Materi Pai Kelompok 8
Materi Pai Kelompok 8
Oleh :
JEFRI YALDI
ANISA MIFTA SIVA
RAYESIH
Dosen Pembimbing:
Prof. DRS.TK.H. SIDI. NAZAR BAKRY, BA., M.SI
JURUSAN PAI
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
SYEKH BURHANUDIN
1442 H/2021 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat kami panjatkan kepada Allah Swt, karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya, maka kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga Allah Swt memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar...............................................................................................i
Daftar isi.........................................................................................................ii
Bab i pendahuluan.........................................................................................1
A. latar belakang....................................................................................1
Bab ii pembahasan.........................................................................................2
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN …………………………………………………….
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah masuknya Islam di Indonesia mempunyai beberapa versi, diantara lain
adalah teori dari Gujarat dan dari orang Arab yang singgah dalam pelayaranya.
Berkenaan dengan teori Arab ini, di Indonesia sudah beberapa kali diadakan seminar
tentang masuknya Islam ke Indonesia. Seminar di Medan tahun 1963 dan seminar di
Aceh tahun 1978, kedua seminar itu menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia
pada abad pertama Hijriyah dan langsung dari Arab.
Dengan masuknya agama Islam dari negara Arab, maka dimulailah peradaban Islam
di Indonesia. Peradaban Islam yang ditandai dengan bermunculanya kerajaan-kerajaan
Islam yang berusaha mematahkan dominasi kerajaan-kerajaan Hindu, Budha,
kepercayaan animisme dan dinamisme, yang terbukti dengan semakin banyaknya
bangunan-bangunan bercorak Islam, yang diantara lain seperti masjid-masjid, madrasah-
madrasah dan juga pesantren-pesantren yang mempunyai semangat perjuangan didalam
dunia pendidikan yang sampai pada hari ini masih terus berkembang, baik dari segi
kuantitas maupun kualitasnya.
Pendidikan saat ini juga semakin beragam, baik lembaga atau non lembaga yang
bersifat formal, informal maupun non formal. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan
hidup ini juga mempertegas keberadaanya, yang dibutuhkkan semua manusia dari
berbagai jenjang usia.
BAB II
PEMBAHASAN
2
muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi
Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan Islam.
Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan,
pendidikan, dll. Tokoh penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan Ampel,
Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan
Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) (Sumber: wikipedia)
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari
wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina
untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang
memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di
Kepulauan Nusantara.Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti
Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera.Inilah perkenalan
pertama penduduk Indonesia dengan Islam.Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim
terus berdatangan, abad demi abad.Mereka membeli hasil bumi dari negeri ini sambil
berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara
besar-besaran.Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama
sekali menerima agama Islam.Bahkan di Aceh kerajaan Islam pertama di Indonesia
berdiri, yakni kerajaan Samudra Pasai.Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada
saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang
menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari
Maghribi yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh
telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang
ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur.Berupa komplek makam Islam,
yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti
Maimun.Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman
Kerajaan Singasari.Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli,
melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi
Nusantara secara besar-besaran.Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi
memeluk Islam secara massal.Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya
penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum
Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti.Yaitu ditandai dengan berdirinya
3
beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak,
Cirebon, serta Ternate.Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran,
keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada
abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh
kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda.
Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam
bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol.Islam datang ke
Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut
kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar
menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-
pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum
Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke
Nusantara juga semakin banyak.Yang sebagian besar diantaranya adalah berasal dari
Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai
yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa
Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara,
hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 M.
Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan
menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum
kolonialis. Setiap kali para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam
di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan
tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka.Maka
terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa
lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun.Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan
ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang
mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke
kepulauan nusantara, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai
nusantara.Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah
memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu
dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam
mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu /
Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah
4
menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan
Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud
Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara
Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar
yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu
Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum
menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten,
Fathahillah sempat berguru di Makkah.Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari
serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad
kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak
merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun
biasanya terbatas pada mazhab Syafi’i.Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan,
terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat
dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya
masih terjadi hingga sekarang.Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah
orang-orang yang gigih menentang penjajahan.Meskipun banyak diantara mereka yang
berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit
melawan penjajah.Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas
dengan taktik yang licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang
gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan
Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Samudra Pasai,
Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18
seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam
Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).(Sumber : ummah.com).
