Anda di halaman 1dari 4

Volume VII Nomor 2, April 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)

ISSN 2502-7778 (elektronik)

PENDAHULUAN

Latar belakang

PEMBERIAN STIMULASI USIA 1-3 TAHUN Masa kanak-kanak khususnya masa


DENGAN PERKEMBANGAN BALITA balita, merupakan masa kritis yang akan
menentukan hasil proses perkembangan
anak selanjutnya. Agar anak dapat
Nurlailis Saadah berkembang secara optimal diperlukan
(Poltekkes Kemenkes Surabaya) situasi yang mendukung. Keluarga atau
Budi Yulianto orang tua khususnya ibu, merupakan
(Poltekkes Kemenkes Surabaya) lingkungan yang pertama dan utama bagi
Anis Yudha Nomitasari seorang anak balita. Dalam lingkungan
keluargalah anak menghabiskan waktu
dalam masa perkembangannya. Pengaruh
lingkungan rumah ini berkaitan dengan fisik
ABSTRAK maupun mental atau emosi anak. orang tua
dapat memberikan stimulasi sejak buah
hatinya dalam kandungan, saat lahir, sampai
dia tumbuh besar dan tentu saja dengan
intenssitas dan bentuk stimulasi yang
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbeda-beda pada setiap tahap
hubungan antara pemberian stimulasi usia 1- perkembangannya (Trie Hariweni, 2003).
3 tahun dengan perkembangan balita di Di Indonesia seperti juga kemungkinan
posyandu Desa Tawangrejo Kecamatan besar di negara-negara yang sedang
Takeran Kabupaten Magetan. Sampel berkembang lainnya masih banyak
penelitian cross sectional ini adalah 81 balita ditemukan praktek pengasuhan anak yang
usia 1-3 tahun di Posyandu Desa kurang stimulasi mental dini. Sedangkan
Tawangrejo Kecamatan Takeran Kabupaten stimulasi mental dini ini sangat penting untuk
Magetan yang diambil dengan teknik simple perkembangan mental psikososial anak
random sampling. Data dikumpulkan dengan tersebut. Dari hasil penelitian Trie Hariweni
teknik: 1) pengisian kuesioner untuk variabel (2003) menunjukkan di P.T Indofood Sukses
pemberian stimulasi usia 1-3, 2) pengisian Makmur, Tanjung Morawa, Medan
KPSP untuk variabel perkembangan balita. ditemukan bahwa ibu yang memberikan
Selanjutnya dilakukan analisis menggunakan stimulasi bagi perkembangan anak adalah
uji koefisien kontingensi, yang menunjukkan pada ibu bekerja menunjukkan cara
hasil bahwa nilai probability (p) = 0,000 ≤ pemberian stimulasi baik adalah 29% dan
0,05, yang berarti ada H0 ditolak atau ada kurang baik 20,6%. Dan pada ibu tidak
hubungan antara pemberian stimulasi bekerja menunjukkan cara pemberian
dengan perkembangan balita usia 1-3 tahun stimulasi baik 11,5 %, kurang baik 36,6%
di Desa Tawangrejo Kecamatan Takeran serta buruk 2,3%. Dari hasil penelitian yang
Kabupaten Magetan. Nilai koefisien dilakukan oleh Dinas Pendidikan Pemuda
kontingensi adalah 0,707 yang tingkat dan Olahraga propinsi Papua (2009)
keeratan hubungan yang kuat. menunjukkan dari 1481 anak Papua yang
diteliti mengalami keterlambatatan dalam
tahapan perkembangan terutama pada
dominan bahasa, adaptif motorik halus dan
Kata kunci: kepribadian sosial sebanyak 72,5% yang
Stimulasi perkembangan, balita secara tidak langsung memberi pengaruh
terhadap aspek kognitif anak dan
kesiapannya memasuki pendidikan formal,
sedangkan yang mempunyai perkembangan
normal sebanyak 27,48% (Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Propinsi Papua,
2009). HasilPenelitian yang dilakukan oleh
Lampita Dyah Kartikaningsih (2010) di
Kecamatam Sumberjambe Kabupaten
Jemberpada bulan Mei 2009 menunjukkan
bahwa dari 135 balita , 82 balita (60,7%) 1
diantaranya mengalami gangguan
perkembangan motorik halus. Dari 82 balita

