Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mencermati
berbagai fenomena problematis tersebut, terutama mengenai degradasi moral di kalangan
pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat pada umumnya, hal tersebut pada dasarnya
memperlihatkan bahwa pendidikan karakter dalam praksis pendidikan nasional, utamanya
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang menjadi pondasi bagi jenjang pendidikan
berikutnya, belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Dan, sekolah dasar atau
madrasah ibtidaiyah adalah salah satu bentuk pada pendidikan formal untuk jenjang
pendidikan dasar awal yang sangat menentukan pembentukan karakter seseorang di masa
depannya.(Prastowo, 2018)
Masalah karakter dan pendidikan karakter yang terjadi SD, diantaranya sebagai
berikut:Pertama, pendidikan karakter di SD cenderung belum dibangun berdasarkan prinsip-
prinsip pendidikan nilai yang benar. Banyak SD yang belum menjadikan nilai-nilai
kehidupan yang hidup di lingkungan Sekolah Dasar yang melandasi pengembangan budi
pekerti luhur menjadi core value dalam pendidikan karakter. Kedua, hampir di seluruh SD
yang diteliti belum mempunyai grand desain pendidikan karakter di SD masing-
masing.Misalnya: nilai-nilai inti belum dimasukkan dalam visi sekolah, kebijakan-kebijakan
sekolah yang berpihak pada pendidikan karakter sangat minim, tata tertib sekolah cenderung
disusun secara sepihak—oleh kepala sekolah/guru (kurang melibatkan siswa); visi-misi-
tujuan pendidikan Sekolah Dasar belum secara explicit bermuatan nilai-nilai inti untuk
pendidikan karakter; karakter siswa yang diharapkan sekolah juga kurang tampak pada
profile lulusan yang diharapkan untuk masa depan; Visi misi sekolah (pendidikan karakter)
juga cenderung kurang disosialisasikan pada seluruh warga sekolah, orang tua, dan
komunitas sekitar sekolah; dan kurang terbangun komitment bersama diantara mereka untuk
melaksanakannya secara konsisten.(Akbar, Sa’dun, Samawi, Ahmad, Arafiq, Muh., Hidayah,
2014)
penerapan pendidikan karakter sudah berjalan dengan cukup baik dengan diberlakukannya
kegiatan pembiasaan. menjelaskan bahwa hal yang memungkinkan pendidikan karakter bisa
berjalan sesuai sasaran setidak-tidaknya meliputi tiga hal, salah satunya adalah menggunakan
prinsip kontinuitas/rutinitas (pembiasaan dalam segala aspek kehidupan). Pembiasaan
merupakan upaya yang dilakukan guru dalam penerpan pendidikan karakter agar siswa
dengan sendirinya akan terbiasa dengan kegitan tersebut, hal itu selaras dengan
Permendikbud No.23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti atau karakter, pasal 1
ayat 4 yang menegaskan bahwa: “Pembiasaan adalah serangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa, guru, dan tenaga pendidikan yang bertujuan untuk menumbuhkan
kebiasaan yang baik dan membentuk generasi yang berkarakter positif”. Kegiatan
pembiasaan tersebut dilakukan agar siswa mampu menerapkan pemahaman yang telah
didapat ke dalam kehidupan sehari-harinya bukan hanya di sekolah tetapi di lingkungan.
(Mardiyah, 2019)
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Sa’dun, Samawi, Ahmad, Arafiq, Muh., Hidayah, L. (2014). Model Pendidikan Karakter yang
Baik di SD (Studi Lintas Situs Best Practices). Jurnal Sekolah Dasar, 23(2), 139–151.
Mardiyah, S. (2019). Penerapan Pendidikan Karakter Di Sekolah. Edification Journal, 1(1), 127–137.
https://doi.org/10.37092/ej.v1i1.89
Miftah Nurul Annisa, A. W. (2020). Pentingnya Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Dasar di
Zaman Serba Digital. Jurnal Pendidikan Dan Sains, 2(1), 35–48.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/bintang