Anda di halaman 1dari 17

1.

Pendapatan nasional adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
olehsuatu perekonomian dalam periode tertentu yang dihitung berdasarkan nilai
pasar. Menurut Sadono Sukirno pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan
yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk
memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. Pendapatan
nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh Rumah Tangga
Keluarga di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu
periode waktu tertentu, biasanya selama satu tahun. Pendapatan nasional adalah
nilai total output akhir suatu negara dari semua barang dan jasa baru yang
diproduksi dalam satu tahun. Pencatatan pendapatan nasional merupakan sistem
pembukuan yang digunakan pemerintah untuk mengukur tingkat kegiatan
ekonomi negara dalam periode waktu tertentu. Catatan akuntansi seperti ini
mencakup data mengenai total pendapatan yang diperoleh perusahaan
domestik, upah yang dibayarkan kepada pekerja asing dan domestik, dan
jumlah yang dihabiskan untuk pajak penjualan dan pendapatan oleh perusahaan
dan individu yang tinggal di negara tersebut.
Setiap negara memiliki suatu sistem perhitungan pendapatan nasional. Sistem
tersebut merupakan suatu cara mengumpulkan informasi perhitungan terhadap
hal-hal sebagai berikut.
a. Nilai berbagai ibarang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara
b. Nilai berbagai jenis pengeluaran atas produk nasional
c. Jumlah pendapatan yang diterima oleh berbagai faktor produksi yang
digunakan untuk menciptakan produk nasional tersebut.
Cara paling sederhana untuk memperhitungkan pendapatan nasional adalah dengan
mempertimbangkan apa yang terjadi ketika satu produk diproduksi dan dijual.
Biasanya, barang diproduksi dalam sejumlah 'tahap', di mana bahan baku
dikonversi oleh perusahaan pada satu tahap, kemudian dijual ke perusahaan pada
tahap berikutnya. Nilai ditambahkan pada masing-masing, menengah, tahap, dan
pada tahap akhir produk diberikan harga jual eceran. Harga eceran mencerminkan
nilai tambah dalam hal semua sumber daya yang digunakan dalam semua tahap
produksi sebelumnya.
2. Secara singkatnya, pendapatan nasional dihitung menggunakan tiga pendekatan
seperti di bawah ini:
a. Metode pendekatan produksi
Perhitungan pendapatan nasional pada pendekatan produksi dihitung
dengan cara menjumlahkan nilai tambah setiap produksi pada periode
tertentu dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan yang diwujudkan oleh
suatu perusahaan di berbagai lapangan usaha dalam perekonomian.
Perhitungan pendapatan nasional pada pendekatan produksi dapat
menimbulkan perhitungan ganda (double counting), oleh karena itu
pendapatan nasional harus dihitung dengan cara menjumlahkan nilai
tambah setiap produksi pada periode tertentu dari seluruh barang dan jasa
yang dihasilkan yang diwujudkan oleh suatu perusahaan di berbagai
lapangan usaha dalam perekonomian. Sedangkan nilai tambah itu sendiri
merupakan nilai produksi barang akhir yang dikurangi dengan biaya bahan
mentah.
Rumus:
Y = (P1 x Q1) + (P2 x Q2) + …. (Pn x Qn)
Keterangan :
Y = Pendapatan nasional
P1 = Harga barang ke-1
Pn = Harga barang ke-n
Q1 = Jenis barang ke-1
Qn = Jenis barang ke-n
b. Metode pendekatan pendapatan
Perhitungan pendapatan nasional pada pendekatan pendapatan dihitung
dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan dari berbagai faktor yang
memberikan sumbangan terhadap proses produksi.
Rumus:
Y=r+w+i+p
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
r = Pendapatan dari sewa
w = Pendapatan dari upah
i = Pendapatan dari bunga
p = Pendapatan dari keuntungan perusahaan/ usaha
c. Metode pendekatan pengeluaran⠀
Perhitungan pendapatan nasional pada pendekatan pengeluaran dihitung
dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran barang barang dan jasa
yang diproduksikan ke dalam negara. Untuk pendekatan ini dihitung dengan
cara menjumlahkan seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa
yang diproduksi dalam suatu negara pada satu periode tertentu. Pengeluaran
yang dimaksud adalah yang berasal dari pelaku kegiatan ekonomi negara,
seperti Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government),
pengeluaran investasi (Investment), dan hasil selisih antara nilai ekspor
yang telah dikurangi nilai impor.
Rumus:
Y = C + I + G + (X – M)
Keterangan :
Y = Pendapatan nasional
C = Consumption/ Konsumsi
I = Investment/ Investasi
G = Government Expenditure/ Pengeluaran pemerintah
X = Ekspor
M = Impor
3. GDP kependekan dari Produk Domestik Bruto atau yang dalam bahasa
Indonesia disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu
indikator kemajuan perekonomian suatu negara. GDP didapatkan dari
penjumlahan setiap nilai tambah yang diperoleh dari seluruh unit usaha di
dalam suatu negara. Bisa juga berasal dari hasil akhir dari jumlah nilai barang
dan jasa yang dihasilkan oleh semua unit perekonomian. Secara umum, GDP
dapat menjadi sebuah metode dalam menghitung pendapatan nasional.
Sedangkan GNP adalah nilai semua barang dan jasa yang dibuat oleh penduduk
dan bisnis suatu negara, terlepas dari lokasi produksi.
GNP (Produk Nasional Bruto) menghitung investasi yang dilakukan oleh
penduduk dan bisnis di seuatu negara baik di dalam maupun di luar negeri dan
menghitung nilai semua produk yang diproduksi oleh perusahaan domestik, di
mana pun perusahaan itu dibuat.
GNP tidak menghitung pendapatan yang diperoleh di Indonesia oleh penduduk
asing atau bisnis asing, dan mengecualikan produk yang diproduksi di
Indonesia oleh perusahaan di luar negeri.
Konsep
GDP mengacu pada jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit
produksi di suatu negara dalam satu tahun. Artinya, GDP mencakup total
pendapatan yang diperoleh secara nasional, baik yang dihasilkan oleh warga
negaranya sendiri maupun warga negara asing yang tinggal di dalam negeri atau
di negara tersebut. Sementara GNP mengacu pada jumlah nilai barang dan jasa
yang dihasilkan oleh warga negaranya baik yang tinggal di dalam maupun di
luar negeri dalam satu tahun.
Sederhananya, GDP menghitung total pendapatan negara dari lingkup batas
wilayah, sedangkan GNP menghitung total pendapatan negara dari lingkup
warga negara. GDP tidak memperhitungkan pendapatan dari warga negaranya
yang tinggal atau berdomisili di luar negeri, tetapi dari warga negara asing yang
tinggal di dalam negeri. Sebaliknya, GNP memperhitungkan total pendapatan
yang diperoleh hanya dari warga negaranya saja baik yang tinggal di dalam
maupun di luar negeri, dan tidak memperhitungkan pendapatan warga negara
asing yang tinggal di dalam negeri.
Cara Menghitung
Nah, jika nilai dari variabel-variabel penyusun GDP sudah diketahui maka nilai
GDP pun bisa segera dikalkulasi. Nilai GDP yang telah diketahui digunakan
sebagai dasar penghitungan GNP. Adapun rumus penghitungan GNP yaitu:
GNP = GDP + Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Income from Abroad),
atau
GNP = GDP – Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Income from Abroad)
Keterangan:
Pendapatan Neto dari luar negeri = pendapatan dari warga negara yang bekerja
di luar negeri dikurangi pendapatan dari warga negara asing yang bekerja di
dalam negeri
Dengan asumsi:
Apabila Pendapatan Neto dari luar negeri < 0, maka GDP > GNP
Apabila Pendapatan Neto dari luar negeri > 0, maka GDP < GNP
Jika GDP > GNP, artinya pendapatan warga negara yang bekerja di luar negeri
lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan warga negara asing yang bekerja
di dalam negeri. Sebaliknya, apabila GDP < GNP, artinya pendapatan warga
negara yang bekerja di luar negeri lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan
warga negara asing yang bekerja di dalam negeri.
4. Pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses dari perubahan kondisi
perekonomian yang terjadi di suatu negara secara berkesinambungan untuk
menuju keadaan yang dinilai lebih baik selama jangka waktu tertentu. Teori
pertumbuhan ekonomi menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
atau menentukan pertumbuhan ekonomi dan prosesnya dalam jangka panjang,
penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor itu berinteraksi satu dengan yang
lainya, sehingga dapat menimbulkan terjadinya proses pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana suatu lingkungan
mengalami perubahan kondisi ekonomi yang berkesinambungan untuk
membuat hidup, kondisi, keadaan, pendidikan, kehidupan tercukupi dengan
penuh yang merupakan suatu meningkatnya produksi suatu yang diinginkan
dalam bentuk kenakan pendapatan daerah,profinsi dan negara,. Dan merupak
suatu tercapainya kemakmuran suatu bangsa.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah
suatu keadaan adanya peningkatan pendapatan yang terjadi karena peningkatan
produksi pada barang dan jasa. Adanya peningkatan pendapatan ini tidak
berkaitan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk, dan bisa dinilai dari
peningkatan output, teknologi yang makin berkembang, dan inovasi pada
bidang sosial. Pertumbuhan ekonomi juga memiliki arti suatu proses perubahan
ekonomi yang terjadi pada perekonomian negara dalam kurun waktu tertentu
menuju keadaan ekonomi yang lebih baik. Umumnya, pertumbuhan ekonomi
ini identik dengan kenaikan kapasitas produksi yang direalisasikan dengan
adanya kenaikan pendapatan nasional.

5. Konjungtur adalah kenyataan yang berlaku dalam perekonomian yang


menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi tidak berkembang secara teratur tetapi
mengalami kenaikan atau kemunduran yang selalu berubah-ubah dari waktu ke
waktu. Gambaran atau grafik mengenai konjungtur adalah suatu grafik yang
menunjukkan perubahan pendapatan nasional dan kegiatan ekonomi dari satu
wkatu ke waktu lain. Perekonomian tidak selalu berkembang secara teratur dari
satu periode ke periode lainnya. Ia selalu mengalami masa naik dan turun.
Adakalanya kegiatan perekonomian berkembang dengan sangat pesat sehingga
menimbulkan kenaikan harga-harga. Pada periode lainnya perekonomian
mengalami perlambatan dalam perkembangannya dan adakalanya ia merosot
dan berada di tingkat yang lebih rendah dari periode sebelumnya. Pergerakan
naik turun kegiatan perusahaan-perusahaan di dalam jangka panjang dinamakan
konjungtur atau siklus kegiatan perusahaan. Suatu siklus dalam satu periode
konjungtur berbeda dangan siklus pada periode yang lain. Namun demikian
sifat-sifat dasar dari setiap siklus adalah sama. Bentuk khas dari suatu siklus
tidak banyak berbeda.
Siklus eknomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun aktivitas
ekonomi, yang terdiri atas empat elemen:
a. Gerakan Menaik (Upturn atau Expansion)
Pemulihan ekonomi (recovery) ditandai dengan gerakan perekonomian
yang menaik (upturn). Kadang-kadang gerakan menaik ini disebut juga
ekspansi (expansion) bila gerakan menaik ini terjadi selama minimal dua
triwulan berturut-turut
b. Titik Puncak atau Kulminasi (Peak)\\
Ekspansi ekonomi tidak akan terjadi selamanya. Suatu ketika gerakan
menaik ini mencapai titik tertinggi. Titik ini disebut titik puncak atau
kulminasi (peak). Setelah mencapai titik kulminasi, perekonomian akan
mengalami penurunan kembali.
c. Gerakan Menurun (Downturn atau Recession)
Yang dimaksud dengan gerak menurun adalah menurunnya output yang
dilihat dari menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Kadang-kadang
gerakan penurunan ini disebut resesi (recession), bila terjadi selama
minimal dua triwulan berturut-turut.
d. Titik Terendah (Trough)
Gerakan menurun akan berlanjut hingga mencapai titik yang paling rendah,
yang disebut titik nadir (trough). Setelah mencapai titik terendah,
perekonomian akan pulih kembali dilihat dari adanya gerakan menaik.

6. Definisi mengenai inflasi sejak awal tahun 1970-an para ahli ekonomi
mendefinisikan inflasi sebagai naiknya tingkat harga umum secara terus
menerus. Adapun definisi dari teori inflasi menurut beberapa ahli ekonomi
adalah sebagai berikut:
Menurut Samuelson (1995) mendefinisikan bahwa inflasi sebagai suatu
keadaan dimana terjadinya kenaikan tingkat harga umum. Maksud dari definisi
tersebut mengindikasikan keadaan melemahnya daya beli masyarakat yang
diikuti dengan semakin menurunnya nilai rill (intrinsic) mata uang suatu negara.
Menurut Ackley (1993) inflasi adalah suatu kenaikan harga yang terus menerus
dari barang- barang dan jasa secara umum. Menurut Marcus (2001) inflasi
merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum
mengalami kenaikan, maksudnya adalah inflasi merupakan salah satu peristiwa
moneter yang menunjukkan suatu kecendrungan akan naiknya harga barang
secara umum yang berarti terjadinya penrunan terhadap nilai mata uang.
Veneris dan Sebold (1991) mendefinisikan inflasi sebagai kecenderungan yang
terus menerus dari tingkat harga umum untuk meningkat setiap waktu.
Kenaikan harga umum yang hanya terjadi sekali waktu saja menurut definisi ini
tidak dapat dikatakan sebagai inflasi. Sehingga menurut Veneris dan Sebold
(1991), di dalam definisi inflasi tersebut ada tiga hal yang perlu ditekankan
dalam memahami inflasi diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Adanya kecendrungan (tendency) harga-harga untuk meningkat, berarti
bisa saja tingkat harga yang terjadi actual pada waktu tertentu naik atau
turun bila dibandingkan dengan sebelumnyan tetapi tetap menunjukkan
kecendrungan yang meningkat.
b. Kenaikan harga tersebut terjadi secara terus menerus (sustained) yang
berarti bukan hanya dapat terjadi suatu waktu saja tetapi dalam beberapa
waktu lamanya. Misalnya dengan adanya kenaikan harga bakar minyak
pada awal tahun saja. Kenaikan harga yang sifatnya sementara misalnya
pada saat momen tertentu seperti pada saat menjelang hari raya tidak dapat
dikatakan sebagai inflasi.
c. Tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat harga umum (general level of
prices) yang berarti tingkat harga yang meningkat bukan hanya pada satu
atau beberapa komoditi saja. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak dapat dikatakan sebagai inflasi kecuali bila kenaikan barang tersebut
mengakibatkan kenaikan terhadap barang yang lainnya.
7. a. Pengertian Pengangguran
Pengangguran (unemployment) didefinisikan sebagai suatu keadaan di
mana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force)
tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan. Orang
yang menganggur dapat didefinisikan orang yang tidak bekerja dan secara aktif
mencari pekerjaan selama empat minggu sebelumnya, sedang menunggu
pamggilan kembali untuk suatu pekerjaan setelah diberhentikan atau sedang
menunggu melapor atas pekerjaan yang baru dalam waktu empat minggu
(Sandy Dharmakusuma, 1998: 45).Menurut Afrida (2003: 134), pada dasarnya
orang mengatakan bahwa penyebab dari pengangguran adalah
ketidakseimbangnya antara penawaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga
kerja. Sebagian tenaga kerja yang menawarkan tenaganya mencari pekerjaan
dan berhasil mendapatkannya (employ) sisanya yang gagal atau belum
mendapatkan pekerjaan dapat dikategorikan sebagai penganggur, asal ia masih
pekerjaan. Istilah penganggur merupakan terjemahan dari unemployed, namun
agar dapat diartikan penganggur, terhadap syarat yang harus dipenuhi. Syarat
itu adalah ia harus aktif mencari pekerjaan sehingga lebih banyak dikategorikan
sebagai pencari kerja. Setiawan (2013: 2) mengatakan bahwa pengagguran
dapat terjadi sebagai akibat dari tingginya tingkat perubahan angkatan kerja
yang tidak diimbangi dengan adanya lapangan pekerjaan yang cukup luas serta
penyerapan tenaga kerja yang cenderung kecil presentasenya. Hal ini
disebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan penciptaan lapangan kerja untuk
menampung tenaga kerja yang siap bekerja. Atau dengan kata lain, di dalam
pasar tenaga kerja jumlah penawaran akan tenaga kerja yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan jumlah permintaan tenaga kerja. Sedangkan dalam ilmu
kependudukan (demografi), orangyang mencari kerja masuk dalam penduduk
yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia angkatan kerja
adalah 15-64 tahun. Tetapi tidak semua penduduk yang berusia 15-64 tahun
dihitung sebagai angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah
penduduk berusia 15-64 tahun yang bekerja dan sedang mencari kerja. Tingkat
pengangguran merupakan persentase angkatan kerja yang tidak atau belum
mendapatkan pekerjaan.
b. Jenis-jenis Pengangguran
Terdapat beberapa jenis-jenis pengangguran. Terdapat dua cara untuk
menggolongkan jenisjenis pengangguran yaitu berdasarkan sumber/penyebab
yang mewujudkan pengangguran dan ciri pengangguran tersebut. Berikut jenis
pengangguran berdasarkan penyebabnya.
1) Pengangguran Normal atau Friksional adalah jenis pengangguran yang
disebabkan penganggur ingin mencari pekerjaan yang lebih baik.
2) Pengangguran Siklikal adalah jenis pengangguran yang disebabkan
merosotnya kegiatan ekonomi atau karena terlampau kecilnya permintaan
agregat di dalam perekonomian dibanding penawaran agregatnya.
3) Penganguran Struktural adalah jenis pengangguran yang disebabkan adanya
perubahan struktur kegiatan ekonomi.
4) Pengangguran Teknologi adalah pengangguran yang disebabkan adanya
penggantian SDM dengan teknologi/mesin dalam proses produksi.
Penggolongan jenis pengangguran berdasarkan cirinya adalah sebagai
berikut:
1) Pengangguran terbuka adalah pengangguran ini tercipta sebagai akibat
pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan
tenaga kerja.
2) Pengangguran tersembunyi adalah pengangguran ini tercipta sebagai akibat
jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi lebih banyak dari yang
sebenarnya yang diperlukan.
3) Pengangguran bermusim adalah pengangguran yang tercipta akibat musim
yang ada, biasanya pengangguran ini terdapat di sektor pertanian dan
perikanan
4) Setengah menganggur adalah pengangguran yang tercipta akibat tenaga
kerja bekerja tidak sepenuh dan jam kerja mereka adalah jauh lebih rendah
dari yang normal.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran
1) Ketidakseimbangan Antara Pekerjaan dan Jumlah Tenaga Kerja
Penyebab pengangguran di Indonesia dan alasannya yang pertama
adalah adanya ketidakseimbangan antara pekerjaan dan jumlah tenaga
kerja yang meningkat setiap tahunnya. Adanya persaingan ketat di
antara para fresh graduate maupun yang sudah berpengalaman
membuat fenomena baru bahwa ketidakseimbangan tersebut telah
terjadi. Mahasiswa dan lulusan magister, pun semakin kesulitan
memiliki pekerjaan karena jumlah pekerjaan yang tersedia sedikit dan
tidak diiiringi dengan kemampuan dari para individu tersebut. Ledakan
penduduk di Indonesia juga dapat menjadi salah satu faktor pemicu
adanya pengangguran di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan
banyaknya lulusan muda yang menganggur untuk menunggu pekerjaan.
2) Kemajuan Teknologi
Penyebab pengangguran di Indonesia dan alasannya yang selanjutnya
adalah kemajuan teknologi. Memang kemajuan teknologi merupakan
suatu kebanggaan karena kinerja manusia pastinya akan lebih cepat
dan mudah.
Namun hal tersebut juga harus diwaspadai karena dapat menyebabkan
ketidakseimbangan antara pekerja yang telah digantikan posisinya oleh
robot. Biasanya alasan utamanya adalah karena biayanya jauh lebih
murah dengan kerja cepat dan akurat.
3) Kemampuan Para Pencari Kerja yang Tidak Sesuai
Penyebab pengangguran di Indonesia dan alasannya yang selanjutnya
adalah banyaknya kriteria para pencari kerja yang tidak sesuai dengan
permintaan perusahaan. Perusahaan akan membutuhkan karyawan
yang sesuai dengan kriteria kebutuhan pada posisi yang akan ditempati
oleh para calon karyawan.
4) Kurangnya Pendidikan dan Keterampilan
Penyebab pengangguran di Indonesia dan alasannya yang berikutnya
adalah adanya masalah pada keterampilan dan pendidikan para pelamar.
Kurangnya tingkatan pendidikan akan menyebabkan seseorang menjadi
sulit untuk dijadikan sebagai tenaga kerja. Akibatnya, kebanyakan
orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi biasanya
hanya menjadi buruh kasar. Jika pekerjaan kasar tidak ada dan tidak
adanya jiwa seorang pengusaha, maka seseorang dapat menjadi
pengangguran permanen. Selain itu, keterampilan juga penting untuk
melatih kemampuan mereka untuk memasuki dunia kerja.
5) Tingkat Kemiskinan
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa sebagian besar penganggur
berasal dari orang-orang yang hidup di bawah kemiskinan. Meskipun
tingkatan kemiskinan di Indonesia selalu ditangani secara serius dan
bertahap, kurangnya kemauan untuk keluar dari zona kemiskinan
tersebut masih kurang. Selain itu, kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan, atau mengasah keterampilan masih sangat minim sehingga
yang terjadi adalah adanya masalah pengangguran.
6) Adanya PHK
Penyebab pengangguran di Indonesia dan alasannya yang selanjutnya
adalah adanya pemutusan hubungan kerja atau PHK. PHK akan terjadi
setelah berakhirnya kontrak kerja atau adanya pengurangan tenaga
kerja. Biasanya sebuah perusahaan juga akan melakukan metode ini
untuk menstabilkan sistem kerja.
7) Tempat Tinggal yang Jauh
Kurangnya pemerataan lowongan pekerjaan bisa menjadi penyebab
adanya angka pengangguran di Indonesia. Daerah yang kurang
berkembang dan domisili yang jauh dari lapangan pekerjaan menjadi
penghambat bagi mereka untuk merah cita-citanya. Keterbatasan biaya
untuk dapat mencoba peruntungan di luar daerah juga dapat menjadi
masalah serius terkait angka pengangguran di Indonesia. Maka dari itu,
pemerataan lapangan pekerjaan akan sangat perlu dilakukan.
8) Pasar Global
Penyebab pengangguran di Indonesia dan alasannya yang berikutnya
adalah adanya persaingan di era pasar global saat ini. Kemungkinan
akan meningkatnya perusahaan asing yang didirikan tetapi mereka
cenderung memasukkan beberapa pekerja dari negara mereka daripada
menggunakan tenaga kerja asli. Terciptanya keseimbangan antara
pekerja asing dan pekerja asli merupakan masalah yang harus
ditanggapi secara serius di Indonesia. Langkah dan peraturan yang
sesuai harusnya perlu ditegakkan agar keseimbangan di lingkungan para
pekerja dapat tercipta dengan baik.
9) Kesulitan Bertemu Pencari Kerja dan Lowongan Pekerjaan
Kekosongan yang tersedia terkadang tidak diumumkan dengan baik.
Beberapa orang yang potensial dapat mengisi lowongan pekerjaan
tersebut terkadang kehilangan informasi tentang lowongan itu sendiri.
Sebaliknya, para pencari kerja biasanya juga kebanyakan tidak cukup
aktif untuk menggali informasi tentang lowongan yang tersedia.
10) Tingginya Harapan Para Calon Pekerja
Tingginya harapan sebagian besar perusahaan di Indonesia yang tidak
diikuti dengan peningkatan kemampuan dan keterampilan para pencari
kerja menyebabkan angka pengangguran di Indonesia. Perusahaan
selalu ingin mempekerjakan orang yang terampil dan memiliki
kemampuan yang mereka butuhkan. Pelatihan dan pengembangan bagi
para pencari kerja merupakan faktor yang sangat penting demi
terciptanya keseimbangan diantara kedua faktor tersebut.
d. Dampak pengangguran terhadap perekonomian
1) Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat maksimumkan
kesejahteraan yang mungkin dicapainya. Pengangguran
menyebabkan pendapatan nasional yang sebenarnya (actual output)
dicapai lebih rendah dari pada pendapatan nasional potensial (potential
output). Keadaan ini berarti tingkat kemakmuran masyarakat yang
dicapai lebih rendah dari pada tingkat yang mungkin dicapainya.
2) Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak (tax revenue) peerintah
berkurang. Pengangguran yang diakibatkan oleh tingkat kegiatan
ekonomi yang rendah, pada gilirannya akan menyebabkan
pendapatan yang diperoleh pemerintah akan semakin sedikit. Dengan
demikian, pengangguran yang tinggi akan mengurangi kemampuan
pemerintah dalam menjalankan berbagai kegiatan pembangunan.
3) Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi,
pengangguran menimbulkan dua akibat buruk pada sektor swasta.
Pertama, pengangguran tenaga kerja biasanya akan diikuti pula dengan
kelebihan kapasitas mesin-mesin perusahaan. Keadaan ini jelas tidak
akan mendorong perusahaan untuk melakukan investasi di masa
yang akan datang. Kedua, pengangguran yang diakibatkan kelesuan
kegiatan kegiatan perusahaan menyebabkan keuntungan berkurang.
Keuntungan yang rendah mengurangi keinginan perusahaan untuk
melakukan investasi. Kedua hal tesebut jelas tidak akan menggalakkan
pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang.
8. Kebijakan fiskal adalah kebijakan keuangan yang dikeluarkan negara untuk
memengaruhi perekonomian menggunakan pengeluaran, pendapatan, dan
perpajakan. Ini digunakan bersamaan dengan kebijakan moneter yang
diterapkan oleh bank sentral, dan memengaruhi perekonomian menggunakan
jumlah uang beredar dan suku bunga. Secara definitif, kebijakan fiskal sendiri
dapat diartikan sebagai suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Fokus utama dari kebijakan ini sendiri
merupakan pengaturan terkait pendapatan dan belanja pemerintah.
Instrumen kebijakan fiskal adalah:
a. Anggaran Defisit (Ekspansif)
Ketika negara sedang berada pada keadaan ekonomi yang cenderung
resesif, kebijakan ini biasanya diambil guna membantu memulihkan
keadaan ekonomi. Negara yang sedang lesu ekonominya perlu ‘suntikan’
atau stimulus agar gairah perekonomian meningkat. Pada dasarnya,
kebijakan ini disusun dengan membuat angka pengeluaran lebih besar dari
angka pemasukan negara. Tujuan pengeluaran jelas, untuk memberikan
stimulus dan suntikan modal pada sektor industri agar bisa kembali pulih
dan berkembang.
b. Anggaran Surplus (Kontraktif)
Kebalikan dari anggaran defisit, instrumen ini digunakan dengan membuat
pemasukan negara lebih besar daripada pengeluaran yang dilakukan negara.
