Anda di halaman 1dari 23

PAPER

Rasionalisasi Pemilihan Obat Batuk

Paper ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti


Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Paru
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

Disusun oleh :
Fika Lastiar G. ( 102119081 )
Astin Rizki ( 102121050 )
Maya Yulia ( 102121049 )
Rio Enrico U ( 102121027 )
Miftahul Ratman ( 102121054 )

Pembimbing :
Dr.dr. Sri Rezeki Abraningsih.SpP(K)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF ILMU PENYAKIT PARU


RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan paper tepat waktu.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada DR. Dr Sri Rezeki Arbaningsih,
Sp.P(K) selaku dosen pembimbing yang membimbing kami dalam pengerjaan
tugas paper yang berjudul “Rasionalisme Pemilihan Obat Batuk”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami menerima segala bentuk kritik dan saran demi penyempurnaan
paper ini.Apabila terdapat banyak kesalahan pada paper ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan.Akhir kata, semoga paper ini dapat
bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan, 22 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. iii
BAB 1 LATAR BELAKANG……………………………………………........... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………… 3
A. DEFINISI BATUK…………………………………………………… 3
B. ETIOLOGI BATUK………………………………………………….. 3
C. GAMBARAN KLINIS……………………………………………….. 4
D. MEKANISME BATUK……………………………………………… 5
E. JENIS-JENIS BATUK……………………………………………….. 7
F. PENGGOLONGAN OBAT………………………………………….. 8
G. CONTOH-CONTOH OBAT………………………………………… 10
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………........... 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

LATAR BELAKANG

Sistem pernafasan berperan penting dalam pertukaran oksigen (O2) dengan

karbondioksida (CO2).Secara fungsional sistem pencernaan terdiri dari trakea,

bronkus, bronkiolus, alveolus, dan paru-paru.Alveolus dikelilingi oleh pipapipa

kapiler, baik alveolus maupun kapiler tersusun oleh satu lapis sel yang

memungkinkan terjadinya pertukaran antara O2 dengan CO2.Oksigen dari udara

masuk melalui bronkus, bronkiolus, alveolus dan terjadi inspirasi lalu masuk ke

sirulasi sistematik (darah) dan secara bersamaan CO2 didifusikan keluar dari pipa-

pipa kapiler masuk ke alveolus yang selanjutnya dikeluarkan dari tubuh melalui

pernapasan.

Secara umum fungsi sistem pernapasan untuk tujuan menyediakan oksigen bagi
semua sel tubuh, membuang CO2 dari seluruh tubuh, membantu pertahankan
tubuh melawan senyawa asing, dan menghasilkan suara untuk berbicara.Banyak
sekali golongan dan jenis obat yang bekerja di saluran pernapasan untuk menjaga
fungsinya.

Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma
mekanik, kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru
yang alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan
jalan :

1. Mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas.

1
2. Mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran
nafas.

Batuk menjadi tidak fisiologi bila dirasakan sebagai gangguan.Batuk semacam itu
sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-
kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada
penularan penyakit melalui udara ( air borne infection). Batuk merupakan salah
satu gejala penyakit saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada.Sering
kali batuk merupakan masalah yang dihadapi para dokter dalam pekerjaannya
sehari-hari. Penyebabnya amat beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan
sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan penanggulangan penderita
batuk.

2
3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Batuk
Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan
yang ada dan refleks fisiologis yang melindungi paru dari trauma mekanik,
kimia dan suhu.Batuk menjadi patologis bila dirasakan sebagai
gangguan.Batuk seperti itu sering merupakan tanda suatu penyakit di dalam
atau diluar paru dan kadang berupa gejala awal dari suatu penyakit.Batuk
merupakan gejala tersering penyakit pernapasan dan masalah yang sering
kali dihadapi dokter dalam praktik sehari-hari. (Journal of Vocational
Health Studies 01 2018).

Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk menjaga


pernapasan dari benda atau zat asing.batuk dapat disebabkan oleh berbagai
faktor seperti virus (flu, bronkitis), bakteri, dan benda asing yang terhirup
(alergi). Beberapa penyakit, seperti kanker, paru-paru, TBC, tifus, radang
paru-paru, asma dan cacingan, juga menampakkan gejala berupa batuk
(Widodo, 2009).

