Anda di halaman 1dari 2

Yasmine Noor Ramadhani

04211940000048
Kelas Pancasila 6
Departemen FTK Teknik Sistem Perkapalan

Resume Bab V Buku Pendidikan Pancasila DIKTI

Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang menggugah


kesadaran para pendiri negara, termasuk Soekarno. Sistem filsafat itu sendiri merupakan suatu
proses yang berlangsung secara kontinu sehingga perenungan awal yang dicetuskan para
pendiri negara merupakan bahan baku yang dapat dan akan terus merangsang pemikiran para
pemikir berikutnya. Mengapa mahasiswa perlu memahami Pancasila secara filosofis?
Alasannya karena mata kuliah Pancasila pada tingkat perguruan tinggi menuntut mahasiswa
untuk berpikir secara terbuka, kritis, sistematis, komprehensif, dan mendasar sebagaimana ciri-
ciri pemikiran filsafat. Ketika suatu sistem bersifat mendasar dan fundamental, maka sistem
tersebut dapat dinamakan sebagai sistem filsafat. Filsafat dapat menjadi sarana untuk berpikir
lebih jauh dan mendalam daripada sekadar mengandalkan atau percaya pada opini yang ada di
masyarakat.

Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil
perenungan yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan itu
semula dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Beberapa ciri
berpikir kefilsafatan meliputi: (1). sistem filsafat harus bersifat koheren ; (2). sistem filsafat
harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan gejala yang terdapat dalam
kehidupan manusia ; (3). sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk
perenungan mendalam yang sampai ke inti mutlak permasalahan sehingga menemukan aspek
yang sangat fundamental ; (4). sistem filsafat bersifat spekulatif. Sastrapratedja menegaskan
bahwa fungsi utama Pancasila menjadi dasar negara dan dapat disebut dasar filsafat adalah
dasar filsafat hidup kenegaraan atau ideologi negara. Pancasila sebagai dasar filsafat negara
(Philosophische Grondslag) nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan harus mendasari seluruh peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai
Pancasila dijadikan sebagai objek yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem
dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di Barat. Pancasila sebagai Genetivus
Subjectivus memerlukan landasan pijak filosofis yang kuat yang mencakup tiga dimensi, yaitu
landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis. Beberapa bentuk
Yasmine Noor Ramadhani
04211940000048
Kelas Pancasila 6
Departemen FTK Teknik Sistem Perkapalan

tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat muncul dalam bentuk-bentuk Kapitalis dan
Komunisme .

Resume Bab VI Buku Pendidikan Pancasila DIKTI

Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia,
juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan
kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Istilah “etika”
berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Secara etimologis, etika
berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik,
baik pada diri seseorang maupun masyarakat. Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam
bidang filsafat, meliputi etika keutamaan, teleologis, deontologis.

Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Beberapa
alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam penyelenggaraan
kehidupan bernegara di Indonesia, meliputi hal-hal sebagai berikut: Pertama, dekadensi moral
yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi muda sehingga membahayakan
kelangsungan hidup bernegara. Kedua, korupsi akan merajalela karena para penyelenggara
negara tidak memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Ketiga, kurangnya
rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui pembayaran pajak. Keempat,
pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara di Indonesia ditandai
dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain.

Beberapa argumen tentang dinamika Pancasila sebagai sistem etika dalam


penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Pertama, pada zaman Orde Lama, pemilu
diselenggarakan dengan semangat demokrasi yang diikuti banyak partai politik, tetapi
dimenangkan empat partai politik. Kedua, pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila
diletakkan dalam bentuk penataran P-4 Ketiga, sistem etika Pancasila pada era reformasi
tenggelam dalam eforia demokrasi.

Anda mungkin juga menyukai