Anda di halaman 1dari 23

ETIKA KEPERAWATAN

( CIRI DAN KEPRIBADIAN PASIEN )

OLEH

KELOMPOK V

1. Nursia Ambari
2. Margareta Rahail
3. Ina Juliana Mouw
4. Yuliana Sirken
5. Trivona L Warat
6. Sukri Rettobrumlen
7. Otniel balubun
8. Mariana Ubleuw

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN

SUMBER DAYA MANUSIAN KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
penyertaan dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah mengenai “Ciri dan Kepribadian Pasien”

Dalam makalah ini kami mecoba untuk menjelaskan dan membahas


mengenai bagaimana ciri – ciri kepribadian pasien dengan kasus beberapa
penyakit, bagaimana cara untuk menjelaskan ciri dan kepribadian-
kepribadian yang muncul pada saat seseorang mengalami kesakitan.

Kami sudah berusaha menyampaikan penjelasan dan pembahasan


dengan usaha yang terbaik, demi melengkapi tugas yang diberikan oleh
Dosen dalam Mata Kuliah “Etika Keperawatan” Seperti salah satu pepatah
yang sudah begitu akrab di telinga yaitu “tak ada gading yang tak retak”,
begitu pula dengan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan.

Maka dari itu besar harapan kami untuk adanya kritik dan saran dari
Dosen maupun pembaca, sehingga akhirnya dapat menjadi bahan kajian dan
masukan buat kami.

Kami juga mengucapkan permohonan maaf apabila terdapat salah kata,


salah arti maupun kesalahan yang lain dalam penulisan makalah ini.

Terimakasih.

Tual, 25 September 2019

Penulis

1. Nursia Ambari
2. Margareta Rahail
3. Ina Juliana Mouw
4. Yuliana Sirken
5. Trivona L Warat
6. Sukri Rettobrumlen
7. Otniel balubun
8. Mariana Ubleuw

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
D. Manfaat penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Artritis Gout ( Tophus ).............................................................................3


B. Dispepsia.....................................................................................................4
C. Hipertensi...................................................................................................6
D. HIV/AIDS...................................................................................................9
E. Gejala Neurotik..........................................................................................10
F. Klasifikasi Neurotik...................................................................................13
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................18
B. Saran...........................................................................................................19
Daftar Pustaka............................................................................................................ 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Orang sering digambarkan memiliki kepribadian yang neurotik jika


mereka memiliki gejala gangguan neurotik. Gangguan neurotik adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai kondisi yang
melibatkan ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya.

Orang-orang tersebut tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka.


Mereka akan menyalahkan pengaruh luar untuk setiap masalah yang
berhubungan dengan perilaku mereka, termasuk orang lain. Orang-orang
ini tidak bisa dipercaya. Hal ini karena mereka menyalahkan kekuatan-
kekuatan luar untuk masalah mereka.

Kelompok kondisi, kadang-kadang disebut sebagai gangguan neurotik,


yang ditandai dengan gejala seperti kecemasan, rasa tidak aman, fobia,
dan depresi. Secara umum, "neurosis" dipandang sebagai jenis yang
sangat ringan gangguan neurotik.

Contoh perilaku neurotik ringan termasuk bereaksi terhadap ketakutan


yang irasional, yang dikenal sebagai fobia, atau menjadi cemas dalam
situasi tertentu.

B. Rumusan masalah
Rumusan dari beberapa kasus yang diambil adalah Adakah pengaruh tipe
kepribadian dengan Artritis Gout Kronis ( Tophus ),kepribadian yang terjadi
pada kasus Dispepsia dan derajat hipertensi pada pasien usia 30-50
tahun dan HIV/AIDS di puskesmas dan rumas sakit

1
C.Tujuan Penulisan
1.Tujuan umum
Untuk mengetahui adakah pengaruh tipe kepribadian dengan Artritis Gout
Kronis ( Tophus ),kepribadian yang terjadi pada kasus Dispepsia, derajat
hipertensi pada pasien hipertensi usia 30-50 tahun dan HIV/AIDS di
puskesmas dan rumas sakit
2.Tujuan khusus
a.Untuk mengetahui tipe kepribadian pada pasien Artritis Gout Kronis (
Tophus ),kepribadian yang terjadi pada kasus Dispepsia dan
derajat hipertensi pada pasien hipertensi usia 30-50 tahun dan
HIV/AIDS di puskesmas dan rumas sakit
b.Untuk mengetahui derajat Artritis Gout Kronis ( Tophus ),kepribadian
yang terjadi pada kasus Dispepsia dan derajat hipertensi pada
pasien usia 30-50 tahun dan HIV/AIDS di puskesmas dan rumas
sakit
c.Untuk menguji hipotesis mengenai pengaruhantara tipe kepribadian
dan derajat Artritis Gout Kronis ( Tophus ),kepribadian yang terjadi
pada kasus Dispepsia dan derajat hipertensi pada pasien hipertensi
usia 30-50 tahun dan HIV/AIDS di puskesmas dan rumas sakit