Menurut (Junaidi, 2010) ada 2 definisi tentang batuk yaitu:

a) Batuk merupakan cara tubuh melindungi paru-paru dari masuknya zat


atau benda asing yang mengganggu.
b) Batuk merupakan refleks alami tubuh, dimana saluran pernapasan
berusaha untuk mengeluarkan benda asing atau produksi lendir yang
berlebihan.

4
B. Etiologi Batuk
Batuk disebabkan oleh dua hal, yaitu penyakit infeksi dan bukan
infeksi.Penyebab batuk dari infeksi bisa berupa bakteri atau virus, misalnya
tuberkulosa, influenza, campak, dan batuk rejan.Sedangkan penyebab yang
bukan infeksi misalnya debu, asma, alergi, makanan yang merangsang
tenggorokan, batuk pada perokok, batuk pada perokok berat sulit diatasi
hanya dengan obat batuk simptomatik.Batuk pada keadaan sakit disebabkan
adanya kelainan terutama pada saluran nafas yaitu bronkitis, pneumonia dan
sebagainya (Depkes RI, 1997).
Menurut McGowan (2006) batuk bisa terjadi secara volunter tetapi
selalunya terjadi akibat respons involunter akibat dari iritasi terhadap infeksi
seperti infeksi saluran pernafasan atas maupun bawah, asap rokok, abu dan
bulu hewan terutama kucing. Antara lain penyebab akibat penyakit
respiratori adalah seperti asma, postnasal drip, penyakit pulmonal obstruktif
kronis, bronkiektasis, trakeitis, croup, dan fibrosis interstisial. Batuk juga
bisa terjadi akibat dari refluks gastro-esofagus atau terapi inhibitor ACE
( angiotensin-converting enzyme). Selain itu, paralisis pita suara juga bisa
mengakibatkan batuk akibat daripada kompresi nervus laryngeus misalnya
akibat tumor.

C. Gambaran Klinis
Batuk ditandai dengan adanya gatal pada tenggorokan, tenggorokan
sakit, reflek batuk dan postnasal drip.Sedangkan batuk yang disebabkan
oleh bakteri virus maupun jamur diawali dengan tenggorokan serak dan
kering yang kemudian keluar sputum dengan disertai reflek batuk yang
pendek. Selain demam, nyeri dada, dan kongesti, infeksi pada batuk juga
ditandai adanya dahak yang berwarna bukan bening maupun putih (armiati
arif,dkk 2017).
Gejala batuk :
1. Demam yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku

5
2. Bersin-bersin dan hidung tersumbat
3. Sakit tenggorokan

D. Mekanisme Batuk
Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk,
serabut saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf eferen dan efektor.Batuk
bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk baik kimiawi maupun
mekanik (Setya A. L., 2020). Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin
halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks yang
terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus
dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang
bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor terdapat di laring, trakea,
karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di
saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial dan diafragma
(Guyton, 2008).
Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang
mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga
rangsang dari telinga melalui cabang Arnold/aurikula dari N. vagus.Nervus
trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus
glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus
menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.Oleh serabut afferen
rangsangan ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medulla, di dekat
pusat pernafasan dan pusat muntah.Kemudian dari sini oleh serabut-serabut
afferen nervus vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan lumbar,
nervus trigeminus, nervus fasialis, nervus hipoglosus, dan lain-lain. Di
daerah efektor ini kemudian mekanisme batuk terjadi (Guyton, 2008)
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu :

1. Fase Iritasi

6
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea,
bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus
glosofaringeus dapat menimbulkan batuk.Batuk juga timbul bila reseptor
batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga
luar dirangsang (Putra, 2017).
2. Fase Inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi
otot abduktor kartilago aritenoidea.Inspirasi terjadi secara dalam dan
cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke
dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot
toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar
mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam
paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan
memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta
memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan
mekanisme pembersihan yang potensial (Zahroh, F., 2017)
3. Fase Kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot
adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada
masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat sampai 50-100
mmHg dan tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cm H2O agar terjadi
batuk yang efektif. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang
membedakannya dengan maneuver ekspirasi paksa lain adalah batuk
akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang didapatkan bila
glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar daripada cara ekspirasi
paksa yang lain. Dipihak lain, batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis
karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks
walaupun glotis tetap terbuka.sehingga berlangsunglah fase ekspirasi
(Zahroh, F., 2017)
4. Fase Ekspirasi/ Ekspulsi

7
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot
ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar
dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda
asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan
cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase
mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya.Suara
batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran
nafas atau getaran pita suara (Putra, 2017).

