok di
sakit, maka persepsi psikologis rasa sakit akan ruang bedah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
diubah dan dihilangkan (Journal of the Penelitian ini juga didukung oleh
American Association for Musik Therapist, Nurdiansyah (2015) yang mengatakan bahwa
2011). penurunan tekanan darah pada kelompok yang
Jenis musik yang digunakan dalam mendengarkan musik lebih besar dibandingkan
penelitian ini adalah pain relief maupun natural kelompok kontrol. Menurunnya tekanan darah
healing tentang suara alam dan instrumentalia ini diduga bahwa konsentrasi katekolamin
yang mempunyai karakteristik frekuensi 40-60 plasma mempengaruhi aktivitas
Hz dan tempo 61-80 beat/menit memenuhi simpatoadrenergik dan juga menyebabkan
kriteria sebagai terapi musik untuk relaksasi pelepasan stress-released hormone karena
yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pengaruh dari musik. Teknik relaksasi efektif
minimal satu hari satu kali (Perdana,A., 2016). dalam pengelolaan nyeri pasca operasi
Musik berdasarkan pilihan responden (Gonzales et al, 2010).

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

59
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

Kelompok kontrol yang mendapatkan Sebelum perlakuan kelompok intervensi


terapi standar ruangan menunjukkan hasil yang skala nyerinya lebih tinggi dibanding
tetap, sedangkan berdasarkan beberapa kelompok kontrol dan tidak bermakna.
penelitian terdapat perbedaan antara kelompok Sesudah perlakuan, kelompok intervensi skala
sebelum dan sesudah diberikan prosedur nyerinya lebih rendah secara bermakna
standar. Berdasarkan penelitian Novita (2012) dibandingkan kelompok kontrol. Penelitian ini
menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara menunjukkan bahwa pada kelompok post skala
tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan nyeri menurun karena kelompok tersebut
prosedur standar. Menurut analisa peneliti mendapatkan teknik relaksasi nafas dalam,
bahwa pada kelompok kontrol hanya tetapi yang menjadi perbedaan menurunnya
dianjurkan tarik nafas dalam oleh perawat masing-masing variabel berbeda, karena pada
ruangan tanpa instruksi yang rinci seperti yang kelompok intervensi mendapat perlakuan yang
tercantum dalam Standar Prosedur Operasional lebih yaitu dengan terapi musik, tetapi pada
Rumah Sakit yang ada. kelompok kontrol hanya mendapatkan teknik
relaksasi nafas dalam saja.
Perbedaan Skala Nyeri Tekanan Darah, Penelitian yang mendukung dari
Nadi, Pernafasan Sebelum dan Sesudah penelitian ini adalah tentang pengaruh comfort
Kombinasi Terapi Musik dan Relaksasi technical intervention dengan kombinasi terapi
Nafas Dalam pada Kelompok Intervensi dan musik dan relaksasi nafas dalam terhadap
Kelompok Kontrol. penurunan intensitas nyeri pada pasien pasca
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa operasi fraktur femur (Susanti, 2014), dimana
kelompok yang mendapatkan perlakuan diperoleh perbedaan yang bermakna intensitas
kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas nyeri kelompok intervensi dengan kelompok
dalam yang dilakukan 2 jam dan 3 jam setelah kontrol dan di dukung pula oleh Tarwoto
kateterisasi jantung masing-masing (2011) bahwa bernafas kurang dari 10 kali
dilaksanakan selama 15 menit dan evaluasi permenit dan fase inhalasi yang panjang
setelah 30 menit dari intervensi kedua atau 3,5 menunjukkan perbedaan yang bermakna rerata
jam post kateterisasi jantung terjadi penurunan intensitas nyeri antara kelompok intervensi dan
lebih besar dibandingkan yang hanya kelompok kontrol setelah dilakukan teknik
menggunakan protap Rumah Sakit . relaksasi nafas dalam .