D.Manfaat Penulisan
Agar kita mengetahui jenis kepribadian yang muncul pada pasien dengan
kasus Artritis Gout Kronis ( Tophus ),kepribadian yang terjadi pada kasus
Dispepsia dan kepribadian derajat hipertensi pada pasien usia 30-50
tahun dan HIV/AIDS di puskesmas dan rumas sakit

Namun, kebanyakan orang yang menderita jenis neurosis yang mampu


mengatasi fobia dan kecemasan. Bagi orang yang menderita gangguan
kepribadian neurotik, stres kecemasan terus-menerus bisa menjadi luar
biasa Hal ini dapat menyebabkan depresi, makan berlebihan dan
insomnia, serta sejumlah kondisi kesehatan yang serius, seperti tekanan
darah tinggi, penyakit jantung dan bahkan stroke.Meskipun "gangguan
neurotik" Istilah tidak lagi digunakan sebagai istilah medis, berbagai jenis
gangguan neurotik, seperti gangguan obsesif kompulsif dan gangguan
kepribadian borderline, dipandang oleh kalangan medis sebagai asli
kondisi kesehatan mental yang mungkin memerlukan pengobatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. ARTRITIS GOUT ( TOPHUS )

Artritis pirai (gout) adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar
di seluruh dunia. Artritis pirai merupakan kelompok penyakit heterogen
sebagai akibat deposisi Kristal monosodium uarat pada jaringan atau akibat
supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraselular. Manifestasi klinik
deposisi urat meliputi arthritis gout akut, akumulasi Kristal pada jaringan
yang merusak tulang (tofi), batu asam urat dan yang jarang adalah kegagalan
ginjal (gout nefropati). Gangguan metabolism yang mendasarkan gout adalah
hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian kadar urat lebih dari 7,0
ml/dl dan 6,0 mg/dl.

Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa. Sebagaimana


yang disampaikan oleh Hippocrates bahwa gout jarang pada pria sebelum
masa remaja (adolescens) sedangkan pada perempuan jarang sebelum
menopause. Pada tahun 1986 dilaporkan prevalensi gout di Amerika Serikat
adalah 13.6/1000 pria dan 6.4/1000 perempuan. Prevalensi gout bertambah
dengan meningkatnya taraf hidup. Prevalensi di antara pria African American
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pria Caucasian.

Di Indonesia belum banyak publikasi epidemiologi tentang arthritis


pirai (AP). Pada tahun 1935 seorang dokter kebangsaan Belanda bernama
Van der Horst telah melaporkan 15 pasien arthritis pirai dengan kecacatan
(lumpuhkan anggota gerak) dari suatu daerah di Jawa Tengah. Penelitian lain
mendapatkan bahwa pasien gout yang berobat, rata-rata sudah mengidap
penyakit selama lebih dari 5 tahun. Hal ini mungkin disebabkan banyak
pasien gout yang mengobati sendiri (self medication). Satu study yang lama
di Massachusetts (Framingham Study) mendapatkan lebih dari 1% dari
populasi dengan kadar asam urat kurang dari 7 mg/100 ml pernah mendapat
serangan arthritis gout akut.

3
Terjadi pada gout kronik :

1. Gout kronik bertophus


Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi)
di sekitar sendi yang sering meradang. Tofi adalah timbunan kristal
monosodium urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi,
synovial, bursa atau tendon.

Tofi bisa juga ditemukan di jaringan lunak dan otot jantung,


katub mitral jantung, retina mata, pangkal tenggorokan.

2. Nefropati gout kronik


Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia,
terjadi akibat dari pengenapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal.
Pada jaringan ginjal bisa terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan
merusak glomerulus.

3. Nefrolitiasi asam urat (batu ginjal)10


Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal,
bisa menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih
atau infeksi. Air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat
membentuk batu seperti kalsium, asam urat, sistin dan mineral
struvit (campuran magnesium, ammonium, fosfat).

Prognosis

Jarang pada kasus artritis gout menyebabkan kematian dan angka


kematian arthritis gout adalah tidak berbeda dengan angka kematian
populasi pada umumnya. Penyakit gout sering dihubungkan dengan
penyakit penyertanya yang jelas berbahaya dengan mortlitas cukup tinggi,
sebagai contoh kelainan vaskular degeneratif, hipertensi, hiperlipidemia,
penyakit ginjal, dan obesitas.