Gambar Mekanisme Batuk


E. Jenis-Jenis Batuk
1. Batuk Berdasarkan Produktivitasnya
berdasarkan produktivitasnya, batuk dapat dibedakan menjadi
menjadi 2  jenis, yaitu batuk berdahak (batuk produktif) dan batuk kering
(batuk non produktif).
a. Batuk Berdahak (Batuk Produktif)
Batuk berdahak ditandai dengan adanya dahak pada
tenggorokan.Batuk berdahak dapat terjadi karena adanya infeksi pada
saluran nafas, seperti influenza, bronchitis, radang paru, dan
sebagainya. Selain itu batuk berdahak terjadi karena saluran nafas
peka terhadap paparan debu, polusi udara, asap rokok, lembab yang
berlebihan dan sebagainya.
b. Batuk kering (batuk non produktif)

8
Batuk yang ditandai dengan tidak adanya sekresi dahak dalam
saluran nafas, suaranya nyaring dan menyebabkan timbulnya rasa
sakit pada tenggorokan.
Batuk kering dapat disebabkan karena adanya infeksi virus pada
saluran nafas, adanya faktor-faktor alergi (seperti debu, asap rokok
dan perubahan suhu) dan efek samping dari obat (misalnya
penggunaan obat antihipertensi kaptopril).

2. Batuk berdasarkan waktu berlangsungnya


berdasarkan waktu berlangsungnya, batuk dapat dibedakan menjadi 3
yaitu batuk akut, batuk sub akut dan batuk kronis.
a. Batuk Akut
Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya kurang dari 3
minggu.Penyebab batuk ini umumnya adalah iritasi, adanya
penyempitan saluran nafas akut dan adanya infeksi virus atau bakteri.
b. Batuk Subakut
Batuk sub akut adalah batuk yang gejala terjadinya antara 3
sampai 8 minggu. Batuk ini biasanya disebabkan karena adanya
infeksi akut saluran pernafasan oleh virus yang mengakibatkan adanya
kerusakan epitel pada saluran nafas.
c. Batuk kronis
Batuk kronis adalah batuk yang gejala batuk yang terjadi lebih dari
8 minggu. Batuk ini biasanya menjadi pertanda atau gejala adanya
penyakit lain yang lebih berat seperti asma, tuberculosis, bronchitis
dan sebagainya.
F. Penggologan Obat Batuk
Obat batuk dapat dibagi menurut titik kerjanya dalam dua golongan
besar,yaitu :
1. Zat-zat Sentral (Antitusif)
Obat-obat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak
disumsum lanjutan dan mungkin bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi

9
di otak dengan efek menenangkan(sedatif).Zat-zat ini dibedakan antara
zat-zat yang menimbulkan adiksi dan non-adiksi
a. Zat-zat Adiktif
Yang termasuk zat-zat ini adalah golongan obat opioid,yaitu zat
yang memiliki Sebagian sifat famakologi dari opium dan
morfin.Berhubungan obat ini mempunyai efek ketagihan(adiksi) maka
penggunaannya harus hati-hati dan untuk jangka waktu yang singkat.
b. Zat-zat non-adiktif
Yang termasuk zat-zat ini adalah noskapin, dekstrometrofan,
pentoksiverin. Antihistamin juga termasuk misalnya prometazin dan
difenhidramin.
c. Zat-zat Perifer
Obat-obat ini bekerja diperifer dan terbagi dalam beberapa
kelompok,yaitu:
1) Ekspektoran
Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran
dahak dari saluran pernapasan.Obat ini bekerja melalui suatu
refleks dari lambung yang menstimulasi batuk.Sekresi dahak
bersifat cair diperbanyak secara reflektoris atau dengan jalan efek
langsung terhadap sel-sel kelenjar.Obat yang termasuk golongan ini
adalah ammonium klorida,glyceryl guaiacolat,ipeka
2) Mukolitik
Mukolitik ialah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran
pernapasan dengan cara memecah benang-benang mucoprotein dan
mukopolisakarida dari sputum.Mukolitik memiliki gugus
sulfhydryl bebas dan berdaya mengurangi kekentalan dahak dan
mengeluarkannya.Mukolitik digunakan dengan efektif pada batuk
dengan dahak yang kental sekali.Zat-zat ini mempermudah
pengeluaran dahak yang telah menjadi lebih encer melalui proses
batuk atau dengan bantuan gerakan silia dari epitel.Tetapi pada
umumnya zat ini tidak berguna bila gerakan silia

