KIMIA BIOLOGIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan ridha-
Nya buku “Penuntun Praktikum Kimia Biologis” ini dapat tersusun.
Akhir kata kami berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan buku penuntun praktikum ini. Kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk perbaikan di kemudian hari.
Irma H. Suparto
Dondin Sajuthi
Agus Saputra
DAFTAR ISI
Halaman
Prakata ..................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................. ii
Tata Tertib .............................................................................................. iii
I. Ikatan Hidrogen: Kristalisasi Air Dalam Sel Darah Merah ……1
II. Transport Membran (Dialisis dan Osmosis) ………………………3
III. Penentuan Karbohidrat secara Spektrofotometri.........................6
IV. Aktivitas Enzim Amilase................................................................9
V. Fermentasi Alkohol.......................................................................13
VI. Lemak dalam Makanan …………………………………………….15
VII. Denaturasi dan Analisis Protein secara Spektrofotometri ……19
VIII. Ekstraksi DNA.............................................................................. 23
IX. Fotosintesis....................................................................................26
PRAKTIKUM I KIMIA BIOLOGI
Ikatan hidrogen adalah salah satu gaya tarik menarik antar molekul yang
terjadi antara dua muatan listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan,
dalam hal ini ikatan yang terjadi antara atom hidrogen dari molekul yang
satu dengan molekul lain yang memiliki atom N, O, dan F seperti ikatan
hidrogen pada antar molekul air, pada struktur protein, asam nukleat, dan
sebagainya
Struktur wujud zat padat adalah struktur dengan susunan teratur dan
wujud zat cair dengan susunan tidak teratur. Kristal es memiliki ikatan
hidrogen yang teratur, jika es mencair (entropi naik) maka sebagian ikatan
hidrogen akan terputus, sebaliknya jika air membeku atau mengkristal
maka ikatan hidrogen akan terbentuk secara teratur sehingga bobot jenis es
lebih rendah daripada bobot jenis air dengan perkataan lain volume es lebih
besar daripada volume air.
Tujuan Percobaan
Membuktikan terjadinya pembentukan ikatan hidrogen antar molekul air
(kristalisasi air), kristalisasi air dalam sel darah merah, dan pengaruh
gliserol terhadap kristalisasi air dalam sel darah merah.
Cara Kerja
Percobaan 1. Pembentukan Ikatan Hidrogen pada Kristalisasi Air
1. Sediakan dua buah kaleng kosong bekas minuman, masing-masing
diisi penuh dengan aquades, ukur volume air dengan gelas ukur 100
mL
2. Isi kembali kedua kaleng tersebut penuh dengan aquadest lalu
dibekukan dengan memasukkannya ke dalam freezer
3. Setelah air membeku atau mengkristal, kristal es dicairkan dan
kaleng dikosongkan lagi
4. Isi kembali kaleng penuh dengan air aquades, ukur lagi volume air
dengan gelas ukur
5. Bandingkan volume kaleng setelah air dibekukan dan sebelum
dibekukan, perbedaan volume disebabkan oleh terbentuknya ikatan
hidrogen
2
PRAKTIKUM II KIMIA BIOLOGI
Difusi adalah peristiwa menyebarnya suatu zat terlarut (larutan yang lebih
pekat) ke media pelarutnya (larutan yang lebih encer) sehingga mencapai
kondisi setimbang, difusi dapat melalui membran pemisah ataupun tidak.
Dialisis adalah difusi melalui suatu membran semipermeabel yang
memisahkan molekul dan ion kecil dengan molekul dan ion besar.
Kemampuan suatu molekul untuk berdifusi melalui membran
semipermeabel tergantung dari ukuran dan bentuk ion/molekul itu sendiri;
selain itu juga tergantung kepada pori-pori yag dimiliki oleh membran
semipermeabel itu sendiri. Prinsip dialisis ini dipakai pada mesin pencuci
ginjal yang dapat melewatkan darah pasien melalui suatu tabung membran
dialisis. Pada saat darah mengalir melalui membran tersebut, maka
partikel-partikel produk sisa tubuh bergerak, melalui difusi dari darah ke
cairan di luar membran. Darah yang bersih akan kembali ke tubuh.
Osmosis adalah perpindahan air dari larutan yang memiliki kemurnian air
lebih tinggi ke larutan yang kemurnian airnya lebih rendah, atau dengan
kata lain dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat. Tekanan osmosis
suatu larutan adalah tekanan yang harus diberikan kepada larutan tersebut
untuk mencegah terjadinya pergerakan/perpindahan air, tekanan osmosis ini
sebanding dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Larutan yang
memiliki konsentrasi 1 M memiliki tekanan osmosis sebesar 22.4 atm.
Sel dalam tubuh (misalnya sel darah merah) akan mengalami kerusakan bila
ditempatkan pada kondisi tekanan osmosis yang tidak sesuai. Untuk
mencegah terjadinya perpindahan air dari atau ke luar sel, sel harus
menjaga tekanan osmosis antara di luar dengan di dalam sel sama. Beberapa
jenis sel mencegah efek tekanan osmosis ini dengan melindungi sel
menggunakan dinding sel yang kaku, sehingga dapat bertahan dengan
adanya perbedaan tekanan osmosis.
Membran plasma dari sel darah merah (SDM) sangat permeabel dengan
molekul air tetapi tidak permeabel untuk garam. Sel darah merah yang
dimasukkan ke dalam larutan isotonik akan tetap berukuran dan berbentuk
seperti semula. Sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan
hipotonik akan bengkak dan pada akhirnya pecah melepaskan Hb. Hal ini
disebabkan air akan ke dalam sel lebih cepat dari yang keluar. Fenomena ini
disebut sebagai hemolisis. Sel darah merah yang dimasukkan ke dalam
3
larutan yang hipertonik akan mengkerut dan tampak ada tonjolan-tonjolan
atau tepian yang tak beraturan, peristiwa ini dikenal dengan istilah krenasi.
Tujuan Percobaan
Mempelajari konsep dialisis pada larutan garam dan mengamati osmosis
pada sel darah merah.
Cara Kerja
Percobaan 1. Diálisis
6. Larutan Pati 2% (b/v) sebanyak 10 ml ditambah dengan 10 ml NaCl
5% (b/v) di dalam gelas piala, campuran diaduk sampai homogen.
7. Membran diálisis sepanjang 7 cm disiapkan dengan cara mengikat
salah satu ujungnya dengan tali.
8. Membran diálisis diisi dengan campuran Pati-NaCl hinggá hampir
penuh.
9. Lalu ujung yang masing terbuka diikat juga.
10. Kantung dialisis berisi campuran Pati-NaCl dimasukkan ke dalam
gelas piala berisi akuades selama kurang lebih 60 menit
11. Ambil masing-masing 2 ml cairan dari luar tabung lalu masukkan ke
dalam 2 tabung reaksi berbeda (tabung 1 dan 2), kemudian
tambahkan pada tabung 1 iodin 1% sebanyak 10 tetes, dan
tambahkan 10 tetes AgNO3 1% pada tabung 2.
12. Ambil masing-masing 2 ml cairan dari dalam tabung lalu masukkan
ke dalam 2 tabung reaksi berbeda (tabung 3 dan 4), kemudian
tambahkan pada tabung 3 iodin 1% sebanyak 10 tetes, dan
tambahkan 10 tetes AgNO3 pada tabung 4.
4
Percobaan 3. Osmosis
3. Sebanyak 5 ml NaCl 0.1%, 0.85%, dan 5% dimasukkan ke dalam 3
tabung reaksi yang berbeda.
4. Kemudian tambahkan sebanyak 5 tetes darah segar secara perlahan,
biarkan selama sekitar 5 menit dan jangan diaduk.
5. Amati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi
secara langsung.
6. Ambil 1 tetes larutan dari masing-masing tabung dan pindkan pada
kaca objek, lalu amati dengan mikroskop perbesaran 10 dan 40 kali.
5
PRAKTIKUM III KIMIA BIOLOGI
Uji iodin dilakukan untuk mendeteksi adanya polisakarida seperti pada pati.
Pereaksi iodin jika bereaksi dengan struktur heliks amilosa yang ada pada
pati akan menghasilkan warna biru pekat. Uji Benedict digunakan untuk
mendeteksi adanya gula dengan gugus aldehid atau keton bebas (gula
pereduksi). Gula pereduksi terdiri dari semua monosakarida dan diskarida
kecuali sukrosa. Hasil positif pada uji Benedict bila larutan berubah warna
menjadi biru pekat kemerahan. Ini menunjukkan adanya gula pereduksi,
semakin banyak warna merah yang muncul (hingga membentuk endapan
merah bata) menunjukkan konsentrasi gula pereduksi semakin besar. Hasil
negatif diperoleh jika warna hasil uji sampel berwarna biru, sama seperti
warna hasil uji pada blanko (akuades)
6
Tujuan Praktikum
Menentukan kadar karbohidrat total dari beberapa bahan berkarbohidrat
tinggi menggunakan metode Anthrone dengan pembanding/standar glukosa,
mengetahui jenis beberapa jenis gula pereduksi, dan mengetahui beberapa
jenis karbohidrat kompleks.
Cara Kerja
Percobaan 1. Penentuan kadar karbohidrat dengan metode Anthrone
1. Siapkan larutan standar glukosa dengan konsentrasi 50 mg/mL (b/v)
sebanyak 10 mL
2. Encerkan standar glukosa 10 mg/mL menjadi 2, 4, 8, 16, 32, 64, dan
128 kali dengan cara pengenceran bertingkat masing-masing menjadi
1 mL dalam tabung reaksi.
3. Larutkan masing-masing sampel karbohidrat dengan konsentrasi 5
mg/mL (b/v) sebanyak 25 mL.
4. Setiap sampel karbohidrat masing-masing diambil sebanyak 1 mL
dan pindahkan ke dalam tabung reaksi. (Beri tanda pada masing-
masing tabung sampel dan standar).
5. Tambahkan ke dalam masing-masing larutan blanko (akuades 1 mL),
standar, dan sampel sebanyak 5 mL pereaksi anthrone melalui
dinding tabung dan biarkan sampai terbentuk dua lapisan
6. Kocok secara sempurna dan rendam dalam penangas air 100 ºC
selama 20 menit.
7. Setelah dingin, ukur absorbansi masing-masing standar dan sampel
pada panjang gelombang 620 nm
8. Tentukan konsentrasi karbohidrat pada masing-masing sampel
menggunakan kurva standar glukosa yang diperoleh sebelum dan
sesudah pengenceran (perhatikan faktor pengencerannya).
7
Percobaan 2. Uji kualitatif gula pereduksi dengan pereaksi Benedict
1. Masukkan 8 tetes sampel yang akan diuji ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan pereaksi Benedict sebanyak 2.5 mL lalu aduk
3. Panaskan pada air mendidih selama 3 menit dan dinginkan dengan
air mengalir
4. Amati perubahan warna yang terjadi. Blanko disiapkan dengan
mengganti sampel dengan akuades.
8
PRAKTIKUM IV KIMIA BIOLOGI
Enzim adalah senyawa biologis yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia
dan akan dihasilkan kembali pada akhir reaksi. Kata “Enzim” berasal dari
bahasa Yunani, yakni “en” (di dalam) dan “zyme” (ragi). Penelitian tentang
enzim pada awalnya dilakukan terhadap fermentasi pada alkohol yang
menggunakan ragi sebagai bahan “pembantu”. Para peneliti sekitar pada
tahun 1878 itu mengetahui bahwa ada sesuatu di dalam ragi yang dapat
meningkatkan kecepatan fermentasi ini. Kemudian penelitian tentang
komposisi enzim ini sendiri dilakukan oleh James Sumner pada tahun 1926
menggunakan urease dari ginjal.
9
diantaranya adalah natrium (2-21 mmol/L), kalium (10-36 mmol/L), kalsium
(1.2-2.8 mmol/L), magnesium (0.08-0.5 mmol), klorida (5-40 mmol/L),
bikarbonat (25 mmol/L), dan fosfat (1.4-39 mmol/L).
