Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keluarga sebagai bagian terkecil dari masyarakat memiliki peranan penting dalam
membantu mewujudkan kesehatan secara umum di masyarakat karena kalau bagian inti
dari masyarakat sudah sehat tentunya kesehatan secara total dapat terwujud. Di dalam
keluarga pula merupakan tempat tumbuh dan berkembang manusia dan sebagai sarana
bagi manusia itu sendiri untuk nantinya bersosialisasi dengan masyarakat lain. Untuk itu
diperlukan keluarga yang berkualitas agar tercipta manusia yang berkualitas pula baik
secara fisik, mental, maupun spiritual.
Diare adalah kondisi dimana terjadinya frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari
3x / hari),serta perubahan dalam isi ( lebih dari 200g/hari ) dan konsisten (feses cair).hal
ini biasanya dihubungkan dengan dorongan ,ketidaknyamanan perianal, inkontensia,
atau kombinasi dari faktor- faktor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan
pada sekresi usus, absorpsi mukosal, atau motilitas dapat menimbulkan diare. Diare
dapat bersifat akut atau kronis. ini dapat diklasifikasikan sebagai volume tinggi, volume
rendah, sekresi, osmotik atau campuran. Diare dengan volume banyak terjadi bila
terdapat lebih dari satu liter feses cair per hari. Diare dengan volume sedikit terjadi bila
kurang dari satu liter feses cair yang dihasilkan per hari. Balita merupakan kelompok
umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S,
2004).
Menurut Parashar tahun 2007, di dunia terdapat 6 juta balita yang meninggal tiap
tahunnya karena penyakit diare. Dimana sebagian kematian tersebut terjadi di negara
berkembang termasukIndonesia(DepkesRI, 2007). Hal yang bisa menyebabkan balita
mudah terserang penyakit diare adalah perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan
keadaan lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani
secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air, sehingga bila terjadi
diare sangat mudah terkena dehidrasi (Depkes, 2010).
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Di indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460

1
balita setiap harinya. Dari hasil survay kesehatan rumah tangga (SKRT) di Indonesia,
diare merupakan penyebab kematian nomer 2 pada balita dan nomer 3 bagi bayi serta
nomer 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak
1,6-2 kali per tahun. Kasubdit diare dan kecacingan Depkes, Wayan Widaya mengatakan
hasil survai kesehatan rumah tangga(SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23
per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006
sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (Kejadian luar biasa) diare di
wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya
menyebabkan kematian. Hal tersebut , terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air
bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat.jumlah penderita diare tertinggi ada
di daerah NTT yakni 2194 jiwa,sedangkan dijawa barat, jawa tengah, dan jawa timur
sebesar 196 jiwa. (Depkes, 2010).
Penyakit ini mempunyai gambaran penting yaitu diare dan muntah, akibatnya klien
kekurangan cairan atau dehidrasi. Dan keadaan kekurangan cairan apabila tidak diatasi
akan menyebabkan syok hipovolemik, terlebih kasus kekurangan cairan atau dehidrasi
terjadi pada anak-anak dimana 80% bagi tubuh terdiri dari cairan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari penyakit diare?
2. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit diare?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui konsep medis dari penyakit diare
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit diare

2
BAB II
TINJAU TEORI
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare adalah buang air besar pada balita
lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu (Juffrie dan
Soenarto, 2012).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan
frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14
hari (Tanto dan Liwang, 2014). Berdasarkan ketiga definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar dengan bertambahnya frekuensi
yang lebih dari biasanya 3 kali Sehari Atau Lebih Dengan Konsistensi Cair.

2. Etiologi Diare
Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain:
1. Faktor Infeksi
a) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.Meliputi infeksi eksternal sebagai
berikut :
1) Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, aeromonas, dan sebagainya.
2) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis)
Adeno-virus, Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.
3) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides)
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis), jamur (Candida albicans)

3
b) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti:
otitits media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsornsi protein
3. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar).

3. Faktor Resiko

Menurut jufrri dan Soenarto (2012), ada beberapa faktor resiko diare yaitu :
a) Faktor umur yaitu diare terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat
diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek
penurunan kadar antibody ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan
makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja.
b) Faktor musim : variasi pola musim diare dapat terjdadi menurut letak
geografis. Di Indonesia diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi
sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, dan diare
karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan. Faktor lingkungan
meliputi kepadatan perumahan, kesediaan sarana air bersih (SAB),
pemanfaatan SAB, kualitas air bersih.

