Anda di halaman 1dari 39

Makalah

Pengelolaan Lingkungan

Kelompok 3:

Mallisa’ Lalan Langi’ P R0220071


Mardiyatul Husnah R0220072
Muslih Abdul Majid R0220082
Nendhy Ade Bima Eka S R0220089
Paulina R0220099

Qonita Hanifah Khansa R0220102

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SEKOLAH VOKASI

D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

2021
Kelas/Prodi : C/D4 K3 2020

Mata Kuliah : Pengelolaan Lingkungan

Dosen Pengampu: Bp Tutug Bolet Atmojo

Kelompok : 3

___________________________________________________________________________
___

1. Pengertian lingkungan
Penggunaan istilah “Lingkungan” seringkali digunakan secara bergantian dengan
istilah “Lingkungan Hidup”. Kedua istilah tersebut meskipun secara harfian dapat
dibedakan, tetapi pada umumnya digunakan dengan makna yang sama, yaitu lingkungan
dalam pengertian yang luas, yang meliputi lingkungan fisik, kimia, maupun biologi
(lingkungan hidup manusia, lingkungan hidup hewan, dan lingkungan hidup tumbuhan).
Istilah lingkungan yang dipergunakan merupakan terjemahan dari
istilah “Environment” dalam bahasa Inggris atau “I’evironement” dalam bahasa Perancis,
”Umwelt” dalam bahasa Jerman, “Millieu” dalam bahasa Belanda, “Alam sekitar” dalam
bahasa Malaysia, “Kapaligiran” dalam bahasa Tagalog, atau “Sin-vat-lom” dalam bahasa
Thai. Istilah tersebut secara tehnis dimaksud dengan lingkungan hidup atau lebih lengkap
lagi lingkungan hidup manusia. Menurut para ahli definisi lingkungan:
 Definisi lingkungan itu sendiri menurut Abdurahman adalah : “Lingkungan
adalah semua benda dan kondisi termasuk didalamnya manusia dan tingkah
perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan
mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia."
 Menurut Siswanto Sunarso pengertian “lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”2

Pengertian Lingkungan Hidup Menurut Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 32


Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah :“Lingkungan
Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan .perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.” Dari pengertian diatas
terlihat bahwa lingkungan hidup sangat berperan dalam mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Secara garis besar pengelompokan lingkungan hidup manusia terdiri atas tiga golongan antara
lain:

a) Lingkungan Fisik (Physical Environment) : Lingkungan fisik adalah segala sesuatu


disekitar kita yang berbentuk benda mati seperti rumah, kendaraan, gunung, udara, sinar
matahari dan lain-lain yang semacamnya.
b) Lingkungan Biologis (Biolocal Environment) Lingkungan biologis adalah segala
sesuatu yang berada disekitar manusia yang berupa organisme hidup lainnya selain
dari manusia sendiri, binatang, tumbuhan-tumbuhan, jasad renik (plankton), dan lain-
lain.
c) Lingkungan Sosial (Social Environment) : Lingkungan social adalah manusia-manusia
lain yang disekitarnya seperti tetangga, teman, dan lain-lain.

Uraian diatas memberikan gambaran kepada kita bahwa manusia dalam hidupnya
mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Manusia dalam hidupnya baik
secara pribadi maupun sebagai kelompok masyarakat selalu berinteraksi dengan lingkungan
dimanapun ia hidup dalam artian manusia dengan berbagai aktifitasnya akan mempengaruhi
lingkungannya dan perubahan lingkungan akan mempengaruhi kehidupan manusia Manusia
merupakan salah satu bagian dari lingkungan hidup, yang mana dalam keberlangsungannya
tingkah laku manusia akan mempengaruhi makhluk hidup lainnya karena semua unsur
lingkungan hidup berkaitan satu dengan yang lainnya. Dalam lingkungan hidup terdapat
ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh
dan saling mempengaruhi dalam produktivitas lingkungan hidup.

Otto Soemarwoto, menyatakan :“Manusia seperti halnya dengan makhluk hidup berinteraksi
dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya, ia
dipengaruhi lingkungan hidupnya”

Otto Soemarwoto menjelaskan pula bahwa sifat lingkungan ditentukan oleh bermacam-macam
faktor :

1. Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut;


2. Hubungan atau interaksi antara unsur dan lingkungan hidup itu;

3. Kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup;

4. Faktor nonmaterial suhu, cahaya dan kebisingan

- Komponen lingkungan dan contoh

Secara khusus kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala
sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di
bumi.Komponen komponen lingkungan hidup dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Unsur Hayati (Biotik)


Biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup. Pada pokoknya
makhluk hidup dapat digolongkan berdasarkan jenis-jenis tertentu, misalnya golongan
manusia, hewan dan tumbuhan. Makhluk hidup berdasarkan ukurannya digolongkan
menjadi mikroorganisme dan makroorganisme. Manusia merupakan faktor biotik yang
mempunyai. pengaruh terkuat di bumi ini, baik dalam pengaruh memusnahkan dan
melipatkan, atau mempercepat penyebaran hewan dan tumbuhan. Berdasarkan dari segi
trofik atau nutrisi, maka komponen biotik didalam ekosistem terdiri atas dua
jenis,antara lain:
1) Komponen Autotrofik
Kata autotrofik berasal dari (autos)yang berarti sendiri dan (trophikos)yang
berarti menyediakan makanan. Komponen autotrofik yakni organisme yang
dapat menyediakan atau mampu mensintesis makanannya sendiri berupa bahan
organik yang berasal dari bahan-bahan anorganik dengan adanya bantuan
klorofil dan energi utama yang berupa adanya sinarmatahari. Oleh sebab itu,
organisme yang mengandung klorofil termasuk dalam golongan autotrof dan
pada umumnya ialah golongan tumbuh-tumbuhan. Pada komponen nutrofik
akan terjadi pengikatan energi matahari dan bersintesis pada bahan anorganik
yang menjadi sebuah bahan organik yang kompleks.
2) Komponen heterotrofik
Heterotroik berasal dari kata (hetero)yang berarti berbeda atau lain dan
(trophikos) berarti menyediakan makanan. Komponen heterotrofik yang berarti
organisme yang hidupnya selalu memanfaatkan bahan organisik menjadi bahan
makanannya, sedangkan pada bahan organik yang telah dimanfaatkan
tersebuttelah disediakan oleh organisme yang lain. Jadi, komponen heterotrofit
akan memperoleh bahan makanan dari komponen autotrofik, kemudian pada
sebagian anggota komponen tersebut akan menguraikan bahan organik ke
dalam bentuk bahan anorganik, dengan demikian maka jamur, jasad
renik,binatang termasuk dalam golongan komponen heterotrofik.
b. Unsur Fisik (Abiotik)
Abiotik adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sesuatu yang tidak hidup (benda
mati). Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari
benda-benda tak hidup. Secara terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan fisik
dan kimia disekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang
berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Menurut Sugeng yang termasuk dalam
unsur abiotik diantaranya adalah :
1) Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan. Iklim
adalah keadaan hawa pada suatu daerah dalam jangka waktu yang cukup lama.
Yang termasuk faktor iklim antara lain suhu udara, sinar matahari, kelembaban
udara, dan angin.
2) Air mempunyai arti yang sangat penting bagi makhluk hidup. Misalnya manusia
membutuhkan air untuk mandi, kebutuhan mandi, dan mencuci. Pada
tumbuhan, air membantu melarutkan dan mengangkat mineral-mineral di dalam
tanah sehingga mudah diserap oleh akar tumbuhan.
3) Tanah berasal dari pelapukan batuan-batuan yang banyak mengandung unsur-
unsur kimiawi yang diperlukan bagi kehidupan tumbuhan. Unsur-unsur tanah
terdiri atas struktur tanah, tekstur tanah, kadar udara dan air, suhu udara, kadar
kimiawi, serta unsur organik tanah.
c. Unsur Sosial Budaya
Unsur sosial budaya adalah lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia dan
merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam berperilaku sebagai makhluk
sosial. Unsur ini berperan dalam perubahan lingkungan demi memenuhi kebutuhan
hidup manusia.
2. Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan sering kali terjadi akibat dari aktivitas manusia serta
industri yang kurang memperhatikan lingkungan hidup disekitarnya sehingga dalam
pemeliharaan lingkungan hidup perlu menetapkan standarisasi baku mutu lingkungan
hidup. Menurut Pasal 1 butir (13) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan :
Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan
hidup.”Baku mutu lingkungan hidup ini diperlukan untuk menentukan seberapa
layaknya kualitas pada lingkungan itu sendiri. Pada saat ini, pencemaran dan atau
perusakan lingkungan hidup berlangsung dimana-mana dengan laju yang sangat cepat.
Masalah lingkungan hidup pada saat ini merupakan masalah yang banyak
disorot oleh berbagai pihak, sebab lingkungan hidup adalah sumber kebutuhan manusia
dalam melangsungkan kehidupannya. Maraknya pembangunan dan perkembangan
perindustrian diberbagai wilayah untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin
meningkat hal tersebut sering kali memberikan dampak negative bagi lingkungan hidup
disekitarnya yaitu perusakan dan pencemaran lingkungan hidup. Banyaknya pelaku
usaha atau perindustrian hanya memikirkan keuntungan individualnya saja tanpa
memperhatikan baku mutu lingkungan hidup sehingga menimbulkan kerugikan
masyarakat disekitarnya.
Pencemaran dapat menimbulkan berbagai masalah kompleks dan polusi bukan
masalah ilmuwan saja, tetapi masalah semua manusia. Bahan pencemar merupakan
sisa-sisa dari segala sesuatu yang kita buat, kita gunakan, dan kita buang. Secara umum
masalah polusi dapat digambarkan sebagai berikut. Bila polusi mempengaruhi
kehidupan manusia, ia adalah masalah kesehatan. Bila polusi yang terjadi
mempengaruhi kepemilikan dan kesehatan, ia adalah masalah ekonomi. Bila polusi
yang terjadi mempengaruhi kehidupan organisme, ia adalah masalah konservasi sumber
daya alam. Bila polusi yang terjadi mempengaruhi perasaan, ia adalah masalah estetika.
Di lain pihak, cepatnya pertumbuhan penduduk dunia mengakibatkan ruang
atau lahan yang tersedia untuk setiap individu manusia semakin sempit. Kebutuhan
hidup dan pola hidup masyarakat yang konsumtif, menyebabkan manusia terus
berusaha memenuhi kebutuhannya yang terus meningkat (mengonsumsi barang).
Meningkatnya kebutuhan manusia menyebabkan semakin meningkat pula upaya
penggunaan sumber daya alam yang terbatas. Sebagai hasil samping penggunaan
sumber daya alam adalah kelangkaan sumber daya alam dan meningkatnya limbah.
Setiap manusia setiap hari membuang sampah dan limbah ke lingkungan sekitar.
Akibatnya adalah semakin menumpuk limbah cair dan sampah di sekitar kehidupan
manusia itu sendiri.
Dengan demikian tidaklah berlebihan bila dinyatakan bahwa di samping
pertumbuhan penduduk dunia yang cepat, pola hidup manusia yang konsumtif juga
merupakan akar penyebab paling dasar dari terjadinya masalah pencemaran lingkungan
dewasa ini. Meskipun demikian ada juga pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
banjir dan aktivitas alam, misalnya tsunami, gunung berapi, dan gas alam beracun.
Klasifikasi Pencemaran lingkungan berdasarkan jenisnya antara lain
a) Pencemaran Tanah
b) Pencemaran Udara
c) Pencemaran Air
d) Pencemaran Daratan.