B. DISPEPSIA
Dispepsia merupakan isitilah yang digunakan untuk suatu sindrom
(kumpulan gejala atau keluhan) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak
nyaman di ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah, sendawa,
rasa cepat kenyang, dan perut terasa penuh. Keluhan ini tidak selalu ada
pada setiap penderita. Bahkanpada seorang penderita, keluhan tersebut
dapat berganti atau bervariasi, baik dari segi jenis keluhan maupun
4
kualitas keluhan. Jadi, dispepsia bukanlah suatu penyakit, melainkan
merupakan kumpulan gejala ataupun keluhan yang harus dicari
penyebabnya (Sofro dan Anurogo, 2013).
Menurut Djojoningrat (2014) kata dispepsia berasal dari
bahasaYunani, “dys” yang berarti jelek atau buruk dan “pepsia” yang
berarti pencernaan, jika digabungkan dispepsia memiliki arti indigestion
atau kesulitan dalam mencerna. Semua gejala-gejala gastrointestinal yang
berhubungan dengan masukan makanan disebut dispepsia, contohnya
mual, heartburn, nyeri epigastrum, rasa tidak nyaman, atau distensi. Kasus
dyspepsia didunia mencapai 13 – 40 % dari total populasi setiap tahun.
Hasil study menunjukkan bahwa di Eropa, Amerika Serikat dan Oseania,
prevalensi dyspepsia bervariasi antara 5% hingga 43 % (WHO, 2010). Di
Indonesia diperkirakan hampir 30% pasien yang datang ke praktik umum
adalah pasien yang keluhannya berkaitan dengan kasus dispepsia.
berobat ke praktik gastroenterologist terdapat 60% dengan keluhan
dispepsia(Djojoningrat, 2009).
Dispepsia adalah suatu istilah yang merujuk pada gejala abnormal di
perut bagian atas. Istilah ini biasa pula digunakan untuk menerangkan
bebagai keluhan yang dirasakan di abdomen bagian atas. Diantaranya
adalah rasa nyeri ataupun rasa terbakar di daerah epigastrum (ulu hati),
perasaan penuh atau rasa bengkak di perut bagian atas, sering sendawa,
mual, ataupun rasa cepat kenyang. Dispepsia sering juga dipakai sebagai
sinonim dari gangguan pencernaan (Herman, 2004). Sebagai suatu gejala
ataupun sindrom, dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, baik
yang bersifat organik, maupun yang fungsional. Berdasarkan konsensus
terakhir (kriteria Roma) gejala heartburn atau pirosis, yang diduga karena
penyakit refluks gastroesofageal, tidak dimasukkan dalam sindrom
dispepsia (Djojoningrat, 2014). 2.1.1Sindrom Dispepsia Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sindrom adalah himpunan gejala atau
tanda yang terjadi serentak (muncul bersama-sama) dan menandai
ketidaknormalan tertentu. Sindrom merupakan kumpulan dari beberapa
ciri-ciri klinis, tanda-tanda, simtoma, fenomena, atau karakter yang sering
muncul bersamaan. Adapun gejala-gejala (sindrom) dispepsia, yaitu:
-Nyeri perut (abdominal discomfort) -Rasa perih di ulu hati-Nafsu makan
berkurang Universitas Sumatera Utara
Rasa lekas kenyang -Perut kembung-Rasa panas didada dan perut
(Djojoningrat, 2014).

5
A. Klasifikasi Dispepsia

Pengelompokan mayor dispepsia terbagi atas dua yaitu:


1.Dispepsia Organik,

bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.


Sindrom dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata terhadap
organ tubuh misalnya tukak (ulkus peptikum), gastritis, stomach
cancer, gastro esophageal reflux disease, hiperacidity.

Jenis-jenis dispepsia organik yaitu:

a.Tukak pada saluran cerna atas Keluhan yang sering terjadi nyeri
epigastrum. Nyeri yang dirasakan yaitu nyeri tajam dan menyayat
atau tertekan, penuh atau terasa perih seperti orang lapar. Nyeri
epigastrum terjadi 30 menit sesudah makan dan dapat menjalar ke
punggung. Nyeri dapat berkurang atau hilang sementara sesudah
makan atau setelah minum antasida. Gejala lain seperti mual,
muntah, bersendawa, dan kurang nafsu makan(Hadi, 2005).

C. HIPERTENSI

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi


di Jakarta. Ciri kepribadian tipe A, yaitu tampak selalu sibuk, terburu-buru,
tidak sabar atau mudah marah, tampak pada beberapa pasien dipilih
secara konsekutif di antara pengunjung Puskesmas Ngadi,Puskesmas
Debut dan Rumah Sakit Karel Tekanan darah diukur sesuai dengan
protokol standar. Informasi tentang kepribadian dan faktor-faktor risiko
yang lain dikumpulkan dengan wawancara.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi


Ciri kepribadian tipe A, yaitu tampak selalu sibuk, terburu-buru, tidak
sabar atau mudah marah, tampak pada beberapa pasien hipertensi.
Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara kepribadian tipe A dengan hipertensi. yang usia > 30 tahun dan
tidak sedang dalam pengobatan dengan antihipertensi

Hipertensi merupakanmasalah utama kesehatan masyarakat di beberapa


negara di dunia termasuk Indonesia.Jumlah kasus hipertensi meningkat
secarasangat signifikan dari tahun ke tahun. Hipertensi atau tekanan