10
terganggu,misalnya pada perokok atau akibat infeksi.Obat-obat
yang termasuk kelompok ini adalah
asetilkarbosistein,mesna,bromhexine.dan ambroxol.
3) Emoliensia
Memperlunak rangsangan batuk dan memperlicin tenggorokan
agar tidak kering,serta memperlunak selaput lender yang
teriritasi.Zat-zat yang sering digunakan adalah sirup(thymi dan
altheae),zat-zat lendir(infus carrageen/dextrose),dan gula-gula
seperti drop(akar manis),permen,pastilles isap dan sebagainya.
(Katzung,Bertam,2002).

G. Contoh-contoh Obat Batuk


1. Zat-zat Pereda Sentral (Antitusif)
a. Codein : Metilmorfin, *Codipront
Alkaloid candu ini memiliki sifat menyerupai morfin,tetapi efek
analgetis dan merekan batuknya jauh lebih lemah,begitu pula efek
depresinya terhadap pernapasan.Obat ini banyak digunakan sebagai
pereda batuk dan penghilang rasa sakit,biasanya dikombinasi dengan
asetosal yang memberikan efek potensiasi.Dosis analgetis yang efektif
terleltak diantara 15-60 mg.Sama dengan morfin,kodein juga
membebaskan histamin(histamine-liberator).
Efek samping yang jarang terjadi pada dosisi biasa dan terbatas
pada obstipasi,mual dan muntah,pusing dan termangu-mangu.Pada
anak kecil dapat terjadi konvulsi dan depresi pernapasan.Dalam dosis
tinggi dapat menilbulkan efek sentral tersebut.Walaupun kurang hebat
dan lebih jarang daripada morfin,obat ini dapat pula mengakibatkan
ketagihan.
Dosis oral analgetikum dan pereda batuk 3-5 dd 10-40 mg dan
maksimum 200 mg sehari.Pada diare 3-4 dd 25-40 mg.
b. Noskapin.

11
Alkaloida candu alamiah ini tidak memiliki rumus fenantren,
seperti kodein dan morfin, melainkan termasuk dalam kelompok
benzilisokinolin seperti alkaloda candu lainnya (papaverine dan
tebain).Efek meredakan batuknya tidak sekuat kodein, tetapi tidak
mengakibatkan depresi pernapasan atau obstipasi, sedangkan efek
sedatifnya dapat diabaikan.Resiko adiksinya ringan sekali.Berkat sifat
baik ini, kini obat ini banyak digunakan dalam berbagai sediaan obat
batuk popular.
Noskapin tidak bersifat analgetis dan merupakan pembebas histamine
yang kuat dengan efek bronchokonstriksi dan hipotensi pada dosis
besar.
Efek sampingnya jarang terjadi dan berupa nyeri kepala,reaksi
kulit, dan perasaan lelah letih tidak bersemangat.
Dosis : Oral 3-4 kali sehari 15-50 mg,maksimal 250 mg sehari

c. Dekstrometrofan: Methoxylevorphanol,Detusif, *Romilar/exp,


*Benadryl DMP
Derivat fenantren ini berkhasiat menekan batuk yang sama
kuatnya dengan kodein,tetapi bertahan lebih lama dan tidak bersifat
analgetis,sedatif,sembelit dan adiktif. Mekanisme kerjanya
berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk diotak.Pada
penyalahgunaan dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi saraf
pusat.
Efek sampingnya ringan dan terbatas pada rasa mengantuk,
temangu-mangu, pusing, nyeri kepala dan gangguan lambung-usus.
Dosis : Oral 3-4 dd 10-20 mg(bromide) p.c; anak-anak 2-6 tahun 3-4
dd 8 mg ,6-12 tahun 3-4 dd 15 mg.

