Anda di halaman 1dari 3

Potensi Penyebab Pencemaran Air dari Limbah Budidaya Perikanan

Nama : Asthony Purwanda Febriawan


NIM : 17/412782/PN/15104
Prodi : Akuakultur
Alamat: Sleman, D.I. Yogyakarta

Air merupakan sumber kehidupan di bumi dan juga merupakan pelarut di mana zat
anorganik dan organik larut (Wirianto, 2013). Tidak ada air yang sangat murni sehingga di
setiap analisis air ditemukan zat terlarut [ CITATION Pup15 \l 1033 ] . Zat-zat terlarut adalah zat-
zat yang masuk dan terlarut di dalam air akibat adanya pengendapan dan pembusukan yang
biasanya terdapat pada suatu perairan (Wirianto, 2013). Air juga sangat dibutuhkan untuk
menunjang kehidupan manusia, baik untuk minum, memasak, mandi, dan kebutuhan-
kebutuhan untuk menunjang perekonomian manusia. Salah satu contoh pemanfaatan air
dalam bidang ekonomi adalah akuakultur.

Akuakultur adalah kegiatan memelihara flora dan fauna perairan, tetapi tidak
termasuk dalam kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan dan pembenihan jenis biota
untuk akuarium, biota percobaan atau percobaan di laboratorium, dan biota yang dipelihara
secara khusus untuk memenuhi kebutuhan individu (Landau, 1992). Akuakultur yang di
Indonesia dikenal dengan istilah budidaya air dibedakan menjadi dua, yaitu budidaya air
tawar dan budidaya air laut (termasuk air payau). Budidaya air laut lebih dikenal dengan
istilah marikultur [ CITATION Dwi04 \l 1033 ]. Sayangnya, kegiatan budidaya semacam ini juga
dapat mengancam ekosistem sekitar karena dihasilkannya limbah dari kegiatan akuakultur
tersebut.

Polusi atau pencemaran air adalah masalah global dan tidak terbatas pada wilayah.
Pencemaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelestarian ekosistem perairan
[ CITATION Yun18 \l 1033 ]. Penggunaan air pada kegiatan budidaya ikan di darat (kolam, bak,
akuarium) menghasilkan air limbah sebagai produk sampingan. Produksi limbah cair pada
kegiatan ini berasal dari beberapa sumber, seperti air bekas pemeliharaan ikan dan pencucian
peralatan produksi. Limbah air bekas pemeliharaan ikan memiliki porsi yang relatif besar dan
mengandung bahan organik yang tinggi. Kondisi tersebut disebabkan oleh sisa-sisa pakan dan
metabolisme ikan, seperti urin dan feses. Pembuangan limbah cair secara langsung dan terus-
menerus ke badan lingkungan menyebabkan pencemaran [ CITATION Joh16 \l 1033 ].
Selain itu, kepadatan penebaran (stocking density) dan input pakan yang tinggi
menyebabkan tingginya limbah yang dihasilkan baik yang tersuspensi maupun mengendap di
dasar kolam. Degradasi kualitas air selama proses budidaya ikan juga disebabkan oleh
rendahnya efisiensi pakan [ CITATION Sup15 \l 1033 ] . Sebagai contoh menurut Primavera
(1991), pakan yang diberikan pada udang, hanya 85% yang terkonsumsi sedangkan 15%
tidak termakan (uneaten feed) sementara 20% terbuang dalam bentuk feces. Dikuatkan pula
oleh Avnimelech dan Ritvo (2003) yang menyatakan bahwa, hanya 25% nitrogen dari pakan
yang dapat diasimilasi menjadi daging, sedangkan 75% terbuang ke lingkungan. Hal ini
menunjukkan, efektivitas pemberian pakan juga berpotensi untuk meningkatkan limbah
budidaya yang dihasilkan. Limbah organik yang dihasilkan dalam budidaya ikan juga akan
memengaruhi kualitas air lainnya. Suhu, pH, polutan, salinitas, amoniak, hidrogen sulfida dan
oksigen terlarut selain mempengaruhi populasi patogen dalam kolam juga mempengaruhi
ketahanan ikan terhadap infeksi penyakit. Apabila limbah yang berpenyakit tersebut terbuang
ke alam, maka dapat dipastikan akan terjadi kerusakan ekosistem di alam. Kondisi ini dapat
dicegah melalui upaya pengolahan air limbah. Tujuan pengolahan air limbah yaitu
menghasilkan buangan yang telah memenuhi baku mutu sehingga limbah tidak merusak
alam. Berdasarkan metodenya proses pengolahan air limbah dibagi menjadi tiga jenis yaitu
pengolahan secara fisika, biologi, dan kimia. Proses pengolahan secara fisika merupakan
metode pengolahan air limbah dengan cara menghilangkan polutan secara fisika, seperti
sedimentasi, penyaringan, screening dan lain-lain (Adany, 2017). Proses pengolahan limbah
dengan metode biologi adalah proses penghancuran atau penghilangan kontaminan dengan
menggunakan bantuan mikroorganisme atau organisme tertentu seperti tumbuhan sebagai
bioremdiasi. Proses pengolahan air limbah secara kimia adalah proses yang melibatkan
penambahan bahan kimia untuk mengubah atau destruksi kontaminan (Riffiat, 2012). Proses
pengolahan air limbah secara kimia antara lain dengan menggunakan koagulasi dan adsorpsi
(Riffiat, 2012).
Daftar Pustaka

Adany, F. 2017. Review: Proses Pengolahan Air Limbah Secara Fisika, Kimia dan Biologi.
Jurusan Kimia Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya.

Febrianto, J., Purwanto, M. Y. J. & W., R. S. B., 2016. Pengolahan Air Limbah Budidaya
Perikanan melalui Proses Anaerob Menggunakan Bantuan Material Bambu. Jurnal
Teknik Sipil Dan Lingkungan , 1(2), pp. 83-90.

Landau, M. 1992. Introduction to aquaculture. John Wiley & Sons, Inc. New York. 440 p.

Riffat, R., 2012, Fundamentals of Wastewater Treatment and Engineering, CRC Press,

Sari, P. M., Darvina, Y. & Hamdi, 2015. Degradasi Kualitas Fisis Air Danau Maninjau
terhadap Variasi Jarak Dan Jumlah Keramba. Pillar of Physics, Volume 6, pp. 41-48.

Sesempuli, Y., Iswanto, B. & Hendrawan, D., 2018. Pengelolaan Sumber Daya Air
Berkelanjutan di Perkotaan: Kajian Status Mutu Air Kali Krukut Depok, Jawa Barat
menggunakan Indeks Pencemar. Prosiding Seminar Nasional Kota Berkelanjutan, pp.
1-13.

Setyono, D. E. D., 2004. Pengetahuan Dasar Akuakultur. Oseana, 29(1), pp. 27-32.

Supono, 2015. Manajemen Lingkungan untuk Akuakultur. Yogyakarta: Plantaxia.

Wirianto, Eko., 2013. Pengaruh Multiparameter Kualitas Air Terhadap Parameter Indikator
Oksigen Terlarut dan Daya Hantar Listrik. Jlp. 18(54)

Anda mungkin juga menyukai