2.2 Teori Masuk dan Penyebaran Islam
Menurut para ahli sejarah, masuk dan penyebaran islam di indonesia terdapat tiga
teori, yaitu teori Gujarat, teori Saudi, dan teori China. Yaitu :
1. Menurut teori Gujarat. Islam masuk wilayah Indonesia dari anak benua India
seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar. Menurut Snouck Hurgronje, Islam masuk dari
daerah Doccon di India, berdasarkan fenomena sosial bahwa ajaran tasawuf yang
dipraktikkan oleh orang-orang muslim di India bagian selatan mirip dengan ajaran islam
di Indonesia. Termasuk munculnya syi’ah di daerah Sumatera atau Jawa, dugaan itu juga
5
muncul dari dearah India. Sebab saat itu kerajaan islam Deccon (salah satu kerjaan di
India) telah memiliki hubungan baik dengan Iran negeri pusat penyebaran paham Syi’ah.
2. Menurut teori saudi. Pendapat yang menyatakan bahwa islamisasi di Indonesia
terjadi pada tahun 1111 atau abad ke 12 M. Pada saat itu orang-orang Aceh dari
Sumatera bagian barat laut memeluk islam atas ajakan seorang kebangsaan Arab asli.
Kemudian setelah masuk Islam mereka mendakwahkan islam khususnya di daerah
tersebut.
3. Menurut teori China. Teori yang menyatakan bahwa masuknya islam di Indonesia
langsung dari Mekah atau Madinah. Menurut teori ini bahwa islam masuk ke Indonesia
sekitar abad 7 atau 8 M. Atau abad ke 2 H, yaitu pada masa Khulafaur Rosyidin.
Ekspedisi islam ke Indonesia dibawa langsung oleh para pedagang dari Arab sejak awal
abad hijriyah atau abad ke 7 M. Menurut sumber literatur Cina pada awal abad ke 2
hijrah telah muncul perkampungan-perkampungan muslim Arab dipesisir pantai
Sumatera. Diperkampungan ini orang-orang muslim Arab bermukim dan menikah
dengan penduduk setempat serta membentuk komunitas-komunitas muslim. Teori ini
adalah yang paling kuat dan diterima para sejarahwan masa kini.
6
2. Makam sultan Malikul Shaleh di Sumatra Utara yang meninggal pada bulan
ramadha tahun 676 H atau tahun 1297 M.
3. Makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 M.
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain :
1.Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak
dagang dengan orang Arab.Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan
Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama
dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).Disamping mencari keuntungan
7
duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.Artinya
mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2.Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media
kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya
Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang.Ia mengembangkan wayang
kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan
pengembangan gamelannya.Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari
masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang.Sedang Sunan Giri menciptakan
banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng
dan lain-lain.
3.Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam
pengembangan Islam di Indonesia.Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam
diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut.Datuk Ribandang yang
mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren
Sunan Giri.Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean,
Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara.Dan sampai sekarang pesantren
terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh
Indonesia.
4.Kekuasaan Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat
dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah
dan menjadi pelindung perkembangan Islam.Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh
Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana
yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan
komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di
Nusantara.Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa
mendatang.
8
a.Perkembangan Islam di Sumatera.
Pada pertengahan abad ke-13, di Sumatera telah berdiri kerajaan Islam Samudera
Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, kerajaan ini terletak di
pesisir timur laut aceh yang sekarang merupakan wilayah Kabupaten Lhouksumawe.
Samudera Pasai adalah sebuah kerajaan maritim, samudera pasai telah mengadakan
hubungan dengan Sultan Delhi di India pada pelayaran kerajaan Samudra Pasai
merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpulnya para ulama dari berbagai
negara Islam.
b.Perkembangan Islam di Jawa
Perkembangan di Jawa tidak bisa dipisahkan dari peranan wali, jumlah wali
yang terkenal sampai sekarang adalah sembilan, yang dalam bahasa dikenal dengan
sebutan WALI SONGO. Para wali yang termasuk dalam wali songo adalah sebagai
berikut :
a. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana malik ibrahim juga dikenal dengan panggilan Maulana Maghribi atau
syekh Magribi, karena berasal dari wilayah Maghribi, Afrika Utara.Kedatangannya
dianggap sebagai permulaan masuknya Islam di Jawa.Maulana Malik Ibrahim
menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati masyarakat terhadap
Islam.
b. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Pada awal penyiaran Islam di pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan
masyarakat menganut keyakinan Islam yang murni.Ia tidak setuju dengan kebiasaan
masyarakat Jawa, seperti kenduri, selamatan dan sesaji. Hal itu terlihat dari
persetujuannya ketika Sunan Kalijaga, dalam ocehannya menarik umat Hindhu dan
Budha mengusulkan agar adat istiadat Jawa itulah yang diberi warna Islam
c. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Dalam menyebarkan agama Islam, ia selalu menyesuaikan diri dengan kebudayaan
masyarakat yang sangat menggemari wayang serta musik gamelan. Sunan Bonang
memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban. Dalam aktifitasnnya ia mengganti nama
dewa dengan nama-nama malaikat.
