2. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah-laku orang
atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku.
Sarjana-sarjana yang melihat kekuasaan sebagai inti dari po-litik, beranggapan bahwa politik adalah
semua kegiatan yang menyangkut masalah merebutkan dan mempertahankan kekuasaan. Biasanya
dianggap bahwa perjuangan kekuasaan (power struggle) ini mempunyai tujuan yang menyangkut
kepentingan se luruh masyarakat.
Pendekatan ini, yang banyak terpengaruh oleh sosiologi, lebih luas ruang-lingkupnya dan juga mencakup
gejala-gejala sosial se-perti serikat buruh, organisasi keagamaan, organisasi kemahasiswaan dan kaum
militer. Dia lebih dinamis daripada pendekatan institusionil karena memperhatikan proses. Berikut ini ada
beberapa definisi:
Harold D. Laswell· dan A. Kaplan dalam Power and Society: "Ilmu politik mempelajari pembentukiln
dan pembagian kekuasa-an".
W.A. Robson dalam The University Teaching of Social Scien-ces: "Ilmu politik mempelajari kekuasaan
dalam masyarakat, ... yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang-lingkup dan hasil-hasil. Fokus
perhatian seorang sarjana ilmu politik ... tertuju pa-da perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan
kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain, atau me-nentang pelaksanaan
kekuasaari itu" (Political science is con-cerned with the study of power in society . . . its nature, basis,
processes, scope and results. The focus of interest of the political scientist ... centres on the struggle to
gain or retain power, to ex-ercise power or influence over others, or to resis that exercise). 4
Deliar Noer dalam Pengantar ke Pemildran Politik: "Ilmu politik memusatkan perhatian pada masalah
kekuasaan dalam ke-hidupan bersama atau m·asyarakat: Kehidupan seperti ini tidak terbatas pada bidang
hukum semata-mata, dan tidak pula pada negara yang tumbuhnya dalam sejarah hidup manusia relatif
baru. Di Iuar bidang hukum serta- sebelum · negara ada, masalah kekuasaan itu pun telah pula ada
hubungannya dalam zaman modern.
Qssip K. F'.!chtheim dalam Fundame1;:". 1s v/ Political ::,cie e:
Iimu Politik adalah ilmu sosiaI yang khusus mempelajari sifat rl."n •!•}uan dari negara sejauh negara
merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang tak
resmi, yang dapat mempengaruhi negara" (Politic .. ! science is that specialized social science that studies
the nature ,ind purpose of the state so far as it is a power organization "nd the nature and purpose cf "!her
un.:>fficiaJ power phenomenis i.nat are apt to influence the state): Flechtheirn juga menekankan bahwa
kekuasaan p01it;t Ja tujuan politik mempengaruhi satu sama lain dari bergantun satu sama lain.
3. Pengambilan Keputusan
Keputusan laecision) adalah membuat pilihan d: antara bebe-rapa alt{'matif. sedangkar. 1stilah
Pengambiian Keputusan (de-c1 ionmaking) menunjuk parla proses yang rerjadi sampai ke-pt. us1P1 itu
•ercapai. Pengambilan keputusan sebagai kor,sep pokok d?.;i politik menyangkut keputusan-keputusan
yang ,;;-<1mhil secara kdeki.if dan yang mengikat seluruh masyarakat. Ke-' ... san-lceputusan itu dapat
menyangkut tujua,n masyarakat, dapat pula menyangkut kebijaicsanaan-kebijaks aan untuk mtn-capai
tujuan itu. Setiap proses member .• uk kP,b jaksanaai:1 umum atau kebijaksanaan pemerintah adalf1r ' :!
dari suatu proses mengaml--iil eputusan. yaitu mc:milih antnf'. IJeoe,ra:,a aJter.atif. yang akhitnya
ditetapkap. sebagai kebijaksan .. an pemerir,. Mi-salnya }ika Jn-ionesia memutuskan untuk memberi
priorit&s JL pada pengembangan pertan•ll.n (seperti dalam Pelita I , miu...c1 1m merupakan suatu
kepi;tus.:.:-, yang diambil sesudatj mernpelaja-i beberapa alternatif lain misalnya memprioritaskan
pendidikan atau memprioritaskan industri.
