Anda di halaman 1dari 4

KEUTAMAAN MENGHAFAL HADIS

Ada sangat banyak keutamaan dalam menghafal hadis-hadis Nabi -shallallahu ‘alaihi wa
sallam-, berikut ini kami sebutkan sebagian diantaranya:

1. Menghafalnya akan membantu untuk memahaminya, mengerti artinya untuk


disampaikan kepada masyarakat.
2. dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im, dari ayahnya–radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi –
shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda:

ِ
َ ‫) نَض ََّر اللَّهُ ْام َرأً َس ِم َع َم َقالَتِ َي فَ َحفظَ َها فَأَد‬
( ‫َّاها َك َما َس ِم َع َها‬
“Allah akan memberikan “Nadhrah” kepada seseorang yang telah mendengarkan ucapanku, lalu
menghafalnya dan mengamalkannya sebagaimana yang telah ia dengar”.

Hadits ini menunjukkan sebuah doa atau kabar dari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwa
akan mendapatkan nadhrah bagi mereka yang menghafal hadits dan menyampaikannya
sebagaimana yang telah dia hafal.

Adapun makna dari “Nadhrah” adalah keindahan dan cemerlang.

Maksudnya adalah Allah akan melimpahkan kebahagiaan, kesenangan di dunia khusus kepadanya 
dan akan memberikan kenikmatan di akhirat, sehingga akan tampak pada dirinya indahnya nikmat
dan kemudahan hidup.

3. Demikian juga sebagai bentuk keberkahan dari menghafalnya adalah berusaha untuk
menyebarkan dan mengajarkannya kepada orang lain, karena menyebarkannya merupakan
menyebarkan ilmu dan memperluas jangkauan sunnah.

Syeikh Ibnu Baaz –rahimahullah- berkata:

“Seorang mukmin jika mempelajari sunnah, ia membaca dan mempelajarinya  maka ia akan
mendapatkan pahala yang besar; karena hal itu termasuk dalam mempelajari ilmu, Nabi –shallallahu
‘alaihi wa sallam- bersabda:

(‫رواه مسلم )من سلك طريقاً يلتمس فيه علماً سهل اهلل له به طريقاً إلى الجنة‬
“Barang siapa yang berjalan di sebuah jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju surga”.  (HARI. Muslim)

Hadits ini menunjukkan untuk mempelajari ilmu, menghafal hadits-hadits, membahas dan
memahaminya termasuk di antara sebab masuk ke surga dan selamat dari api neraka, demikianlah
sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:

(‫متفق عليه )من يرد اهلل به خيراً يفقه في الدين‬


“Barang siapa yang Allah menginginkannya dalam kebaikan, maka Dia akan memahamkannya
kepada agama”. (HARI. Muttafaqun ‘Alaihi)

Memahami agama adalah dengan jalan (membaca) buku dan dengan melalui sunnah,
sedangkan memahami sunnah termasuk pertanda bahwa Allah telah menginginkan kepada hamba
tersebut menuju kebaikan”.

BIOGRAFI SINGKAT IMAM NAWAWI:

Beliau adalah Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawawi Ad-Dimasyqiy, Abu Zakaria. Beliau
dilahirkan pada bulan Muharram tahun 631 H di Nawa, sebuah kampung di daerah Dimasyq
(Damascus) yang sekarang merupakan ibukota Suriah. Beliau dididik oleh ayah beliau yang terkenal
dengan kesalehan dan ketakwaan. Beliau mulai belajar di katatib (tempat belajar baca tulis untuk
anak-anak) dan hafal Al-Quran sebelum menginjak usia baligh.
Ketika berumur sepuluh tahun, Syaikh Yasin bin Yusuf Az-Zarkasyi melihatnya dipaksa bermain oleh
teman-teman sebayanya, namun ia menghindar, menolak dan menangis karena paksaan tersebut.
Syaikh ini berkata bahwa anak ini diharapkan akan menjadi orang paling pintar dan paling zuhud
pada masanya dan bisa memberikan manfaat yang besar kepada umat Islam. Perhatian ayah dan
guru beliaupun menjadi semakin besar.
An-Nawawi tinggal di Nawa hingga berusia 18 tahun. Kemudian pada tahun 649 H ia
memulai rihlah thalabul ilmi-nya ke Dimasyq dengan menghadiri halaqah-halaqah ilmiah yang
diadakan oleh para ulama kota tersebut. Ia tinggal di madrasah Ar-rawahiyyah di dekat Al-Jami’ Al-
Umawiy. Jadilah thalabul ilmi sebagai kesibukannya yang utama. Disebutkan bahwa ia menghadiri
dua belas halaqah dalam sehari. Ia rajin sekali dan menghafal banyak hal. Ia pun mengungguli
teman-temannya yang lain. Ia berkata: “Dan aku menulis segala yang berhubungan dengannya, baik
penjelasan kalimat yang sulit maupun pemberian harakat pada kata-kata. Dan Allah telah
memberikan barakah dalam waktuku.” [Syadzaratudz Dzahab 5/355]
Pada tahun 651 H ia menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, kemudian ia pergi ke Madinah dan
menetap disana selama satu setengah bulan lalu kembali ke Dimasyq. Pada tahun 665 H ia
.mengajar di Darul Hadits Al-Asyrafiyyah (Dimasyq) dan menolak untuk mengambil gaji
Imam Nawawi meninggalkan banyak sekali karya ilmiah yang
:terkenal. Jumlahnya sekitar empat puluh kitab, diantaranya
1. Dalam bidang hadits: Arba’in, Riyadhush Shalihin, Al-Minhaj (Syarah Shahih Muslim), At-
Taqrib wat Taysir fi Ma’rifat Sunan Al-Basyirin Nadzir.
2. Dalam bidang fiqih: Minhajuth Thalibin, Raudhatuth Thalibin, Al-Majmu’.
3. Dalam bidang bahasa: Tahdzibul Asma’ wal Lughat.
4. Dalam bidang akhlak: At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an, Bustanul Arifin, Al-Adzkar.
Kitab-kitab ini dikenal secara luas termasuk oleh orang awam dan memberikan manfaat yang besar
sekali untuk umat. Ini semua tidak lain karena taufik dari Allah Ta’ala, kemudian keikhlasan dan
kesungguhan beliau dalam berjuang.
Imam Nawawi meninggal pada 24 Rajab 676 H –rahimahullah wa ghafara lahu-

 Hadis Al-Arbain An-Nawawiyah nomor pertama, tentang niat yaitu setiap amalan tergantung
pada niat. 

ُ ‫ َس= ِم ْع‬: ‫=ال‬


‫ت َر ُس= ْو َل‬ ِ ‫اب ر‬
َ =َ‫ض= َي اهللُ َع ْن=هُ ق‬ ِ َّ
‫ط‬ ‫خ‬َ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ِ
‫ن‬ ‫ب‬
ْ ‫=ر‬
‫م‬ ‫ع‬
ُ ‫ص‬ ٍ ‫ف‬
ْ ‫ح‬
َ ‫ي‬ِ‫َع ْن أ َِم ْي ِ=ر الْم= ْ=ؤ ِمنِْين أَب‬
َ ََ ْ َ ُ
ِّ ‫ات َوإِنَّ َم=ا لِ ُك‬
. ‫=ل ْام= ِر ٍ=ئ َم=ا َن َ=وى‬ ِ َّ‫الني‬
ِّ ِ‫=ال ب‬
ُ ‫ إِنَّ َم=ا اْألَ ْع َم‬: ‫اهلل صلى اهلل علي=ه وس=لم َي ُق ْ=و ُ=ل‬ ِ
ِ ْ َ‫ ومن َك==ان‬،‫اهلل ورس =ولِ ِه‬ ِ ِِ ِ ِ ْ َ‫فَمن َك==ان‬
ُ‫ت ه ْج َرتُ ==ه‬ ْ َ َ ْ ُ َ َ ‫ت ه ْج َرتُ ==هُ إِلَى اهلل َو َر ُس = ْوله فَ ِه ْج َرتُ ==هُ إِلَى‬ َْ
. ‫اج َر إِلَْي ِه‬ ِ ٍ ِ ِ
َ ‫ل ُد ْنيَا يُص ْي ُب َها أ َْو ْام َرأَة َي ْنك ُح َها فَ ِه ْج َرتُهُ إِلَى َما َه‬
‫[رواه إماما المحدثين أبو عبد اهلل محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري‬
‫وابو الحسين= مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح‬
]‫الكتب المصنفة‬
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang
ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-
Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka
hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim )

 Hadis Al-Arbain An-Nawawiyah nomor kedua tentang ISLAM, IMAN, IHSAN dan HARI
KIAMAT

‫ص=لَّى اهللُ َعلَْي= ِ=ه َو َس=لَّ َم‬ ِ ِ ‫ بينما نَحن جلُ==و‬: ‫ال‬ ِ
َ ‫س ع ْن= َد َر ُس= ْو ِل اهلل‬ ٌ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ‫َع ْن عُ َم َر َرض َي اهللُ َع ْنهُ أَيْضاً ق‬
‫= الَ ُي= َ=رى َعلَْي= ِ=ه أََث= ُ=ر‬،‫ش = ْع ِر‬ َّ ‫=اب َش = ِديْ ُد َس = َو ِاد ال‬ ِ =َ‫=اض الثِّي‬ ِ =َ‫=ل َش = ِديْ ُد َبي‬ =
‫ج‬ ‫ر‬ ‫=ا‬= ‫ن‬‫ي‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫=ع‬ =َ‫ل‬َ‫ط‬ ‫ذ‬
ْ ِ
‫إ‬ ‫م‬ٍ‫ذَات ي==و‬
ٌ َُ َ ْ َ َ َْ َ
‫س إِلَى النَّبِ ِّي ص==لى اهلل علي==ه وس==لم فَأَ ْس =نَ َد ُر ْكبََت ْي= ِ=ه إِلَى‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫َّى‬
‫ت‬ ‫ح‬ ، ‫د‬ =‫َح‬ ‫أ‬ ‫َّا‬
‫ن‬ ِ ‫= والَ يع ِرفُ==ه‬،‫س = َف ِر‬
‫م‬
َ
َ َ َ َ ٌ ُ ْ َ َ َّ ‫ال‬
ِ ‫=ال رس =و ُل‬
‫اهلل‬ ِ
ْ ُ َ َ =‫ َف َق‬،‫ يَ==ا ُم َح َّمد أَ ْخبِ= ْ=رني َع ِن اْ ِإل ْس =الَِم‬:‫=ال‬ َ =َ‫ض = َع َك َّف ْي= ِ=ه َعلَى فَ ِخ َذيْ= ِ=ه َوق‬ َ ‫ُر ْكبََت ْي= ِ=ه َو َو‬
‫اهلل َوتُِق ْي َم‬ِ ‫َن مح َّم ًدا رس= =و ُل‬ ِ
ْ ُ َ َ ُ َّ ‫ اْ ِإلس= =الَ ُم أَ ْن تَ ْش= = َه َد أَ ْن الَ إِلَ ==هَ إِالَّ اهللُ َوأ‬: ‫ص ==لى اهلل علي ==ه وس ==لم‬
: ‫=ال‬ َ = =َ‫ت إِلَْي= = ِ=ه َس = =بِْيالً ق‬ َ ‫ت إِ ِن ا ْس = =تَطَ ْع‬ َ ‫ض= = =ا َن َوتَ ُح َّج الَْب ْي‬ َ ‫ص= = = ْو َم َر َم‬
ُ َ‫الزك = =اَ َة َوت‬ َّ ‫ص= = =الَ َة َو ُت= = ْ=ؤتِي‬
َ َّ ‫ال‬
ِ ِ‫ أَ ْن ُت= = ْ=ؤ ِمن ب‬: ‫=ال‬
‫اهلل‬ َ = =َ‫=ان ق‬ِ = ‫ فَ = =أَ ْخبِرنِي َع ِن اْ ِإليْ =م‬:‫=ال‬ َ = =َ‫ ق‬،ُ‫ص = = ِّدقُه‬ ِ َ ْ‫ص = = َدق‬
َ َ ْ َ ُ‫ َف َعج ْبنَ= ==ا لَ= ==هُ يَ ْس = =أَلُهُ َوي‬،‫ت‬ َ
‫=ال‬
َ = َ‫ ق‬،‫ت‬ َ ْ‫ص= = َدق‬َ ‫=ال‬ =ِ ‫َو َمالَئِ َكتِ = ِ=ه َو ُكتُبِ = ِ=ه َو ُر ُس= =لِ ِه َوالَْي= ْ=وِم‬
َ = َ‫ ق‬.‫اآلخ= ِر َو ُت = ْ=ؤ ِم َن بِالْ َق= = َد ِر َخ ْي= = ِر ِه َو َش= = ِّر ِه‬
:‫=ال‬ َ =َ‫ ق‬. ‫اك‬ َ ‫ك َت= َ=راهُ فَ =ِإ ْن لَ ْم تَ ُك ْن َت= َ=راهُ فَِإنَّهُ َي= َ=ر‬ َ َّ‫ أَ ْن َت ْعبُ = َد اهللَ َكأَن‬:‫=ال‬ َ =َ‫ ق‬،‫ان‬ ِ = ‫فَ =أَ ْخبِرنِي َع ِن اْ ِإل ْحس‬
َ ْ
،‫=ال فَ=أَ ْخبِ ْرنِي َع ْن أ ََم َاراتِ َه==ا‬ َ =َ‫ ق‬.‫السائِ ِل‬ َّ ‫ َما ال َْم ْس ُؤ ْو ُل َع ْن َها بِأَ ْعلَ َم ِم َن‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫اع ِة‬ َّ ‫فَأَ ْخبِ ْرنِي َع ِن‬
َ ‫الس‬
‫ ثُ َّم‬،‫=ان‬ِ =‫ش= ِاء يتَطَ==اولُو َن فِي الْب ْني‬ َّ ‫ال‬ ‫=اء‬ =‫ع‬
َ ِ
‫ر‬ ‫ة‬
َ = ‫ل‬
َ ‫ا‬ ‫ْع‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ة‬
َ ‫ا‬ ‫=ر‬= ‫ْع‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ة‬
َ ‫ا‬ ‫ف‬
َ ‫ْح‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ر‬ ‫ت‬
َ ‫ن‬
ْ َ
‫أ‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ه‬
َ ‫ت‬َ ‫ب‬
َّ ‫ر‬ ‫ة‬
ُ ‫م‬ َ‫أل‬ْ‫ا‬ ‫د‬َ ِ‫ال أَ ْن تَل‬َ َ‫ق‬
َُ َْ َ َ َ َ ُ ُ َ َ َ َ
َ =َ‫ ق‬. ‫ اهللُ َو َر ُس = ْولُهُ أَ ْعلَ َم‬: ‫ْت‬