Pencemaran air merupakan salah satu pencemaran yang banyak terjadi


diberbagai wilayah karena air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di
bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air digunakan sebagai air minum, air untuk
mandi dan mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk
sanitasi dan air untuk transportasi, baik di sungai maupun di laut.

Air juga digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu untuk
menunjang kegiatan industri dan teknologi. Kegiatan industri dan teknologi tidak dapat
terlepas dari kebutuhan akan air. Dalam hal ini air sangat diperlukan agar industri dan
terknologi dapat berjalan dengan baik.Kegiatan industri dan teknologi dalam
pelaksanaanya tidak jarang membuang air yang sisa produksi ke dalam sungai secara
langsung, seharusnya dalam pembuangan air sisa produksi (air limbah) harus diolah
sedemikian rupa menggunakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) sehingga
pada saat di buang ke sungai tidak menyebabkan pencemaran karena telah sesuai
dengan standar baku muku yang ada.

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan
dari kemurniannya.43 Pada prakteknya pencemaran air ini terjadi di dalam sungai
hingga masuk ke sumur, sehingga masyarakat sulit untuk mendapatkan air bersih yang
digunakan untuk kehiduapan sehari-hari.

Menurut Wisnu Arya Wardhana, menyatakan, “Indikator atau tanda bahwa air
lingkungan terlah tercemar adalah adannya perubahan atau tanda yang diamati melalui
:

1) Adanya perubahan suhu air;


2) Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen;
3) Adanya perubahan warna, bau dan rasa air;
4) Timbulnya endapan, kloidal, bahan terlarut;
5) Adanya mikroorganisme;
6) Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.”44

3. Kerusakan lingkungan
- Batasan dikatakan kerusakan lingkungan
Batas lingkungan dikatakan mengalami kerusakan menurut UU 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup berada pada Bab I Ketentuan
Umum pasal 1 nomor 15 :
Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat
fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan
hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya.
Salah satu tindakan perbuatan yang bisa dikenakan sangsi UU No.32 tahun
2009 adalah perbuatan yang bisa mengakibatkan pencemaran lingkungan dan
kerusakan lingkungan definisi dari pencemaran Lingkungan menurut
Pasal 1 ayat (14) UU No. 32 Tahun 2009 adalah:
"Masuknya dan dimasukkannya makhluk hidup ,zat,energi atau kompenen lain
kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang ditetapkan . Kemudian definisi kerusakan lingkungan menurut
Ayat 1 ayat (16) UU No. 32 Tahun 2009 adalah "Tindakan orang yang
menimbulkan. Perubahan langsung atau tidak langsung pada sifat fisik, kimia, dan/atau
alami lingkungan sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
lingkungan di katakan tercemar ketika bergabungnya komponen baru yang merupakn
komponen asing bagi lingkungan tersebut, komponen tersebut berupa zat-zat polutan
yang bersifat merusak pada komponen lainnya. ciri-ciri lingkungan yang tercemar :

a.) bentuk kotor

b.) berbau busuk / tidak sedap

c.) merugikan

d.) tidak mudah di hilangkan

contoh : pada mulanya air bening ( tidak tercemar) terlihat bersih dan tak berbau
semantara ketika sudah tercemar sampah akan berubah warna dari bening menuju kusam,
berbau, kotor, dan terdapat zat-zat yang menggagu ekosistem lain bagi yang mengkonsumsinya

Suatu lingkungan dikatakan tercemar jika dalam lingkungan tersebut terdapat polutan
dan zat2 pencemar (seperti zat kimia berbahaya, CO2, CO) dalam tingkat akumulasi yang
tinggi. Hal ini menyebabkan penurunan daya hidup makhluk hidup yang tinggal disekitar
lingkungan tersebut, dan seiring berjalannya waktu terjadi penurunan jumlah makhluk hidup
yang diiringi dengan rusaknya ekosistem.