6
darah tinggi mempengaruhi sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa
di Amerika(Fields LE. et al., 2004).
Diperkirakan pada tahun 2025 di negara berkembang terjadi
peningkatan kasus hipertensi sekitar 80% dari 639 juta kasus di tahun
2000 menjadi 1,15milyar. (Armilawaty et al., 2007).
Hipertensi merupakan faktor risiko utama kardiovaskuler yang
merupakanpenyebab utama kematian di seluruh dunia. Peningkatan
umur harapan hidup dan perubahan gaya hidup meningkatkan faktor
risiko hipertensi di berbagai negara. Hipertensi sering diberi gelar The
Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi.
Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa
penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke, dan
ginjal. Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia
pada tahun 2004 prevalensi hipertensi di pulau Jawa 41,9%, dengan
kisaran di masing-masing provinsi 36,6%-47,7%. (Depkes RI, 2009)
Angka kejadian atau prevalensi hipertensi di Indonesia menurut beberapa
hasil survey adalah sekitar 5-10% pada orang dewasa dan akan lebih
dari 20% pada kelompok umur 50 tahun ke atas. Penderita hipertensi
lebih banyak pada perempuan yaitu 37% dari pada laki-laki hanya 28%.
(Karnadi, 2007)
Hipertensi dibagi menjadi tiga derajat, menurut JNC-VI yaitu derajat I
(ringan), derajat 2 (sedang) dan derajat 3 (berat). Penentuan derajat
hipertensi sangat bermanfaat untuk menentukan pengobatan hipertensi.
(Manjoer et al., 2001)
Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia,
kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada
umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 45 tahun
ke atas namun pada saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh
orang berusia muda. (Wolf, 2006)
Beberapa hal yang dapat memicu tekanan darah tinggi adalah
ketegangan, kekhawatiran, status social, kebisingan, gangguan dan
kegelisahan. Pengendalian pengaruh dan emosi negative tersebut
tergantung juga pada kepribadian masing-masing individu.
Pasien yang menderita penyakit hipertensi biasanya mengalami
penurunan derajat atau kenaikan derajat. Hipertensi dapat dipengaruhi
oleh gaya hidup (merokok, minum alkohol), stress, obesitas
(kegemukan), kurang olahraga, keturunan dan tipe kepribadian.(Wolf,
2006)
7
Menurut Calvin S. Hall & Gardner Lindzey (2000) Kepribadian adalah
sesuatu yang memberi tata tertib dan keharmonisan terhadap segala
macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan si individu. Perbedaan
faktor individu (kepribadian) mempengaruhi perilaku dan gaya hidup. Hal-
hal tersebut mempengaruhi tingkat atau derajat hipertensi pasien. Tipe
kepribadian berpengaruh terhadap kekambuhan hipertensi karena dilihat
dari cara seseorang menggunakan koping stressnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Ray Rosenman & Meyer Friedman, dua
orang ilmuan kardiologi, menunjukkan bahwa ada kaitan erat antara tipe
kepribadian yang berdasarkan pola perilaku yaitu tipe A dan tipe B
dengan penyakit kardiovaskuler. (Robbins, 2003)
Menurut Rosenman dan Friedman dalam Wolf (2006), Kepribadian tipe A
memiliki ciri-ciri, sebagai berikut: memiliki tingkat kesabaran rendah,
tergesa-gesa dalam melakukan segala sesuatu, memiliki harapan yang
tinggi untuk mencapai kesuksesan, memiliki keinginan yang tinggi untuk
bersaing, agresif, dan mudah marah. Kepribadian tipe B memiliki ciri-ciri,
sebagai berikut: memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, santai dalam
melakukan segala sesuatu, memiliki harapan yang rendah untuk
mencapai kesuksesan, memiliki keinginan yang rendah untuk bersaing,
kurang agresif, dan tidak mudah marah.
Pada umumnya seseorang berada di antara kedua tipe tersebut, dengan
menyadari berkembangnya kecenderungan stress dalam diri individu
dapat menolong mengurangi resiko terhadap stress.(Karnadi, 2007)
Orang-orang pada tipe A dianggap lebih memiliki kecenderungan untuk
mengalami tingkat stress yang lebih tinggi, sebab mereka menempatkan
diri mereka sendiri pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan suatu
batas waktu tertentu untuk kehidupan mereka. Hasilnya kepribadian ini
menghasilkan beberapa karakteristik perilaku tertentu. (Robbins, 2003)
Menurut Sher, Kepribadian jenis -baik tipe A dan tipe D -menyebabkan
tanggapan yang tidak sehat untuk stres psikologis sehari-hari. (Kumar &
Goel, 2008)
Menurut Regland dan Brand, Kepribadian tipe A, kecemasan dan
hypervigilance diarahkan keluar sebagai kompetitif, agresif, mudah
tersinggung, dan kadang-kadang perilaku bermusuhan.
Tipe kepribadian A memiliki mendapat perhatian sebagai faktor risiko
kardiovaskular potensi selama dua dekade, hasinya tipe kepribadian ini
8
benar-benar berhubungan dengan kejadian kardiovaskular.(Kumar &
Goel, 2008)
Puskesmas ngadi ,puskesmas Debut dan rumah sakit karel merupakan
puskesmas di kota kabupaten.
Hipertensi merupakan penyakit ketiga terbesar setelah ISPA dan arthritis
di puskesmas berdasar rekam medis di puskesmas beberapa bulan
terakhir ini.
Jumlah Pasien hipertensi di Puskesmas dan rumah sakit mayoritas selalu
berkunjung dengan keluhan yang sama yang mengarah ke tanda dan
gejala
hipertensi. Wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti terhadap
pasien hipertensi di Puskesmas , ternyata 12 dari 20 pasien mengatakan
bahwa dirinya cenderung mudah marah, kompetitif, memiliki ambisi yang
kuat dan suka tergesa-gesa.
Beberapa pola perilaku tersebut mengarah ke tipe kepribadian,
tipe A.
Pasien-pasien tersebut juga memiliki derajat hipertensi yang berbeda
beda.Faktor psikologis, misalnya emosi-emosi negatif terjadi seperti
marah dan cemas, juga merupakan faktor resiko terjadinya gangguan
kardiovaskuler. Pola perilaku tersebut diidentifikasikan suatu pola
kepribadian disebut pola perilaku tipe A (type A Behavior Paterrn). (Nevid
et al., 2005)
Hipertensi memang tidak dapat disembuhkan tetapi hipertensi dapat
dikontrol sehingga pasien hipertensi tetap dapat melakukan kegiatan
sehari-hari dan mengurangi komplikasi. (Wolf, 2005)
Bertitik tolak pada hal-hal di atas maka peneliti ingin mengetahui tipe
kepribadian dan derajat hipertensipasien hipertensi tersebut, sehingga
peneliti ingin melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Tipe
Kepribadian dengan Derajat Hipertensi pada Pasien Hipertensi Wanita
Usia 30-50 Tahun di Puskesmas dan rumas sakit.
D.HIV / AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virusyaitu sebuah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh. Jenis virus yang menyerang sel darah
putih ini yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh manusia menurun.
Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndromemuncul
setelah virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia selama
kurang lebih lima hingga sepuluh tahun lamanya.

