Anda di halaman 1dari 18

A.

Masa Nifas

Masa nifas adalah masa dua jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu
berikutnya. Perawatan ibu nifas meliputi: pemenuhan sehari-hari, memeriksa payudara,
uterus, lokea, perineum (luka episiotomy dan hemoroid), kandung kencing dan psikis
ibu, menganjurkan untuk mobilisasi dini (Manuaba,1999:150). Salah satu bentuk
mobilisasi setelah bersalin adalah senam nifas yang sangat penting untuk
mengembalikan tonus otot-otot perut (Iis Sinsin,2008:119).

Senam nifas memberikan latihan gerak secepat mungkin agar otot-otot yang
mengalami peregangan selama kehamilan dan persalinan kembali normal (Mutia
Alisjahbana,2008). Senam nifas merupakan bentuk ambulasi dini pada ibu-ibu nifas
yang salah satu tujuannya untuk memperlancar proses involusi, sedangkan
ketidaklancaran proses involusi dapat berakibat buruk pada ibu nifas seperti terjadi
pendarahan yang bersifat lanjut dan kelancaran proses involusi (Iis Sinsin,2008:118).

Menurut Hellen Farer (2001) dalam bukunya menyatakan bahwa kebanyakan ibu
nifas enggan untuk melakukan pergerakan, mereka khawatir gerakan yang dilakukan
justru menimbulkan dampak seperti nyeri dan perdarahan. Kenyataanya pada ibu nifas
yang tidak melakukan senam nifas berdampak kurang baik seperti timbul perdarahan
atau infeksi. Masih banyak ibu-ibu nifas takut untuk bergerak sehingga menggunakan
sebagian waktunya untuk tidur terus menerus.

B. Konsep Dasar Nifas (puerperium)

1. Pengertian Nifas (puerperium)

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2002:122).
Masa nifas (puerperium) adalahmasa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kaandungan kembali seperti pra-hamil.masa nifas ini yaitu 6
minggu (Mochtar, 1998:122)

2. Pembagian masa nifas

Menurut Muctar R (1998:115) masa nifas di bagi menjadi 3 periode.

a. Puerperium Dini

Yang di maksud adalah kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan.
Sekarang tidak di anggap perlu lagi menahan ibu pasca persalinan terlentang di
tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan.

b. Pueperiun Intermedial

Adalah kepulihan menyeluruh alat alat genetalia external dan internal yang
lamanya 6-10 minggu.

c. Remote Puerperium

Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu.

3. Perubaham anatomi dan fisiologi pada masa nifas

a. Uterus

Proses involusi ialah proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil


setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan,
uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan bagian
fundus bersandar pada promotorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira
sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kira-kira sebesar
grapefruit ( jeruk asam )) dan beratnya kira-kira 1000 g. Dalam waktu 12 jam ,
tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari
kemudian, perubahan evolusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1
sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan
berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa
dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum. Uterus yang pada waktu
hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira
500 g 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g (11 sampai 12 ons) 2 minggu setelah
lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi.
Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50 sampai 60 g.

Subinvolusi ialah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil.
Penyebab subinvolusi yang paling sering ialah tertahannya fragmen plasenta dan
infeksi (Bobak, 2004, hlm. 493).