4. Pengertian industri
Pengertian industri secara luas ialah setiap kegiatan manusia yang bergerak
dalam bidang ekonomi yang memiliki sifat produktif dan komersial dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
 Menurut KBBI “Kamus Besar Bahasa Indonesia”
Industri merupakan kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan
sarana dan peralatan misal mesin
 Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian
Industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
 Menurut Bambang Utoyo
Pengertian industri secara sempit ialah semua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
manusia untuk mengolah bahan mentah yang ada menjadi bahan setengah jadi atau
mengolah barang setengah jadi tersebut menjadi barang yang sudah benar-benar jadi
sehingga memiliki berbagai kegunaan yang lebih bagi kepentingan manusia.
 Menurut Tim Grasindo
Industri merupakan segala macam pekerjaan yang menghasilkan uang.
 Menurut Sukimo
Industri ialah perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam
sektor sekunder.
 Menurut Teguh S. Pamudi
Industri merupakan sekelompok perusahaan yang menghasilkan produk yang dapat
saling menggantikan satu sama lain.
 Menurut Kartasapoetra
Industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi dan atau barang jadi, menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi lagi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun industri dan
perekayasaan industri.
 Menurut Dra. Sri Milaningsih
Industri berasal dari bahasa latin yaitu industria yang berarti buruh atau tenaga kerja.
 Menurut I Made Sandi
Industri merupakan usaha untuk memproduksi barang jadi dengan bahan baku atau
bahan mentah melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah besar sehingga
barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan mutu
setinggi-tingginya.
 Menurut Badan Pusat Statistik
Industri ialah sebuah kesatuan unit usaha yang menjalankan kegiatan ekonomi dengan
tujuan untuk menghasilkan barang atau jasa yang berdomisili pada sebuah tempat atau
lokasi tertentu dan memiliki catatan administrasi sendiri.
 Menurut Anto Pracoyo Dan Tri Kurnawangsih
Industri ialah sebuah kumpulan dari beberapa perusahaan firma yang menghasilkan
barang atau jasa yang sejenis yang ada dalam sebuah pasar.
 Menurut Hinsa Sahaan
Industri ialah bagian dari proses yang mengelola bahan mentah menjadi bahan baku
atau bahan baku menjadi barang jadi sehingga menjadi barang yang bernilai bagi
masyarakat.
 Menurut Wirastuti Dan Dini Natalia
Industri ialah kegiatan mengolah bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi
barang jadi yang mendatangjan keuntungan.
 Menurut Hasibuan
Pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro maupun mikro, secara
mikro industri ialah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-
barang yang homogen atau barang-barang yang mempunyai sifat yang saling
mengganti sangat erat. Dari segi pembentukan pendapatan yakni cenderung bersifat
makro.
Industri ialah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah, jadi batasan industri
yaitu secara mikro sebagai kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang sedangkan
secara makro dapat membentuk pendapatan.
 Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Sumatera Utara
Industri ialah suatu aktivitas untuk mengubah bahan baku menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi dengan tujuan untuk dijual.
 Menurut Martin “Dalam Kartasapoetra, 2000”
Indsutri ialah kumpulan dari berbagai perusahaan “firm” yang memproduksi “a” bahan
mentah yang sama “b” proses produksi yang sama dan “c” hasil yang sama.
 Menurut Moh. Hatta
Industri ialah upaya untuk mengubah struktur pertanian ke dalam struktur industri.
 Menurut Encyclopedia Indonesia
Industri merupakan bagian dari proses produksi yang tidak mengambil bahan-bahan
tersebut langsung dari alam untuk konsumsi, tetapi bahan-bahan diproses dan akhirnya
menjadi komoditas yang berharga kepada masyarakat.
 Menurut George T. Renner
Industri merupakan semua kegiatan manusia dalam ekonomi produktif/memproduksi
barang dan uang.
 Menurut Encyclopedia Americana
Industri merupakan kegiatan kelompok yang menumbuhkan benda ekonomi dan
pengguna.
 Menurut Sudut Pandang Geografi
Industri merupakan sesuatu yang merupakan perpaduan dari subsistem fisik dan
subsistem manusia.
- Pengaruh industri terhadap lingkungan dan apa yang harus dilakukan

Pengaruh industri terhadap lingkungan

Pesatnya perkembangan dalam sektor ekonomi terutama industri memiliki pengaruh


terhadap lingkungan di sekitar bangunan-bangunan industri. Dalam setiap proses produksi
akan dihasilkan sisa atau limbah hasil pengolahan. Terganggungnya kebersihan dan munculnya
berbagai pencemaran lingkungan menjadi akibat utama tumbuhnya industri. Hal ini
menyebabkan industri memiliki pengaruh/ dampak negatif terhadap lingkungan antara lain
sebagai berikut:

1. Polusi tanah

 Mengurangi kesuburan tanah yang diakibatkan karena sampah anorganik yang


dibuang ke tanah dengan sembarangan sehingga memengaruhi pertumbuhan
organisme di dalam tanah (yang berperan pada kesuburan tanah,
 Ekosistem Tanah Rusak, tanah yang merupakan wadah tempat tinggal bagi
hewan tanah ataupun komponen lainnya. Apabila tanah terdapat banyak zat
polutan, maka ekosistem dalam tanah akan terganggu, serta interaksi antara
komponen biotik dan abiotik menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan
ekosistem tanah ini nantinya akan berdampak pada ekosistem lingkungan
disekitarnya.
2. Polusi Air
 Sungai dan saluran air mengeluarkan bau yang tidak sedap dan air tercemar
disebabkan oleh limbah tekstil yang dibuang sembarangan. Sungai yang
tercemar ini dapat mengganggu ekosistem sungai (misalnya, ikan mati).
 Kandungan Oksigen Berkurang polusi yang terjadi di air dapat mengakibatkan
kandungan oksigen menjadi berkurang, sehingga makhluk hidup yang hidup
dalam air akan mengalami kesulitan dalam bernafas. Selain itu, apabila tidak
segera ditindak lanjuti, maka kemungkinan terbesarnya adalah makhluk hidup
dalam air akan punah.
 Air Menjadi Keruh, dampak yang berikutnya adalah dapat menyebabkan air
menjadi keruh. Hal ini terjadi karena banyaknya limbah pabrik yang tidak
diolah terlebih dahulu, sehingga masih mengandung banyak zat-zat kimia yang
berbahaya.
 Sumber Penyakit, air yang mengalami pencemaran tentunya akan menjadi
sumber penyakit. Beberapa penyakit yang sering ditimbulkan diantaranya
adalah penyakit kulit serta pencernaan. Hal ini terjadi karena air yang keruh
tersebut mengandung banyak bakteri serta zat kimia berbahaya bagi tubuh
manusia.
3. Terjadi polusi udara
 Gangguan pernapasan karena kebocoran gas, dan asap pabrik sisa produksi.
Limbah gas ini dapat membahayakan kesehatan manusia, kesehatan hewan,
tumbuhan, mengganggu estetika, kenyamanan, dan juga merusak properti.
Pencemaran yang ada di udara dapat masuk ke tubuh melalui saluran
pernapasan.
 Selain mengganggu sistem pernafasan manusia dan hewan, polusi udara juga
mengakibatkan pertumbuhan tumbuhan menjadi terhambat. Hal ini dapat terjadi
karena udara yang kotor dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada
morfologi tumbuhan seperti daun menjadi menguning, pertumbuhan batang
menjadi berkurang dan biji yang dihasilkan tidak sebaik pada kondisi udara
bersih. Selain itu, polusi udara juga dapat mengakibatkan timbulnya penyakit
pada tumbuhan seperti nekrosis, munculnya bintik hitam pada tumbuhan serta
klorosis.
 Menyebabkan Hujan Asam polusi udara yang juga disebabkan oleh gas SO2
& NO2 dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Hal tersebut terjadi karena
sulfur dan nitrogen yang bercampur dalam udara yang kemudian akan
terbentuklah asam nitrat dan asam sulfat. Kedua zat asam inilah yang perlahan
akan membentuk awan dan turunlah hujan dengan kandungan asam yang
cukup tinggi.
4. Polusi suara.
 Kegiatan di industri-indsutri ini seringkali menimbulkan suara-suara yang
mengganggu; atau bisa disebut dengan polusi suara. Jika intensitasnya tinggi
dan jangka waktunya lama, kebisingan ini dapat menimbulkan gangguan, baik
bagi para pekerja maupun masyarakat di dekatnya.
Apa yang harus dilakukan :

Untuk mengatasi serta meminimalisir pengaruh/dampak negatif industri terhadap lingkungan


maka yang dapat dilakukan adalah :

a) Pemilihan lokasi pembangunan yang tidak terlampau dekat dengna pemukiman warga
setempat.
b) Adanya upaya memperkecil jumlah limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut;
misalnya dengan pemilihan bahan baku dan peralatan yang ramah lingkungan.
c) Adanya usaha mencegah terjadinya pencemaran lingkungan sekitar. Contohnya,
dengan melakukan pengelolaan limbah secara bijak atau menyediakan tempat
penyaluran limbah yang tidak mengganggu kesehatan lingkungan sekitar.
d) Menghijaukan lingkungan di sekitar lokasi pendirian industri. Hal ini bisa dilakukan
oleh penyelenggara industri dan masyarakat sekitar. Seperti yang kita ketahui,
pepohonan ataupun tanaman hijau lainnya mempunyai dampak signifikan dalam
menetralkan udara yang kotor, ataupun menjadi sumber penampungan air bersih.
e) Adanya kesadaran dari pihak terkait mengenai limbah yang dibuang sembarang.
f) Seperti yang dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal. Dokumen
amdal tersebut memuat mengenai pengkajian dampak rencana usaha dan/atau kegiatan,
Evaluasi kegiatan disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, saran masukan serta
tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan, prakiraan terhadap
besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi jika rencana usaha dan/atau
kegiatan tersebut dilaksanakan, evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi
untuk menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan rencana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Dokumen amdal tersebut disusun oleh
pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud yaitu
masyarakat yang terkena dampak, pemerhati lingkungan hidup, dan yang terpengaruh
atas segala bentuk keputusan dalam proses amdal. Masyarakat juga dapat mengajukan
keberatan terhadap dokumen amdal.
a. Suatu kegiatan industri juga harus dilengkapi dengan izin lingkungan. Izin
lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha atau
kegiatan. Apabila izin lingkungan dicabut maka izin usaha atau kegiatan
pun dibatalkan. Suatu usaha atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem
dan kehidupan, atau kesehatan dan keselamatan manusia juga wajib
melakukan analisis risiko lingkungan hidup. Analisis risiko lingkungan
hidup tersebut meliputi pengkajian risiko, pengelolaan risiko, dan/atau
komunikasi risiko.

