Anda di halaman 1dari 5

DETERMINAN SOSIO BUDAYA KESEHATAN

KELOMPOK 1 :

Angela Albertin Siki (1807010275)

Dedy Raymond Taopan (1807010166)

Mukhamad Rizal Dwi Fernanda (1807010140)

Noe Apriliana Charolina Liufeto (1907010159)

Rumiyati Sodakain (1907010163)

Yeni Anjelina Anin (1907010068)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2021/2022
1. Terjemahan Aspek Determinan Sosial Kesehatan:
Gradien Sosial
Harapan hidup lebih pendek dan sebagian besar penyakit adalah lebih umum di bawah
tangga sosial disetiap masyarakat. Kebijakan kesehatan harus mengatasi masalah
sosial dan determinan ekonomi kesehatan.
Apa yang diketahui
Keadaan sosial dan ekonomi yang buruk mempengaruhi kesehatan sepanjang hidup.
Orang-orang lebih jauh ke bawah tangga sosial biasanya menjalankan setidaknya dua
kali risiko penyakit serius dan kematian dini seperti yang dekat atas. Dampaknya juga
tidak terbatas pada orang miskin: gradien sosial dalam kesehatan berjalan tepat di
seberang masyarakat, sehingga bahkan di kalangan pejabat kelas menengah pekerja,
staf berpangkat lebih rendah lebih menderita penyakit dan kematian lebih awal dari
pada staf berpangkat tinggi (Gbr. 1).

Penyebab material dan psikososial berkontribusi pada perbedaan ini dan efeknya
meluas ke sebagian besar penyakit dan penyebab kematian. Kerugian memiliki
banyak bentuk dan mungkin mutlak atau relatif. Ini dapat mencakup memiliki sedikit
aset keluarga, memiliki pendidikan yang lebih buruk selama masa remaja, memiliki
pekerjaan yang tidak aman, terjebak dalam pekerjaan berbahaya atau buntu, tinggal di
perumahan yang buruk, mencoba membesarkan keluarga dalam keadaan sulit dan
hidup dengan uang pensiun yang tidak memadai. Kerugian ini cenderung
terkonsentrasi di antara orang yang sama, dan pengaruhnya terhadap kesehatan
menumpuk selama hidup. Semakin lama orang tinggal di keadaan ekonomi dan sosial
yang penuh tekanan, semakin besar keausan fisiologis yang mereka derita, dan
semakin kecil kemungkinan mereka menikmati masa tua yang sehat usia.

Implikasi kebijakan Jika kebijakan gagal untuk mengatasi fakta-fakta ini, itu tidak
hanya mengabaikan faktor penentu kesehatan yang paling kuat standar dalam
masyarakat modern, itu juga mengabaikan satu masalah keadilan sosial terpenting
yang dihadapi masyarakat modern.

 Hidup berisi serangkaian transisi kritis: perubahan emosional dan material di


awal masa kanak-kanak, perpindahan dari sekolah dasar ke sekolah menengah
pendidikan, mulai bekerja, meninggalkan rumah dan memulai sebuah
keluarga, berganti pekerjaan dan menghadapi kemungkinan redundansi, dan
akhirnya pensiun. Setiap perubahan ini dapat mempengaruhi kesehatan dengan
mendorong orang ke arah yang kurang lebih diuntungkan jalur. Karena orang
yang pernah dirugikan di masa lalu berada pada risiko terbesar dalam setiap
transisi berikutnya, kebijakan kesejahteraan perlu menyediakan tidak hanya
jaring pengaman tetapi juga batu loncatan untuk mengimbangi kerugian
sebelumnya.
 Kesehatan yang baik melibatkan mengurangi tingkat kegagalan pendidikan,
mengurangi rasa tidak aman dan pengangguran dan meningkatkan perumahan
standar. Masyarakat yang memungkinkan semua warga negara untuk bermain
peran yang penuh dan bermanfaat di bidang sosial, ekonomi dan kehidupan
budaya mereka masyarakat menjadi lebih sehat daripada di mana orang-orang
menghadapi ketidakamanan, pengucilan dan kekurangan.
 Bab lain dari ini khusus sampul publikasi bidang kebijakan dan menyarankan
cara meningkatkan kesehatan itu juga akan mengurangi gradien sosial dalam
kesehatan.

