Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PSBB TERHADAP KEBERLANGSUNGAN

MASYARAKAT DKI JAKARTA SEBAGAI UPAYA MEMUTUS RANTAI


PENYEBARAN COVID-19

Ade Anton Setiadi, Masaaf Mochammad Alfarch, Naufal Bakhas, Novita Maya Sriwilujeng,
Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya

Pendahuluan

Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah pembatasan kegiatan


tertentu penduduk di dalam suatu wilayah yang diduga terkena virus corona atau Covid-19,
Peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah khususnya Kementrian Kesehatan (Kemenkes)
dalam rangka mencegah penyebaran dan menangani wabah yang sangat genting. Kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) antara lain: peliburan sekolah dan tempat kerja tetapi
dilakukan secara daring/online, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di
tempat/fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial budaya, pembatasan moda transportasi,
pembatasan kegiatan lainnya terkait aspek pertahanan dan keamanan, pengendalian mobilitas,
rencana isolasi terkendali, pemenuhan kebutuhan pokok, dan penegakan sanksi.

PSBB pertama diberlakukan pada tanggal 10 April sampai dengan 4 Juni 2020.
Kebijakan ini dibuat untuk mengurangi angka penyebaran COVID-19-19 yang terjadi di DKI
Jakarta. Dan pada tanggal 9 September kemarin, pemerintah mulai menerapkan kembali
kebijakan PSBB karena mengingat kondisi yang semakin memprihatinkan. Kebijakan tersebut
menyebabkan masyarakat harus belajar di rumah, bekerja dari rumah, dan juga beribadah dari
rumah. Salah satu tujuan dibentuknya PSBB DKI Jakarta adalah untuk membatasi pergerakan
masyarakat keluar rumah demi menjaga keamanan bersama. Pada awalnya PSBB DKI Jakarta
diberlakukan selama dua minggu dengan melihat hasil dari kebijakannya. Namum realitanya
kebijakan ini berlanjut terus mengingat kasus yang semakin meningkat.

DKI Jakarta adalah daerah pertama yang pengajuan PSBB nya di setujui oleh Menteri
Terawan. Jakarta telah mengeluarkan Peraturan Gubernur untuk mengatur pelaksanaan dari
kebijakan PSBB. Dimulai dari kegiatan ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, bahkan keagamaan
sekalipun. Mengingat kasus Covid-19 yang masih tinggi di ibu kota maka Polda Metro Jaya
menyiapkan 33 pos pengawasan dalam pelaksanaan PSBB. Pos pengawasan terbagi menjadi 4
tempat yaitu:

1. Dalam Kota
Wilayah ini bertempat di Bundaran Senayan, Bundaran HI, Semanggi dan Traffic Light
Harmoni.
2. Satuan Wilayah DKI
Bertempat di Jakarta Pusat (Patung Tani), Jakarta Barat (Pos Joglo Raya, Pos LTS,
Kembangan Raya, Kalideres), Jakarta Utara (Ringroad Tegal Alur), Jakarta Selatan
(Simpang UI, Perempatan Pasar Jumat, Cilidug Raya-Universitas Budiluhur), Jakarta
Timur (Kalimalang, Kolong Cakung, SPBU Pasar Rebo dan Jl. Raya Bogor)
3. Terminal dan Stasiun
Terminal Senen, Terminal Tanjung Priok, Terminal Kalideres, Terminal Kampong
Melayu, Terminal Pulogebeng, Terminal Kampong Rambutan. Stasiun Senen, Stasiun
Gambir, Stasiun Tanah Abang, Stasiun Kota, Stasiun Cawnag Atas, Stasiun Jatinegara.

Pembahasan

Dalam menghambat penyebaran penyebaran virus COVID-19, semua daerah di Indonesia


mempunyai cara yang berbeda-beda. Jakarta sendiri menerapkan Kebijakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar atau biasa dikenal dengan PSBB, karena yang kita tahu Jakarta sendiri sebagai
wilayah yang zona merah atau wilayah yang berbahaya akan penyebarannya. Kebijakan rem
darurat ini diberlakukan atas pertimbangan tiga aspek, yakni angka kematian COVID-19 yang
semakin meningkat, ketersediaan tempat isolasi yang semakin sedikit, dan minimnya ruang
untuk merawat pasien COVID-19.
Jumlah angka kematian COVID-19 semakin kesini semakin melunjak, hal yang sama juga
terjadi terhadap angka pemulasaran jenazah sesuai dengan protocol COVID-19. Walaupun
melihat dari presentase rendah, akan tetapi secara nominal terus meningkat setiap harinya. Dalam
menjalankan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) setiap daerah atau wilayah
harus memenuhi 2 (dua) kriteria yang sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 9 Tahun 2020 Pasal 2 yang berisi: Pertama, Jumlah kasus dan/atau jumlah kematian
akibat penyakit meningkat dan menyebar secara signifikan dan cepat ke beberapa wilayah
didaerah tersebut. Kedua, terdapat kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau
Negara lain.
Penetapan kebijakan ini berdasarkan alternatif-alternatif yang ada apabila telah diputuskan
kemudian diambil sebagai cara untuk memecahkan masalah kebijakan. Alternatif yang diambil
merupakan hasil dari negosiasi dan kompromi yang telah dilakukan oleh aktor-aktor yang
berkepentingan yang terlibat pembentukan kebijakan. Kebijakan ini diharapkan mampu
mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat mengenai upaya pencegahan penyebaran virus
corona.

Pemberlakuan kembali PSBB total di Jakarta didasari karena dalam pelaksanaan PSBB
transisi selama ini angka kasus Covid-19 tak kunjung turun. Kasus positif bahkan terus naik
drastis mencapai 1.000 lebih kasus baru setiap hari. Sejumlah kebijakan PSBB total juga sudah
disiapkan. Dalam implementasi kebijakan, pembuat keputusan kunci harus melihat kebijakan
yang diusulkan sebagai legitimasi. Legitimasi kebijakan bisa didapatkan melalui beberapa
individu, kelompok atau organisasi yang menginginkan adanya reformasi kebijakan. Langkah ini
dapat, melibatkan beberapa individu atau kelompok dengan kredibilitas, sumber daya politik, dan
kesadaran mengambil risiko modal untuk mendukung kebijakan. Kebijakan yang akan
dilangsungkan dalam 14 hari kedepan adalah:

1. Larangan Isolasi Mandiri

Menurut Anies bila ada pasien positif yang menolak isolasi akan dijemput oleh petugas
penanganan penyebaran virus Corona didampingi oleh penegak hukum. Hal ini dilakukan karena
Isolasi dirumah berpotensi pada penularan klaster rumah.

2. Kapasitas Kantor 25 Persen

Hal ini sesuai dengan kebijakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (PAN-RAB) untuk daerah yang memilki risiko penularan Covid-19 yang
tinggi. Namun menurut Anies syarat 25 persen itu tidak berlaku jika daerah perkantoran tersebut
ada terinfeksi positif Corona. Bila ditemukan kasus positif, maka seluruh usaha dan kegiatan di
lokasi tersebut harus ditutup paling sebentar tiga hari sebagaimana diatur dalam Pergub Nomor
88 Tahun 2020. sementara itu, untuk 11 sektor usaha/bisnis yang berkategori esensial bagi
kebutuhan masyarakat sehari-hari diperbolehkan beroperasi ketika PSBB total namun kapasitas
pekerjanya 50 persen.

3. Mal Tetap Beroperasi

Mal diperbolehkan buka dengan kapasitas 50 persen dan mengikuti protokol kesehatan
sementara itu, pengunjung hanya diperbolehkan untuk makan dibawa pulang (take away)
atau pemesanan pengantaran (delivery). namun, bila terdapat kasus positif dalam pusat
perbelanjaan Anies mengancam akan menutup seluruh operasional tempat-tempat tersebut.

4. Pembatasan Angkutan Umum

Selama penerapan PSBB angkutan transportasi umum hanya diperbolehkan mengangkut


penumpang sebanyak 50 persen dari kapasitas yang ada. Selain batasan jumlah penumpang,
frekuensi layanan dan armada transpotasi umum yang ada di Jakarta juga akan dibatasi seperti,
Transjakarta, KRL, MRT, dan LRT. Untuk angkutan motor berbasis aplikasi masih diizinkan
untuk mengangkut penumpang dengan menjalankan protokol kesehatan yang ketat.

Selain adanya kebijakan tersebut untuk ditaati dan dilaksanakan, adapula konsekuensi bagi
yang melanggar protokol kesehatan akan disanksi. Peraturan sanksi terhadap pelanggaran
protokol kesehatan ini ditambah dengan mekanisme sanksi progresif terhadap pelanggaran
berulang, berdasar Pergub 79/2020. penegakan disiplin dilakukan bersama oleh Polri, TNI,
Satpol PP, beserta ODP terkait. Pemerintah juga dalam hal kesejahteraan masyarakatnya
memberi bantuan sosial yang tetap berjalan, pemberian ini terus diberikan sesuai jadwal yang
telah disusun hingga akhir tahun. Penerima bantuan sosial adalah warga rentan dan kurang
mampu sesuai data Kemensos dan Dinsos yang selama ini telah menerima bantuan sosial.
Penerima ditentukan berdasarkan Keputusan Gubernur. Bantuan Sosial berbentuk kebutuhan
pokok akan terus diberikan secara periodik kepada 2.460.203 keluarga rentan di DKI Jakarta
hingga bulan Desember 2020. pembiayaan bantuan sosial dilakukan melalui APBN, APBD,
dan/atau sumber lainnya. Bantuan sosial didistribusikan melalui PD Pasar Jaya.