5. Peran pemerintah terhadap lingkungan

Pemerintah terus mengupayakan adanya keseimbangan antara pembangunan dengan


kelestarian lingkungan hidup. Salah satu upaya tersebut adalah dengan pembentukan
kelembagaan. Efektivitas kelembagaan lingkungan hidup dapat dilihat dari kinerja instansi
pemerintah, perangkat hukum dan peraturan perundang-undangan, serta program yang
dijalankan pemerintah dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melaksanakan
pembangunan berkelanjutan. Saat ini, banyak kegiatan atau usaha yang berhadapan dengan
masalah lingkungan karena tuntutan dari masyarakat. Masalah lingkungan juga dapat
mempengaruhi kinerja suatu perusahaan dalam berbagai aktivitas bisnisnya.

Pemerintah telah melakukan berbagai cara termasuk dengan memperbaiki instrument-


instrumen hukum terutama yang terkait dengan lingkungan hidup. Salah satu produk hukum
terbaru yang disahkan oleh pemerintah adalah UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang yang berlaku sejak oktober 2009 dan
tercatat dalam lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 No 140 ini menggantikan
peran dari UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Prinsip pengelolaan lingkungan hidup :

a. Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sehingga


dapat membangun manusia seutuhnya.
b. Mewujudkan manusia sebagai bagian lingkungan hidup dan tidak akan dapat
dipisahkan.
c. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana dan diolah secara
optimal semata demi kesejahteraan masyarakat.
d. Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk generasi yang akan
datang.
Kewenangan Pemerintah Pusat & Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Lingkungan

Keikutsertaan pemerintah dalam kelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan UU Pengelolaan


Lingkungan Hidup tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 8 bahwa:

“Pemerintah menguasai sumber daya alam dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi


kemakmuran rakyat, beserta pengaturannya ada di tangan pemerintah”.

Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud maka pemerintah mengatur mengatur


beberapa langkah diantaranya:

a) mengatur dan mengembangkan kebijakan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup.


b) mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup dan
pemanfaatan kembali sumber daya alam termasuk sumber daya alam genetika
c) mengatur system dan hubungan hukum antara perseorangan dan atau subyek hukum
lainnya. Serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam, sumber daya buatan,
sumber daya genetika.
d) mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial.
e) mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian lingkungan hidup sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu wewenang Pemerintah juga diatur dalam UU pasal 9 yang berisikan bahwa :

a. Pemerintah menetapkan kebijakan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup


dan penataan ruang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, dan
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
b. Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan secara terpadu oleh instansi
pemerintahan sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing,
masyarakat, serta pelaku pembangunan lain dengan memperhatikan keterpaduan
perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup.
c. Pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan secara terpadu dengan penataan ruang,
perlindungan sumber daya alam non hayati, perlindungan sumber daya alam buatan,
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya,
keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.
d. Di segi lain pemerintah juga memiliki beberapa kewajiban dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup peraturan ini dijelaskan dalam pasal 10, diantaranya adalah sebagai
berikut:
e. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, meningkatkan kesadaran dan
tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
f. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, meningkatkan kesadaran akan hak
dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
g. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara
masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup.
h. mengembangkan dan menerapkan kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup
yang menjamin terpeliharanya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
i. memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan hidup.
j. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam bidang lingkungan hidup.
k. menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskan kepada masyarakat.
l. memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang berjasa di bidang
lingkungan hidup.
m. tidak hanya pemerintah pusat saja yang berhak untuk melaksanakan pengelolaan
lingkungan hidup akan tetapi pemerintah daerah juga memiliki wewenang untuk
mengolah sumber daya alam yang dimiliki oleh daerahnya sendiri.

Berdasarkan pasal 12 di jelaskan bahwa :

a. Untuk mewujudkan keselarasan dan keterpaduan pelaksanaan kebijakan nasional


tentang lingkungan hidup pemerintah melimpahkan wewenang tertentu kepada
perangkat di wilayah.
b. mengikut sertakan peran pemerintah daerah untuk membantu pemerintah pusat dalam
pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di daerah.

Berdasarkan pasal 13 dijelaskan pula bahwa :

a. dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah dapat


menyerahkan sebagian urusan kepada pemerintah daerah menjadi urusan rumah tangga.
b. penyerahan urusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 di tetapkan dengan peraturan
pemerintah.
Wewenang pemerintah daerah sesuai dengan pasal 25 :

b. Gubernur/Kepala Daerah Tingkat 1 berwenang melakukan paksaan pemerintah


terhadap penanggung jawab dan atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri
terjadinya pelanggaran serta menanggulangi akibat yang di timbulkan dari suatu
pelanggaran. Melakukan tindakan penanggulangan dan pemulihan.
c. Wewenang sebagai mana dimaksud dapat diserahkan pada
Bupati/Walikotamadya/Kepala Daerah Tingkat II dengan peraturan daerah tingkat I.
d. Pihak 3 yang berkepentingan berhak mengajukan permohonan kepada pejabat yang
berwenang untuk melaksanakan paksaan pemerintah.

Perlindungan Flora dan Fauna

Upaya perlindungan sumber daya alam tidak hanya mencakup beberapa obyek saja
melainkan di bidang yang luas termasuk perlindungan flora dan fauna. Flora dan fauna
merupakan sumber daya alam yang harus dilestarikan. Manusia juga bergantung pada flora dan
fauna. Untuk menjaga kelestariannya, pemerintah membuat UU yang bertujuan untuk
melindungi kepunahan dari tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab dan
berusaha meningkatkan jumlah populasinya. Sehingga flora dan fauna tetap lestari.

- peran standarisasi terhadap lingkungan

ISO 14000

ISO 14000 lahir karena adanya keterkaitan anatara dunia usaha dengan lingkungan,
sudah sejak lama disadari sejak diadakannya “Conference On Human and Environment” oleh
PBB pada tahun 1972. Dalam konferensi tersebut memunculkan pemikiran bahwa
perkembangan industry yang tidak terkendali akan mempengaruhi kelangsungan dan
keberlangsungan usaha itu sendiri.

ISO 14000 merupakan seperangkat standar intersional yang meliputi bidang


manajemen lingkungan. ISO 14000 dimaksudkan untuk membantu berbagai organisasi
diseluruh dunia untuk meningkatkan efektivitas dalam kegiatan pengelolaan lingkungan.
Perumusan ISO 14000 merupakan salah satu wujud kontribusi dunia usaha terhadap
pencapaian pembangunan berkelanjutan. Selain itu factor utama yang mendorong penerapan
ISO 14000 diseluruh dunia adalah semakin meningkatnya kepedulian berbagai pihak terhadap
pentingnya upaya pelestarian lingkungan hidup di era modern ini.