9
Sistem kekebalan tubuh manusia akan menjadi lemah dan akan
mudah muncul banyak penyakit yang menyerang tubuh manusia. Selain
itu, penyakit yang muncul akibat kekebalan tubuh yang turun bisa menjadi
lebih parah dari biasanya. Sistem kekebalan tubuh manusia berfungsi
untuk membuat antibodi yang berbeda-beda untuk setiap penyakit atau
sesuai dengan kuman yang dilawan oleh antibodi tersebut, termasuk
dengan antibodi HIV. Antibodi khusus HIV inilah yang terdeteksi saat hasil
tes HIV dinyatakan positif (Murni, Green, Djauzi, Setiyanto, dan Okta,
2016).
Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau
ARV untuk menuruknkan jumlah virus HIV dalam tubuh agar tidak masuk
dalam stadium AIDS. Orang yang sudah terjangkit AIDS membutuhkan
pengobatan ARV untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik atau
berbagai macam penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dengan
berbagai macam komplikasinya (Departemen Kesehatan R.I, 2014).
Pada tahun 1987 di Indonesia, pertama kali HIV/AIDS ditemukan di Bali.
Berdasarkanprovinsi, wilayah Jawa tengah pada tahun 2014 menempati
urutan ke enam di Indonesia dengan jumlah kumulatif kasus HIV sebesar
9.032 kasus dan AIDS sebesar 3.767 kasus. Sedangkan menurut resume
profil kesehatan di kota Surakarta pada tahun 2014 terdapat 18kasus HIV
dan 47 kasus AIDS yang ditemukan (Departemen Kesehatan R.I, 2014).
Sejak tahun 1999 penggunaan narkoba dengan jarum suntik telah menjadi
faktorutama meningkatnyakasus HIV/AIDS di beberapa wilayah di
Indonesia, termasuk Jakarta, Jawa Barat, danBali. Infeksi HIV/AIDS
menular dari para pengguna narkoba suntik (penasun) kepada mitra
mereka yang bukan merupakan pengguna narkoba suntik (non penasun)
dan kepada para pekerja seks.
Dari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan penggunaan secara
bersamaan tersebut, para pengguna narkoba jarum suntik sangat rentan
terjangkit virus HIV(Wicaksana, 2009).
Melakukan hubungan seks dengan pasangan yang bergonta-ganti dan
tanpa menggunakan kondomjuga menimbulkan resiko terjangkit HIV
(Wicaksana, 2009).
Selain itu, kelompok masyarakat yang juga berpotensi HIV adalah status
donor darah, bayi dari ibu yang dinyatakan menderita AIDS, pecandu
narkotik dan melakukan tindik dengan alat yang terpapar HIV/AIDS, dan
mereka yang mempunyai banyak pasangan seks di diskotik atau bar,
10
homoseksual dan heteroseksual, pola hubungan seks keluarga dengan
penderita HIV/AIDS positif (pasangan penderita misalnyasuami/istri) yang
tidak menggunakan pelindung.
akibat yang diderita dapat menimbulkan perasaan negatif seperti kecemasan,
depresi, marah, maupun rasa tidak berdaya yang terus-menerus menyerang
pasien yang ternyata dapat memperbesar kecenderungan seseorang
terhadap suatu penyakit tertentu.

Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Yunita dan Ginanjar (2001) mengenai
ODHA memfokuskan pada perkembangan status identitas penderita
HIV/AIDS yang hasilnya adalah bahwa ODHA mengalami semua reaksi
psikologis yang sebagian besar dialami oleh para ODHA seperti terkejut,
penyangkalan dan kemarahan, menarik diri dan depresi, membuka diri,
mencari teman, status spesial,tingkah laku altruistik, dan pada akhirnya
menerima keadaan. Proses dalam menerima keadaan ini diduga karena
adanya faktor kepribadian hardinessyang dimiliki oleh individu dalam

menghadapi semua reaksi psikologis yang terjadi .

E. GEJALA NEUROTIK

 Menyalahkan orang lain untuk menghindari permasalahan


 Menjadi terlalu defensif atau cepat tersinggung
 Ketidaknyamanan atau merasa ditinggalkan
 Tidak bisa membuat keputusan
 Sangat mudah bersemangat, bahkan manik
 Memiliki kecenderungan untuk menarik diri dari interaksi sosial
 Menjadi egois

A. Gangguan Neurotik

A.    Pengertian Neurotik
Gangguan neurotik adalah gangguan di mana gejalanya
membuat distres yang tidak dapat diterima oleh penderitanya.
Hubungan sosial mungkin akan sangat terpengaruh tetapi
biasanya tetap dalam batas yang dapat diterima. Gangguan ini
relatif bertahan lama atau berulang tanpa pengobatan.
Neurotik merupakan suatu penyakit mental yang lunak, dicirikan
dengan tanda-tanda:

11
a)   wawasan yang tidak lengkap mengenai sifat-sifat
kesukarannya
b)   konflik-konflik batin
c)   reaksi-reaksi kecemasan
d) kerusakan parsial atau sebagian pada struktur
kepribadiannya
e)    seringkali, tetapi tidak selalu ada, disertai pobia,
gangguan pencernaan, dan tingkah laku obsesif
kompulsif.
Neurosa adalah kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena
tak dapat diselesaikannya suatu konflik sadar. Kecemasan yg timbul
dirasakan secara langsung atau diubah oleh berbagai mekanisme
pertahanan psikologik (defence-mechanism) dan muncullah gejala-gejala
subjektif lain yg mengganggu. Namun sering kali banyak masyarakat
beranggapan, gangguan neurotik itu tidak berbahaya. Padahal banyak
penelitian membuktikan sebagian besar masyarakat yang menderita
gangguan neurotik dan tidak menyadarinya bisa berakibat terkena gangguan
psikiotik. Proses terjadinya gangguan neurotik ini sendiri berawal dari
gangguan psikologi kemudian berubah menjadi gangguan fisik bagi
penderita. Selain itu profesi yang bertugas menangani gangguan psikologi
masih sedikit
B. Gejala-Gejala Neurotik
Walaupun penderita neurotik menujukkan berbagai gejala,
namun pada umumnya ditunjukkan oleh adanya gambaran diri yang negatif,
cenderung merasa kurang mampu dan merasa rendah diri. Gejala utamanya
adalah kecemasan, selain itu perasaan depresi juga dapat ditemui pada
penderita neurotik, pada umumnya sering terlihat murung. Gejala lain dari
neurotik adalah individu menjadi sangat perasa, penyesuaian diri yang salah,
kesulitan konsentrasi atau dalam mengambil keputusan.
Orang yang mengalami gangguan neurotik ditandai oleh:
a)     Anxiety (kecemasan), sebagai simbol rasa takut, gelisah, rasa
tidak aman, tidak mampu, mudah lelah, dan kurang sehat.
b)      Depressive Fluctuations (depresi yang naik turun), tanda mudah
tertekan, susah, suasana hati muram, mudah kecewa.
c)   Emosional Sensitivity (emosi yang sangat sensitif), sangat perasa,
tidak mampu menyesuaikan secara baik emosi dan sosialnya,
labil. Mudah tersinggung dan banyak melakukan mekanisme
pertahanan diri.
12
1)      Gejala Utama:
1. mood depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan
3. Berkurangnya energi, mudah lelah dan menurunnya
aktivitas.
2)      Gejala Tambahan:
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e) Gagasan/perbuatan yang membahayakan diri atau
bunuh diri
f) Tidur terganggu
g) Nafsu makan terganggu