b. Lokia
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali disebut lokia, mula-
mula berwarna merah, kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat.
Rabas ini dapat mengandung bekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah
lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal
yang keluar selama menstruasi. Setelah waktu tersebut, aliran lokia yang keluar
harus semakin berkurang. Lokia rubra terutama mengandung darah dan debris
desidua serta debris trofoblastik. Aliran menyembur, menjadi merah muda atau
coklat setelah 3 sampai 4 hari (lokia serosa). Lokia serosa terdiri dari darah lama
(old blood), serum, leukosit, dan debris jaringan. Setelah 10 hari setelah bayi lahir,
warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (lokia alba). Lokia alba mengandung
leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum, dan bakteri. Lokia alba bisa bertahan
selama dua sampai enam minggu setelah bayi lahir.
Lokia rubra yang menetap pada awal periode pascapartum menunjukkan
perdarahan berlanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membrane yang
tertinggal. Terjadinya perdarahan ulang setelah hari ke-10 pascapartum
menandakan adanya perdarahan pada bekas tampat plasenta yang mulai memulih.
Namun, setelah 3 sampai 4 minggu, perdarahan mungkin disebabkan oleh infeksi
atau subinvolusi. Lokia serosa atau lokia alba yang berlanjut bisa menandakan
endometritis, terutama jika disertai demam, rasa sakit, atau nyeri tekan pada
abdomen yang dihubungkan dengan pengeluaran cairan. Bau lokia menyerupai
bau cairan menstruasi; bau yang tidak sedap biasanya menandakan infeksi. Perlu
diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginaan post partum adalah lokia.
Sumber umum lain ialah laserasi vagina atau serviks yang tidak diperbaiki dan
perdarahan bukan lokia (Bobak ,2004 ,hlm. 493).
c. Serviks
Servik menjadi lebih tebal dan lebih keras; pada akhir minggu pertama post
partum, serviks masih akan berdilatasi sekitar 1 cm. involusi serviks yang lengkap
bisa berlangsung 3 sampai 4 bulan. Kelahiran anak bisa mengakibatkan perubahan
permanen pada ostium serviks dari bulat menjadi memanjang (Straight, Barbara R,
2004, hlm. 190).
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas (18) jam
postpartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa,
tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian
serviks yang menonjol ke vagina) terlihat memar dan ada sedikit laserasi kecil
kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi. Muara serviks, menutup secara
bertahap. Dua jari mungkin masih dapat dimasukkan ke dalam muara serviks pada
hari ke-4 sampai ke-6 postpartum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dapat
dimasukkan pada akhir minggu ke-2. Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk
lingkaran seperti sebelum melahirkan, tetapi terlihat memanjang seperti suatu
celah, sering disebut seperti mulut ikan. Laktasi menunda produksi estrogen yang
mempengaruhi mucus dan mukosa (Bobak, 2004, hlm. 493).
d. Vagina dan Perineum
Segera setelah melahirkan, vagina tetap terbuka lebar. Mungkin mengalami
beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada introitus. Setelah satu hingga
dua hari pertama pascapartum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar
dan vagina tidak lagi edema. Sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih
besar dari biasanya, dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan
kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga postpartum. Ruang vagina selalu
sedikit lebih besar daripada sebelum kelahiran pertama. Akan tetapi, latihan
pengencangan secara perlahan mengencangkan vaginanya. Pengencangan ini
sempurna pada akhir puerperium dengan latihan setiap hari (Varney, Helen, 2007,
hlm. 960).
Pada masa postpartum, kadar estrogen menurun mengakibatkan penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula teregang akan kembali
secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, enam sampai 8 minggu setelah bayi
lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak
akan semenonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih
secara permanen. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi
ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina
dan penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus
(dispareunia) menetap sampai fungsi ovarium kembli normal dan menstruasi
dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut air saat
melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri. Proses penyembuhan luka
episiotomi sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah,
panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi.
Penyembuhan harus berlangsung dalam dua sampai tiga minggu. Hemoroid
(varises anus) umumnya terlihat. Wanita sering mengalami gejala terkait, seperti
rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu
defecator. Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir
(Bobak, 2004, hlm. 495).
e. Payudara
Ibu menyusui, untuk dua puluh empat jam sampai tujuh puluh dua jam pertama
sesudah melahirkan, payudara akan mengeluarkan kolostrum suatu cairan kuning
jernih yang merupakan susu pertama untuk bayi. Air susu yang lebih matang akan
muncul antara hari kedua sampai kelima. Pada saat ini payudara akan membesar
(penuh, keras, panas, dan nyeri) yang dapat menimbulkan kesulitan dalam
menyusui. Menyusui dengan interval waktu yang sering akan dapat mencegah
pembengkakan payudara atau membantu meredakan.
Ibu yang tidak menyusui, payudara dari ibu yang tidak menyusui kemungkinan
akan mengalami perubahan awal yang sama dengan ibu yang menyusui. Mengikat
payudara, memberi kompres es, dan menghindari stimulasi pada payudara adalah
cara-cara efektif untuk mengurangi produksi air susu dan meningkatkan
kenyamanan. Tindakan ini sama membantunya seperti penggunaan obat-obat
penghenti ASI yang dahulu biasa diberikan, tetapi sekarang sudah dihentikan
karena efek sampingnya serius (Simkin, Penny, 2007, hlm. 321). Laktasi dimulai
pada semua wanita dengan perubahan hormon saat melahirkan. Apakah wanita
memilih menyusui atau tidak, ia dapat mengalami kongesti payudara selama
beberapa hari pertama post partum karena tubuhnya mempersiapkan untuk
memberikan nutrisi kepada bayi. Wanita yang menyusui berespons terhadap
menstimulus bayi yang disusui akan terus melepaskan hormon dan stimulasi
alveoli yang memproduksi susu. Bagi wanita yang memilih memberikan makanan
formula, involusi jaringan payudara terjadi dengan menghindari stimulasi (Varney,
Helen, 2007, hlm. 960).