ISO 14000 juga berfungsi untuk membantu organisasi meminimalkan bagaimana


operasi mereka berdampak negative pada lingkungan, berikut ini adalah beberapa pemikiran
yang mendasari ISO 14000:

1. Menyediakan elemen- elemen terhadap system pengelolaan lingkungan yang efektif


dan dapat dipadukan dengan pengelolan lingkungan yang lainnya
2. Membantu tercapainya tjuan pada aspek ekonomi dan lingkungan dengan
cara meningkatkan kinerja lingkungan dan mencegah serta menghilngkan
timbulnyahambatan dalam dunia industry
3. Tidak dimaksudkan untuk mengubah ketentuan hukum yang harus ditaati
4. Dapat diterapkan di semua tipe dan skala organisasi
5. Untuk mendukung sasaran dan tujuan lingkungan tercapai, harus didorong dengan
penerapan Best Practicable Pollution Control Technology (Teknologi Pengendalian
Pencemaran Terbaik yang Praktis) dan Best Available Pollution Control Technology
EconomicaIly Achieveable (Teknologi Pengendalian Pencemaran Terbaik yang Layak
Ekonomi)

Saat ini ISO 14000 mencakup beberapa kelompok pengelolaan lingkungan dan sudah
mencakup enam aspek diantaranya adalah:
1) ISO 14001
System manajemen lingkungan/ Environmental Management System (EMS).
2) ISO 14010-14015
Audit lingkungan/ Environmental Auditing (EA).
3) ISO 14031
Evaluasi kinerja lingkungan/ Environmental Performance Evaluation (EPE)
4) ISO 14020-14024
Ecolabel/ Environmental Labelling (EL).
5) ISO 14040-14044
Kajian daur hidup produk/ Life Cycle Analysis (LCA).
6) ISO 14060
7) Term and Definitions (TD)
-Bukti Real Terbitnya Regulasi Tentang Lingkungan

Bukti nyata terbitnya regulasi tentang lingkungan dapat dilihat dari adanya pembagian masalah
regulasi sebagai berikut:

1. PPLH (Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)


 UU No.32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
 Perda Prov Jateng No.5 tahun 2007 tentang Pengendalian LH di Prov jateng
2. Amdal / izin lingkungan
 Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 Tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan
 Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan
3. Pengendalian pencemaran udara
 KepKa Bapedal No.205 Tahun 1996 Tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak
 Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara; Lampiran
 Peraturan MenLH No.12 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Pengendalian
Pencemaran Udara di Daerah
4. Pengendalian pencemaran air
 Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air; Lampiran
 Permenkes No.416/Men.Kes/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air
5. Pengendalian kerusakan lingkungan hidup
 Peraturan Pemerintah No.150 Tahun 2000 Tentang Pengendalian Kerusakan
Lahan Untuk Produksi Biomassa;
 Peraturan Pemerintah No.04 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan
dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan Dengan Kebakaran
Hutan dan atau Lahan
6. Limbah B3
 Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun
 Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
No.P.95/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018 Tentang Perizinan Pengelolaan
Limbah B3 Terintegrasi Dengan Izin Lingkungan Melalui Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
7. Penegakan hukum lingkungan
 Peraturan Pemerintah No.54 Tahun 2000 Tentang Lembaga Penyedia Jasa
Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan
8. Kebersihan
 Undang-Undang No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
 Peraturan Menteri PU No.3/PRT/M/2013 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
9. Baku mutu
 KepMen LH No.48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan
 KepMen LH No.50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan
 KepMen LH No.13 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tak
Bergerak
 KepMen LH No.49 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Getaran
 Peraturan Daerah Prov Jateng No.5 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Prov Jateng No.10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air
Limbah
10. Keragaman hayati
 Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2005 Tentang Keanekaragaman Hayati
Produk Rekayasa Genetika
1. Regulasi Pemerintah terhadap lingkungan
Regulasi lingkungan merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam
menjalankan aktivitas baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam lingkup usaha.

Nama regulasi Status


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Berlaku
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Pengelolaan Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Berlaku
tentang Pengelolaan Sampah
Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Berlaku
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2012 Berlaku
tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse,
dan Recycle Melalui Bank Sampah
Perlindungan dan Pengelolaan Udara
Keputusan Presiden No. 23 Tahun 1992 Berlaku
tentang Pengesahan Vienna Convention for
The Ozone Layer dan Montreal Protocol On
Substances That Deplete The Ozone Layer as
Adjusted and Amanded by The Second
Meeting of Parties London, 27-29 June 1990
Undang-undang No. 6 Tahun 1994 Berlaku
tentang Pengesahan United Nation Frame
Work Convention On Climate Change
(Konvensi Kerangka Kerja PBB Mengenai
Perubahan Iklim)
Undang-undang No. 17 Tahun 2004 Berlaku
tentang Pengesahan Protokol Kyoto atas
Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang
Perubahan Iklim (Ratification of Kyoto
Protocol to The United Nations Framework
Convention on Climate Change)
Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2005 Berlaku
tentang Pengesahan Beijing Amandment to
The Montreal Protocol on Substances That
Deplete The Ozone Layer (Amandemen
Beijing atas Protokol Montreal tentang Bahan-
bahan yang merusak Lapisan Ozon)
Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2005 Berlaku
tentang Pengesahan Montreal Amandment to
The Montreal Protocol on Substances That
Deplete The Ozone Layer (Amandemen
Montreal atas Protokol Montreal tentang
Bahan-bahan yang merusak Lapisan Ozon)
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Berlaku
tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Berlaku
Dampak Lingkungan No. 205 Tahun 1995
tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 13 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku


No. 07 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 05 Tahun 2006 tentang Ambang Batas
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 04 Tahun 2009 tentang Ambang Batas
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe
Baru
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 07 Tahun 2009 tentang Ambang Batas
Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 50 Tahun 1995 tentang Baku Tingkat
Kebauan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.15
tahun 1996 tentang Program Langit Biru
Peraturan Menakertrans No. 13 tahun 2011 Tidak Berlaku
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia Udara di Tempat Kerja
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.45
tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemaran
Udara
Perlindungan dan Pengelolaan Air
Undang-undang No. 7 Tahun 2004 Tidak Berlaku
tentang Sumber Daya Air
Undang-Undang No. 17 Tahun 2019 tentang Berlaku (Baru)
Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Berlaku
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 111 Tahun 2003 tentang Pedoman
Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta
Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke
Air atau Sumber Air
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 142 Tahun 2003 tentang Perubahan atas
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 111 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta
Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke
Air atau Sumber Air
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana
Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No.03 Tahun 2009 tentang Sertifikasi
Kompetensi dan Standar Kompetensi Manajer
Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No.12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air
Hujan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.907 Berlaku
tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Air Minum
Peraturan Menteri ESDM No. 15 Tahun 2012 Berlaku
tentang Penghematan Penggunaan Air Tanah
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 Berlaku
tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 03 Berlaku
tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kawasan Industri
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Berlaku (Baru)
Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018
Tentang Tata Cara Perizinan Pembungan Air
Limbah Melalui Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi secara Elektronik
Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun (B3)
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 Berlaku
tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan
Beracun
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No.03 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Pemberian Simbol Dan Label B3
Peraturan Menteri Perindustrian No. 23 Tahun Berlaku
2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Perindustrian No. 87 Tahun 2009 Tentang
Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan
Label Pada Bahan Kimia
Peraturan Menteri Perindustrian No. 87 Tahun Berlaku
2009 tentang Tentang Sistem Harmonisasi
Global Klasifikasi dan Label Pada Bahan
Kimia
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Berlaku
Transmigrasi No. 187 Tahun 1999
tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
di Tempat Kerja
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 Berlaku
tentang Pengelolaan Limbah B3
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Berlaku
Dampak Lingkungan No. 01 Tahun 1995
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Berlaku
Dampak Lingkungan No. 02 Tahun 1995
tentang Dokumen Limbah B3
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Berlaku
Dampak Lingkungan No. 03 Tahun 1995
tentang Persyaratan Teknis Pengolahan
Limbah B3
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Berlaku
Dampak Lingkungan No. 255 Tahun 1996
tentang Tata Cara dan Persyaratan
Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak
Pelumas Bekas
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan
Limbah B3
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan
Pengelolaan Limbah B3
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 35 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Halon
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No.30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana
Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan
Limbah B3 serta Pengawasan Pemulihan
Akibat Pencemaran Limbah B3 oleh
Pemerintah Daerah
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label
Limbah B3
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Berlaku
Kehutanan Republik Indonesia Nomor (Baru)
P.95/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018
Tentang Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Terintegrasi dengan
Izin Lingkungan Melalui Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Berlaku (Baru)
Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.101/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018
Tentang Pedoman Pemulihan Lahan
Terkontaminasi Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
Perizinan, Audit, Penilaian dan Dokumen Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 Berlaku
tentang Izin Lingkungan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Berlaku (Baru)
Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.23/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
tentang Kriteria Perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan dan Tata Cara Perubahan Izin
Lingkungan.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Berlaku (Baru)
Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P/24/MENLH/SETJEN/KUM.1/7/2018
tentang Pengecualian Kewajiban Menyusun
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan untuk
Usaha dan/ atau kegiatan yang berlokasi di
Daerah Kabupaten/ Kota yang Telah Memiliki
Rencana Detail Tata Ruang.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Berlaku (Baru)
Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.25/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
tentang Pedoman Penetapan Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Memiliki
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Berlaku (Baru)
Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
tentang Pedoman Penyusunan dan Penilaian
serta Pemeriksaan Dokumen Lingkungan
Hidup dalam Pelaksanaan Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No.05 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan
atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan
AMDAL
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 17 Tahun 2012 tentang Pedoman
Keterlibatan Masyarakat dalam Proses
AMDAL dan Izin Lingkungan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No.08 tahun 2000 tentang Keterlibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam
Proses Analisa Mengendai Dampak
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 03 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan
Hidup
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No.04 Tahun 2013 tentang Pedoman
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup
Permen LH No.03 tahun 2014 tentang Program Berlaku
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No.08 Tahun 2013 tentang Tata Laksana
Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin
Lingkungan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.86 Berlaku
tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
UKL dan UPL
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Berlaku
No. 02 Tahun 2014 tentang Pencantuman Logo
Ekolabel
Energi
eraturan Menteri ESDM No. 12 Tahun 2012 Berlaku
tentang Pengendalian Penggunaan Bahan
Bakar Minyak
Peraturan Menteri ESDM No. 13 Tahun 2013 Berlaku
tentang Penghematan Pemakaian Listrik
Peraturan Menteri ESDM No. 14 Tahun 2014 Berlaku
tentang Manajemen Energi

2. Pengertian,definisi ISO :
Seri ISO 14000 merupakan seperangkat standar internasional bidang manajemen
lingkungan yang dimaksudkan untuk membantu organisasi di seluruh dunia dalam
meningkatkan efektivitas kegiatan pengelolaan lingkungannya. Perumusan standar ISO seri
14000 diprakarsai dunia usaha sebagai kontribusi terhadap pencapaian Pembangunan
Berkelanjutan yang disepakati dalam KTT Bumi di Rio de Janeiro Tahun 1992.2 Wakil pihak
pemerintah, dunia usaha, pakar, praktisi dan pihak lain yang berkepentingan terlibat dalam
perumusan standar tersebut. Anggota ISO,terdiri dari 110,tidak terdiri dari delegasi pemerintah
tetapi tersusun dari institusi standarisasi nasional sebanyak satu wakil organisasi untuk setiap
negara.
Seiring dengan perumusan ISO seri 14000, Indonesia sebagai salah satu negara yang
aktif mengikuti perkembangan ISO seri 14000 telah melakukan antisipasi terhadap
diberlakukannya standar tersebut. Kementerian Lingkungan Hidup (Bapedal pada waktu itu)
dan BSN bekerjasama dengan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 dan berbagai pemangku
kepentingan sejak tahun 1995 mengkaji, menyebarkan informasi, dan melakukan serangkaian
kegiatan penelitian dan pengembangan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan.
Berdasarkan hasil pembahasan dengan pemangku kepentingan di Indonesia, Kementerian
Lingkungan Hidup menyadari potensi penerapan Sistem Manajemen Lingkungan bagi
peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan, peningkatan peran aktif pihak swasta, dan
promosi penerapan perangkat pengelolaan lingkungan secara proaktif dan sukarela di
Indonesia.

Untuk memfasilitasi penerapan standar ISO 14001 di Indonesia dan mempermudah


penerapan di lapangan serta untuk menyamakan persepsi mengenai pelaksanaannya, maka
Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan BSN telah melakukan adopsi terhadap
beberapa Standar Internasional ISO 14000 menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar
yang telah diadopsi tersebut diantaranya :

1. Sistem Manajemen Lingkungan-Spesifikasi dengan Panduan Penggunaan (SNI 19-


14001-1997 kemudian direvisi menjadi SNI 19-14001-2005)
2. Sistem Manajemen Lingkungan-Pedoman Umum Prinsip Sistem dan Teknik
Pendukung (SNI 19-14004-1997 kemudian direvisi menjadi SNI 19-14004-2005)
3. Pedoman Audit Lingkungan-Prinsip Umum (SNI 19-1410-1997)
4. Pedoman Untuk Pengauditan Lingkungan - Prosedur Audit - Pengauditan Sistem
Manajemen Lingkungan (SNI 19-14011-1997)
5. Pedoman Audit untuk Lingkungan – Kriteria Kualifikasi untuk Auditor Lingkungan
(SNI 19-14012-1997).

Sejak ditetapkannya ISO 14001 menjadi standar internasional dan diadopsi menjadi
SNI 19-14001-1997 sampai saat ini tercatat lebih dari 248 (dua ratus empat puluh delapan)
sertifikat ISO 14001 untuk berbagai unit organisasi perusahaan di Indonesia yang dengan
sukarela menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001.

3. Bagaimana ISO dijalankan


Pada dasarnya, seri standardisasi ISO 14000 berisi standar, pedoman, dan kebijakan
yang mengatur pengelolaan lingkungan yang tepat oleh organisasi yang disertifikasi. ISO
14001 adalah yang paling dikenal dari seri ISO 14000. Dalam era kesadaran lingkungan,
sertifikasi ini sangat penting untuk bisnis atau entitas perusahaan untuk tetap kompetitif di
pasar nasional maupun internasional. Proses sertifikasi dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak
terlibat dengan cara apapun dengan organisasi yang mengajukan permohonan sertifikasi.

Organisasi sertifikasi, yang dikenal sebagai auditor, akan memberikan materi,


mentoring, dan pemantauan untuk memastikan bahwa organisasi yang mengajukan sertifikasi
mengenali dan mematuhi berbagai pedoman pengelolaan. Setelah standar dipenuhi, organisasi
auditor akan mengesahkan organisasi pemohon sebagai telah memenuhi standar ISO 14001.
Sertifikasi ISO 14001 menunjukkan bahwa organisasi, bisnis, atau entitas perusahaan telah
mengidentifikasi dan menilai risiko lingkungan dari berbagai prosedur manajemen, dan telah
mengembangkan metode dan rencana aksi untuk menanganinya.

Sertifikasi membutuhkan kepatuhan dalam penerapan dan memastikan implementasinya


hingga ke peraturan perusahaan dalam lingkup terkecil. Terdapat berbagai manfaat bagi
organisasi setelelah memperoleh sertifikasi ISO 14001.

1. Sertifikasi ini berarti akan membuat suatu organisasi lebih mampu menghemat
keuangannya dengan melakukan konservasi material dan energi.
2. Organisasi yang memiliki sertifikasi ISO 14001 akan mendapatkan peningkatan positif
atas persepsi publik karena tanggung jawab yang ditunjukkannya kepada lingkungan.

Proses Sertifikasi ISO 14001

Sertifikasi atau registrasi ISO-14001 adalah suatu pengakuan berbentuk sertifikat dari pihak
ketiga (lembaga sertifikasi) atas kesesuaian penerapan sistem manajemen lingkungan
organisasi (perusahaan) terhadap standar ISO-14001.

Organisasi (perusahaan) yang telah memiliki dan menerapkan seluruh persyaratan standar ISO-
14001 dapat mengajukan permohonan sertifikasi kepada lembaga sertifikasi sistem manajemen
lingkungan. Proses sertifikasi mensyaratkan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) organisasi
telah memenuhi ketentuan berikut ini:

1. Tersedia seluruh dokumentasi SML sesuai persyaratan ISO 14001;


2. SML telah diimplementasikan (minimum 3 bulan), yang nantinya dibuktikan oleh
tersedianya rekaman-rekaman penerapan SML;
3. Telah dilaksanakan audit internal ISO 14001;
4. Telah dilaksanakan kaji ulang manajemen.
Pada umumnya proses sertifikasi melalui dua tahapan audit, yaitu:

1. Audit Tahap Pertama; terdiri dari dua kegiatan, yakni audit kecukupan (adequacy
audit) yaitu pemeriksaan dan penelaahan dokumentasi SML organisasi untuk
menentukan bahwa sistem memenuhi persyaratan standar ISO 14001. Setelah
dokumentasi SML organisasi dinilai cukup, selanjutnya dilakukan audit pendahuluan
(initial audit atau pre-assessment), yaitu pemeriksaan dan pengujian awal implementasi
sistem untuk memastikan sistem telah siap untuk dinilai secara menyeluruh.
2. Audit Tahap Kedua; merupakan penilaian kesesuaian secara menyeluruh terhadap
ISO 14001 organisasi, atau dikenal audit penaatan (compliance audit atau main
assessment).

Sertifikat ISO 14001 yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi umumnya


memiliki masa berlaku 3 (tiga) tahun, dimana setelah masa waktu tersebut akan
dilakukan penilaian ulang (re-assesment). Dalam periode masa sertifikasi, umumnya
setiap 6 bulan organisasi akan di-audit secara berkala oleh Lembaga Sertifikasi
(surveillance audit), untuk menjamin terpeliharanya kesesuaian organisasi terhadap
persyaratan standar ISO 14001.

4. Fungsi ISO
Fungsi ISO 14001 adalah untuk memungkinkan organisasi dari semua jenis atau ukuran untuk
mengembangkan dan menerapkan kebijakan yang berkomitmen untuk bertanggung jawab pada
lingkungan; seperti keberlanjutan sumber daya, pencegahan polusi, mitigasi perubahan iklim
dan minimalisasi dampak lingkungan.

● Meningkatkan Image Positif Perusahaan


Organisasi yang sudah menerapkan dan mengimplementasikan sistem manajemen
lingkungan ISO 14001 dan sudah mendapatkan sertifikat ISO 14001 berarti sudah
mengikuti kewajiban persyaratan lingkungan dengan hal tersebut bisa menjadikan
perusahaan lebih menarik calon pelanggan dan stakeholder. Kesempatan untuk
mendapatkan pelanggan baru akan lebih banyak karena adanya jaminan dari
organisasi bisa menangani potensi operasi yang berhenti yang diakibatkan adanya
insiden lingkungan.

● Operasional menjadi lebih efektif


Prosedur yang terkait pada Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dapat
membantu perusahaan bekerja lebih efektif dan teratur dalam pengendalian
pencemaran, mengevaluasi pengelolaan lingkungan, efisiensi pemakaian sumber
daya, meningkatkan komunikasi di internal maupun eksternal perusahaan.

● Menekan biaya operasional


Dengan adanya Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 perusahaan dituntut
untuk bisa mengidentifikasi aspek lingkungan, misalnya saja limbah, diharapkan
dapat melakukan pengurangan terhadap limbah. Secara otomatis dengan limbah
yang berkurang dapat menurunkan biaya untuk proses pengolahan limbah
perusahaan.

● Sesuai dengan peraturan


Dalam ISO 14001:2015 dipersyaratkan untuk mengidentifikasi peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lain serta mengambil tindakan perbaikan /
pemenuhan. Sehingga dapat memastikan bahwa perusahaan mengikuti peraturan-
peraturan yang berlaku. Dan juga terjamin terhindar dari sanksi dan tindakan
melanggar hukum.

Bagi Lingkungan standar ISO 14001 menjamin berkurangnya pencemaran lingkungan melalui

1) penurunan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya,


2) pengurangan limbah berbahaya dan
3) dapat mengurangi gangguan sosial yang berasal dari keberadaan industri itu sendiri
misalnya, mengurangi kebisingan, polusi air, polusi udara, kemacetan, dan social
responsibilty. Sedangkan konsumen pengguna juga berarti turut berpartisipasi dalam
mendukung perlindungan lingkungan dengan membeli produk yang ramah
lingkungan.
5. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pertama kali diperkenalkan pada


tahun oleh National Environmental Policy Act di Amerika Serikat. Menurut UU No. 32/2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP No. 27/1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999, disebutkan bahwa AMDAL
merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. AMDAL
didefinisikan sebagai kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan.

Bentuk hasil kajian AMDAL berupa dokumen AMDAL terdiri dari lima dokumen, yaitu:

A. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KAANDAL).


KA-ANDAL adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta kedalaman
kajian ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan dampak-dampak
penting yang akan dikaji secara lebih mendalam dalam ANDAL dan batas-batas studi
ANDAL, sedangkan kedalaman studi berkaitan dengan penentuan metodologi yang
akan digunakan untuk mengkaji dampak.

B. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL).


ANDAL adalah dokumen yang berisi telaahan secara cermat terhadap dampak penting
dari suatu rencana kegiatan. Dampak-dampak penting yang telah diidentifikasi di dalam
dokumen KAANDAL kemudian ditelaah secara lebih cermat dengan menggunakan
metodologi yang telah disepakati.

C. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).


Mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat
negatif serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu
kegiatan. Upaya-upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasardasar
pengelolaan dampak yang dihasilkan dari kajian ANDAL.

D. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).


RPL adalah dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk melihat
perubahan lingkungan yang disebabkan oleh dampak-dampak yang berasal dari
rencana kegiatan. Hasil pemantauan ini digunakan untuk mengevaluasi efektifitas
upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan, ketaatan pemrakarsa
terhadap peraturan lingkungan hidup dan dapat digunakan untuk mengevaluasi akurasi
prediksi dampak yang digunakan dalam kajian ANDAL.

E. Dokumen Ringkasan Eksekutif


Ringkasan Eksekutif adalah dokumen yang meringkas secara singkat dan jelas hasil
kajian ANDAL. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam ringkasan eksekutif biasanya
adalah uraian secara singkat tentang besaran dampak dan sifat penting dampak yang
dikaji di dalam ANDAL dan upaya-upaya pengelolaan dan pemantuan lingkungan
hidup yang akan dilakukan untuk mengelola dampak-dampak tersebut.

Dasar dari diadakannya AMDAL adalah (PP 27/1999 dan PP 51/1993), pembangunan
berkelanjutan, kegiatan yg menimbulkan dampak perlu dianalisa sejak awal perencanaan untuk
langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif, AMDAL diperlukan
untuk proses pengambilan keputusan dalam pelaksanaan kegiatan yang menimbulkan dampak,
AMDAL bagian dari kegiatan studi kelayakan rencana usaha/kegiatan, komponen AMDAL
meliputi Kerangka Acuan (KA), ANDAL, RKL, RPL. Menurut PP No. 27/1999 Pasal 3 ayat
1, usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup meliputi :

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.


b. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharu.
c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam
dalam pemanfaatannya.
d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya.
e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya.
f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jenis jasad renik.
AMDAL sebagai alat pengelolaan lingkungan hidup, bertujuan untuk menghindari dampak,
meminimalisasi dampak, dan melakukan mitigasi/kompensasi dampak. AMDAL sebagai
“environmental safe guard” bermanfaat untuk pengembangan wilayah, sebagai pedoman
pengelolaan lingkungan, pemenuhan prasyarat utang (loan), dan rekomendasi dalam proses
perijinan. Prinsip-prinsip AMDAL antara lain:

a. AMDAL bagian integral dari Studi Kelayakan Kegiatan Pembangunan.


b. AMDAL bertujuan menjaga keserasian hubungan antara berbagai kegiatan agar
dampak dapat diperkirakan sejak awal perencanaan. Pelingkupan KA ANDAL
ANDAL RKL RPL
c. AMDAL berfokus pada analisis: Potensi masalah, Potensi konflik, Kendala sumber
daya alam, Pengaruh kegiatan sekitar terhadap proyek.
d. Dengan AMDAL, pemrakarsa dapat menjamin bahwa proyeknya bermanfaat bagi
masyarakat, aman terhadap lingkungan.
Komisi Penilai adalah komisi yang menilai dokumen AMDAL. Komisi Penilai AMDAL terdiri
dari:

a. Ketua Komisi
Ketua Komisi dijabat oleh Deputi untuk Komisi penilai AMDAL Pusat, Kepala
BAPEDALDA atau pejabat lain yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan
hidup di tingkat propinsi untuk Komisi Penilai AMDAL Propinsi, Kepala
BAPEDALDA atau pejabat lain yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan
hidup di tingkat Kabupaten/Kota.

b. Sekretaris Komisi.
Sekretaris Komisi dijabat oleh seorang pejabat yang menangani AMDAL baik dari
Pusat maupun Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota).

c. Anggota Komisi
Anggota Komisi terdiri dari: wakil instansi/dinas teknis yang mewadahi kegiatan yang
dikaji, wakil daerah, ahli di bidang lingkungan hidup, ahli di bidang yang berkaitan
dengan rencana kegiatan yang dikaji, wakil masyarakat, wakil organisasi lingkungan,
dan anggota lain yang dianggap perlu.
Prosedur AMDAL terdiri dari:

a. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL


Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses
untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.
Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah.
Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau
tidak dapat dilihat pada Keputusan Menteri Negara LH Nomor 17 Tahun 2001 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL

b. Proses pengumuman
Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib
mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa
melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang
bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan. Tata cara dan bentuk pengumuman serta
tata cara penyampaian saran, pendapat dan tanggapan diatur dalam Keputusan Kepala
BAPEDAL Nomor 08/2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan
Informasi dalam Proses AMDAL.