Kebijakan ini perlu diambil sebagai tindak lanjut dari instrumen pertama,
sehingga pemerintah bisa menjaga stabilitas pada ekonomi yang mulai
bergairah. Sebenarnya, tindak lanjut ini perlu dilakukan ketika keadaan
industri mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan yang terlalu
signifikan. Kebijakan ini, akan membuat tekanan permintaan menurun
sehingga suhu perekonomian akan sedikit menurun.
c. Anggaran Berimbang
Ketika keadaan ekonomi yang jauh sudah mulai pulih, maka pemerintah
perlu melakukan langkah tepat untuk menjaga kestabilan ini. Sederhananya,
instrumen ini akan mengkondisikan besaran pemasukan dan pengeluaran
yang dilakukan pemerintah cenderung seimbang sehingga ada kepastian
anggaran. Selain itu kebijakan fiskal ini diambil untuk meningkatkan
disiplin terkait sektor pemasukan negara, yaitu pajak. Jika pemasukan dari
sektor pajak bisa diandalkan dan stabil, maka alokasi belanja negara juga
akan bisa dikondisikan agar tidak terjadi fluktuasi yang berlebihan.
Kebijakan ekonomi makro seperti ini memang sepertinya terlihat sangat
jauh dari kewajiban setiap individu wajib pajak yang berada di Indonesia.
Padahal, kebijakan ini sangat terpengaruh pada penerimaan negara dari
sektor pajak. Mau tidak mau, wajib pajak sebenarnya harus memahami hal
yang berkaitan dengan kebijakan ini.
9. Kebijakan moneter adalah seperangkat kebijakan ekonomi yang dibuat untuk
mengatur ukuran serta tingkat pertumbuhan pasokan uang di dalam
perekonomian negara. Kebijakan ini adalah tindakan yang terukur untuk
membantu mengatur variabel makro ekonomi, seperti inflasi ataupun
pengangguran. Kebijakan ini dilakukan dengan berbagai cara, termasuk
penyesuaian suku bunga, mengubah jumlah uang tunai yang berada di pasar,
serta pembelian atau penjualan sekuritas pemerintah. Kebijakan ini diambil oleh
bank sentral atau Bank Indonesia dengan tujuan memelihara dan mencapai
stabilitas nilai mata uang yang dapat dilakukan antara lain dengan pengendalian
jumlah uang yang beredar di masyarakat dan penetapan suku bunga. Kebijakan
moneter meliputi langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan oleh bank
sentral atau Bank Indonesia untuk dapat mengubah penawaran uang atau
mengubah suku bunga yang ada dengan tujuan untuk memengaruhi
pengeluaran dalam perekonomian.
Instrumen-instrumen yang biasa digunakan oleh pemerintah dalam
pengambilan kebijakan moneter adalah:
a. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank sentral
untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini
dilakukan dengan cara menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau
membeli surat berharga di pasar modal.
b. Kebijakan Diskonto
Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang
beredar dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral
memperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala
inflasi), bank sentral mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku
bunga. Dengan menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang
untuk menabung.
c. Kebijakan Cadangan Kas
Bank sentral dapat membuat peraturan untuk menaikkan atau menurunkan
cadangan kas (cash ratio). Bank umum, menerima uang dari nasabah dalam
bentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, dan jenis tabungan
lainnya. Ada persentase tertentu dari uang yang disetorkan nasabah dan
tidak boleh dipinjamkan.
d. Kebijakan Kredit Ketat
Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi pemberiannya harus benar-benar
didasarkan pada syarat 5C, yaitu Character, Capability, Collateral, Capital,
dan Condition of Economy. Dengan kebijakan kredit ketat, jumlah uang
yang beredar dapat diawasi. Langkah kebijakan ini biasa diambil pada saat
ekonomi sedang mengalami gejala inflasi.
e. Kebijakan Dorongan Moral
Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai
pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan pada bank umum dan
pelaku moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato, dan edaran dapat berupa
ajakan atau larangan untuk menahan pinjaman tabungan atau pun
melepaskan pinjaman.
10. Berikut diberikan tabel hasil perhitungan GDP riil, LPE dan laju inflasi

GDP INDEKS GDP LAJU


TAHUN LPE
NOMINAL HARGA RIIL INFLASI
2010 125700000 100 1257000 - -
2011 134250000 115 1167391 0,068 0,15
2012 168890000 130 1299154 0,258 0,13
2013 182250000 142 1283451 0,079 0,09
2014 205450000 150 1369667 0,127 0,06
2015 215750000 160 1348438 0,050 0,07

Anda mungkin juga menyukai