d. Sunan Giri (Raden Paku atau ‘Ainul Yaqin)
9
Sunan Giri memulai aktifitas dakwahnya didaerah Giri dan sekitarnya dengan
mendirikan pesantren yang santrinya kebanyakan berasal dari golongan masyarakat
ekonomi lemah.Sunan Giri terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demokratis.
e. Sunan Drajat (Raden Kasim)
Sunan Drajat juga tidak ketinggalan untuk menciptakan tembang jawa yang
sampai saat ini masih digemari masyarakat, yaitu tembang pangkur. Hal yang paling
menonjol dalam dakwah sunan drajat ialah perhatiannya yang serius pada masalah-
masalah sosial, ia selalu menekan bahwa memberi pertolongan kepada masyarakat
umum.
f. Sunan Kalijaga (Raden Said)
Ketika para wali memutuskan untuk menggunakan pendekatan kultural termasuk
pemanfaatan wayang dan gamelan sebagai media dakwah, orang yang paling berjasa
dalam hal ini adalah Sunan Kalijaga.Sunan Kalijaga mengarang aneka cerita wayang
bernafaskan Islam terutama mengenai etika.
g. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
Sunan Kudus mengajarkan agama Islam didaerah Kudus dan sekitarnya, ia
mempunyai keahlian khusus dalam ilmu fiqih, urul fiqih, tauhid, hadits, tafsir dan logika.
Oleh karena itu ia mendapat julukan waliyyul ‘ilmi. Sunan Kudus juga melaksanakan
dakwah dengan pendekatan kultural.
h. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria memusatkan kegiatan dakwahnya di Gunung Muria yang terletak 18
km sebelah utara kota Kudus. Cara yang ditempuhnya dalam menyiarkan agama islam
adalah dengan mengadakan kursus-kursus bagi kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat
biasa.
i. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan gunung Jati lahir di Mekkah pada tahun 1448.ia mengembangkan ajaran
islam di cirebon, majalengka, kuningan, kawali, sunda kelapa dan banten sebagai dasar
bagi perkembanganislam di Banten.
c. Perkembangan Islam di Sulawesi
Masuknya islam di Sulawesi tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik.
Hal itu karena Sunan Giri menyelenggarakan pesantren yang banyak didatangi oleh
santri dari luar Jawa, seperti ternate dan hiu.Pada abad ke-16 di sulsel telah berdiri
kerajaan hindhu gowa dan tallo. Penduduknya banyak yang memeluk agama islam
karena hubungannya dengan kesultanan Ternate.
10
d. Perkembangan Islam di Kalimantan
Pada abad ke-16, islam mulai memasuki kerajaan Sukadana. Dibagian selatan
Kalimantan berdiri kerajaan islam banjar pada sekitar tahun 1526. Panngeran Suriansyah
merupakan tokoh yang amat penting dalam sejarah islam di Kalimantan. Dalam usaha
mengembangkan islam/ Syekh muhamad arsyad al-Banjari mendirikan pondok pesantren
untuk menampung santri yang datang dari berbagai pelosok Kalimantan. Pada masa
berikutnya muncul seorang pahlawan Kalimatan yang sangat berjasa dalam
mengembangkan islam. Ia adalah Sultan Amirudin Khalifatul Mukminin atau yang lebih
dikenal nama pangeran Antasari.
e. Perkembangan Islam di Maluku dan Irian
Jaya Penyebaran islam di Maluku tidak lepas dari jasa para santri Sunan Drajat
yang berasal dari Ternate dan Hitu. Di Maluku ada 4 kerajaan bersaudara yang berasal
dari keturunan yang sama yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Raja Tidore masuk
islam dan mengganti nama menjadi Sultan Jamalludin.
Demikian juga raja Jailolo, ia masuk isalm dan mengganti nama menjadi Sultan
Hassanudin. Peran kesultanan Ternate dalam penyebaran islam baru dimulai pada masa
Sultan Zaenal Abidin. Ia juga berhasil mengambangkan islam ke Maluku dan Irian Jaya
bahkan sampai ke Filipina.
2.6 Hikmah Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau
ciri yang khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat
mengambil hikmah, diantaranya sebagai berikut :
1. Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.
2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan
dan pekerja keras.
3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskipun Islam
tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran
dasar dalam Islam.
2.7 Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Banyak manfaat yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut :
1. Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran
Islam di bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan
pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada di Nusantara ini.
11
2. Hasil karaya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber
pengetahuan.
3. Kita dapat meneladani Wali Songo
4. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
5. Mampu membangaun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau
arsitektur hingga kee seluruh pelosok Nusantara.
6. Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para
ulama, baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
7. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh islam untuk mempraktikan tingkah laku
yang penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi
berikutnya.
8. Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan
persenjataan yang tidak sebanding.