c. Proses pelingkupan (scoping)


Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup
permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang terkait dengan
rencana kegiatan. Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi,
mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan, menetapkan tingkat kedalaman
studi, menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait dengan rencana
kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dari proses pelingkupan adalah dokumen KA-
ANDAL. Saran dan masukan masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam
proses pelingkupan.

d. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL


Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada
Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal
penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk
memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

e. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL


Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KAANDAL
yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun,
pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.
Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah
75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan
kembali dokumennya.

f. Persetujuan Kelayakan Lingkungan


Dalam PP 51 Tahun 1993 ditetapkan empat jenis studi AMDAL, yaitu :

a. AMDAL Proyek, yaitu AMDAL yang berlaku bagi satu kegiatan yang berada dalam
kewenangan satu instansi sektoral. Misalnya rencana kegiatan pabrik tekstil yang
mempunyai kewenangan memberikan ijin dan mengevaluasi studi AMDALnya ada
pada Departemen Perindustrian.
b. AMDAL Terpadu/Multisektoral, adalah AMDAL yang berlaku bagi suatu rencana
kegiatan pembangunan yang bersifat terpadu, yaitu adanya keterkaitan dalam hal
perencanaan, pengelolaan dan proses produksi, serta berada dalam satu kesatuan
ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi. Sebagai contoh adalah
satu kesatuan kegiatan pabrik pulp dan kertas yang kegiatannya terkait dengan proyek
hutan tanaman industri (HTI) untuk penyediaan bahan bakunya, pembangkit tenaga
listrik uap (PLTU) untuk menyediakan energi, dan pelabuhan untuk distribusi
produksinya. Di sini terlihat adanya keterlibatan lebih dari satu instansi, yaitu
Departemen Perindustrian, Departemen kehutanan, Departemen Pertambangan dan
Departemen Perhubungan.
c. AMDAL Kawasan, yaitu AMDAL yang ditujukan pada satu rencana kegiatan
pembangunan yang berlokasi dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan
menyangkut kewenangan satu instansi. Contohnya adalah rencana kegiatan
pembangunan kawasan industri. Dalam kasus ini masing-masing kegiatan di dalam
kawasan tidak perlu lagi membuat AMDALnya, karena sudah tercakup dalam AMDAL
seluruh kawasan.
d. AMDAL Regional, adalah AMDAL yang diperuntukan bagi rencana kegiatan
pembangunan yang sifat kegiatannya saling terkait dalam hal perencanaan dan waktu
pelaksanaan kegiatannya. AMDAL ini melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi,
berada dalam satu kesatuan ekosistem, satu rencana pengembangan wilayah sesuai
Rencana Umum Tata Ruang Daerah, contoh AMDAL regional adalah pembangunan
kota-kota baru.
Secara teknis instansi yang bertanggung jawab dalam merumuskan dan memantau
penyusunan amdal di Indonesia adalah BAPEDAL. Sebagaimana diatur dalam PP 51 tahun
1993, kewenangan ini juga dilimpahkan pada instansi-instansi sektoral serta BAPEDALDA
Tingkat I. Dengan kata lain BAPEDAL Pusat hanya menangani studi-studi amdal yang
dianggap mempunyai implikasi secara nasional. Pada tahun 1999 diterbitkan lagi
penyempurnaan ini adalah untuk memberikan kewenangan proses evaluasi amdal pada daerah.
Materi baru dalam PP ini adalah diberikannya kemungkinan partisipasi masyarakat di dalam
proses penyusunan AMDAL.

Kriteria uji untuk penilaian dokumen AMDAL (KA, ANDAL, RKL dan RPL) yang bersifat
praktis, logis-sistematis dan dapat dipertanggung-jawabkan (akuntabel), yaitu:

a. Uji Administratif
b. Uji Fase Kegiatan Proyek
c. Uji Mutu yang meliputi Uji Mutu Aspek Konsistensi, Uji Mutu Aspek Keharusan, Uji
Mutu Aspek Relevansi, dan Uji Mutu Aspek Kedalaman.
Adapun peraturan perundang-undangan yang dapat digunakan sebagai landasan hukum untuk
penilaian substansi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

a. Keputusan Menteri Negara LH No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen
AMDAL.
b. Keputusan Kepala Bapedal No. 056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran
Dampak Penting.
c. Keputusan Kepala Bapedal No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.
d. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat
dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.
e. Keputusan Menteri Negara LH No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan
AMDAL Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah.
f. Keputusan Kepala Bapedal No. 299/BAPEDAL/11/96 tentang Pedoman Teknis Kajian
Aspek Sosial dalam AMDAL.
g. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat dalam AMDAL.
6. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)

1. Pengertian

RKL adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan dan
menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif serta memaksimalkan
dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan. Upaya-upaya tersebut dirumuskan
berdasarkan hasil arahan dasar-dasar pengelolaan dampak yang dihasilkan dari kajian
AMDAL. Jadi dapat disimpulkan, RKL sebagai Upaya penanganan dampak besar dan penting
(+/-) terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan
Pemantauan lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan/atau pengamatan yang dilakukan
secara sistematis, berulang dan periodik, dan terencana.

2. Fungsi RKL

Adapun fungsi RKL yaitu untuk meningkatkan dampak positif dan mencegah/
meminimisasi/ mengelola dampak negatif akibat perencaan suatu kegiatan. Selain itu, fungsi
dari pengelolaan lingkungan terhadap pembangunan atau suatu proyek, baik pagi pemerintah,
pemilik usaha, dan masyarakat sekitar yaitu sebagai berikut:

 Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemborosan sumber


daya alam secara lebih luas.
 Menghindari timbulnya konflik dengan masyarakat dan kegiatan lain di sekitarnya.
 Menjaga agar pelaksanaan pembangunan tetap sesuai dengan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
 Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.
 Bahan bagi rencana pengembangan wilayah dan tata ruang.
 Menjamin keberlangsungan usaha dan/atau kegiatan karena adanya proporsi aspek
ekonomis, teknis dan lingkungan.
 Menghemat dalam pemanfaatan sumber daya (modal, bahan baku, energi).
 Dapat menjadi referensi dalam proses kredit perbankan.
 Memberikan panduan untuk menjalin interaksi saling menguntungkan dengan
masyarakat sekitar sehingga terhindar dari konflik sosial yang saling merugikan.
 Sebagai bukti ketaatan hukum, seperti perijinan.
 Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya suatu kegiatan
sehingga dapat menghindari terjadinya dampak negatif dan dapat memperoleh dampak
positif dari kegiatan tersebut.
 Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan upaya pengelolaan
lingkungan yang dilakukan pemrakarsa kegiatan, sehingga kepentingan kedua belah
pihak saling dihormati dan dilindungi.
 Terlibat dalam proses pengambilan keputusan terhadap rencana pembangunan yang
mempunyai pengaruh terhadap nasib dan kepentingan mereka.

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

1. Pengertian

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) adalah upaya pemantauan untuk melihat kinerja
upaya pengelolaan yang dilakukan. Selain itu, RPL adalah dokumen yang memuat program-
program pemantauan untuk melihat perubahan lingkungan yang disebabkan oleh dampak-
dampak yang berasal dari rencana kegiatan. Hasil pemantauan ini digunakan untuk
mengevaluasi efektifitas upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan, ketaatan
pemrakarsa terhadap peraturan lingkungan hidup dan dapat digunakan untuk mengevaluasi
akurasi prediksi dampak yang digunakan dalam kajian AMDAL.

2. Fungsi RPL

Adapun fungsi dari pemantauan lingkungan yaitu berupa:

 Alat evaluasi terhadap mekanisme kerja suatu sistem pengelolaan lingkungan


 Mengetahui keunggulan & kelemahan pengelolaan lingkungan
 Dapat memonitor secara dini perubahan perubahan kualitas lingkunganMemperkecil
resiko dan potensi gugatan hukum dari pihak eksternal terhadap dampak kegiatan
 Menjadi alat bukti dalam menilai ketaatan/kepatuhan pemprakarsa terhadap peraturan
perundang-undangan
 Meningkatkan citra baik perusahaan dikalangan pemerintah, konsumen, mitra bisnis
dan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai