Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

Benigna hipertrofi prostat (BPH)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II


Dosen Pengampu : Ns. Ani Widiastuti

Disusun oleh :
Kelas G
Tutor Keperawatan Medikal Bedah II

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
TAHUN 2019
Tari gustika 1710711094
Anna Fauziah 1710711141

Definisi,Klasifikasi dan Prevelensi BPH


1. Defenisi BPH
Prostat adalah organ genital yang paling umum diipengaruhi oleh neoplasma
jinak dan ganas.
Pembesaran prostat jinak didefinisikan sebagai pertumbuhan prostat yang
cukup untuk mengobstruksi (menghambat) jalan keluar uretra yang menyebaban
gejala saluran kemih bawah (LUTS) yang mengganggu infeksi disaluran
kemih,hematuria atau gangguan fungsi saluran kemih atas.
2. Klasifikasi BPH
 Derajat Rectal
Dipergunakan sebagai ukuran dari pembesaran kelenjar prostat kearah
rectum.Rectal Toucher dikatakan normal apabila bagian atas teraba konsisten
elastis,dapat digerakkan,tidak ada nyeri bila ditekan dan permukaannya rata.Tetapi
Rectal Toucher pada hipertropi pristat didapatkan batas atas teraba menonjol dengan
kriteria
a. Derajat 0 : ukuran pembesaran prostat 0-1 cm
b. Derajat 1 : ukuran pembesaran prostat 1-2 cm.
c. Derajat 2 : ukuran pembesaran prostat 2-3cm
d. Derajat 3 : ukuran pembesaran prostat 3-4 cm
e. Derajat 4 : ukuran pembesaran prostat lebih dari 4 cm

Sedangkan Menurut sjamsuhidayat (2005) BPH dibedakan menjadi 5 stadium


a. Stadium I
Ada obstruksi tapi kandung kemih masih mampu mengeluatkan urine sampai
habis.
b. Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
walaupun tidak sampai habis,masih tersisa 60-150cc
c. Stadiun III
setiap BAK urine tersisa 150cc
d. Stadium IV
retensi urine total,buli-buli penuh,pasien tampak kesakitan,urine menetes
secara periodik.

3. Prevelensi BPH
Secara spesifik,sekitar 43% laki-laki berusia 40-an akan tampak jelas
mengalami BPH . 50% laki-laki pada usia 50-an,75%-88% laki-laki pada usia 80-
an,Dan hampir 100 % laki-laki yang berusia 90 tahun keatas.
Prevelensi BPH pada tingkat yang cukup akan menyebabkan LUTS yang
mengganggu mulai dari derajat sedang hingga berat namun bervarisi dari sekitar 17%
laki-laki pasa usia 50—an,27% laki-laki usia 60-an dan 30% laki-laki pada usia 70-an.
Orang eropa dan afrika amerika memiliki angka prevelensi BPH yang
serupa,namun asia amerika censerung memiliki angka BPH yang lebih rendah.
Insiden BPH paling rendah diantara imigran dan meningkat pada generasi
berikutnya yang menunnjukkan adanya perbedaan llingkungan dan ras.

Etiologi BPH
Mutiara Tobing
Fiqih Nur Aida

Kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat
kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan.
Faktor kemungkinan penyebab antara lain:
1. Dihydrotestosteron

Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari
kelenjar prostat mengalami hiperplasia
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen-testosteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testostero
yang mengakibatkan hiperplasia stroma
3. Interaksi stroma-epitel
Peningkatan epidermal gorwt faktor atau fibroblast growth faktor dan penururnan
transforming growth faktor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel
4. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari
kelenjar prostat
5. Teori sel stem
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit

Tanda dan gejala BPH


LUTS ( gangguan saluran kencing bawah ) yang menggangu mendorong laki laki
dengan BPH dan obtruksi uretra untuk mencari bantuan. Manifestasi ini umumnya
timbul secara perlahan dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun
tahun sebelum klien mendefinisikannya sebagai cukup mengganggu untuk mencari
bantuan.
LUTS yang mengganggu yang berkaitan dengan penyimpanan kandung kemih
meliputi, nokturia (bangun dari tidur karena ingin buang air kecil). Laki-laki berusia
kurang dari 65 tahun normalnya tidak mengalami nokturia ( atau satu episode nokturia
dan hingga dua episode nokturia normal pada laki laki diatas usia 65 tahun. Secara
kontras, laki laki dengan BPH sering kali mengalami tiga episode nokturia atau lebih
setiap malem yang dapat menyebabkan kekurangan tidur kronis.
BPH biasanya dimulai dengan aliran urin lambat. Karena tidak ada rasa sakit atau
gangguan yang jelas, kebanyakan pria cenderung mengabaikannya. Bila kondisinya
menjadi lebih serius, ada kesulitan dalam memulai buang air kecil. Hal ini karena
pembesaran prostat menekan ke bawah pada uretra dan menyebabkan uretra
menyempit, kandung kemih kemudian dipaksa menekan lebih keras untuk mengusir
keluarnya urin. Dinding kandung kemih menjadi lebih tebal dan tebal sementara
kandung kemih menahan sedikit air kencing. Hal ini dapat menyebabkan gejala
berikut:
 sering buang air kecil Memiliki keinginan untuk buang air kecil berkali-kali di siang
hari dan bangun lebih sering pada malam hari untuk buang air kecil.
 Kesulitan mulai buang air kecil atau tertunda mulai saat mencoba buang air kecil •
Ragu-ragu, sebentar-sebentar, aliran urin lemah atau lambat. Menghentikan dan mulai
atau bahkan menggiring bola saat buang air kecil.
 Dribbling di akhir buang air kecil
 Merasa bahwa kandung kemih tidak sepenuhnya dikosongkan setelah buang air kecil.
Sulit untuk buang air kecil
 Memiliki dorongan kuat atau tiba-tiba untuk buang air kecil cukup sering, terutama di
malam hari
 Mendorong inkontinensia, yaitu ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air
kecil
 Inkontinensia urin
 Retensi urin akut: Ketidakmampuan yang tiba-tiba dan menyakitkan untuk buang air
kecil yang menyebabkan retensi urin akut di kandung kemih
 Ketidaknyamanan perut bagian bawah
 Darah dalam urin (hematuria)
Parida Pebruanti (1710711042)
Fijri reski nendareswari (1710711093)

Pemeriksaan Penunjang
Menurut doenges (1999), pemeriksaan penunjang yang mesti dilakukan pada pasien dengan
BPH adalah:
1. Laboratorium
a. Sedimen urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran kemih.
b. Kultur urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi sekaligus menentukan
sensitifikasi kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
c. Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen)
PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan
cancer specific. Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada
keradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi
urine akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua. Serum PSA dapat
dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH; dalam hal ini jika kadar
PSA tinggi berarti:
1) pertumbuhan volume prostat lebih cepat,
2) keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek, dan
3) lebih mudah terjadi retensi urine akut

Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan kadar PSA.


Semakin tinggi kadar PSA, maka semakin cepat laju pertumbuhan prostat.

2. Pencitraan
1) Foto polos abdomen
Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan
kadang menunjukan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin yangf merupakan
tanda dari retensi urin.

2) IVP (Intra Vena Pielografi)


Mencari kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau
hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli-buli.

3) Ultrasonografi (trans abdominal dan trans rektal)


Untuk mengetahui pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa urin
dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor.

4) Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra parsprostatika
dan melihat penonjolan prostat ke dalam rectum.
Zahrotul Mutingah (1710711088)
Chaerani (1710711096)

Penatalaksanaan Medis BPH


Penanganan medis pada hiperplasia prostat jinak (BPH) meliputi penggunaan obat yang
memperlambat pertumbuhan prostat atau merelaksasi otot prostat.
1. Penghambat alpha adrenergic
 Penghambat alpha adrenergic merelaksasi otot polos prostat, leher kandung kemih,
dan uretra proksimal. Obat ini sering kali juga digunakan dalam penanganan
hipertensi.
 Contoh obat dalam kategori ini meliputi terazosin (hytrin), doxazosin (cardura),
tamsulosin (flomax), dan alfuzosin (uroxatral). Uji terapi 4-minggu dibutuhkan untuk
mengevaluasi efikasi maksimum obat-obat ini.
 Terazosin dan doxazosin
membutuhkan titrasi dan secara
khusus dikonsumsi sebelum tidur
karena kadar serum puncak terjadi
kira-kira 2 jam setelah pemberian,
yang akan meningkatkan resiko
hipotensi ortostatik atau pusing.
 Tamsulosin dan alfuzosin cenderung tidak
menyebabkan efek samping ini,
dan tidak membutuhkan titrasi
rutin. Efek samping lain yang
berhubungan dengan terkait kelas
obat ini meliputi takikardia,
kongesti nasal, dan ejakulasi retrograd. Alfuzosin membawa lebih sedikit resiko
terhadap ejakulasi retrograd dibandingkan obat-obat lain pada kelas ini.