Amilase adalah enzim yang memecah pati menjadi karbohidrat yang lebih
sederhana, dan juga disebut ptialin. Amilase pada saliva berperan mencerna
makanan bersama dengan enzim lainnya di dalam saliva. Amilase juga
dihasilkan dari pankreas yang fungsinya juga sama dengan amilase saliva.
Amilase saliva dan pankreas merupakan jenis α-amilase. Enzim α-amilase
(EC 3.2.1.1 ) atau dikenal juga dengan 1,4-α-D-glucan glucanohydrolase
(glycogenase) merupakan enzim glikosida hidrolase. Enzim ini tidak dapat
bekerja tanpa adanya ion kalsium (Ca2+), sehingga digolongkan ke dalam
jenis metaloenzim kalsium (calcium metalloenzyme). Enzim ini menyerang
secara acak ikatan lurus 1,4-α-D-glikosida pada pati. Ia akan memecah
amilosa menjadi maltotriosa dan maltosa; dan memecah amilopektin menjadi
maltosa, glukosa, dan beberapa dekstrin (amylodextrin, erythrodextrin,
achrodextrin). Enzim ini bekerja lebih cepat dibandingkan dengan β-amilase.
Amilase saliva biasanya bekerja optimum pada pH 5.6 - 6.9 dan suhu 37 ºC.
Dalam percobaan ini, pati akan direaksikan dengan amilase saliva pada
berbagai kondisi pH dan suhu inkubasi. Hasil percobaan ini akan
menunjukkan pada pH dan suhu berapa amilase saliva bekerja optimum
menghidrolisis pati. Hal ini ditandai dengan semakin berkurangnya pati dan
semakin banyaknya hasil hidrolisis pati. Untuk mengetahui kemampuan
amilase saliva dalam menghidrolisis pati, maka dilakukan uji iodin dan uji
Benedict.
Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sifat dan zat penyusun saliva,
serta mengetahui pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim amilase
saliva.
10
Bahan dan Alat
Bahan-bahan Alat-alat
1 Asam asetat 1% Glass Wol
2 Fenol red Lakmus merah dan biru
3 Pereaksi Biuret pH universal
4 Pereaksi Molisch Kertas saring
5 Pati 1% Papan uji penangas air 37 dan 100 C
6 Pereaksi Benedict Gelas piala 50 mL
7 HCl 0.1 M Tabung reaksi
8 Asam asetat 0.1 M
9 NaHCO3 0.1 M
10 Es batu
11 Akuades
12
13
14
Cara Kerja
1. Bersihkan rongga mulut dan berkumur hingga kotoran dalam mulut
hilang .
2. Kunyah sepotong kertas saring yang dibasahi sedikit asam asetat
encer (untuk merangsang sekresi saliva).
3. Kumpulkan saliva sampai ± 25 mL
4. Saring dengan glass wool.
11
Percobaan 3. Pengaruh pH pada aktivitas saliva
1. Siapkan empat tabung reaksi dan masing-masing isi dengan 2 mL
HCl 0.1 M (tabung 1), 2 mL asam asetat 0.1 M (tabung 2), 2 mL
akuades (tabung 3), dan 2 mL Na-karbonat 0.1% (tabung 4).
2. Tambahkan pada setiap tabung 2 mL larutan kanji/pati 1% dan 2 mL
saliva.
3. Kocok dengan baik dan letakkan pada penangas air 37 °C selama 15
menit.
4. Uji larutan tersebut dengan uji iodium dan uji Benedict.
12
PRAKTIKUM V KIMIA BIOLOGI
Fermentasi Alkohol
Dalam praktikum ini, kita akan melakukan proses fermentasi yaitu suatu
sekuens reaksi kimia dan diawali dengan glikolisis. Akan tetapi pada
fermentasi tidak melibatkan transpor elektron yang berbeda dengan
respirasi aerob. Molekul piruvat yang dihasilkan pada glikolisis dikonversi
menjadi molekul organik yang berbeda tergantung tipe sel yang mengalami
reaksi fermentasi. Sel ragi dapat membentuk etanol dan CO2. Dalam
percobaan ini, kita memakai ragi roti. Ada bakteri yang dapat membentuk
asam asetat untuk membuat cuka. Pada mamalia, kerja yang berat
membutuhkan oksigen yang lebih besar daripada kemampuan darah
memberi persediaannya, sel otot merubah piruvat menjadi asam laktat dan
penumpukkannya menimbulkan rasa sakit.
Tujuan Percobaan
Mengamati dan membandingkan hasil fermentasi dari beberapa substrat
karbohidrat
Cara Kerja
1. Sebanyak 10 ml larutan glukosa 10%, fruktosa 10%, sukrosa 10%,
susu 10%, pati 10%, dan akuades dimasukkan pada 6 gelas piala kecil
yang berbeda.
2. Kemudian pada masing-masing gelas piala ditambahkan ragi 4%
sebanyak 5 ml dan diaduk.
13
3. Campuran tersebut dimasukkan pada masing-masing tabung
fermentasi hingga mencapai setengah volume bagian tabung yang
terbuka.
4. Ujung tabung yang terbuka ditutup dengan kapas.
5. Semua tabung diinkubasi pada suhu 37 ºC.
6. Ukurlah rongga udara yang terbentuk pada bagian tertutup tabung
fermentasi setiap 15 menit sampai menit ke 90.
Keterangan:
V = Volume gas CO2 yang dihasilkan
r = jari-jari lingkar dalam tabung
h = tinggi rongga udara yang terbentuk
π = 22/7 atau 3,14
14
PRAKTIKUM VI KIMIA BIOLOGI
Lipid adalah biomolekul besar yang larut dalam pelarut organik seperti
kloroform dan methanol, tetapi hanya sedikit larut dalam pelarut polar (air).
Lipid dapat dengan mudah dipisahkan dari molekul lainnya dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut organik. Lemak, minyak, lilin, beberapa
jenis vitamin dan hormon, serta komponen membran non-protein merupakan
jenis-jenis lipid.
Lemak dan minyak merupakan 95% dari lipid makanan, sedangkan fosfolipid
dan sterol hanya 5 %. Lemak dan minyak merupakan triasilgliserol atau
disebut juga trigliserida, yaitu gabungan antara gliserol dengan tiga buah
asam lemak yang sama atau berbeda. Asam lemak yang menyusun
triasilgliserol adalah asam karboksilat berantai panjang, pada umumnya
memiliki 14 C hingga 24 C), ada yang jenuh dan ada pula yang tidak jenuh.
Bentuk lemak pada suhu ruangan adalah dalam fasa padat, hal ini
disebabkan dalam lemak asam lemak penyusunnya didominasi oleh asam
lemak jenuh. Bentuk minyak pada suhu ruangan tetap dalam fasa cairan
karena disusun oleh banyak asam lemak tidak jenuh. Lipid dipakai oleh
manusia dalam makanan untuk memberi rasa (butter dan minyak zaitun),
untuk meningkatkan palatabilitas dari makanan yaitu teksturnya (kue tart,
es krim).
Dalam percobaan ini, aseton akan dipakai untuk mengekstrak lemak yang
tidak tampak dalam makanan. Karena lipid sedikit larut dalam air akan
tetapi larut dalam pelarut organik. Setelah selesai ekstrasi, lemak tersebut
akan tampak sehingga dapat diobservasi sifat-sifatnya di dalam cawan petri.
Juga dapat menentukan apakah mengandung asam lemak jenuh atau tak
jenuh. Mentega coklat dalam kue coklat adalah lemak jenuh dan pada suhu
kamar menjadi padat. Minyak yang dipakai untuk menggoreng keripik
kentang adalah tidak jenuh dan berbentuk cair dalam suhu ruangan.
Sedangkan minyak dari biji matahari juga tidak jenuh dan tetap cair pada
suhu ruangan.
15
Praktikum kali ini juga mencoba untuk menentukan bilangan iod beberapa
contoh lipid yang banyak kita jumpai sehari-hari menggunakan pereaksi
Hanus. Dari penentuan bilangan iod ini, kita dapat melihat dan
membandingkan jumlah ikatan rangkap yang dapat diasosiasikan dengan
jumlah asam lemak tak jenuh pada beberapa sampel lipid. Prinsip penentuan
bilangan iod dengan pereaksi Hanus adalah adanya reaksi antara iodin
dalam pereaksi hanus dengan ikatan ganda yang terdapat dalam asam
lemak tak jenuh, kemudian sisa dari iodin ditentukan dengan menambahkan
natrium tiosulfat. Penentuan kolesterol menggunakan metode Liebermann-
Buchard secara kuantitatif juga akan dilakukan pada percobaan ini. Asam
asetat anhidrida yang ada dalam pereaksi Lieberman-Buchard akan
mengasetilasi gugus OH yang ada pada kolesterol, kemudian asam sulfat
pekat mengkatalisis reaksi adisi kloroform ke dalam cincin kolesterol yang
kemudian menghasilkan senyawa kompleks berwarna biru kehijauan.
Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan mengamati karakteristik lemak dalam makanan
dan mengukur konsentrasinya; melihat dan membandingkan bilangan iod
beberapa sampel lipid; dan mengetahui keberadaan kolesterol pada beberapa
sampel lipid.
16
Cara Kerja
Percobaan 1. Pengukuran kuantitatif terhadap lemak dalam makanan
1. Timbang 5 gram sampel. Hancurkan sampel tersebut di dalam
alumunium foil dengan palu.
2. Catat gelas piala yang dipakai untuk masing masing sampel makanan.
3. Masukkan sampel yang telah dihancurkan ke dalam gelas piala
tersebut dan catat kembali berat gelas piala + sampel.
4. Tambahkan 10 ml aseton ke dalamnya.
5. Aduk selama 1 menit (di dalam lemari asam).
6. Secara perlahan tuangkan campuran aseton ke dalam cawan petri,
jangan terbawa sampelnya.
7. Tambahkan kembali 10 ml aseton ke dalam gelas piala dan ulangi
tahap 5 dan 6.
8. Biarkan aseton dalam petri menjadi kering selama satu malam di
dalam lemari asam. Kemudian amati keesokan harinya.
9. Biarkan sampel dalam gelas beker kering satu malam juga dan
timbang gelas beker bersama sampelnya.
17
5. Sisa sampel yang tersisa pada gelas piala diresuspensi dengan
kloroform 5.0 mL, aduk perlahan.
6. Siapkan 3 tabung reaksi dengan komposisi larutan sebagai berikut:
Larutan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Kloroform - - 5 mL
Sampel - 5 mL -
Standar kolesterol 5 mL - -
As. Asetat anhidrida 2 mL 2 mL 2 mL
As. Sulfat pekat 0.1 mL 0.1 mL 0.1 mL
7. Simpan ketiga tabung reaksi di tepat gelap selama 15 menit, kemudian
aati perubahan warna yang terjadi dan ukur absorbansinya pada
panjang gelombang 420 nm.
18
PRAKTIKUM I KIMIA BIOLOGI
19
Iintensitas warna yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasinya. Metode
ini dapat digunakan untuk analisis berbagai sampel protein dan cukup
sensitif dengan kisaran sensitivitas 10-100 µg protein. Metode ini memiliki
beberapa kelebihan, seperti: analisisnya cepat, lebih akurat jika dibanding
dengan metode Biuret dan Lowry, dan relatif sedikit kontaminan. Adapun
kekurangan metode ini adalah harga pereaksinya yang relatif lebih mahal.
Tujuan Percobaan
Mengamati denaturasi protein dalam putih telur melalui berbagai perlakuan;
dan menentukan konsentrasi protein pada suatu sampel menggunakan
metode Biuret dan Coomassie blue.
Cara Kerja
Percobaan 1 Denaturasi protein
1. Panaskan 300 mL air dalam gelas piala di atas penangas air atau
bunsen sampai mendidih.
2. Pecahkan beberapa butir telur ayam, pisahkan dan kumpulkan
bagian putihnya ke dalam gelas piala.
3. Sediakan 6 buah tabung reaksi dan beri label masing-masing 1-6
4. Masing-masing tabung reaksi diisi dengan 5 mL putih telur dengan
hati-hati.
5. Tempatkan tabung reaksi nomor 1 dalam penangas air selama 5
menit.
6. Tambahkan 5 ml NaCl 5% pada tabung reaksi no.2 kemudian aduk
hingga homogen.
7. Tambahkan 5 ml NaHCO3 5% pada tabung reaksi no.3 kemudian
aduk hingga homogen.
8. Tambahkan 5 ml jus lemon pada tabung reaksi no.4 kemudian aduk
hingga homogen.
9. Tambahkan 5 ml alkohol 70% pada tabung reaksi no.5 kemudian aduk
hingga homogen.
10. Tambahkan 5 ml AgNO3 5% pada tabung reaksi no.6 kemudian aduk
hingga homogen.
11. Catat hasil praktikum seperti pada tabel berikut:
20
Tabel data pengamatan denaturasi potein
Tabung Perlakuan Hasil Pengamatan
Reaksi
1 Pemanasan (air mendidih)
2 Senyawa ionik (NaCl)
3 Basa (NaHCO3ˉ)
4 Asam (Jus lemon)
5 Senyawa organik (Alkohol)
6 Logam berat (AgNO3)
B. Metode Bradford
1. Buatlah sederetan larutan standar BSA dengan konsentrasi sebagai
berikut.
No. [Protein]
Vol. BSA 1 mg/mL (mL) Vol. Air (mL)
Tabung (mg/ml)
1 8 2 0.8
2 6 4 0.6
3 4 6 0.4
4 3 7 0.3
5 2 8 0.2
6 1 9 0.1
21
2. Pipet juga 0.1 mL air destilata ke dalam tabung reaksi sebagai blanko.
3. Pipet masing-masing putih telur yang telah diencerkan 50 kali dan
250 kali sebanyak 0.1 ml dan masukkan ke dalam tabung reaksi yang
bersih. Beri tanda pada setiap tabung reaksi. (sebagai sampel)
4. Pipet 5 mL pereaksi Bradford, tambahkan ke dalam masing-masing
tabung reaksi (blanko, standar, dan sampel), lalu dikocok.
5. Setelah 2 menit, ukur absorbansi larutan pada panjang gelombang
590 nm dan usahakan semua pengukuran dilakukan dalam waktu
sebelum satu jam.
6. Gunakan kurva standar protein untuk menentukan konsentrasi
protein putih telur total sesudah dan sebelum diencerkan.
7. Bandingkan hasilnya dengan konsentrasi yang diperoleh dari metode
Biuret
22
PRAKTIKUM VII KIMIA BIOLOGI
Ekstraksi DNA
Asam nukleat adalah molekul berukuran besar yang tersusun atas rantai
monomer nukleotida yang dihubungkan dengan ikatan fosfodiester, dan
pertama kali ditemukan oleh Friedrich Miescher pada tahun 1871.
Nukleotida sendiri merupakan gabungan antara gula (ribulosa), basa
nitrogen (Urasil, Timin, Sitosin, Adenin, Guanin), dan fosfat. Asam nukleat
bertugas membawa informasi genetik atau membentuk struktur di dalam sel.
Asam nukleat terdiri dari DNA (deoxirobonucleic acid) dan RNA (ribonucleic
acid) dan terdapat di semua jenis makhluk hidup, termasuk juga virus.
Asam nukleat umumnya berada dalam bentuk utas tunggal maupun utas
ganda. Utas ganda pada asam nukleat mengandung dua utas tunggal asam
nukleat yang dihubungkan dengan ikatan hidrogen antara basa-basa
nitrogennya, contohnya adalah DNA. RNA pada umumnya hanya terdiri atas
satu utas tunggal, namun utas tunggal tersebut dapat melipatkan diri
membentuk utas ganda. RNA terdiri dari 4 jenis yaitu: mRNA (messenger
RNA) berperan sebagai cetakan pada saat sintesis protein; rRNA (ribosomal
RNA berperan sebagai penyusun struktur ribosom), tRNA (transfer RNA
berfungsi membawa asam amino yang akan disusun menjadi protein ketika
translasi; dan ribozim berperan sebagai enzim.