2. Kajian Pustaka
a. Hubungan antara aspek gradien sosial dengan kesehatan
Korelasi antara kemiskinan dan kesehatan bukanlah suatu hubungan yang
sederhana, dan merupakan suatu hubungan timbal balik  yang tidak dapat
dipisahkan antara keduanya. Kesehatan yang buruk dapat menyebabkan
kemiskinan dan kemiskinan berpotensi besar membawa pada status kesehatan
yang rendah.
Sebagaimana dinyatakan oleh World Bank (2002)  bahwa kemiskinan
dan kesehatan merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan.  Kesehatan  yang buruk dapat menyebabkan penurunan
produktivitas dan menghabiskan tabungan rumah tangga sehingga pada
akhirnya akan menurunkan kualitas hidup dan menciptakan kemiskinan.
Sebaliknya, orang miskin pada gilirannya akan terkena risiko pribadi dan
lingkungan yang lebih besar, kekurangan gizi, dan kemampuan yang rendah
untuk mengakses fasilitas kesehatan.  Kemiskinan dapat menempatkan
seseorang pada kondisi kesehatan yang tidak menguntungkan. Beberapa
alasan yang dapat menjadi penyebab terjadinya hal ini adalah keterbatasan
akses kelompok miskin terhadap perolehan informasi dan layanan kesehatan
yang memadai, rendahnya pengetahuan dan perilaku hidup yang tidak
mengindahkan kesehatan.  

b. Gradien sosial mempengaruhi dan menyebabkan ketidaksetaraan kesehatan di


masyarakat
Kemiskinan berkaitan erat dengan kemampuan mengakses pelayanan
kesehatan serta pemenuhan kebutuhan gizi dan kalori. Dengan demikian
penyakit masyarakat umumnya berkaitan dengan penyakit menular seperti
diare, penyakit lever, dan TBC. Selain itu masyarakat menderita penyakit
kekurangan gizi termasuk busung lapar terutama pada bayi. Kematian bayi
adalah konsekuensi dari penyakit yang ditimbulkan karena kemiskinan di
antara orang yang sama, dan pengaruhnya terhadap kesehatan menumpuk
selama hidup. Kemiskinan dapat menempatkan seseorang pada kondisi
kesehatan yang tidak menguntungkan. Beberapa alasan yang dapat menjadi
penyebab terjadinya hal ini adalah keterbatasan akses kelompok miskin
terhadap perolehan informasi dan layanan kesehatan yang memadai,
rendahnya pengetahuan dan perilaku hidup yang tidak mengindahkan
kesehatan. Semakin lama orang tinggal di keadaan ekonomi dan sosial yang
penuh tekanan, semakin besar kehausan fisiologis yang mereka derita, dan
semakin kecil kemungkinan mereka menikmati masa tua yang sehat.

3. Penjelasan hasil penelitian terkait gradien sosial


Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), angka kematian bayi di
Indonesia pada 2019 lalu adalah 21,12. Angka ini menurun dari catatan pada 2018
ketika angka kematian bayi di Indonesia masih mencapai 21,86 atau pada 2017 yang
mencapai 22,62.Faktanya, grafik angka kematian bayi di Indonesia memang
memperlihatkan penurunan setiap tahun. 
Meski terus mengalami peningkatan yang signifikan, angka kematian bayi di
Indonesia masih tergolong tinggi dibanding negara Asia Tenggara lainnya. Pada 2019,
negara Asia Tenggara dengan angka kematian bayi paling rendah adalah Singapura
(2,26), disusul Malaysia (6,65), Thailand (7,80), Brunei Darussalam (9,83), dan
Vietnam (16,50).
Angka Kematian Ibu dan Bayi (Tahun 2018-2019)
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur terus berupaya serius untuk menekan
kasus kematian ibu dan bayi yang tercermin dari turunnya angka kematian ibu dan
bayi. Angka kematian ibu di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2019 terdata
sebanyak 98 kasus, mengalami penurunan sebanyak 44 kasus dari tahun sebelumnya
sebesar 142 kasus. Begitupun dengan angka kematian bayi pada tahun 2019 terdata
sebanyak 822 kasus, atau turun 90 kasus dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 912
kasus.Pada tahun 2019, dari 90.846 kelahiran, terdapat bayi lahir selamat sebanyak
90.023 bayi (99,10%) sedangkan yang meninggal sebanyak 823 bayi (0,90%).

Di Indonesia terutama di daerah pedesaan masih banyak wanita yang


pendidikannya rendah dan sosial ekonominya juga rendah sehingga masih banyak
terdapat perkawinan di usia muda. Faktor sosial ekonomi seperti pendidikan,
pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan, kepercayaan, nilai-
nilai, dan kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga, mempengaruhi
mortalitas dalam masyarakat. Faktor pendidikan ibu merupakan faktor pengaruh yang
kuat terhadap kematian bayi. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah
seumur hidup sehingga makin matang dalam menghadapi dan memecahkan berbagai
masalah termasuk masalah kesehatan dalam rangka menekan risiko kematian.
Pendidikan ibu sangat erat kaitannya dengan reaksi serta pembuatan keputusan rumah
tangga terhadap penyakit. Ini terlihat bahwa kematian balita yang rendah dijumpai
pada golongan wanita yang mempunyai pendidikan yang tinggi. Tinggi rendahnya
tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengertian terhadap perawatan
kesehatan, higiene, perlunya pemeriksaan kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai