Anda di halaman 1dari 6

KERJA SAMA TENAGA KESEHATAN DALAM

MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN

Khofifah Juniar Sari/181101071

Khofifahjuniarsari2016@gmail.com

Abstrak

Pasien yang merasakan pelayanan kesehatan berhak memperoleh keamanan dan keselamatan
dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit. Berbagai profesi medis diantaranya dokter,
perawat, apoteker, ahli gizi, dan psikolog. Apabila tidak ada dilakukan kerja sama tim yang
baik, seperti pelayanan yang tumpang tindih, konflik interprofesional, serta keterlambatan
pemeriksaan dan tindakan ini akan menghambat tercapainya tujuan. Yang paling utama dari
praktik kolaborasi adalah hubungan saling percaya , menghargai, dan mampu bekerja sama.
Kolaborasi harus ada equality, apapun latar belakangnya. Tidak ada yang merasa paling tinggi
atau paling rendah.

Kata kunci : kerja sama, tenaga kesehatan , keselamatan pasien

Abstract

Patients as users of health services are entitled to security and safety during their treatment in
the hospital. The various medical professions include doctors, nurses, pharmacists,
nutritionists, and psychologists. If good teamwork is not carried out, in dealing with the
complexity of the patient's problems there will be the potential for fragmanted care,
overlapping services, interprofessional conflicts, as well as delays in examinations and actions.
The most important thing about collaborative practice is the relationship of mutual trust,
respect and being able to work together. Collaboration must have equality, whatever the
background. No one feels the highest or the lowest.

Keywords: cooperation, health workers, patient safety


LATAR BELAKANG

Badan layanan kesehatan pemerintah Sulawesi Selatan 0,7%. sebanyak 515


seperti rumah sakit (RS) merupakan insiden, KTC (kejadian tidak cedera)
suatu intansi yang menjadi salah satu sebanyak 11 insiden, KTD (Kejadian
fasilitas kesehatan yang diperlukan tidak diharapkan) sebanyak 227 insiden.
oleh masyarakat Pasien yang merasakan Beberapa tipe insiden keselamatan
pelayanan kesehatan berhak pasien yang dilaporkan antara lain
memperoleh keamanan dan keselamatan medikasi dan cairan infus (237 kasus),
dirinya selama dalam perawatan di prosedur klinis (151 kasus), transfusi
rumah sakit (Undang- Undang tentang darah (120 kasus), pasien jatuh (22
Kesehatan dan Rumah Sakit (Pasal 32n kasus), infeksi nosokomial (3 kasus)
UU No.44/2009). Dalam peningkatan (Laporan bulanan tim KPRS RSUP
kualitas pelayanan salah satunya yang Sanglah, 2013). Laporan Insiden
dapat dilakukan dengan meningkatkan Keselamtan Pasien berdasarkan
keselamatan pasien. Laporan Institute tingkatan kejadian per triwulan dari
of Medicine, USA, rata-rata pasien yang bulan September November 2017,
meninggal akibat kesalahan medis di untuk Kepatuhan petugas dalam
USA 44.000-98.000/tahun. WHO melakukan Identifikasi Pasien dengan
(2004) menemukan kasus KTD dengan Benar sudah berjalan hingga 88%,
rentang 3,216,6% pada rumah sakit di Kepatuhan dalam melakukan
berbagai negara, Amerika, Inggris, Komunkasi Efective berupa metode
Australia, dan Denmark (Depkes RI, Read Back mencapai 72 %, Kepatuhan
2006). Data keselamatan pasien dalam menyikapi penggunaan obat
berdasarkan propinsi pada tahun 2007 obatan High Alert mencapai 80%,
di Indonesia ditemukan tertinggi di Kepatuhan petugas dalam melakukan
Propinsi DKI Jakarta yaitu 37,9%, prosedur operasi mencapai 100%,
disusul Propinsi Jawa Tengah 15,9%, Kepatuhann petugas dalam melakukan
D.I. Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur pencegahan infeksi (mencuci tangan)
11,7%, Aceh 10,7%, Sumatera Selatan mencapai 90%, dan Kepatuhan dalam
6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, penerapan pencegahan pasien jatuh
mencapai 80 %. Keselamtan pasien penelitian, penanganan pasien secara
menjadi sebuah prioritas utama dalam interdisiplin baik pada rawat inap dan
pelayanan kesehatan dan merupakan pelayanan kesehatan primer, dapat
langkah yang baik untuk meningkatkan meningkatkan kepuasan serta
kualitas serta mutu pelayanan rumah mengurangi hospitalisasi dan angka
sakit (Depkes, 2008) kematian. Akibatnya , proses
pengambilan keputusan klinis bukanlah
Berbagai profesi medis diantaranya
monopoli dari satu profesi medis.
dokter, perawat, apoteker, ahli gizi, dan
“Pengambilan keputusan harus
psikolog. Apabila tidak ada dilakukan
terintegrasi, melibatkan berbagai
kerja sama tim yang baik, seperti
keahlian dan memberikan suatu
pelayanan yang tumpang tindih, konflik
keutuhan dalam penanganan, esensi dari
interprofesional, serta keterlambatan
pelayanan interdisiplin adalah
pemeriksaan dan tindakan ini akan
mengutamakan shared expertise  dan
menghambat tercapainya tujuan. Yang
mengurangi personal autonomy.
paling utama dari praktik kolaborasi
“Personal autonomy tidak hilang, tapi
adalah hubungan saling percaya ,
porsinya dikurangi sehingga terjadi
menghargai, dan mampu bekerja sama.
proses berbagi peran.Hal terpenting dari
Kolaborasi harus ada equality, apapun
praktik kolaborasi adalah hubungan
latar belakangnya. Tidak ada yang
saling percaya , menghargai, dan
merasa paling tinggi atau paling rendah.
mampu bekerja sama. “Kolaborasi
Menurut data data dari WHO, 70-80% harus ada equality, apapun latar
kesalahan dalam pelayanan kesehatan belakangnya. Tidak ada yang merasa
diakibatkann oleh buruknya komunikasi paling tinggi atau paling rendah. Semua
dan pemahaman di dalam tim. Kerja pada level yang sama. Terciptanya
sama tim yang bagus dapat praktik kolaborasi kesehatan ini bukan
meningkatkan keselamatan pasien. secara tiba-tiba, tetapi harus tumbuh
langkah yang selaras antara berbagai melalui proses pembelajaran yang
klinisi dan keilmuan untuk membangun disiapkan dengan baik. Dengan
tim pelayanan membutuhkan dua hal, demikian, perlu dipersiapkan tenaga
yaitu tatanan dan kultur, kemudian juga pendidik dan kurikulum yang mengarah
pendekatan interdisiplin atau kesana.
interprofesional. Menurut hasil
TUJUAN PEMBAHASAN

Tulisan ini bertujuan untuk Kolaborasi merupakan kegiatan yang


menggambarkan dan menjelaskan bertujuan untuk memperkuat hubungan
bagaimana pentingnya kolaborasi antar antar pekerja yang memiliki profesi
tenaga kesehatan seperti dokter, berbeda yang saling bekerja sama dalam
perawat, apoteker, dan ahli gizi dalam kemitraan yang memiliki tujuan yang
meningkatkan kesehatan dan hendak dicapai bersama; adil dan efektif
kesejahteraan pasien. sewaktu mengambil keputusan;
METODE terciptanya komunikasi yang jelas dan
teratur. Tujuan dari kerjasama ataupun
Metode penelitian yang dilakukan
kolaborasi ini adalah untuk memberikan
dengan metode pengumpulan data dan
perawatan kepada pasien, berbagi
informasi. Data dan informasi yang
informasi untuk mengambil keputusan
mendukung penulisan dikumpulkan
bersama, dan mengetahui waktu yang
dengan melakukan penelusuran pustaka,
optimal untuk melakukan kerjasama
pencarian sumber-sumber yang relevan
dalam perawatan pasien.
dan pencarian data melalui internet.
Data dan informasi yang digunakan
.
yaitu data dari skripsi, media elektronik,
Prinsip-prinsip Kolaborasi Tim
dan beberapa pustaka yang relevan. Di
Kesehatan
lakukan juga metode pengamatan atau
1.      Patient-centered  Care
observasi tentang topik yang terkait.
Prinsip ini lebih mengutamakan
HASIL kepentingan dan kebutuhan pasien.
Pasien dan keluarga merupakan
Kerja sama dan kolaborasi tim sangat
pemutus atau yang mengambil
diperlukan karena masing masing
keputusan dalam masalah kesehatan
tenaga kesehatan memiliki aspek
yang dialami pasien.
keilmuan yang cukup berbeda tetapi
2.      Recognition of patient-physician
dengan kerja sama dan komunikasi
relationship
yang baik dapat membangun dan
berperilaku sesuai dengan etika yang
mencapai tujuan dan program k3rs
baik dan menghargai satu sama lain.
dapat berjalan dengan baik pula.
3.      Physician as the clinical leader
Pemimpin yang baik dalam Carstens, D. S. (2008). Patient safety
pengambilan keputusan terutama dalam ntechnology gap: Minimizing errors
kasus yang bersifat darurat.
Eti wati dkk. (2017). Keselamatan
4.      Mutual respect and trust
pasien dan K3 dalam
Saling percaya dengan memahami
keperawatan.Jakarta : Lvrinz.
pembagian tugas dan kompetensinya
masing-masing. Ismaniar.( 2015). Keselamatan pasien
Manfaat dari kolaborasi tim di rumah sakit.Jakarta : EGC.
kesehatan, yaitu
Kamil .H. (2010). Patien safety. Idea
1.      berbagai bidang dari pelayanan
Nursing Journal.Vol 1. No 1.
kesehatan yang berbeda dapat
terintegrasikan sehingga terbentuk tim
yang fungsional Firawati. (2012). Pelaksanaan Program
2.      Kualitas pelayanan kesehatan dan Keselamtan pasien Di RSUD Solok.
jumlah penawaran pelayanan meningkat Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 6
sehingga masyarakat mudah (2). Hal 74-77.
menjangkau pelayanan kesehatan Ismaniar.( 2015). Keselamatan pasien
3. Tim medis dapat saling berbagi di rumah sakit.Jakarta : EGC.
pengetahuan dari profesi kesehatan Manojlovich, M. et al. (2007). Healthy
lainnya dan menciptakan kerjasama tim work environment nurse-
yang solit phycisian communication &
patient outcomes. American
journal of critical care. Vol. 16.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2011.

REFERENSI 1691/ MENKES/PER/VIII.


Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Cahyono, S. 2008. Membangun Budaya
Prityanto & Widyastuti. (.2016).
Keselamatan Pasien Dalam
Kebutuhan dasar keselamatan
Praktek Kedokteran.
pasien.Yogyakarta : Graha ilmu
Yogyakarta: Kanisius
Simamora, R. H. (2019). Buku Ajar :
Pelaksanaan Identifikasi
Pasien. Ponorogo Jawa
Timur. Uwais Inspirasi
Indonesia

Simamora, R. H. (2019).
Documentation of patient
Identification Into The
Electronic System to
Improve the Quality of
Nursing Services.
INTERNATIONAL
JOURNAL OF SCIENTIC
& TECNOLOGY
RESEARCH Vol 08. No.
09, 1884- 1886.

Simamora, R. H, (2019). Pengaruh


Penyuluhan Identifikasi
Pasien dengan Menggunakan
Media Audiovisual Terhadap
Pengetahuan Pasien Rawat
Inap. Jurnal Keperawatan
Silampan Vol 3. No. 1, 342-
351

Anda mungkin juga menyukai