C.    Penyebab Neurotik
Sebab-sebab timbulnya gangguan neurotik, adalah:
1. Tekanan-tekanan menyebabkan ketakutan yang
disertai dengan kecemasan dan ketegangan-
ketegangan dalam batin sendiri yang kronis berat
sifatnya. Sehingga orang yang bersangkutan
mengalami mental breakdown.
2. Individu mengalami banyak frustrasi, konflik-konflik
emosionil dan konflik internal yang serius, yang sudah
dimulai sejak kanak-kanak.
3.Individu sering tidak rasionil sebab sering
memakai defence mechanism yang negatif dan
lemahnya pertahanan diri secara fisik dan mental.
4. Pribadinya sangat labil tidak imbang dan kemauannya
sangat lemah sosial dan tekanan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab


gangguan neurotik bisa berasal dari individu itu sendiri, seperti keterbatasan
individu dalam menghadapi masalahnya, gagalnya individu untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi. Penyebab lainnya berasal dari luar
individu, seperti adanya tekanan-tekanan sosial dan tekanan kultural yang
sangat kuat, adanya pengaruh lingkungan yang buruk. Semua itu bisa
menyebabkan ketakutan yang disertai dengan kecemasan, ketegangan batin,
13
frustrasi, konflik-konflik emosional, individu menggunakan mekanisme
pertahanan diri yang negatif, yang bisa mengakibatkan gangguan mental.
Gangguan mental itu adalah perilaku individu yang neurotik.

E.  Klasifikasi Neurotik

NEROSA GEJALA UTAMA DINAMIKA DASAR

1.    Cemas Kecemasan yang Menangani ancaman


“mengambang internal dan external,
bebas”, biasanya dengan represi yang
dengan serangan- sederhana. Kecemasan
serangan akut belum “terikat” atau
terawasi oleh
pembelaan ego.

2.    Konversi Menyerupai Menjadi sakit ntuk


penyakit organik, melarikan diri dari
dapat mencakup keadaan stres yang
berbagai gejala menimbulkan
sensorik, motorik kecemasan
atau penyakit
somatik

3.    Disosias Amnesia, fugue, Melarikan diri dari


i kepribadian konflik yang
ganda, menimbulkan
somnamblism kecemasan, dengan
mengisolasi atau
mendisosiasi ujung-
ujung yang berlawanan
mengenai konflik;
umpamanya dalam
reaksi fugue, konflik
antara melawan dan
menarik diri dipecahkan
14
dengan menjadi
amnesik dan melarikan
diri.

4.    Fobik Ketakutan Reaksi defensif atau


irasional yang ketakutan bersyarat
disadari oleh tetap untuk melindungi
individu, tetapi dirinya sendiri dari stres
menimbulkan yang menimbulkan
kecemasan bila kecemasan, dengan
tidak dituruti melakukan salah-
pindah kecemasan itu
dari bahaya yang
sebenarnya ke suatu
aspeknya yang
berhubungan secara
simbolik yang
kemudian melindungi
penderitaan terhadap
keharusan menghadapi
keadaan stres  itu
sendiri

5.    Obsesif- Impuls atau Reaksi-reaksi


kompulsif pikiran irasional pembelaan yang
yang tetap dan melindungi individu
yang disadari oleh terhadap ancaman
individu, tetapi internal dan external,
dapat dihindarikan dengan kegiatan,
olehnya pembentukan reaksi,
isolasi substitutif
mngenai keinginan
yang menimbulkan
kecemasan dan lepas
dari dasar afektifnya;
melawan ketakutan,
dengan tindakan-

15
tindakan kompulsif dan
dengan “mengatur”
keadaan secara obsesif
sedemikian rupa
sehingga segala
sesuatu dapat diawasi
dan tidak akan terjadi
kesalahan apa-apa.

GEJALA DINAMIKA
NEUROSA
UTAMA DASAR

6.    Depresif Perasaan kesal, Putus asa yang


putus asa, hebat karena
celaan diri kegagalan diluar
sendiri bersama sebagian
kecemasan yang
ditimbulan oleh
kegagalan itu
dihilangkan oleh
menghukum diri
sendiri.

7.    Neurastenik Perasaan Melindungi diri


lemah, lelah, sendiri terhadap
kurang minat, kecemasan yang
keluhan ditimbulkan oleh
badaniah keadaan hidup
yang
menyenangkan
dan individu
merasa
terperangkap.
Menyatakan
keputusasaan,

16
merasa terlalu
lelah dan sakit
untuk meneruskan
perlawanan atau
usaha.

8.    Depersonalisas Perasaan Melindungi diri


i ketidakwajaran terhadap
dan keasingan kecemasan yang
terhadap ditimbulkan oleh
dirinya, tubuh pengalaman-
dan pengalaman waktu
lingkungannya kanak-kanak yang
yang biasa tidak dapat
disadari oleh dikuasai oleh
individu represi; suatu
penyelesaian
primitif dan darurat
dengan
keguncangan
kebiasaan tentang
tubuhnya.

9.    Hipokondrik Perasaan Rasa bermusuhan


cemas tentang terhadap orang
adanya penyakit lain tidak dapat
pada berbagai diselesaikan
bagian tubuh. sehingga
menfokus
perhatiannya pada
kelemahan
tubuhnya sendiri

BAB III

17
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, , dan penunjang didapatkan


diagnosis bahwa menderita gout arthritis kronik (Tophus ) akibat
mengkonsumsi makanan yang mengandung purin secara berlebihan. Pada
pasien diputuskan untuk memberikan pengobatan non medikamentosa,
medikamentosa, dan operatif dikarenakan sudah adanya pembentukan
tophus yang mengganggu pergerakan dari sendi. Penyakit gout sering
menyebabkan pembengkakan pada sendi akibat deposit kristal asam urat
terutama pada metatarsophalanges 1 yang kemudian menyebabkan
timbulnya rasa nyeri dan panas. Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi
jika tidak diobati segera dan menyebabkan gangguan aktivitas hidup pada si
penderita.