Penetapan kebijakan ini berdasarkan alternatif-alternatif yang ada apabila telah diputuskan
kemudian diambil sebagai cara untuk memecahkan masalah kebijakan. Alternatif yang diambil
merupakan hasil dari negosiasi dan kompromi yang telah dilakukan oleh aktor-aktor yang
berkepentingan yang terlibat pembentukan kebijakan. Pada tahap akhir dalam perumusan
kebijakan yang akan dipilih sehingga memiliki kekuatan hukum yang mengikat seperti undang-
undang, keputusan presiden, yurisprudensi, perda, dan lain-lain.

Oleh karena itu, implementasi kebijakan PSBB mengacu pada teori yang dikemukakan oleh
Sabatier dan Mazmanian. Menurut Sabatier dan Mazmanian Implementasi adalah memahami apa
yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan
fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang
timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara yang mencakup baik
usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata
pada masyarakat atau kejadian-kejadian. Kebijakan PSBB DKI Jakarta merupakan kebijakan
yang terpusat pada hubungan antara keputusan-keputusan dengan pencapaiannya, formulasi
dengan implementasinya, dan potensi hierarki dengan batas-batasnya, serta kesungguhan
implementor untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan tersebut.

Top-down yang dikemukakan oleh Sabatier dan Mazamanian akan memberikan skor yang
tinggi pada kesederhanaan dan keterpaduan, karena modelnya memaksimalkan perilaku
berdasarkan pemikiran tentang sebab akibat, dengan tanggung jawab yang bersifat single atau
penuh. Penekanannya terpusat pada koordinasi, kompliansi dan kontrol yang efektif yang
mengabaikan manusia sebagai target group dan juga peran dari sistem lain. Top Down Kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar di Jakarta karena yang dimaksud adalah kebijakan yang diatur
oleh pemerintah yang tinggi di jakarta, jadi peraturan PSBB di berlakukan oleh pemeritah
tertinggi di Jakarta yang melakukan pemetaan ke pemerintah daerah masing-masing dijakarta
untuk melihat keberhasilan atau kegagalan PSBB di Jakarta.Top Down PSBB di Jakarta
keberhasilan implementasi kebijakan didasarkan pada kejelasan perintah dan cara mengawasi
atasan kepada bawahan. Dalam proses implementasiannya, peranan pemerintah sangat penting
atau sangat besar, pada pendekatan Top Down ini para petinggi pemerintah dijakarta atau
pembuat keputusan kebijakan sebagai aktor kunci dalam keberjasilan implementasi. Pemerintah
daerah masing-masing dijakarta mengikuti arahan langsung dari Gubernur, seperti: jika
Gubernur membuat kebijakan PSBB selama 2 bulan, maka pemerintah daerah di Jakarta
menerapkan PSBB selama 2 bulan sesuai apa yang diarahkan oleh Gubernur Jakarta.
Kesimpulan

PSBB merupakan kebijakan yang bertujuan untuk memutus mata rantai Covid-19 dengan
membatasi kegiatan masyarakat. Dilihat dari implementasi PSBB di Jakarta, kebijakan tersebut
termasuk dalam pendekatan Top Down karena PSBB dibuat dan diatur oleh pemerintah yang
tinggi dan diterapkan di pemerintah daerah yang terkait. Peranan pemerintah dalam implementasi
PSBB dinilai sangat penting karena sebagai bentuk keberhasilan pelaksanaan kebijakan tersebut.
Selain itu kepatuhan dan ketaatan masyarakat dalam melaksanakan kebijakan PSBB juga
menjadi patokan dalam keberhasilan dibentuknya kebijakan PSBB.
DAFTAR PUSTAKA

R Bachtiar. Jurnal Adminitrasi Publik 1 (4), 184-193,2013 “Implementasi Kebijakan


Pengendalian Pertumbuhan dan peningkatan Kualitas Penduduk Di Tulungagung Dari Teori
Brinkerhoff Dan Crosby”. Diakses dari http://scholar.google.co.uk/citations?
user=JT_il4kAAAAJ&hl=en

Utaminingsih, Alifiulahtin dkk. Analisis Formulasi Kebijakan City Branding “Beautiful


Malang”. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2018. Diakses dari
https://onesearch.id/Author/Home?author=Utamingsih%2c+Alifiulahtin

https://covid19.go.id/p/regulasi/kebijakan-psbb-di-wilayah-dki-jakarta-mulai-14-september-2020

Ristyawati, Aprista. 2020. “Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Masa Pandemi Corona Virus 2019 Oleh Pemerintah Sesuai Amanat UUD NRI Tahun 1945.”
Administrative Law and Governance Journal 3(2): 240–249.

Suherman, Diki. 2020. “Peran Aktor Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Mengatasi Penyebaran COVID-19 Di Indonesia.” Ministrate: Jurnal Birokrasi dan
Pemerintahan Daerah 2(2): 51–62.

Anda mungkin juga menyukai