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

60
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

Rangsangan musik ternyata dapat intensitas nyeri pada kelompok intervensi


menghambat dan menyeimbangkan gelombang sebesar 2,68 poin dan dibandingkan dengan
otak, mampu mengaktivasi sistem limbik yang kelompok kontrol secara statistik bermakna, hal
berhubungan dengan emosi, saat sistem limbik ini didukung beberapa penelitian antara lain
teraktivasi otak menjadi rileks. Alunan musik musik efektif untuk manajemen nyeri pasca
juga dapat mempengaruhi aktivitas operasi jantung karena terjadi penurunan
simpatoadrenergik yang berperan dalam intensitas nyeri pada kelompok intervensi
konsentrasi katekolamin plasma dan juga dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
mempengaruhi dalam pelepasan stress- tanpa terapi musik (Jafari, et al. , 2012).
released hormone serta menstimulasi tubuh Penelitian tentang kombinasi terapi
untuk memproduksi molekul nitric oxide (NO) musik dan relaksasi nafas dalam terhadap
yang bekerja pada tonus pembuluh darah yang penurunan intensitas nyeri pada pasien pasca
dapat mengurangi tekanan darah. operasi fraktur femur yang dilakukan selama 3
hari masing-masing 20 menit didapatkan hasil
Selisih Skala Nyeri dan Vital sign Sebelum terjadi penurunan intensitas nyeri sesudah
dan Sesudah Kombinasi Terapi Musik dan dilakukan intervensi sebesar 5 poin oleh
Relaksasi Nafas Dalam pada Kelompok Susanti (2014). Terapi Musik relaksasi dan
Intervensi dan Kelompok Kontrol. suara alam (nature sound) terhadap tingkat
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat nyeri dan kecemasan: Literatur review oleh
selisih yang bermakna pada nyeri, sedangkan Dody Setiawan (2012).
untuk vital sign tidak terdapat selisih yang Synder, (2002) dalam Tori (2008) menyebutkan
bermakna pada kelompok intervensi dan bahwa salah satu langkah dalam terapi musik
kelompok kontrol. Perbedaan selisih maupun relaksasi adalah memilih tempat yang
menurunnya dari masing-masing variabel tenang dan bebas dari gangguan orang lain.
berbeda, karena pada kelompok intervensi Ruangan yang tenang akan memungkinkan
mendapatkan perlakuan yang lebih yaitu seseorang untuk berkonsentrasi menikmati
dengan kombinasi terapi musik dan relaksasi terapi yang diberikan. Responden dalam
nafas dalam, tetapi pada kelompok kontrol penelitian ini tidak berada di ruang khusus
hanya sesuai dengan protap Rumah sakit yang tetapi di ruang rawat inap ,dimana ada yang
ada. Dalam penelitian ini yang dilakukan 1 hari satu kamar untuk 1 orang ada yang untuk 2 dan
didapatkan hasil terjadi penurunan rata-rata ada yang 3 orang serta ada dibatasi korden

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

61
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

antar pasien, sehingga masih memungkinkan pada menurunnya persepsi nyeri (Brunner &
ada stimulus yang menyebabkan responden Suddart, 2009).
kurang berkosentrasi saat intervensi. Musik harus didengarkan minimal 15
Dengan melakukan kombinasi dari menit supaya dapat memberikan hasil yang
kedua terapi ini dapat memberikan kondisi sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri
relaksasi yang lebih baik. Menurut Anderson, et pascaoperasi klien (Potter dan Perry, 2000).
al.(2010) bahwa banyak proses dalam hidup Tetapi ada pendapat lain dari Mucci & Mucci,
kita berakar dari irama sebagai contoh, napas (2002) bahwa lama waktu memperdengarkan
kita detak jantung, dan pulsasi berulang dan terapi musik sangat tergantung keadaan pasien
berirama. Hal inilah yang mendasari kita dalam yang akan dilakukan terapi musik. Pada
merawat pasien dengan terapi musik beberapa pasien terapi musik yang hanya
Dochterman & Bulechek (2004); sebentar sudah dapat memberikan efek yang
Richman (2010) dalam Sebastian (2014). positif , tetapi ada yang dalam waktu lama ,
Dari hasil tersebut peneliti berasumsi baru memberikan efek positif yang sedikit
bahwa kombinasi terapi musik dan relaksasi kepada pasiennya, jadi dalam hal ini antara satu
nafas dalam yang dilakukan mengambil waktu orang dengan yang lain bisa berbeda.
minimal 15 menit karena masa rawat inap Berdasarkan data hasil penelitian diatas
pasien pendek yaitu 2 hari dan keluhan yang peneliti berasumsi bahwa nyeri yang dirasakan
dirasakan pasien rentang 2 sampai 6 jam setelah pasien bersifat subyektif dan berbeda antara
dilakukan kateterisasi jantung, kemudian satu orang dengan yang lain dan menganggap
intervensi (kadang jam berkunjung) sehingga nyeri , terutama nyeri ringan sebagai suatu hal
kurang konsentrasi . yang biasa setelah pasien menjalani suatu
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan tindakan. Penurunan skala nyeri lebih rendah
saat relaksasi adalah pasien harus dalam dibandingkan penelitian sebelumnya
keadaan nyaman, pikiran pasien harus tenang diasumsikan karena waktu pemberian yang
dan lingkungan yang tenang. Suasana yang minimal yaitu 15 menit dalam rentang waktu 1
rileks dapat meningkatkan hormon endorphin jam dari pemberian terapi sampai evaluasi, hal
yang berfungsi menghambat transmisi impuls ini dikarenakan masa rawat inap pasien yang
nyeri sepanjang saraf sensoris dari nosiseptor rata-rata hanya 2 hari. Dan dari hasil observasi
saraf perifer ke kornu dorsalis kemudian ke pada responden saat penelitian sebelum
thalamus, serebri, dan akhirnya berdampak dilakukan kombinasi terapi musik dan teknik

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

62
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

relaksasi nafas dalam respon responden Sardjito Yogyakarta antara kelompok


memperlihatkan expresi wajah tampak intervensi dengan kelompok kontrol.
menahan sakit dan setelah intervensi ± 80%
tampak relaks. Pemberian intervensi pada DAFTAR PUSTAKA
kelompok kontrol skala nyerinya tetap,American Music Therapy Association.(2011).
kemungkinan karena Standar Prosedur Music Therapy The New York Times
Operasional yang sudah ada diruangan kurang Company.Diakses 12 Desember 2015 dari
optimal pelaksanaannya. http://www.Musictherapy.org//about/quates.
Anderson DE, McNeely JD and Windham. (2010).
KESIMPULAN Regular slow-breathing axercise effects on
a. Tidak ada hubungan antara usia, jenis blood pressure and breathing patterns at rest.
kelamin, pengalaman pernah dilakukan Journal of Human Hypertension 24, 807-
kateterisasi atau tidak dengan intensitas 813, diakses 09 Desember 2015 dari
nyeri . http://Journal+of+ Human+Hypertension.
b. Ada pengaruh pemberian kombinasi terapi
musik dan teknik relaksasi nafas dalam Arntz A., Claassens L.(2003). The Meaning of
terhadap penurunan intensitas nyeri Pain Influences its Experienced Intensity
kelompok intervensi pada pasien post Pain 109:20-25. Diakses tanggal 10
kateterisasi jantung di RSUP Dr. Sardjito september 2015 dari http:// www.science
Yogyakarta. direct.com.
c. Tidak ada pengaruh pemberian kombinasi
terapi musik dan teknik relaksasi nafas Bally, K., Campbell, D., Chesnick, K.,
dalam terhadap penurunan intensitas nyeri &Tranmer, J. E. (2010).Effects of patient-
kelompok kontrol pada pasien post controlled music therapy during coronary
kateterisasi jantung di RSUP Dr. Sardjito angiography on procedural pain and
Yogyakarta. anxiety distress syndrome. Critical Care
d. Ada perbedaan perubahan intensitas nyeri Nurse, 23(2), 50–51, 53–58, diakses 11
sesudah diberikan kombinasi terapi musik Desember 2015 dari
dan teknik relaksasi nafas dalam pada http://www.sagepub.com/upm-
pasien post kateterisasi jantung di RSUP Dr. data/44175_2.pdf.