2. AntiHistamin
a. Promeazin(phenergan exp)

12
Sebagai antihistamin berdaya meredakan rangsangan batuk
berkat sifat sedative dan antikolinergik yang kuat
Efek samping antikolinergiknya dapat menyebabkan gangguan
buang air kecil dan akomodasi pada manual
Dosis : oral 3 dd 25-50 mg(garam HCl) d.c ; anak-anak diatas 1
tahun 2-4 dd 0.2 mg/kgBB.
b. Oksomemazin
Adalah derivate dengan khasiat dan penggunaan sama,daya
antikolinergiknya lemah.
Dosis : oral 2-3 dd 15 mg;anak anak 1-2 tahun 2.5-10 mg sehari;2-
5 tahun 10-20 mg sehari;5-10 tahun 2-3 dd 10 mg.
c. Difenhidramin
Sebagai zat antihistamin(H-Blocker),senyawa ini bersifat
hipnotis-sedatif dan dengan demikian meredakan rangsangan
batuk.Pada bayi dapat menimbulkan perangsangan
paradoksal,misalnya mengeringnya selaput lender karena efek
antikolinergiknya.
Dosis : 3-4 dd 25-50 mg
3. Mukolitik
a. Asetilsistein(Fluimucil)
Mekanisme aksinya yakni mengurangi kekentalan/viskositas
sekret dengan memcah ikatan disulfida pada
mucoprotein,memfasilitasi pengeluaran sekret melalui
batuk.Mekanisme ini paling baik pada pH 7-9,sehingga pH sediaan
diadjust dengan NaOH.
Efeks samping dapat terjadi berupa reaksi hipersensitivitas
(bronkospasme,angioedema,kemerahan,gatal),hipotensi/hipertensi
(kadang-kadang), mual, muntah, demam, syncope, berkeringat,
arthalgia, pandangan kabur, gangguan fungsi hati, asidosis, kejang,
cardiac/respiratory arrest.

13
Dosis : Oral 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600 mg granulat;anak-anak
2-7 tahun 2 dd 200 mg;dibawah 2 tahun 2 dd 100 mg.Sebagai
antidotum keracunan paracetamol, oral 150 mg/kgBB dalam
larutan 5% disusul dengan 75 mg/kgBB setiap 4 jam.
b. Bromheksin
Bromheksin merupakan secretolytic agent,yang bekerja dengan
cara memecah mucoprotein dan mukopolisakarida pada sputum
sehingga mucus yang kental pada saluran bronkial menjadi lebih
encer,kemudian memfasilitasi ekspektorasi.
Efek samping berupa pusing,sakit kepala,berkeringat,kulit
kemerahan,batuk atau bronkospasme pada inhalasi(kadang-
kadang),mual dan muntah,diare dan efek samping pada saluran
cerna.
Dosis : Oral 3-4 dd 8-16 mg(Klorida);anak-anak 3 dd 1.6-8 mg
tergantung dari usia.
4. Ekspektoran
a. Kalium Iodida
Iodida menstimulasi sekresi mucus dicabang tenggorokan dan
mencarikannya,tetapi sebagai obat batuk(hamir)tidak efektif.
Efek sampingnya berupa gangguan tiroid,struma,urticaria dan
iod-acne juga hiperkalemia(pada fungsi ginjal buruk).
Dosis : Pada batuk : Oral 3 dd 0.5-1g,max 6 g sehari.
b. Amonium Klorida
Berdaya diuretic lemah yang menyebabkan asidosis,yakni
kelebihan asam dalam darah.Keasaman darah merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi napas meningkat dan gerakkan silia
disaluran napas distimulasi.Sekresi dahak juga meningkat.Maka
senyawa ini banyak digunakan dalam sediaan sirop batuk,misalnya
obat batuk hitam.