108 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 2, April 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

tersebut , 61 alita (45,2%) erupakan balita sesuai dengan usia belum pernah dilakukan
kurang gizi dan sisanya (15,6%) merupakan oleh petugas maupun orang tuanya.
balita dengan status gizi baik (Lampita Pemberian stimulasi yang kurang baik dapat
DyahKartikaningsih, 2010). menyebabkan penyimpangan
Jumlah anak usia 1-3 tahun di posyandu perkembangan balita bahkan gangguan
Desa Tawangrejo Kecamatan Takeran yang menetap. Sayangnya, banyak ahli
Kabupaten Magetan sampai dengan bulan kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak
Agustus 2009 tercatat sebanyak 101 balita yang dapat dikerjakan untuk mengatasi
.Dari hasil studi pendahuluan yang di kelainan ini dan mereka percaya pula bahwa
laksanakan bulan Juli 2009 terhadap 20 kelainan yang ringan dapat normal dengan
balita dengan menggunakan KPSP, sendirinya. Sikap seperti ini dapat
menunjukkan 12 balita (60%) mempunyai menghambat pemulihannya, bahkan pada
perkembangan normal (nilai KPSP ≥ 9), kasus-kasus tertentu dapat mengakibatkan
sedangkan 8 balita (40%) mempunyai cacat yang permanen, yang seharusnya
perkembangan tidak normal (nilai KPSP ≤ 7) dapat dihindari (Soetjiningsih, 1995 : 63).
dan dilakukan penilaian ulang setelah 2 Salah satu upaya untuk meningkatkan
minggu, apabila menunjukkan nilai yang kualitas sumber daya manusia adalah
sama yaitu 7 maka ada kemungkinan memberikan stimulasi mental dini untuk
penyimpangan. Dari 12 balita (60%) yang perkembangan mental psikososial balita
mempunyai perkembangan normal dinilai karena dalam perkembangan balita terdapat
cara pemberian stimulasinya diketahui masa kritis, dimana diperlukan rangsangan
bahwa 6 balita (50%) cara pemberian atau stimulasi yang berguna agar potensi
stimulasinya baik, 4 balita (33,3%) cara berkembang, sehingga perlu mendapat
pemberian stimulasinya cukup baik, dan 2 perhatian. Perkembangan psiko-sosial
balita (16,7%) cara pemberian stimulasinya sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi
kurang baik. Kemudian dari 8 balita (40%) antara balita dengan orang tuanya atau
yang mempunyai perkembangan tidak orang dewasa lainnya. Perkembangan balita
normal dan dilakukan penilaian tentang cara akan optimal bila interaksi sosial diusahakan
pemberian stimulasinya diketahui bahwa 6 sesuai dengan kebutuhan balita pada
balita (75%) cara pemberian stimulasinya berbagai tahap perkembangannya, bahkan
kurang baik dan 2 balita (25%) cara sejak bayi masih dalam kandungan
pemberian stimulasinya tidak baik. (Soetjiningsih, 1995 : 29).
Pada umumnya balita memiliki pola
perkembangan normal yang merupakan Rumusan Masalah
hasil interaksi banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan balita. Apakah ada hubungan antara pemberian
Menurut Soetjiningsih faktor yang stimulasi usia 1 – 3 tahun dengan
mempengaruhi perkembangan balita antara perkembangan balita di Posyandu Desa
lain : 1) faktor genetik, 2) faktor lingkungan. Tawangrejo Kecamatan Takeran Kabupaten
Faktor lingkungan secara garis besar dibagi Magetan
menjadi lingkungan pranatal dan lingkungan
postnatal. Lingkungan postnatal secara Tujuan Penelitian
umum digolongkan menjadi : a) lingkungan
biologis, b) faktor fisik, c) faktor psikososial, 1. Mengidentifikasi pemberian stimulasi usia
d) faktor keluarga (Soetjiningsih). 1 – 3 tahun di posyandu Desa
Kemampuan dasar yang dirangsang dengan Tawangrejo Kecamatan Takeran
stimulasi terarah adalah kemampuan gerak Kabupaten Magetan.
kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan 2. Mengidentifikasi perkembangan balita
bicara dan berbahasa serta kemampuan usia 1-3 tahun di posyandu Desa
sosialisasi dan kemandirian (Depkes RI, Tawangrejo Kecamatan Takeran
2005 : 15). Kabupaten Magetan.
Selama ini kegiatan yang dilaksanakan di 3. Menganalisis hubungan antara
posyandu Desa Tawangrejo Kecamatan pemberian stimulasi usia 1 – 3 tahun
Takeran Kabupaten Magetan biasanya lebih dengan perkembangan balita di
diprioritaskan untuk memantau pertumbuhan posyandu Desa Tawangrejo Kecamatan
balita dengan melakukan penimbangan berat Takeran Kabupaten Magetan
badan dengan tujuan untuk mengetahui
status gizi atau kondisi kesehatan fisiknya. METODE PENELITIAN
Apabila diketahui pertumbuhan balita terjadi
gangguan baru dilakukan upaya – upaya Dalam penelitian ini digunakan
untuk mengatasinya. Sedangkan kegiatan rancangan cross sectional. Penelitian
untuk memantau perkembangan balita dilaksanakan di Posyandu Desa Tawangrejo

