Anda di halaman 1dari 3

Perhimpunan Dokter Spesialis Perhimpunan Mikologi Kedokteran Perhimpunan Dokter Spesialis

Mikrobiologi Klinik Indonesia Manusia dan Hewan Indonesia Parasitologi Klinik Indonesia
Sekretariat: Sekretariat: Sekretariat:
Departemen Mikrobiologi FKUI-RSCM Departemen Parasitologi FKUI Departemen Parasitologi FKUI
Jl. Pegangsaan Timur no.16, Jakarta- Jl. Salemba Raya No. 6 Jakarta-10440 Jl. Salemba Raya No. 6 Jakarta-
10320, Tel/Fax: 021-3916826 Telp. 021-3923216 10440, Telp. 021-3102135

No. 006/SE/PP-PAMKI/VI/2021
No. 029/Sek./PP-PMKI/VII/2021
No.008/SK/PDSPARKI/VI/2021

PEDOMAN PEMERIKSAAN MIKOLOGI MUKORMIKOSIS


A. PENDAHULUAN
Pada pandemi COVID-19 seperti saat ini, dengan peningkatan kasus diseluruh dunia, diiringi
maraknya kasus infeksi oleh jamur golongan Mucoralesatau mukormikosis di India. COVID-19
associated mucormycosis (CAM) dapat terjadi pada saat mengalami infeksi, masa pemulihan atau
setelah pulang dari perawatan. Manifestasi klinis utama COVID-19 associated mucormycosis (CAM)
ditunjukkan dengan terjadinya rino-orbito-serebro mukormikosis dengan gejala sumbatan hidung,
sekresi hidung, sakit kepala, nyeri orbital, sakit gigi, melibatkan rahang dan lain-lain. Manifestasi
klinis CAM pada organ paru mempunyai gejala klinis demam, batuk, nyeri dada, efusi pleura dan
hempotisis. Gejala klinis pada saluran napas menjadi lebih parahdan gambaran paru pada CT Scan
tampak menyerupai gambaran paru COVID-19. Hal itu menarik perhatian berbagai kalangan
medis untuk lebih memperhatikan dan mewaspadai kejadian penyakit jamur tersebut yang
sebetulnya jarang dijumpai, baik di dunia maupun Indonesia. Jamur penyebabnya merupakan
golongan Mucoralesantaralain Rhizopus oryzae/Rhizopus arhizus dan Lichtemia corymbifera.

Manifestasi klinis mukormikosis berupa:


1. Rino-orbito-serebro mukormikosis
2. Mukormikosis paru
3. Mukormikosis kulit
4. Mukormikosis gastrointestinal
5. Mukormikosis diseminata
6. Mukormikosis lainnya (ginjal, tulang, infeksi lain yang jarang terjadi)

Mukormikosis ini dapat berakibat fatal jika tidak segera dikenali dan ditangani dengan cepat dan
tepat. Pasien dapat sembuh dengan gejala sisa berupa kerusakan jaringan pada wajah, mata dan
mungkin otak. Diagnosis yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan, sehingga pengobatan dapat
segera diberikan. Sehubungan dengan hal tersebut maka Perhimpunan Dokter Spesialis
Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI), Perhimpunan Mikologi Kedokteran Manusia dan Hewan
Indonesia (PMKI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Parasitologi Klinis Indonesia (PDSPARKI)
menyusun Pedoman Pemeriksaan Mikologi Mukormikosis untuk diagnosis mukormikosis .
B. SAMPEL PEMERIKSAAN MUKORMIKOSIS
Sampel yang dapat dipergunakan untuk diagnosis laboratorium, yaitu jaringan nekrotik untuk
pemeriksaan laboratorium yang berasal dari:
1. Jaringan sinus (biopsi dan aspirat sinus)
2. Saluran nafas (bilasan bronkhus, sputum)
3. Mata (biopsi)
4. Rongga mulut (biopsi)
5. Kulit (biopsi)
6. Jaringan lain (ginjal, tulang, jaringan organ lain yang terdampak)

C. KEWENANGAN KLINIS DALAM DIAGNOSIS MUKORMIKOSIS


Tenaga Medis yang berwenang dalam pengambilan sampel untuk pemeriksaan pasien dengan
Mukormikosis yaitu dokter spesialis yang memiliki kompetensi dalam pengambilan sampel yang
tersebut pada poin B.

D. PROSEDUR PENANGANAN SAMPELUNTUK PEMERIKSAAN MUKORMIKOSIS


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan sampel, yaitu :
1. Sampel dapat diambil dari beberapa lokasi berbeda
2. Sampel berupa jaringan yang diambil dari daerah nekrotik yang berwarna hitam (black eschar),
ditampung dalam wadah steril, dan diteteskan 1-2 tetes NaCl fisiologis/akuades steril. Hindari
kemungkinan terjadinya infeksi sekunder dan perdarahan.
3. Sampel sputum disarankan ditampung pada pagi hari
4. Sampel tidak boleh dimanipulasi berlebihan (misalnya: digerus/dicacah)
5. Sampel tidak boleh ditambahkan formalin untuk pemeriksaan mikrobiologi/parasitologi
6. Wadah ditutup rapat sebelum dikirim ke laboratorium
7. Sampel dikirim ke laboratorium mikrobiologi klinik atau parasitologi klinik dalam waktu 2 jam,
pada suhu ruang (25oC)
Diagnosis mukormikosis harus dilakukan sesegera mungkin, karena perjalanan penyakit menuju
perburukan berlangsung sangat cepat. Apabila pemeriksaan tidak dapat segera dilakukan, maka
sampel dapat disimpan pada suhu 4oC. Hal itu berlaku untuk pemeriksaan langsung, namun tidak
mendukung keberhasilan isolasi jamur.

E. PROSEDUR PEMERIKSAAN MUKORMIKOSIS


Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis Mukormikosis, yaitu:
1. Pemeriksaan Mikroskopik dengan sediaan basah KOH 10%:
- Menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10×10 untuk mencari lapang pandang yang baik
dilanjutkan dengan pembesaran 10x40 untuk mencari elemen jamur
- Ditemukan hifa berbentuk pita (ribbon-like) yaitu hifa senositik tanpa sekat (6-16 m)
- Thick-walled, refractile hyphae
- Perhatikan percabangan hifa (right angle/90o)
- Semua jamur mukormikosis dalam jaringan memiliki gambaran mikroskopik yang sama yaitu
hifa senositik
2. Biakan
- Medium agar Sabouraud dekstrosa (tanpa sikloheksimid) dengan/tanpa antibiotik
- Inkubasi pada suhu 30°C dan 37°C, selama 3-5 hari
- Morfologi koloni: tekstur seperti kapas dengan warna yang bervariasi dari warna putih hingga
kekuningan, coklat, abu-abu dan bahkan kehitaman
3. Pemeriksaan histopatologi (dengan pewarnaan HE, PAS, GMS)
4. Biologi molekuler (identifikasi spesies): PCR, sekuensing

Uji resistensi tidak dilakukan karena sudah tersedia pengobatan standar yang harus segera
diberikan karena perjalanan penyakit yang sangat cepat memburuk. Berdasarkan literatur
antijamur yang berpotensi mengeradikasi Mukormikosis yaitu amfoterisin B selama 3 minggu
dilanjutkan dengan itrakonazol (tersedia di Indonesia), sebagai terapi alternatif dapat digunakan
isavukonazol dan posakonazol.

F. PROSEDUR PEMBACAAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM MUKORMIKOSIS


Hasil pemeriksaan mikroskopik dengan Hasil biakan pada medium SDA
KOH 10% dengan pembesaran 10x40

Sediaan basah KOH 10%, pembesaran 400×: hifa Koloni Rhizopus oryzae pada agar Sabouraud dekstrosa
senositik dalam jaringan biopsi sinus, (koloni kapang) (courtesy: Wahyuningsih, Dep.Parasitologi
percabangan right angle (lihat penunjuk) FKUI)
(courtesy: Wahyuningsih, Dep.Parasitologi FKUI)

G. INTEPRETASI HASIL LABORATORIUM


Dalam interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium Mukormikosis, maka hal yang perlu diketahui
sebagai berikut :
- Sensitifitas biakan berkisar antara 15-50% sehingga pemeriksaan langsung menjadi sangat
penting.
- Ditemukannya hifa senositik pada sampel sudah dapat menjadi dasar pemberian pengobatan
antifungal, dengan tetap memperhatikan faktor risiko pada pasien.
- Faktor risiko yang terdapat pada penderita dengan infeksi Mucor, antara lain: diabetes tidak
terkontrol (ketoasidosis), transplantasi sumsum tulang/organ, terapi kortikosteroid, netropeni,
keganasan darah, terapi deferoxamine, malnutrisi dan trauma, kateter/tempat suntikan,
maserasi kulit dan akhir-akhir ini terjadi akibat penanganan COVID-19 yang menekan sistim
imun.
- Hifa Mucorales hendaknya dibedakan dari hifa kapang lain misalnya Aspergillus (bercabang
dikotom, berjalan radier), karena pengobatan Mukormikosis berbeda dengan infeksi kapang
yang lain.
- Mucorales merupakan jamur saprofit di saluran napas bagian atas, sehingga hasil biakan dari
sampel non steril seperti sputum, harus diinterpretasi bersama dengan gejala klinis paru dan
hasil pencitraan paru (gambaran abnormal pada paru). Berdasarkan hal itu, maka isolasi
Mucor dari sputum hanya dapat menegakkan diagnosis mukormikosis probable.
- Diagnosis dapat diperkuat dengan hasil pemeriksaan serologi dengan tes galaktomanan
Aspergillus dan tes beta glukan yang negatif, jika kedua pemeriksaan tersebut tersedia.

KETUA UMUM PAMKI KETUA UMUM PMKI KETUA UMUM PDSPARKI

Prof.Dr.dr.Kuntaman, MS, Sp.MK(K) Prof.Dr.dr.Retno Wahyuningsih, MS,Sp.Par.K dr.Siti Pratiekauri, Sp.Par.K

Anda mungkin juga menyukai