14
Efek sampingnya : Asidosis(khusu pada anak-anak dan pasien
ginjal) dan gangguan lambung(mual,muntah) berhubung sifatnya
yang merangsang mukosa.
Dosis : Oral 3-4 dd 150 mg,maks 3 g seharinya.
c. Guaifenesin(Gliseryl Guaiacolat,Toplexil)
Digunakan sebagai ekspektoran dalam berbagai jenis sediaan
bentuk popular.Pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot seperti
mefenesin.
Efek samping berupa iritasi lambung(mual,muntah) yang dapat
dikuranig bila diminum dengan segelas air.
Dosis : Oral 4-6 dd 100-200 mg

5. Emolient
a. Succus Liquiritiae
Obat ini banyak digunakan sebagai salah satu komponen dari
sediaan obat batuk guna mempermudah pengeluaran dahak dan
sebgai bahan untuk memperbaiki rasa.
Efek samping pada dosis >3g sehari berupa nyeri
kepala,oedema,dan terganggunya keseimbangan elektrolit,akibat
efek mineralokortikoid dan hypernatremia dari asam glycrizinat.
Dosis : Oral 1-3 g sehari.(Hoan,dkk,2002).

15
Sumber : Penatalaksanaan Batuk Dalam Praktek Sehari-hari(Yunus
F,1993)

6. Contoh sediaan obat batuk


a. Benadryl DMP

Kandungan :
1) Difenhidramin (antihistamin, antitusif)
2) Dektrometorfan (antitusif)

16
3) Fenilefrin (dekongestan)
4) Ammonium klorida (ekspektoran)
a) Natrium sitrat (ekspektoran)

Indikasi :

Mengurangi batuk yang parah dan membandel serta gangguan

saluran pernafasan yang disebabkan oleh pilek, alergi, atau bronchitis


Kontraindikasi :
Gangguan fungsi hati atau ginjal.
Efek samping :
Mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan saluran pencernaan.
Dosis :
Dewasa : 3-4 kali sehari 1-2 sendok teh. Anak-anak 3-4 kali sehari 0.5-
1 sendok teh .

BAB III

KESIMPULAN

Batuk adalah suatu refleks fisiologi pada keadaan sehat maupun sakit dan
dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab. Refleks batuk umumnya diakibatkan oleh

17
rangsangan dari selaput lendir saluran pernapasan, yang terletak di beberapa
bagian di tenggorokan.

Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menadi empat fase yaitu :

1. Iritasi
2. fase inspirasi
3. fase kompresi
4. fase ekspirasi/ ekspulsi

Jenis jenis batuk

A. batuk berdasarkan produktivitasnya


1. batuk berdahak (batuk produktif)
2. batuk kering (batuk non produktif)
B. berdasarkan waktu berlangsungnya
1. batuk Akut
2. batuk Subakut
3. batuk kronis

Penggolongan Obat batuk

A. zat-zat sentral (antitusif)


zat-zat ini dibedakan antara zat zat yang menimbulkan adiksi dan nonadiksi.
1. zat zat adiktif
2. zat zat non-adiktif

B. zat-zat perifer Obat-obat ini bekerja di perifer dan terbagi dalam beberapa
kelompok yaitu
1. Ekspektoran
2. mukolitik
3. Emoliensia

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1997. Kompendia Obat Bebas, Direktorat Jendral Pengawasan Obat
dan Makanan 2nd ed., Jakarta.
Guyton, A. C. dan Hall, J. E. (2008).Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
11.Jakarta : EGC.

Hoan Tjay,Drs Tan dan Raharja., Drs Kirana 2002. Obat-obat penting
edisikeenam.Jakarta. PT Elex Media Komputind
Katzung,Bertram G 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik .Edisi VI. Jakarta:EGC
Putera, O. A. M. (2017). Hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku
swamedikasi batuk pada mahasiswa Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Setya, A. L. (2020). Uji aktivitas mukolitik kombinasi ekstrak etanol jahe merah


(Zingiber officinale var. Rubrum) dan ekstrak etanol daun ungu
(Graptophyllum pictum) secara In Vitro (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Yunus F,P'enatalaksanaan Batuk Dalam Praktek Sehari-hari, dalam Cermin


DuniaKedokteran no 84,1993,13-18
Zahroh, F. (2017). Uji Aktivitas Mukolitik Fraksi Etanol Bunga Belimbing Manis
(Averrhoa Carambola) terhadap Mukosa Usus Sapi Secara In
Vitro (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah
Malang).

Anda mungkin juga menyukai