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

63
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

Brunner and Suddarth's. (2009), Textbook of management, and treatments. National


Medical-Surgical Nursing, USA Pharmaceutical Council, Inc.

Buzzato. (2010). Anxiety Before Cardiac Kern, M.J. (2003). The cardiac catheterization
Catheterization, Brazil. handbook(5th Ed.) St. LouisMisouri.
Mosby.
Dody S. (2012). Intervention of Relaxation
Music Therapy and Nature Sound to Pain Margareta,E.,Gill,SD.(2009). Music as a
and Anxiety Level of Patient: Literature Nursing Intervention For Post Operative
Review. Pains : A Systematic Review . Journal of
Perianesthesia Nursing, 24.(9):370-383
Ganong W.F., (2003). Buku Ajar diakses 20 Desember 2014 dari http://
FisiologisKedokteran. Jakarta. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1996210
BukuKedokteran ECG. 4.

Guyton, A. C. & Hall, J. E. (2007). Buku ajar Menyar. (2009). Comparison of Men and
fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta: Women With Acute Coronary Syndrome
EGC. in Six Middle Eastern Countries, AM J
Hamel, W.J. (2009). Femoral artery closure Carddio.
after cardiac catheterization. Critical
Care Nurse. 29:39-46 dari Motahedian,E.,Saeid,M.,Ebrahim,H.,Marzieh,L
http://ccn.aacnjournals.org ., (2012). The effect of Music Therapy on
Postoperative Pain Intensity in Patients
Jafari H, Amir E and Aria S. (2012). The Under spinal Anesthesia. Iran J Crit Care
effects of listening to preferred music on Nurs 5.(3): 139-144 diakses 13 November
pain intensity after open heart surgery. 2014 dari
Iranian journal of nursing and midwifery http://www.inhc.ir/browse.php/a_id.
research.
Joint Commission on Accreditation of Mucci,K.,& Mucci,R.(2002). The healing
Healthcare Organizations.(2000). Pain: sound of music : Manfaat Musik Untuk
current understanding of assessment,

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

64
P ISSN 2337-649X Nanik S, Efektivitas Kombinasi Terapi Musik …

kesembuhan, Kesehatan, dan kebahagiaan Smeltzer, S.C dan Bare, B.G. (2012). Buku ajar
anda: Gramedia Pustaka Utama. keperawatan medical-bedah. Edisi 8.
Nilsson, U. (2008). The Anxiety and Pain- Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Reducing Effects of Music Interventions: Susanti. (2014). Pengaruh Kombinasi Terapi
A Systematic Review, 780, 782, 785-794, Musik dan Relaksasi Nafas Dalam
797-807. dengan Penurunan Intensitas Nyeri Pasien
Fraktur Femur. Tesis. Universitas
Novita,D. (2012). Pengaruh terapi Musik Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
Terhadap Nyeri Post Operasi ORIF di
RSUDAM Propinsi Lampung. Tesis. Sussanne M Cutshall; et.al. (2011). Effect of the
Universitas Indonesia. Jakarta. Combination of Music and nature Sounds
on Pain and Anxiety in Cardiac surgical
Perdana, A. (2016). Pain relief dan natural Patients: A Randomized Study.
healing untuk relaksasi, Pusat Riset Alternative Therapies Jul/Aug 2011, vol.
Terapi Musik dan Gelombang Otak, 17. No. 4: 16-21.
Jepara Jawa tengah. Tori. (2008). Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Status Hemodinamik pada Pasien Koma.

Potter &Perry . (2005). Fundamental Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12,


No. 2, Hal 115-120.
Keperawatan Volume 2.Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Van Kouten, M.E (1999).Nonpharmacologis pain
management for postoperative coronary
Purwanto, Edi. (2011). Jurnal Efek Musik
artery by pass surgery patients. The Journal
Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri
of nursing scholarship 152 (31):127.
pada Pasien Post Operasi di Ruang
Bedah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Yogyakarta.

Jurnal Kesehatan Karya Husada/Vol.6, No. 1 Tahun 2018

65

Anda mungkin juga menyukai