‫=ال‬ ُ ‫س =ائِ ِل ؟ ُقل‬ َّ ‫ يَ==ا عُ َم= َ=ر أَتَ = ْد ِري َم ِن ال‬: ‫=ال‬ َ =َ‫ ثُ َّم ق‬،‫ت َملِيًّا‬ ُ ْ‫انْطَلَ= َ=ق َفلَبِث‬
‫ رواه مسلم‬. ‫فَِإنَّهُ ِج ْب ِريْ ُل أَتـَا ُك ْم ُي َعلِّ ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم‬
 
Arti hadits / ‫ترجمة الحديث‬ :
Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju
yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh
dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan
Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan
yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan
shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “
anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia
bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman
kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.  Kemudian dia
berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau
beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia
melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”.
Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata:   “ Beritahukan aku
tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda:  “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika
engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  
berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar.
Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “
Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada
kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.
(Riwayat Muslim)
Catatan :
Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok
ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
Hadits ini mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang
terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh
(kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / ‫الفوائد من الحديث‬ :
Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi  pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika
menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.
Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk
mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya
tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat
darinya.
Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata: “Saya tidak
tahu“,  dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.
Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.
Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua.
Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan
memperlakukan hambanya.
Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada
kebutuhan.
Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala.
Didalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu.

Anda mungkin juga menyukai