4. Patogenesis Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare menurut Ngastiyah
(2014) :
a) Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi

4
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga
timbul diare.
b) Gangguan sekresi Akibat terangsang tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c) Ganggua motilitas usus Hiperperistaltik akan mengkkpuakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

5. Patofisiologi
Menurut Tanto dan Liwang (2006) dan Suraatmaja (2007), proses terjadinya
diare disebabkan oleh berbagai factor diantaranya
a) Faktor infeksi Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus
dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
b) Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan
adanya toksin bakteri akan menyebabkan transpor aktif dalam usus sehingga
sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.
c) Faktor malabsorpsi Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga
terjadilah diare.
d) Faktor makanan Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang kemudian
menyebabkan diare.

5
e) Faktor psikologis Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang
dapat menyebabkan diare.

6. Tanda dan Gejala Diare


Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah,
suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak menutup
kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi dehidrasi
berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat,
tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat badan menurun,
turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering
(Octa dkk, 2014).

7. Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium


Pemeriksaan laboratorium yang intensif perlu dilakukan untuk mengetahui
adanya diare yang disertai kompikasi dan dehidrasi. Menurut William (2005),
pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk mengetahui Analisa Gas Darah (AGD)
yang menunjukan asidosis metabolic. Pemeriksaan feses juga dilakukan untuk
mengetahui :
a) Lekosit polimorfonuklear, yang membedakan antara infeksi bakteri dan infeksi
virus.
b) Kultur feses positif terhadap organisme yang merugikan.
c) Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dapat menegaskan keberatan
rotavirus dalam feses.
d) Nilai pH feses dibaah 6 dan adanya substansi yang berkurang dapat diketahui
adanya malaborbsi karbohidrat. Menurut Cahyono (2014), terdapat beberapa
pemeriksaan laboratorium untuk penyakit diare, diantaranya :
1. Pemeriksaan darah rutin, LED (laju endap darah), atau CPR (C-reactive
protein). memberikan informasi mengenai tanda infeksi atau inflamasi.
2. Pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolit untuk menilai gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.

6
3. Pemeriksaan kolonoskopi untuk mengetahui penyebab diare.
4. Pemeriksaan CT scan bagi pasien yang mengalami nyeri perut hebat, untuk
mengetahui adanya perforasi usus.

8. Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Diare


Menurut Suharyono (2008), faktor yang mempengaruhi diare yaitu :
a) Faktor Gizi. Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak kejadian
diare.
b) Faktor sosial ekonomi. Kebanyakan anak – anak yang mudah menderita diare
berasal dari keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang
buruk, tidak punya penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan
kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan
yang tidak menguntungkan.
c) Faktor lingkungan. Sanitasi lingkungan yang buruk juga akan berpengaruh
terhadap kejadian diare, interaksi antara agent penyakit, manusia dan faktor –
faktor lingkungan, yang menyebabkan penyakit perlu diperhatikan dalam
penanggulangan diare.
d) Faktor makanan yang terkontaminasi pada masa sapih. Insiden diare pada
masyarakat golongan berpendapatan rendah dan kurang pendidikan mulai
bertambah pada saat anak untuk pertama kali mengenal makanan tambahan
dan frekuensi ini akan makin lama meningkat untuk mencapai puncak pada
saat anak sama sesekali di sapih, makanan yang terkontaminasi jauh lebih
mudah mengakibatkan diare pada anak–anak lebih tua.
e) Faktor pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seeorang, makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan
ibu balita dalam berperilaku dan berupaya secara aktif guna mencegah
terjadinya diare pada balita.

7
9. Klasifikasi Diare
Diare dibedakan menjadi diare akut, diare kronis dan persisiten. Diare akut
adalah buang air besar pada bayi atu anak-anak melebihi 3 kali sehari, disertai
dengan perubahan konsisitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu, sedangkan diare kronis sering kali
dianggap suatu kondisi yang sama namun dengan waktu yang lebih lama yaitu diare
melebihi satu minggu, sebagian besar disebabkan diare akut berkepanjangan akibat
infeksi, diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan diare
berkelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronis biasanya
ditandai dengan penurunan berat badan dan sukar untuk naik kembali (Amabel,
2011).
Sedangkan klasifikasi diare menurut (Octa,dkk 2014) ada dua yaitu
berdasarkan lamanya dan berdasarkan mekanisme patofisiologik.
1) Berdasarkan lama diare
a) Diare akut, yautu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
b) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to
thrive) selama masa diare tersebut.
2) Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a) Diare sekresi Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya sekresi air
dan elekrtolit dari usus, menurunnya absorbs. Ciri khas pada diare ini
adalah volume tinja yang banyak.
b) Diare osmotik Diare osmotic adalah diare yang disebabkan karena
meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang
disebabkan oleh obatobat/zat kimia yang hiperosmotik seperti
(magnesium sulfat, Magnesium Hidroksida), mal absorbs umum dan
defek lama absorbi usus missal pada defisiensi disakarida, malabsorbsi
glukosa/galaktosa.

8
10. Komplikasi
Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa
hal sebagai berikut
a) Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output)
lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare.
b) Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) Hal ini terjadi
karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na
dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
c) Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare,
lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori
Protein (KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau
penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol glukosa. Gejala
hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 %
pada bayi dan 50 % pada anak– anak.
d) Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal
ini disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut
diare atau muntah yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering
diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama,
makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.
e) Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,
asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

9
Menurut Ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupun kronik
akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolis, hipokalemia), gangguan
gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia,
gangguan sirkulasi darah.

11. Penatalaksaan dan Pengobatan Diare


Dasar pengobatan diare adalah
a. Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberianya.
1) Cairan per oral. Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCL dan NaHCO3,
KCL dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak di atas umur 6
bulan kadar natrium 90 mEq/L.Formula lengkap sering disebut
oralit.Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak
lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCL dan sukrosa), atau
air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara di
rumah sebelum dibawa berobat ke rumah sakit/pelayanan kesehatan
untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
2) Cairan parental. Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan
sesuai dengan kebutuhan pasien misalnya untuk bayi atau pasien yang
MEP. Tetapi kesemuanya itu bergantung tersedianya cairan setempat.
Pada umumnya cairan ringer laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas
kesehatan dimana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa banyak
yang diberikan bergantung dari berat /ringanya dehidrasi, yang
diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badanya.
3) Pemberian cairan pasien malnutrisi energi protein (MEP) tipe marasmik.
Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya dengan berat badan
3-10 kg, umur 1bln-2 tahun, jumlah cairan 200 ml/kg/24jam. Kecepatan
tetesan 4 jam pertama idem pada pasien MEP.Jenis cairan DG aa. 20
jam berikutnya: 150 ml/kg BB/20 jam atau 7 ml/kg BB/jam atau 1 ¾

10
tetes/kg/BB/menit ( 1 ml= 15 menit) atau 2 ½ tetes /kg BB/menit (1
ml=20 tetes). Selain pemberian cairan pada pasien-pasien yang telah
disebutkan masih ada ketentuan pemberian cairan pada pasien lainya
misalnya pasien bronkopneumonia dengan diare atau pasien dengan
kelainan jantung bawaan, yang memerlukan caiaran yang berlebihan
pula. Bila kebetulan menjumpai pasien-pasien tersebut sebelum
memasang infuse hendaknya menanyakan dahulu pada dokter.
b. Dietetik (cara pemberian makanan). Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak
di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan:
a) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandug laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron atau sejenis lainya)
b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila
anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
c) Susu kusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
missalnya susu yang tidsk mengandung laktosa atau asam lemak yang
berantai sedang atau tidak jenuh.
c. Obat-obatan. Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atu karbohidrat lain (gula,air tajin,
tepung beras dan sebagainya). (Ngastiyah, 2014)
d. Terapi farmakologik
1) Antibiotik Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat
terhadap penyebab diare diberikan setelah diketahui penyebab diare
dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja.
Pada penderita diare, antibiotic boleh diberikan bila :
a) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan
atau biakan.
b) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan
darah pada tinja.
c) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi
maternal. d) Di daerah endemic kolera.

11
2) Neonatus yang diduga infeksi nosokomial
a. Obat antipiretik Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik
seperti preparat salisilat (asetosol, aspirin) dalam dosis rendah
(25 mg/ tahun/ kali) selain berguna untuk menurunkan panas
akibat dehidrai atau panas karena infeksi, juga mengurangi
sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
b. Pemberian Zinc Pemberianzinc selama diare terbuki mampu
mengurangi lama dan tingkat keparah diare, mengurangi
frekuensi buang air besar (BAB), mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya
(Lintas diare, 2011).

12. Penularan Diare


Menurut departemen Kesehatan RI (2005), kuman penyebab diare biasanya
menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang
tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberap perilaku
yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan resiko
terjadinya dire yaitu: tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu
kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah
membuang tinja anak, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah menyuapi anak
dan tidak membuang tinja termasuk tinja bayi yang benar.

13. Pencegahan Diare


Untuk mencegah penyebaran diare dapat dilakukan dengan cara:
a) Mencuci tangan dengan menggunakan sabun sampai bersih pada lima waktu
penting:
1) Sebelum makan.
2) Sesudah buang air besar (BAB).
3) Sebelum menyentuh balita anda.
4) Setalah membersihkan balita anda setelah buang air besar.

12
5) Sebelum proses menyediakan atau menghidangkan makan untuk
1.siapapun.
b) Mengkonsumsi air yang bersih dan sehat atau air yang sudah melalui proses
pengolahan. Seperti air yang sudah dimasak terlebih dahulu, proses klorinasi.
c) Pengolahan sampah yang baik dengan cara pengalokasiannya ditempatkan
ditempat yang sudah sesuai, supaya makanan anda tidak dicemari oleh
serangan (lalat, kecoa, kutu, dll).
d) Membuang proses MCK (Mandi Cuci Kakus) pada tempatnya, sebaiknya anda
meggunakan WC/jamban yang bertangki septik atau memiliki sepiteng
(Ihramsulthan.com, 2010).

B. KONSEP KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

a. IDENTITAS UMUM
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. D
Pendidikan : SLTA
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Jl. Merah No. 2
Suku : Jawa
Nomor Telepon : 081230xxx
2. Komposisi Keluarga

No Nama L/P Hub. Kel. Umur Pend. Imunisasi KB


.
1 Tn. D L KK 30 th SLTA - -
2 Ny. H P Istri 25 th SLTA - suntik
3 An. Y L Anak 2 th - Lengkap -

13
3. Genogram

4. Tipe Keluarga
a. Jenis tipe keluarga
Keluarga inti terdiri dari Tn. D, Ny. H dan anak An. Y
b. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut :
Billa terdapat satu anggota keluarga yang sakit, anggota yang lain harus
memberikan waktu ekstra lebih untuk merawatnya, sehingga bisa membuat
anggota yang satu ini mudah lelah dan sakit juga.
5. Suku Bangsa (Etnis)
a. Latar Belakang Etnis Keluarga atau Anggota Keluarga :
Keluarga ini berbudaya suku Jawa yang mempunyai anggapan makan tidak 
makan asal ngumpul.
b. Tempat Tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis
bersifat homogen ).
Sebagian besar adalah etnis jawa. Ada beberapa etnis madura, masyarakat di
area tempat tinggal Tn. D bersifat homogen.
c. Kegiatan-kegiatan Keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan ( Apakah
kegiatan-kegiatan ini berada dalam kelompok kultur/budaya keluarga ).

14
Kegiatan lingkungan yang masih berhubungan erat dengan nilai etnis
diantaranya adalah selamatan dan tingkepan.
d. Kebiasaan-kebiasan diet dan berbusana ( tradisional atau moderen ).Keluarga
Tn. D menggunakan busana modern yaitu baju, celana/rok. Kebiasaan diet
mencukupi menu 4 sehat.
e. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau “modern”.
Pengambilan keputusan adalah kepala keluarga, tetapi sebelumnya didasarkan
pada musyawarah keluarga.
f. Bahasa (bahasa-bahasa) yang digunakan dirumah. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa jawa.
g. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi. (Apakah
keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, terlibat dalam prakti-praktik   
pelayanan kesehatan tradisional, atau memiliki kepercayaan tradisional asli
dalam bidang kesehatan).
Jika saat salah satu anggota keluarga sakit dibawa berobat ke puskesmas. saat
ini An. Y sakit diare namun orang tua px belum berencana membawa ke
puskesmas karena ibu px masih menganggap sakit anaknya hanya sakit  biasa.
Tn. D dan Ny. H belum tahu tentang penanganan pertama pada diare.
6. Agama dan Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan :
a. Apakah anggota keluarga berada dalam praktik keyakinan beragama mereka.
Seisi keluarga menganut agama islam. Tidak ada keyakinan yang berdampak
buruk pada status social.
b. Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau organisisi
keagamaan. Setiap malam jumat Ny. H dan Tn D mengikuti pengajian di
masjid.
c. Agama yang dianut oleh keluarga
Seluruh keluarga menganut agam islam.
d. Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam
kehidupan keluarga terutama dalam hal kesehatan.
Ny. H selalu berdoa untuk kesembuhanya anaknya.
7. Status Sosial Ekonomi Keluarga :

15
Penghasilan keluarga per bulan Rp. 800.000,- yang diperoleh dari hasil kerja Tn D,
Ny H mengatakan dari penghasilan yang ada cukup untuk   biaya makan, minum,
berobat. Barang – barang yang dimiliki TV berwarna 20 “, meja, kursi, 2 buah
tempat tidur, almari 1, 1 buah motor.
8. Aktifitas Rekreasi Keluarga
a. Saat waktu luang Tn. D main ke tempat tetangga dengan membawa anaknya
b. Sesekali setahun keluarga mengunjungi sanak family di Banyuwangi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan saat ini:
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:
Keluarga belum mampu melakukan pembagian waktu untuk  individu,pasangan dan
anak. Tn.D bekerja di pabrik yang jaraknya cukup jauh sehingga waktu untuk
berkumpul dengan istri dan anak masih kurang, saat hari libur Tn.D baru bisa
menggunakan waktunya untuk main ke tempat tetangga dengan membawa anaknya.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
An. Tn. D sudah di imunisasi lengkap, anaknya masih mengkonsumsi susu dengan
dot. Selama ini anaknya hanya sakit batuk pilek biasa, dan cukup ditunggu beberapa
hari akan sembuh sendiri. Tetapi 2 hari ini anaknya sering  buang air besar, kurang
lebih 4 kali sehari dan encer . Selama 2 hari ini pula anak Y nafsu maknnya
menurun,hanya mau makan sedikit saja, kurang lebih 2 sendok makan 3 kali sehari,
minum susunya dari yang biasanya 2 botol   perhari jadi setengah botol saja perhari.
Ny. H mengatakan botol yang digunakan hanya dicuci saja tanpa direbus terlebih
dahulu.Ny.H juga sering memberikan jajanan luar pada An.Y karena An.Y lebih suka
jajanan luar dzri  pada makanan buatan Ny.H. Tn. D dan Ny. H belum memeriksakan
keadaan anaknya karena ibu px menganggap sakit anaknya hanya sakit biasa dan
anak  kecil wajar menderitanya.

16
2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :

No. Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan


(kg) kesehatan Kesehatan Yang telah
dilakukan
1. Tn. D 30 th 69 kg sehat - - -
2. Ny. H 25 th 55 kg sehat - - -
3 An. Y 2 th 10 kg sakit Lengkap Diare -
3. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :
Puskesmas letaknya cukup jauh dari rumah kurang lebih 10 km.
4. Riwayat keluarga sebelumnya :
 Tn. D mempunyai saudara 3 orang, Tn. D anak pertama, ke-2 saudaranya masih
hidup. Tn. D tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan.
 Ny. H mempunyai saudara 1. Ayah Ny. H meninggal pada usia 87 tahun

d. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah :
a. Gambaran tipe tempat tinggal
Luas rumah 55 dengan panjang 11 m dan lebar 5 m. terdiri dari 2 kamar tidur,
1KM+WC. Dapur. Ruang keluarga dan satu ruang tamu. Tipe rumah
permanent. Jendela rumah terdapat di ruang tamu dengan posisi menghadap ke
barat, satu buah ruang keluarga menghadap ke timur. Satu buah mushalla dan
kamar tidur masing-masing satu buah. Secara umum sistem ventilasi di ruang
keluarga, ruang tamu, ruang tidur sangat cukup. Barang-  barang diletakkan di
ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur dan dapue. WC  permanent di buat
saluran pembuangan / septic tank. Sumber air minum dari PDAM yang dibeli
secara eceran (tidak berupa pipa permanen). Sumber air    bersih untuk
mencuci baju dijadikan 1, seminggu 2x. Kebiasaan memasak  menggunakan
kompor. Peralatan makan dan minum digunakan secara   bersama-sama dan
bergantian. Lantai rumah terbuat dari tegel dengan kebiasaan keluarga keluar

17
masuk rumah tanpa melepas alas kaki sehingga kesannya banyak debu dan
tanah.
b. Denah rumah :

Keterangan :
RT : Ruang Tamu
RK : Ruang Keluarga
M : Mushola
KD : Kamar Tidur
D : Dapur
KM : Kamar Mandi
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :
Keluarga Tn. D bertetangga dengan satu keluarga polisi dan lainya wiraswasta.
Semua tetangga beragama islam dari suku jawa asli, beberapa dari suku madura,
yang taat beribadah, kebiasaan kerja bakti dilakukan bersama sebulan sekali.
Hubungan dengan tetangga dilakukan tegur sapa biasa, kunjung mengunjung
dilakukan bila hari raya agama.
3. Mobilitas Geografis Keluarga :
Keluarga ini tidak pernah berpindah-pindah tempat tinggal. Tn. D dan Ny. H
kebanyakan tinggal dirumah selama An. Y sakit. Ny. H menjahit dirumah. Anaknya
yang belum sekolah diasuh oleh Ny. H dirumah.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :
Keluarga Tn. D aktif mengikuti pengajian di masjid bagi bapak dan ibu sedangkan
anak Y hanya memiliki kegiatan bermain-main.
5. Sistem Pendukung Keluarga :

18
Tn. D, Ny. H, dan anaknya sehat- sehat saja. Selama ini yang aktif merawat An. Y
adalah Ny. H. Tn. D mengatakan tidak punya tabungan khusus hari tua atau untuk
membiayai kesehatan. Jarak rumah dengan fasilitas kesehatan terdekat adalah
puskesmas 7 Km. Tn. D mengatakan penghasilanya masih dapat untuk  membayar
biaya kesehatan An. Y. Namun keduanya masih belum berencana untuk 
memeriksakan anaknya karena masih dianggap sakit biasa.

e. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga
Tn. D dan Ny. H menyatakan komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka.
Menurut Tn. D, semua masalah yang dihadapi dibicarakan satu keluarga, dengan
menghormati hak-hak masing-masing anggota keluarga.
2. Struktur Peran Keluarga
Tn. D mempunyai peran khusus untuk menjaga keluarga. Tn. D dan Ny. H mampu
merawat diri sendiri dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk An. Y masih balita,
sehingga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari ataupun sedang sakit dirawat oleh
Ny. H dan dibantu oleh Tn. D apabila sudah pulang kerja.
1. Struktur Peran (Formal dan Informal)
Tn. D hanya sebagai kepala keluarga bekerja di pabrik dari pagi sampai sore.
Apabila di rumah menjadi anggota takmir masjid sedangkan Ny. H
menjalankan perannya sebagai istri dan ibu yaitu merawat keluarga di rumah.
2. Nilai dan Norma Keluarga :
Keluarga Tn.D menerapkan aturan-aturan sesuai dengan ajaran islam dan
mengharapkan anaknya nanti menjadi anak yang taat dalam menjalankan
agama. Dalam keluarga memandang sakit sebagai ujian tuhan.

f. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif :
Semua anggota keluarga Tn.D saling menyayangi satu sama lain. Tempat tinggal
saudara-saudara berada dalam satu kota.komunikasi yang terjalin antar keluarga
masih bagus,bila ada anggota keluarga ada yang sakit saling mengabari satu sama

19
lain. Keluarga yang lain umumnya bila dimintai bantuan akan berusaha membantu
sebisanya.
2. Fungsi sosial :
Keluarga Tn.D menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain. Bila ada
waktu luang kadang digunakan untuk  mengobrol bersama tetangga sambil
membawa anaknya yang masih kecil.
3. Fungsi perawatan kesehatan :
Ny.H mengatakan An.R masih suka minum susu di dot,setelah dikaji ternyata cara
mencuci dot tersebut hanya di cuci sekedarnya saja.Ny.H mengatakan anaknya
sebelumnya hanya pernah sakit batuk pilek biasa, diare hanya pernah sekali waktu
bayi dan tidak diperiksakan ke petugas kesehatan karena sudah sembuh sendiri.
4. Fungsi reproduksi
Tn. D mempunyai seorang anak dan mengingunkan mempunyai anak lagi. Ny. H
berumur 25 tahun dan mengatakan belum   berhenti haid tetapi pasangan ini
mengikuti  program KB.
5. Fungsi Ekonomi :
Tn. D mengatakan bahwa  penghasilan dirinya sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

g. STRES DAN KOPING KELUARGA


1. Stresor jangka pendek dan panjang :
Menurut Tn. D, sejak 2 hari terakhir ini sering memikirkan keadaan anaknya yang
diare Tetapi Tn.D dan Ny.H mengatakan tidak terlalu cemas karena masih
menganggap sakit yang diderta anaknya masih biasa.Tn.D mengatakan ingin dapat
membangun rumah yang lebih bagus lagi agar lebih nyaman lagi.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor :
Jika ada masalah keluarga biasanya didiskusikan bersama. Bila perlu nasihat Tn.D
meminta nasihat Ny.H
3. Strategi koping yang digunakan :
Tn. D bersama istri selalu berduskusi untuk memecahkan problem keluarga kadang-
kadang melibatkan mertuanya yang rumahnya tidak jauh dari rumah Tn.D

20
h. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Tn. D Ny. H An. Y


fisik
Kepala Rambut : bersih, Rambut : bersih, Rambut : bersih,
hitam. hitam hitam

TTV
N : 82 N : 80 N : 100
TD : 120/90 TD : 120/90 RR : 21
RR : 20 RR : 20 S : 37, 5
S : 36 S : 37
BB, TB/PB
BB : 69 kg BB : 55 kg BB : 10 kg
TB : 170 cm (kondisi TB : 150 cm (kondisi TB : 80 cm
cukup) normal)
Mata
Konjungtiva merah Konjungtiva merah Konjungtiva merah
muda, sclera putih muda, sclera putih muda, sclera putih

Hidung
Tidak bersekret Tidak bersekret Tidak bersekret

Mulut
Mukosa lembab, Mukosa lembab, Mukosa agak
tidak kesulitan tidak kesulitan kering, tidak
Leher menelan menelan kesulitan menelan
Tidak ada  benjolan,

21
Tidak ada  benjolan, Tidak ada  benjolan, tidak ada
tidak ada tidak ada pembesaran
pembesaran kelenjar  pembesaran kelenjar  kelenjar  limfe
Dada limfe limfe

Bunyi jantung dan


Bunyi jantung dan Bunyi jantung dan paru normal
Abdomen paru normal paru normal

Simetris, BU
Tangan Simetris, BU Simetris, BU 18x/menit
12x/menit 12x/menit
DBN
Kaki
DBN DBN
DBN

DBN DBN

i. HARAPAN KELUARGA
Tn. D dan Ny. H berharap anaknya cepat sembuh dan tidak diare lagi

22
PATHWAY :

Faktor infeksi virus Faktor makanan basi,


Malaborsi
Bakteri toksin keracunan makanan KH, lemak
protein

Inflamasi usia Mofilita usus


Faktor
psikologis

Absorbsi

tek-osmotik Saraf simpatik


terengaruh

Pengeseran air dan


Hiraperistatik
Elektrolit dalam rongga usus

Hiraperistaltik

Defekasi sering

G3 pola
eliminasi BAB: G3 nutrisi<keb
Diare

Tubuh kehilangan cairan


dan elektrolit

Dehidrasi Suhu badan kulit sekitar anus merah


dan lecet

G3< Cairan Hipertermi G3 Integritas kulit


elektrolit

23
(Carpenato, 2000
ANALISIS DATA

No. Data Diagnosa


Keperawatan
1. Data Subyektif : Gangguan
 Ny. H mengatakan An. Y BAB keseimbangan cairan
encer mulai 2 hari yang lalu. pada An.Y (2th) di
 Ny. H mengatakan tidak pernah keluarga Tn.D (30 th)
merebus botol susu berhubungan dengan
anaknya,hanya dicuci saja. ketidakmampuan
 Ny. H mengatakan suka keluarga Tn.D
memberikan jajanan di luar merawat anggota
kepada anaknya karena anaknya keluarga yang sakit.
lebih suka memakan jajanan di
luar dari pada masakan di rumah.
 Ny.H mengatakan tidak tahu
penanganan khusus pada anak
yang menderita diare.
 Ny. H mengatakan tidak pernah
mendapatkan penyuluhan tentang
diare dan cara penanganan dini
diare.
Data obyektif :
2.  An.Y mukosa bibir kering
 Mata An.Y cowong
Resiko tinggi
 An. Y BAB encer kurang lebih 4
terulangnya diare pada
kali sehari.
An. Y (2 tahun) di
 Turgor kulit An.Y menurun
keluarga Tn. D (30
tahun) berhubungan
Data subyektif :
dengan

24
 Ny. H mengatakan tidak pernah ketidakmampuan
merebus botol susu anaknya, keluarga memelihara
hanya dicuci saja lingkungan yang bisa
 Ny. H mengatakan suka menunjang kesehatan.
memberikan jajanan di luar
kepada anaknya karena anaknya
lebih suka memakan jajanan luar
daripada masakan di rumah
 Ny. H mengatakan belum ada
rencana untuk membawa anaknya
ke puskesmas
Data Obyektif :
 Tempat botol susu An. Y terlihat
kusam dan bau

25
DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SCORING

Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul antara lain:


1. Gangguan keseimbangan cairan pada An.Y (2th) di keluarga Tn.D (30 th)  berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga Tn.D merawat anggota keluarga yang sakit.

No KRITERIA SCORE PEMBENARAN


.
1. Sifat masalah : 3 An.Y sudah diare selama 2 hari dan belum
x1
Aktual 4 menunjukkan  perbaikan.

2. Kemungkinan Ibu An. Y mengatakan belum tahu tentang


Masalah : 1 pertolongan pertama pada diare. Ibu
x2
2
Sebagian menganggap itu masalah  biasa.

3. Potensial masalah Diare sudah terjadi sejak 2 hari yang lalu.


untuk dicegah: Ibu masih   belum berencana membawa
2
Cukup x1 anaknya ke puskesmas.
2

4. Menonjolnya Ibu menganggap diare masalah biasa yang


masalah: Tidak dialami anak-anak.
1
segera diatasi x1
2
Total 3,5

2. Resiko tinggi terulangnya diare pada An.Y(2 tahun) di keluarga Tn.D(30 th)
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga memelihara lingkungan yang  bisa
menunjang kesehatan.

No KRITERIA SCORE PEMBENARAN


.
1. Sifat masalah: 2 Ny.H mengatakan tidak  merebus atau
X1
Resiko 3 merendam botol susu An.Y hanya dicuci
biasa saja.

26
2. Kemungkinan 1
X2
masalah untuk 2 Ny.H mengatakan tidak  merebus botol
diubah: Sebagian susu An.Y tiap membuat susu karena
menganggap dicuci sudah  bebas dari
3. Potensial masalah 2 kuman.
X1
2
untuk dicegah:
Cukup Ny.H mau sebelumnya tidak  tahu kalau
4. Menonjolnya harus direbus atau direndam dulu botol
masalah: Tidak susunya,setelah tau beliau mau mencoba.
1
segera diatasi X1 Ny. H tidak membawa anaknya ke
2
puskesmas  padahal diare sudah 2 hari.

Total 3,1

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan keseimbangan cairan pada An.Y (2th) di keluarga Tn.D (30 th)  berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga Tn.D merawat anggota keluarga yang sakit.
2. Resiko tinggi terulangnya diare pada An.Y(2 tahun) di keluarga Tn.D(30 th)
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga memelihara lingkungan yang  bisa
menunjang kesehatan.

27
RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa TUJUAN EVALUASI RENCANA TINDAKAN


. Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1. Gangguan Selama 2 x 1. selama 1x24  Psikomotor An.Y mau a. bujuk An.Y untuk mau
keseimbanga n kunjungan jam, An.Y minum dalam minum,beri reward  bila mau
cairan pada kerumah, mendapat jumlah yang minum
An.Y (2th) di cairan pada masukan cairan adekuat b. Berikan larutan oralit (larutan gula
keluarga Tn.D An. Y menjadi yang adekuat garam) pada An. Y
(30 th) stabil atau c. Observasi  jumlah cairan yang
berhubungan seimbang masuk dan keluar
dengan kembali
ketidakmamp
uan keluarga
Tn.D merawat
anggota
keluarga yang
sakit.

2. selama 1x60 psikomotor  Menyebutkan


menit keluarga dan a. Anjurkan keluarga pasien utntuk 

28
mampu mendemontrasik mencuci dan merebus  botol susu
membersihka n a n cara merawat setelah dipakai.
botol susu An.Y botol susu: b. amati cara keluarga mencuci dan
dengan  benar  -direndam air    merebus botol susu
panas selama 15 c. segera tutup  botol susu baik yang
menit - segera ada isinya ataupun tidak
membuang susu
yang basi di
botol susu
-Menutup botol
susu yang ada
isinya maupun
kosong

29

Anda mungkin juga menyukai