A :1ck-aspek di atas ini · juga banyak menyangkut soa! pem-oagian (•::istribution) yang oleh Harold
Laswell · cti,.umuskan se-bagai: '"Nho gets what, when, how." _
Joyce Mitchell c<tlam bukunya Political A'lalysis and. Public Policy: ' Politik ada!ah penga11"1:,ilan
kepu usan l<olektif atau pem-buatan kP.bi_jak:ia'laan umum uriwk masyarakat seluruhriya (Po-litics is
collective deci:;ionmatdng or th making of public policies for an entire society). 0
,;_ Ossip K. Flecl>theim (ec; ) Fundamentals of Political Science. · (New · York_: Ror31d
Bab 2
Usaha kita untuk meneliti sejarah kontemporer kita secara ilmiah masih sangat terbatas. Sarjana ilmu
politik asing banyak menulis mengenai sejarah kontemporer Indonesia, seperti misalnya George Mc. r.
Kahin, Nfltionaltsm and Revolution in Indonesia, yang membahas masa 1945 sarripai pengakuan
kedaulatan dalam tahun 1949, dan Herbert Feith, The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia.
yang membahas masa 1949 sampai I 959 dan Daniel Lev, The Transition to Guided Democracy, yang
membahas masa peralihan ke Demokrasi Terpimpin. Tokoh-tokoh kita sampai sekarang membatasi diri
pada penulisan sejarah , secara "memoirs" (kenang-kenangan), seperti Sukarno, An as told to Cindy
Adams; Moh. Hatta, Sekitar Proklamasi; Adam Malik, Riwayat Proklamasi; Sewaka dari Zaman ke
Zamaan T.B. Simatupang, laporan dari Banaran dan sebagainya. Baru pada tahun 1976 suatu team ahli di
bawah pimpinan Sartono Kartodirdjo berhasil menerbitkan Sejarah Nasional Indonesia
Ilmu Ekonomi
Pada masa yang silam, ilmu politik dan ilmu ekonomi merupakan suatu bidang ilmu tersendiri yang
dikenal sebagai ekonomi politik (political economy). yaitu pemikiran dan analisa kebijaksanaan yang
hendak digunakan guna memajukan kekuatan dan kesejahteraan negara lnggris dalam menghadapi
saingan-saingan-nya seperti Portugis, Spanyol, Perancis, Jerman, dan sebagainya. pada abad ke-18 dan
ke-19. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan pada umumnya ilmu tersebut kemudian memisah-kan
diri menjadi dua lapangan yang mengkhususkan perhatian terhadap tingkah-laku manusia yang berbeda-
beda: ilmu politik (political science) dan ilmu ekonomi (economics).
Ilmu ekonomi modern dewasa ini sudah menjadi salah satu cabang ilinu sosial yang memiliki teori,
ruang-lingkup. serta metodo-logi yang relatif ketat dan terperinci. Oleh karena sifat-sifatnya yang relatif
ketat ini, ilmu ekonomi termasuk ilmu sosial yang sering digunakan untuk menyusun perhitungan-
perhitungan ke muka. Para sarjana ekonomi boleh dikatakan sepakat akan penggunaan istilah-istilah serta
pengertian-pengertian dasar yang diperlukan untuk mencapai keseragaman Analisa, hal mana
memudahkan mereka bertukar fikiran tentang tujuan umum ilinu ekonomi yaitu usaha manusia
mengembangkan serta membagi sumber-sumber yang jangka untuk kelangsungan hidupnya.
Pemikiran yang berpangkal-tolak pada factor kelangkaan (Scarcity) menyebabkan '"ilmu ekonomi
berorientasi. kuat terhadap kebijaksanaan yang rasionil, khususnya penentuan hubungan antara tujuan dan
cara mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu ilmu ekonomi dikenal sebagai ilmu sosial
yang sangat planning-oriented, pengaruh mana meluas pada ilmu politik sebagaimana pengertian
pembangunan ekonomi (economic development) telah mempengaruhi pengertian pembangunan politik
(political development). Oleh karena pilihan-pilihan tentang kebijaksanaan yang harus ditempuh
seringkali terbatas sekali adanya, maka ilmu ekonomi dikenal pula sebagai ilmu sosial yang ber sifat
choice-oriented, ha! mana telah berpengaruh pada peng-khususan penelitian mengenai decision-making
dalam ilmu politik modern. Akhirnya pemikfran yang berpangkal-tolak pada faktor kelangkaan telah
me,maksa ilmu ekonomi untuk lebih banyak ber-ikhtiar ke arah ramalan (prediction) berdasarkan
perhitungan yang saksama, sehingga ilrnu ekonomi modem jarang sekali ber-sifat spekulatif. Ikhtiar
menyusun ramalan ini berpengaruh pada sebagian sarjana ilmu politik untult. mendasarkan teori dan
metodologinya pada suatu pendekatan yang lebih ilmiah, yang terkenal dengan pendekatan tingkah-laku
(lfehavioral approach).
Dalam mengajukan kebijaksanaan ·atau siasat ekonomi ·terten-tu, seorang sarjana ekbnomi dapat
bertanya · kepada seorang sarjana ilmu politik tentang politik manakah kiranya yang paling baik disusun
guna mencapai tujuan ekononii · tertentu. Dalam mengajukari kebijaks.imaan untuk metriperbesar
produksi nasional, misalnya, sarjana · ilmu politik dapat : ditanya tentang cara-cara menghalaukan atau ·
mengurangi hambatan hambatan politis yang mengganggu usaha usaha ke 'arah tujuan itu; Pembarigunan
Lima· Tahun di Indonesia sebaiknya memperhitungkan pula perfcem-bangan sosial dan politik yang
mimgkin terjadi akibat pergeser-an-pergeseran ekonomis yang tirnbul dari berhasil atau gagaJnya
kebijaksanaan-kebijaksariaan tertentu. Sebaliknya seorang sarjana ilmu politik _dapaf meminta bantuan
sarjana · ekoilomi tentang syarat-syarat _ ekonomi yang harus· dipenuhi guna memperoleh tujuan-tujuan
politis· · tettentu, khususilya yang menyang · tit pembinaan kehidupn demokrasi
Dengan pesatnya perkembangan ilmu ekonomi modern, khususnya ekonomi internasional, Kerjasama
antara ilmu plitik dan ilmu ekonomi makin dibutuhkan untuk menganalisa siasat-siasat pembangunan
nasional. Seorang sarjana ilmu politik tidak dapat lagi mengabaikan pengaruh dan peranan perdagangan
luar negeri, bantuan luar neger serta hubungan ekonomi luar negeri pada umumnya terhadap usaha-usaha
pembangunan dalam negeri.
Mengenai perbedaan antara ilmu politik dan ilmu negara terdapat bermacam-macam pendapat. Hermann
Heller telah menyimpulkan pelbagai pendapat dalam Encyclopaedia of the Social Sciences:
I. Ada sarjana yang menganggap ilmu politik sebagai "suatu ilmu pengetahuan yang praktis
yang ingin membahas keadaan dalam kenyataan" , sedangkan ilmu negara dinamakan ilmu
pengetahuan yang "teoritis yang sangat mementing-kan segi normatif'.
II. Ada segolongan sarjana yang menganggap bahwa ilmu politik mementingkan ''sifat-sifat
dinamis dari negara yaitu proses-proses kegiatan dan aktivitas negara; perubahan negara yang
terus menerus yang disebabkan oleh golongan-golongan yang memperjuangkan kekuasaan.
III. Perbedaan yang praktis ialah bahwa ilmu negara lebih mendapat perhatian dari ahli hukum.
sedangkan ahli sejarah dan ahli sosiologi !ebih tertarik kepada ilmu politik.
IV. Perbedaan yang praktis ialah bahwa ilmu negara lebih mendapat perhatian dari ahli hukum,
sedangkan ahli sejarah dan ahli sosiologi lebih tertarik kepada ilmu politik