109 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 2, April 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan Desa Tawangrejo Kecamatan Takeran


dan waktu penelitian dilaksanakan mulai Kabupaten Magetan Tahun 2009. Uji
bulan Agustus 2009. Koefisien Kontingensi (C) = 0,707 yang
Populasi dalam penelitian ini adalah berarti antara variabel Pemberian Stimulasi
seluruh balita usia 1-3 tahun di Posyandu Usia 1-3 Tahun dengan variabel
Desa Tawangrejo Kecamatan Takeran Perkembangan Balita Usia 1-3 Tahun di
Kabupaten Magetan. Sampel dalam Desa Tawangrejo Kecamatan Takeran
penelitian ini sebagian balita usia 1 – 3 tahun Kabupaten Magetan Tahun 2009
di Posyandu Desa Tawangrejo Kecamatan menunjukkan tingkat keeratan hubungan
Takeran Kabupaten Magetan (besar sampel yang kuat dan mempunyai koefisien korelasi
adalah 101 balita). Besar sampel adalah81 yang positif (+) hal ini berarti kedua variabel
balita dan diambil dengan teknik simple tersebut mempunyai hubungan yang searah.
random sampling.
Data dikumpulkan dengan teknik: 1) PEMBAHASAN
pengisian kuesioner untuk variabel
pemberian stimulasi usia 1-3, 2) pengisian Dari hasil penelitian didapatkan sebagian
KPSP untuk variabel perkembangan balita. besar yaitu sebanyak 42 ibu balita
Untuk mengetahui hubungan antara berpendidikan setingkat SMA balitanya diberi
pemberian stimulasi balita usia 1-3 tahun stimulasi baik. Dan sebagian kecil yaitu
dengan perkembangan balita usia 1 – 3 sebanyak 11 ibu balita yang berpendidikan
tahun digunakan uji statistik koefisien SD,ada 1 balita diberi stimulasi tidak baik
kontingensi, karena di dalam penelitian ini serta 10 balita diberi stimulasi baik. Ibu balita
menggunakan statistik nonparametris yang berpendidikan SMA memberikan
dengan data berbentuk nominal. stimulasi baik ini menunjukkan pendidikan
dapat menambah wawasan atau
HASIL PENELITIAN pengetahuan seseoarang yang
berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 81 pengetahuan luas dibandingkan tingkat
ibu balita paling banyak ibu balita yang pendidikan lebih rendah (Notoatmodjo,
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 42 ibu 2003). Menurut Y.B Mantra yang dikutip oleh
(51,9%). Berdasarkan hasil penelitian Notoatmodjo (2002), pendidikan dapat
terhadap ibu balita paling banyak ibu balita mempengaruhi seseorang termasuk juga
bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu perilaku seseorang akan pola hidup terutama
sebanyak 36 ibu (44,4%). dalam memotivasi untuk sikap berperan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap serta dalam pembangunan kesehatan.
pemberian stimulasi usia 1-3 tahun dengan Dari hasil penelitian didapatkan sebagian
perkembangan balita ditemukan sebanyak besar yaitu sebanyak 36 ibu balita bekerja
79 balita diberikan stimulasi baik, dari semua sebagai ibu rumah tangga didapatkan 34
balita tersebut mempunyai perkembangan balita diberi stimulasi baik dan 2 balita diberi
normal. Dan sebanyak 2 balita diberi stimulasi tidak baik. Sedangkan sebagian
stimulasi tidak baik, dari semua balita kecil yaitu sebanyak 9 ibu balita bekerja
tersebut mempunyai perkembangan tidak sebagai PNS didapatkan semua balita diberi
normal. baik. Hal ini sesuai dengan pekerjaan adalah
Analisis hubungan antara pendidikan ibu perbuatan yang harus dilakukan terutama
dengan pemberian stimulasi usia 1-3 tahun. untuk menunjang kehidupannya dan
Menunjukkan bahwa paling banyak ibu yang kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah
berpendidikan SMA yang memberikan sumber kesenangan ,tetapi lebih banyak
stimulasi baik yaitu sebanyak 42 ibu. Analisis merupakan cara mencari nafkah yang
hubungan antara pekerjaan ibu dengan membosankan, berulang dan banyak
pemberian stimulasi usia 1-3 tahun tantangan . Bekerja umumnya merupakan
menunjukkan bahwa paling banyak ibu balita kegiatan yang menyita waktu . Bekerja bagi
sebagai ibu rumah tangga yang memberikan ibu–ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
stimulasi baik yaitu sebanyak 34 ibu. kehidupan keluarganya Ibu yang sudah
Dari Hasil Uji Statistik untuk menganalisa bekerja penuh, sehingga perhatian ibu sudah
Hubungan Antara Pemberian Stimulasi Usia berkurang. (IDAI, 2002 : 9- 10)
1-3 Tahun Dengan Perkembangan Balita di Menurut hasil penelitian di bidang
Desa Tawangrejo Kecamatan Takeran neurology seperti yang dilakukan oleh Dr.
Kabupaten Magetan Tahun 2009 diperoleh Benyamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan
nilai probability (p) = 0,000 ≤ 0,05. Hal ini dari Universitas Chicago, Amerika Serikat,
berarti ada Hubungan Antara Pemberian mengemukakan bahwa perubahan sel
Stimulasi Usia 1-3 Tahun Dengan jaringan otak pada usia 0-4 tahun mencapai
Perkembangan Balita Usia 1-3 Tahun di 50%. Artinya bila usia tersebut otak balita

110 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 2, April 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

tidak mendapatkan rangsangan yang Ely Chandra. 2005. Baby Guide. Bali : Max
maksimal maka otak balita tidak akan Media
berkembang secara optimal. Hasil penelitian Hurlock, E.B. 1997. Psikologi Perkembangan
di Baylor College Of Madicine menyatakan Suatu pendekatan Sepanjang Rentang
bahwa lingkungan memberi peran yang Kehidupan. Edisi 5 : Jakarta : Erlangga
sangat besar dalam pembentukan sikap, IDAI. 2002. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
kepribadian dan pengembangan Jakarta : EGC
kemampuan balita secara optimal. Balita Lampita Dyah Kartiningsih. 2010. Gangguan
yang tidak mendapat lingkungan baik untuk Perkembangan Motorik Halus pada Balita
merangsang pertumbuhan otaknya, misal Kurang Gizi di Kecamatan SumberJambe
jarang disentuh, jarang diajak bermain, Kabupaten Jember. (Online) (http : //
jarang diajak berkomunikasi, maka anwarsaseke.wordpress.com). Diakses
perkembangan otaknya akan lebih kecil 20- 11 Desember 2010
30% dari ukuran normal seusianya Nina. 2004. Gambaran Persiapan Psikologis
(Depdiknas, 2003:1). Stimulasi diperlukan Anak Usia Toodler Dalam Menghadapi
sebagai upaya merangsang semua indera ; Prosedur Invariatif. Bandung
pendengaran, perhatian, perabaan, Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
pembauan, pengecapan sehingga akan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
memacu berbagai aspek kecerdasan balita, Jakarta : Salemba Medika
emosi, komunikasi bahasa (Ely Chandra, Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian
2005 : 200). Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang
KESIMPULAN DAN SARAN Anak. Jakarta : EGC
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian
Kesimpulan Administrasi. Bandung : Alfabeta
Trie Hariweni. 2003. Pengetahuan, Sikap
Berdasarkan hasil penelitian dapat dan Perilaku Ibu Bekerja Tentang
disimpulkan bahwa perkembangan balita Stimulasi Pada Anak Balita. (Online).
usia 1-3 tahun di Desa Tawangrejo (http://library.usu.ac.id/pdf). Diakses 05
Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan Mei 2009
berhubungan dengan pemberian stimulasi,
dengan tingkat keeratan hubungan kuat.

Saran

Bagi orang tua sangat diharapkan dapat


meningkatkan cara pemberian stimulasi bagi
perkembangan balita. Orang tua diharapkan
dapat meningkatkan mutu atau kualitas
stimulasi terhadap perkembangan balitanya.
Bagi institusi pelayanan kesehatan,
penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
pertimbangan mengambil kebijakan untuk
lebih meningkatkan pemberian stimulasi
kepada orang tua terhadap perkembangan
balitanya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, (1998). Prosedur Penelitian


Suatu Pendekatan Praktek . Rineka
Cipta: Jakarta
Depkes RI. 2005. Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Ditingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:
Depkes RI
Dinas Pendididikan Pemuda dan Olahraga
Provinsi Papua. 2009. Presentasi Hasil
Penelitian Keterdididkan Anak Papua.
(Online). (http: //wta.co.id). Diakses 12
Desember 2010

111 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Anda mungkin juga menyukai