Dispepsia adalah suatu istilah yang merujuk pada gejala abnormal di


perut bagian atas. Istilah ini biasa pula digunakan untuk menerangkan
bebagai keluhan yang dirasakan di abdomen bagian atas. Diantaranya
adalah rasa nyeri ataupun rasa terbakar di daerah epigastrum (ulu hati),
perasaan penuh atau rasa bengkak di perut bagian atas, sering sendawa,
mual, ataupun rasa cepat kenyang, Bahkan pada seorang penderita, keluhan
tersebut dapat berganti atau bervariasi

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi


Ciri kepribadian tipe A, yaitu tampak selalu sibuk, terburu-buru, tidak sabar
atau mudah marah, tampak pada beberapa pasien hipertensi. Penulisan ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepribadian tipe A dengan
hipertensi. yang usia > 30 tahun dan tidak sedang dalam pengobatan dengan
antihipertensi

HIV atau Human Immunodeficiency Virus yaitu sebuah virus yang


menyerang sistem kekebalan tubuh. Jenis virus yang menyerang sel darah
putih ini yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh manusia menurun.
Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndromemuncul
setelah virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia selama
kurang lebih lima hingga sepuluh tahun lamanya. Sistem kekebalan tubuh
manusia akan menjadi lemah dan akan mudah muncul banyak penyakit yang
menyerang tubuh manusia. Selain itu, penyakit yang muncul akibat
18
kekebalan tubuh yang turun bisa menjadi lebih parah dari biasanya. Sistem
kekebalan tubuh manusia berfungsi untuk membuat antibodi yang berbeda-
beda untuk setiap penyakit atau sesuai dengan kuman yang dilawan oleh
antibodi tersebut, termasuk dengan antibodi HIV. Antibodi khusus HIV inilah
yang terdeteksi saat hasil tes HIV dinyatakan positif (Murni, Green, Djauzi,
Setiyanto, dan Okta, 2016).

B. SARAN

Dengan adanya kasus-kasus di atas maka langkah yang bisa di


ambil oleh tenaga kesehatan adalah dengan lebih memperbanyak pendidikan
kesehatan dalam hal ini perbanyak penyuluhan tentang konsep sehat sakit di
masyarakat sehingga masyarakat lebih paham akan ciri dan kepribadian
yang timbul pada saat terserang suatu penyakit dan dengan mudah bisa
mengontrol gangguan Nuorotiknya yakni berupa emosi,depresi dll

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Carter M. Gout. In: Price SA, Wilson LM. editors. Patofisiologi: Konsep
Klinis Dasar Penyakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2003.
2. Felson DT. Osteoarthritis. In: Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser,
Longo, Jameson, et al. editors. Harrison’s Principles of Internal
Medicine. 17th ed. 2nd vol. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
2008
3. Leeson TS, Leeson CR, Paparo AA. Buku Ajar Histologi. Edisi 5.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. p 156-7
4. Lipsky P. Rheumatoid Arthritis. In: Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser,
Longo, Jameson, et al. editors. Harrison’s Principles of Internal
Medicine. 17th ed. 2nd vol. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
2008
5. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi 27.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2009
6. Schumacher HR, Chen LX. Gout and Other Crystal-associated
Arthropaties. In: Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson,
et al. editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17 th ed. 2nd vol.
New York: McGraw-Hill Companies, Inc. 2008
7. Tehupeiory ES. Ilmu Penyakit Dalam: Artritis Pirai. Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006
8. Sarafino, E.P. (1998). Health Psychology: Biopsychosocial Interaction.
New York: John Wiley & Sons Inc.Taheri, A., Ahadi, H., Kashani, F. L.,
Kermani, R. A. (2014). Mental HardinessAnd Social Support in Life
Satisfaction Of Breast Cancer Patients. Procedia-Social Behavioral
Sciences, 159, 406-409.Villasis-Keever A, R.-F.S., Ruiz-Palacios G, de
Leon-Rosales SP. (2001). Clinical Manifestations and Survival Trends
During The First 12 Years of AIDS Epidemic in Mexico. Archives of
Medical Research, 32, 62-65.Wicaksana, J. F. P., Kusumawati, Y.,
Ambarwati. (2009). Pengetahuan Tentang HIV/AIDS dan Voluntary
Counseling and Testing (VCT), Kesiapan Mental, dan Perilaku
Pemeriksaan di Klinik VCT Pada Para Mitra Pengguna Obat dengan
Jarum Suntik di Surakarta. Jurnal Kedokteran Indonesia, 01 (2), 179-
184.Yunita, B.S., & Ginanjar, A.S. (2001). Perkembangan Status
Identitas Pada Penderita HIV & AIDS. Jakarta : Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.

20

Anda mungkin juga menyukai