Agar DNA dapat diekstraksi, maka dinding sel, membran sel, dan membran
inti harus dipecah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mekanik maupun
kimia. Secara mekanik, dinding sel, membran sel, dan membran inti dapat
dipecah dengan cara digerus menggunakan mortar ataupun blender, selain
itu perlakuan beku leleh (freeze thowing) juga dapat dilakukan untuk
mempercepat perusakan dinding sel. Larutan garam dan deterjen berfungsi
merusak dinding sel, membran sel, dan membran inti secara kimia. Larutan
garam akan merusak sel melalui perbedaan tekanan osmosis antara di dalam
dan diluar sel, sedangkan larutan deterjen merusak sel dengan cara
mengganggu kestabilan struktur membran yang berupa fosfolipid, deterjen
akan mengikat fosfolipid dari membran sel dan melarutkannya dalam air.
23
Penggunaan enzim dilakukan untuk membersihkan/melepaskan protein
histon yang melekat pada DNA, dalam hal ini memakai enzim papain yang
terdapat dalam pelunak daging atau buah pepaya. Alkohol kemudian
digunakan untuk mengekstraksi DNA. DNA akan terpresipitasi melayang
pada fase etanol dan memisahkan diri dari komponen sel lain yang
terendapkan di bagian fase air.
Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan mengekstraksi dan mencirikan DNA dari sel
tanaman dan hewan.
24
3. Saring larutan kacang hijau menggunakan kain blacu ke dalam gelas
piala yang diletakkan dalam penangas es.
4. Pindahkan sebanyak 50 mL larutan kacang hijau yang telah disaring
ke dalam erlenmeyer kemudian tambahkan 20 mL larutan deterjen
15% (b/v), kemudian aduk perlahan dan diamkan selama 15 menit.
5. Masukkan masing-masing 5 mL campuran pada no 4 ke dalam 2
tabung reaksi berbeda (usahakan endapannya tidak ikut tercampur)
dan tambahkan sedikit pelunak daging pada salah satu tabung,
diamkan selama 2 menit.
6. Tambahkan 5 mL etanol 70% dingin melalui dinding tabung ke dalam
kedua tabung reaksi tersebut.
7. Biarkan tabung reaksi di dalam penangas es selama 30 hingga 60
menit dan perhatikan presipitasi DNA akan keluar ke lapisan etanol
seperti benang atau gumpalan awan putih.
25
PRAKTIKUM KIMIA BIOLOGI VIII
Fotosintesis
Energi kimia
menjadi
Energi cahaya
matahari
mengubah
dikatalisis
Kloroplas terjadi di oleh
pada tanaman Fotosintesis Anabolisme Sistem enzim
hijau merupakan
dibagi menjadi
Ada cahaya
Reaksi terang Reaksi gelap ataupun tidak
membutuhkan
Dikombinasikan
dengan
Klorofil Cahay Ai Hidrogen Karbondioksid Karbohidrat
a r a
menangkap memecah menjadi membentuk
Oksige Ai
n sebagai sebagai r
Hasil samping
26
(disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih
dahulu. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang
mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya
akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju
mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan
daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk
mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air
yang berlebihan.
Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena masih ada
sejumlah tahap yang belum bisa dijelaskan, meskipun sudah sangat banyak
yang diketahui tentang proses vital ini. Pada dasarnya, rangkaian reaksi
fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena
memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi
memerlukan karbon dioksida).
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi
NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan
penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. ATP dan NADPH yang
dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses biokimia. Pada
tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat
karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula
seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung
pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan
gelap (tanpa cahaya).
Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan mengamati faktor CO2 dan cahaya terhadap
fotosintesis pada beberapa tanaman
27
Cara Kerja
Percobaan 1. Pengaruh cahaya terhadap hasil fotosintesis
1. Tutuplah sebagian daun dengan kertas gelap pada bagian permukaan
atas daun, usahakan tidak ada sinar yang dapaat menembus bagian
yang ditutup.
2. Setelah satu minggu, masukkan masing-masing daun ke dalam air
mendidih selama 30 menit.
3. Kemudian pindahkan daun ke dalam alkohol mendidih selama 30
menit
4. Pindahkan daun ke cawan petri dan bilas sedikit dengan alkohol 70%
5. Teteskan 5 tetes iodin pada daun dan amati
28