12
Dari hadits diatas tidak diragukan lagi bahwa kemenangan Islam di masa depan
semata-mata atas izin pertolongan dari Allah Swt, dengan catatan harus tetap kita
perjuangkan. Perjuangan dapat dilakukan dengan cara berjihad. Namun maksud jihad
disini bukanlah peperangan atau pembunuhan massal pada kaum non muslim. Tapi
melainkan dengan cara meningkatkan mutu pendidikan yang canggih namun tidak keluar
dari nilai-nilai ajaran islam.
Sudah menjadi pemahaman bahwa kemenangan yang diraih dunia Barat dari
umat Islam ketika sedang dalam keadaan lemah dan kondisi yang rapuh seperti saat ini,
bukanlah disebabkan oleh kekuatan mereka semata, bukan pula karena kelemahan umat
Islam. Tetapi semua itu disebabkan buruknya pola berpikir dan rendahnya tingkat
pengetahuan umat Islam tentang Dienul Islam itu sendiri.Masa depan dunia Islam
tergantung pada tindakan yang diambil umat Islam sekarang ini. Jika umat Islam telah
terlalu jauh dan berpaling dari agama mereka maka mereka akan jatuh pada musibah
ketertindasan dan keterjajahan.
Oleh karena itu umat Islam harus menyadari bahwa hanya dengan kembali kepada Islam,
umat Islam akan dapat meraih kembali kemuliaan, lepas dari segala bentuk penjajahan
yang selama ini membelenggu. Tiada lain jalan yang ditempuh selain kembali kepada
Islam sesuai pemahaman para Shahabat dan Salafussholih. Mengikuti apa yang telah
dicontohkan Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin dalam melaksanakan syariat
Islam baik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara.
Seperti yang telah Allah SWT umpamakan dalam surat Ibrahim 14: ayat 24-26 yaitu ;
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baikseperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat.Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah
dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak)
sedikitpun.”(QS. Ibrahim [14]: 24-26).
Allah telah menjanjikan kejayaan Islam di masa yang akan datang cepat atau
lambat, pilihan umat Islam saat ini adalah apakah ikut turut andil ataukah tidak? Jika ikut
turut andil menuju kejayaan dan kebangkitan peradaban Islam maka akan menjadi
golongan orang-orang yang beruntung, mendapatkan pahala yang amat besar. Namun
sebaliknya, jika hanya diam, duduk manis menonton, mengikuti arus dunia, individualis,
acuh tak acuh terhadap kondisi umat, dan enggan berjuang di JalanNya karena lebih
13
mencintai dunia dari pada cinta kepada Allah dan Rasul maka tunggulah keputusan
Allah.
Maka dari itu untuk mewujudkan kemenangan peradaban islam di masa depan
yaitu dengan mengerahkan segala bentuk upaya memaksimalkan potensi yang dimiliki.
Di antara potensi yang dimiliki umat yaitu berupa masjid dan kaum intelektual. Tanpa
menafikkan potensi lain, masjid dan kaum intelektual berperan besar di dalam upaya
mewujudkan kemenangan peradaban islam di masa depan. Inilah yang dicontohkan para
ulama, mereka memaksimalkan potensi dalam membangun peradaban Islam yang jaya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses islamisasi tidak mempunyai awal yang pasti, juga tidak berakhir. Islamisasi
lebih merupakan proses berkesinambungan yang selain mempengaruhi masa kini, juga
masa yang akan datang.Islam telah dipengaruhi oleh lingkungannya, tempat Islam ber-
pijak dan berkembang. Di samping itu, Islam juga menjadi tra-disi tersendiri yang
tertanam dalam konteks
Agama Islam juga membawa perubahan sosial dan budaya, yakni memperhalus dan
memperkembangkan budaya Indonesia. Penyesuaian antara adat dan syariah di berbagai
daerah di Indonesia selalu terjadi, meskipun kadang-kadang dalam taraf permulaan
mengalami proses pertentangan dalam masyarakat. Meskipun demikian, proses
islamisasi di berbagai tempat di Indonesia dilakukan dengan cara yang dapat diterima
oleh rakyat setempat, sehingga kehidupan keagamaan masyarakat pada umumnya
menunjukkan unsur campuran antara Islam dengan kepercayaan sebelumnya. Hal
tersebut dilakukan oleh penyebar Islam karena di Indonesia telah sejak lama terdapat
agama (Hindu-Budha) dan kepercayaan animisme.
Pada umumnya kedatangan Islam dan cara menyebarkannya kepada golongan
bangsawan maupun rakyat umum dilakukan dengan cara damai, melalui perdagangan
sebagai sarana dakwah oleh para mubalig atau orang-orang alim. Kadang-kadang pula
golongan bangsawan menjadikan Islam sebagai alat politik untuk mempertahankan atau
mencapai kedudukannya, terutama dalam mewujudkan suatu kerajaan Islam.
15
DAFTAR PUSTAKA
Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia, cet.1, Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1990.