2. Penghambat 5α-Reduktase
 Penghambat 5α-Reduktase memperlambat pertumbuhan
prostat dengan menghambat konversi testosteron menjadi
dihidrotestosteron (DHT) pada kelenjar prostat. Inhibitor
ini juga menurunkan kadar PSA serum dan dapat
menyamarkan kejadian kanker prostat.
 Contoh obat dalam kategori inu adalah finasteride
(proscar) dan dutasteride (avodart). Obat-obatan ini harus
dimakan selama 6-12 bulan untuk menilai kemampuan
maksimum untuk menghilangkan LUTS yang
mengganggu.
 Karena 5α-Reduktase juga dapat bekerja pada jaringan hepar
dan finasteride utamanya dimetabolisme oleh hati, uji fungsi
hati penting dilakukan sebelum terapi dimulai.
 Efek sampingnya ringan dan meliputi perunuran volume
ejakulasi, penurunan libido, dan disfungsi ereksi pada 1%-5%
laki-laki yang mengonsumsi salah satu obat ini. Kedua agens
dapat menyebabkan perkembangan abnormal fetus laki-laki.
Oleh karena itu, wanita hamil tidak boleh menyentuh obat
tanpa sarung tangan atau berkontak dengan semen dari laki-
laki yang mengonsumsi obat ini.

Komplikasi Benign Prostatic Hyperplasia


Indah Burdah 1710711072
Sanaya Azizah Puteri 1710711079
Tiara Fadjriyati 1710711081

Beberapa pria dengan BPH mungkin tidak memperhatikan gejala apapun. Mereka
mungkin tidak tahu bahwa mereka memiliki masalah prostat sampai mereka tiba-tiba
mengalami ketidakmampuan menyakitkan untuk buang air kecil. Kondisi ini dikenal sebagai
retensi urin akut. Ini menuntut penanganan segera. Jika tidak, komplikasi lain mungkin
terjadi.
● Komplikasi dapat berupa: perdarahan, infeksi, obstruksi persisten, pergeseran kateter
yang tidak disengaja, stenosis uretra, epididimitis, inkontinensia urine, disfungsi
ereksi, ejakulasi retrograde.
● Klien dengan kandung kemih yang terlalu aktif, frekuensi berkemih, dan urgensi
sensorik pada awalnya dapat menemukan adanya peningkatan frekuensi kebocoran
urine atau inkontinensia urine.
● Disfungsi ereksi terjadi hanya jika saraf mengalami kerusakan selama pembedahan
reseksi prostat
● Ejakulasi retrograd terjadi karena verumontanum rusak selama kebanyakan bedah
prostat sehingga semen masuk ke dalam kandung kemih dan dikeluarkan saat
berkemih
● Retensi urin akut
Ini adalah ketidakmampuan mendadak untuk buang air kecil. Kandung kemih menjadi
bengkak dan nyeri. Ini adalah keadaan darurat yang memerlukan perhatian medis
segera.
 Infeksi saluran kemih

Urin sisa yang disebabkan oleh BPH dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
rekuren.

 Batu kandung kemih

BPH dapat meningkatkan risiko pembentukan batu kandung kemih. Pasir/batu dalam
urin BPH dapat menyebabkan perdarahan.

 Gangguan fungsi kandung kemih

BPH dapat menyebabkan obstruksi saluran kandung kemih. Bila kandung kemih
harus bekerja lebih keras untuk mendorong urin keluar dalam jangka waktu yang
lama, dinding otot kandung kemih membentang dan melemahkan dan tidak lagi
berkontraksi dengan benar.

 Gangguan fungsi ginjal

BPH berat dapat menyebabkan air seni kembali ke dalam dan merusak ginjal.
Hidronefrosis, uremia dan bahkan gagal ginjal bisa terjadi.

 Prostatitis, radang kelenjar prostat.

Dipercaya bahwa BPH tidak menyebabkan kanker, namun kedua kondisinya bisa ada
bersamaan.
Askep benigna prostat
A. Pengkajian
c. intervensi

Anda mungkin juga menyukai