C. Konsep Dasar Senam Nifas

1. Pengertian
Senam nifas adalah senam yang di lakukan pada saat seorang ibu menjalani
masa nifas atau masa setelah melahirkan (Idamaryanti,2009).

Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah
melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan dan
persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula (Ervinasby,2008).

Senam nifas dapat di mulai 6 jam setelah melahirkan dan dalam pelaksanaanya
harus dilakukan secara bertahap, sistematis dan kontinyu (Alijahbana,2008).
Senam nifas adalah gerakan untuk mengembalikan otot perut yang kendur
karena peregangan selama hamil. Tak ada yang perlu dikhawatirkan dalam
melakukan latihan ini jika timbul rasa nyeri sebaiknya dilakukan perlahan tapi
jangan tidak melakukannya sama sekali. Senam ini dilakukan sejak hari setelah
melahirkan hingga hari kesepuluh, dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara
bertahap yang dimulai dari tahap yang paling sederhana hingga yang dengan
mengulang gerakan (Hariningsih, 2004)

Senam nifas adalah senam yang dilakukan untuk mengembalikan kekendoran


otot dinding perut dan mengembalikan kekencangan otot dasar panggul dan otot
liang senggama (Mochtar, Rustam, 1998).

Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap
hari sampai hari yang kesepuluh. Tentu saja senam ini dilakukan pada saat sang ibu
benar-benar pulih (Muhammad Taufik, 2008, Seputar senam nifas,
http://www.ibudananak.com diperoleh tanggal 19 September 2008).

Setelah persalinan seorang ibu baru memasuki masa pemulihannya dan


perlahan kembali kekondisi semula, tindakan tirah baring dan senam pasca
persalinan membantu proses fisiologis ini secara perlahan. Senam nifas adalah untuk
mempertahankan dan untuk meningkatkan sirkulasi ibu pada masa post partum
segera ketika ia mungkin beresiko mengalami trombosis vena atau komplikasi
sirkulasi lain (Eileen Brayshaw, 2007, hlm. 105).

2. Tujuan senam nifas


Tujuan senam nifas di antaranya:

a. Memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya rahim ke bentuk


semula).
b. Mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan pada kondisi
semula.
c. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul selama menjalani masa nifas.
d. Memelihara dan memperkuat kekuatan otot perut, otot dasar panggul, serta otot
pergerakan
e. Memperbaiki sirkulasi darah, sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan, tonus
otot pelvis, regangan otot tungkai bawah.
f. Menghindaripembengkakan pada pergelangan kaki dan mencegah timbulnya
varises

3. Manfaat senam nifas


a. Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma
serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut kebentuk normal.
b. Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar diakibatkan
kehamilan.
c. Menghasilkan manfaat psikologis menambah kemampuan menghadapi stress
dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca persalinan.
d. Meningkatkan ketenangan dan mempelancar sirkulasi darah.
e. Mencegah pembuluh darah menonjol, terutama di kaki.
f. Menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki.
g. Mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil.
h. Mengembalikan rahim pada posisi semula.
i. Mempertahankan postur tubuh yang baik.
j. Mengembalikan kerampingan tubuh.
k. Membantu kelancaran pengeluaran ASI (Huliana,Mellyana, 2003, Hlm. 95)

Manfaat senam nifas adalah untuk membantu memperbaiki sirkulasi darah,


memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot
tonus, pelvis, dan perenggangan otot abdomen atau disebut juga pasca persalinan
dan memperbaiki juga memperkuat otot panggul (Muhammad Taufik, 2008, Senam
Nifas, http://www.ibudananak.com diperoleh tanggal 19 September 2008).
Umumnya, wanita yang habis melahirkan kerap mengeluhkan bentuk
tubuhnya yang melar. Meski harusnya dimaklumi, akibat membesarnya otot rahim
karena pembesaran sel maupun pembesaran ukurannya selama hamil. Selain otot
perut pun jadi memanjang sesuai pertumbuhan kehamilan. Setelah melahirkan,
otot-otot tersebut akan mengendur. Belum lagi kondisi tubuh yang kurang prima
lantaran letih dan tegang. Sementara peredaran darah dan pernapasan belum
kembali normal. Hingga untuk membantu mengembalikan tubuh ke bentuk dan
kondisi semula, tak bisa lain harus dengan latihan senam nifas yang teratur .
Manfaat lain senam nifas juga untuk mengencangkan otot perut, liang
sanggama, otot-otot sekitar vagina maupun otot-otot dasar panggul, disamping
melancarkan sirkulasi darah. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam
setelah melahirkan, lalu secara teratur setiap hari. Sayangnya, para ibu kerap
merasa takut melakukan gerakan demi gerakan setelah persalinan. Padahal 6 jam
setelah persalinan normal atau 8 jam setelah operasi sesar, ibu sudah boleh
melakukan mobilisasi dini, termasuk senam nifas. Dengan melakukan senam nifas
segera mungkin, hasil yang didapat pun diharapkan bisa optimal. Tentunya lakukan
secara bertahap (Khasanah, 2008, senam nifas,2, http://www.tabloid-nakita.com
diperoleh tanggal 2 September 2008). Dengan melakukan senam nifas, kondisi
umum ibu jadi lebih baik. Rehabilitasi atau pemulihan jadi bisa lebih cepat,
contohnya kemungkinan terkena infeksi pun kecil karena sirkulasi darahnya bagus.
Selain menumbuhkan atau memperbaiki nafsu makan, hingga asupan makannya
bisa mencukupi kebutuhannya. Paling tidak, dengan melakukan senam nifas, ibu tak
terlihat lesu ataupun emosional.
Bentuk latihan senam antara ibu yang habis melahirkan normal dengan yang
sesar tidaklah sama. Pada mereka yang sesar, beberapa jam setelah keluar dari
kamar operasi, pernapasanlah yang dilatih guna mempercepat penyembuhan luka.
Sementara latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi
darah di tungkai baru dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat
tidur. Sedangkan pada persalinan normal, bila keadaan ibu cukup baik, semua
gerakan senam bisa dilakukan. Secara umum melahirkan adalah peristiwa berdurasi
panjang, yang berarti bahwa ibu mungkin merasa lelah dan sakit serta sistem
reproduksinya akan memerlukan waktu untuk pulih dari melahirkan itu sendiri
(Helen, Varney, 2003, hlm. 197)
4. Syarat senam nifas
Senam nifas dapat di lakukan setelah persalinan, tetapi dengan ketentuan sebagai
berikut:

a. Untuk ibu melahirkan yang sehat dan tidak ada kelainan.


b. Senam ini dilakukan setelah 6 jam persalinan dan dilakukan di rumah sakit atau
rumah bersalin, dan diulang terus di rumah.

5. Kerugian Bila Tidak Melakukan senam nifas


a. Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat
dikeluarkan.
b. Perdarahan yang abnormal, kontraksi uterus baik sehingga resiko perdarahan
yang abnormal dapat dihindarkan.
c. Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah).
d. Timbul varises.
e. Kekuatan otot Ibu menjadi kurang dan kurang optirning memal
f. Ibu Postpartum menjadi layu dan tidak segar
g. Produksi asi kurang lancar
h. Sering menyebabkan sambelit dan gangguan pada saat kencing
i. Sikap tubuh ibu menjadi kurang baik

6. Indikasi Senam Nifas


1. Involusi seluruh organ tubuh
2. Dinding perut lembek dan lemas, striae gravidarum
3. Pelebaran pembuluh darah
4. Tonus dan elastisitas kulit menurun
5. Rasa sakit pada punggung

7. Kontraindikasi Senam Nifas


1.Ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan(Ibu dengan perdarahan)
2.Ibu yang menderita anemi
3.Ibu dengan kehamilan pre eklamsi
4.Ibu-ibu dengan kelainan-kelainan seperti ginjal atau diabetes, mereka diharuskan
istirahat total sekitar 2 minggu.
5.Ibu dengan kelainan jantung dan paru-paru. Bila disuruh banyak beraktivitas
tentu akan makin capek yang membuat kerja jantungnya makin payah.
6.Ibu dengan persalinan secsio cecaria. Pada mereka yang sesar, beberapa jam
setelah keluar dari kamar operasi, pernapasanlah yang dilatih guna mempercepat
penyembuhan luka. Sementara latihan untuk mengencangkan otot perut dan
melancarkan sirkulasi darah di tungkai baru dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat
bangun dari tempat tidur. Sedangkan pada persalinan normal, bila keadaan ibu
cukup baik, semua gerakan senam bisa dilakukan.

8. Persiapan Senam Nifas


Sebelum melakukan senam, baik pre atau post natal care sebaiknya diberikan
penjelasan secara teori supaya dalam melaksanakan senam tidak salah.Untuk
tempat dipilih yang tenang dan cukup ventilasi Alat (rahayu-
heri.blogspot/2010/01/senam-nifas.html):

1. Matras

2. sprei, bantal

3. sarung bantal

4. baju senam yang panjang dan longgar

5. gambar anatomi

6. tape recorder

7. handuk kecil
9. Tata Cara Melakukan Senam Nifas
Senam nifas ini merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan tubuh ibu
dan bermanfaat juga untuk memulihkan keadaan ibu baik psikologis maupun
fisiologis. Latihan ini dilakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan setiap harinya dan
akan meningkat secara perlahan-lahan. Senam nifas ini dilakukan dengan berbagai
macam gerakan dan setiap gerakan mempunyai manfaat sendiri. (rahayu-
heri.blogspot/2010/01/senam-nifas.html)

Gerakan Senam Nifas

1. Berbaring dengan lutut di tekuk. Tempatkan tangan diatas perut di bawah area iga-
iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung dan kemudian keluarkan melalui
mulut, kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan paru-paru.

2. Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka keatas.


Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan. Pada waktu yang
bersamaaan rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki kanan sehingga ada regangan
penuh pada seluruh bagian kanan tubuh.
3. Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua kaki sedikit diregangkan. Tarik dasar
panggul, tahan selama tiga detik dan kemudian rileks.

4. Memiringkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk. Kontraksikan/kencangkan otot-otot


perut sampai tulang punggung mendatar dan kencangkan otot-otot bokong tahan 3
detik kemudian rileks.
5. Berbaring telentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat kepala dan
bahu kira-kira 45 derajat, tahan 3 detik dan rilekskan dengan perlahan.

6. Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di bagian luar lutut kiri.

7. Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki diluruskan. angkat
kedua kaki sehingga pinggul dan lutut mendekati badan semaksimal mungkin. Lalu
luruskan dan angkat kaki kiri dan kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan
kembali ke lantai.
8. Tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas, dengan jalan meletakkan kursi di
ujung kasur, badan agak melengkung dengan letak pada dan kaki bawah lebih atas.
Lakukan gerakan pada jari-jari kaki seperti mencakar dan meregangkan. Lakukan
ini selama setengah menit.

9. Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam dan dari
dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama setengah menit.

10. Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah seperti gerakan
menggergaji. Lakukan selama setengah menit
11. Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan dimana lutut
mendekati badan, bergantian kaki kiri dan kaki kanan, sedangkan tangan memegang
ujung kaki, dan urutlah mulai dari ujung kaki sampai batas betis, lutut dan paha.
Lakukan gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.

12. Berbaring telentang, kaki terangkan ke atas, kedua tangan di bawah kepala. Jepitlah
bantal diantara kedua kakidan tekanlah sekuat-kkuatnya. Pada waktu bersamaan
angkatlah pantat dari kasur dengan melengkungkan badan. Lakukan sebanyak
sampai 6 kali selama setengah menit.
13. Tidur telentang, kaki terangkat ke atas, kedua lengan di samping badan. kaki kanan
disilangkan di atas kaki kiri dan tekan yang kuat. Pada saat yang sama tegangkan
kaki dan kendorkan lagi perlahan-lahan dalam gerakan selama 4 detik. Lakukanlah
ini 4 sampai 6 kali selama setengah menit.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermik, Jensen. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta: ECG.

Huliana, Melliana. 1998. Perawatan Ibu Pasca Persalinan. Jakarta: Puspa swara.

Moctar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: ECG.

Rahayuningsih.2010. Senam Nifas, (online), (rahayu-heri.blogspot/2010/01/senam-


nifas.html, diakses tanggal 19 Februari 2012)

Andriani.G.2010. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Senam Nifas di Camar 1 RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru Tahun 2009, (online), (http://scholar.google.co.id, diakses
tanggal 19 Februari 2012)

Fikri Amrullah.2011.Senam Nifas (Definisi,Tujuan,Manfaat,Gerakan), (online),


(http://jfikriamrullah.wordpress.com/2011/07/05/senam-nifas-definisitujuan-
manfaat-gerakan/, diakses tanggal 19 Februari 2012)

Anda mungkin juga menyukai