Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH RETURN ON ASSET, FINANCIAL LEVERAGE, DAN UKURAN

PERUSAHAAN TERHADAPUNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG


MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSAEFEK INDONESIA

Putu Widhiastina
Rida Prihatni
Universitas Negeri Jakarta

ABSTRACT

This study aimed to determine the influence of The Influence of return on asset,
financial leverage, and size of company on underpricing. Underpricing is measured by
division the difference between clossing prices and offering price with offering price, return
on asset is measured by division net profit with total asset, financial leverage is measured by
division total debt with total equity and size of company is mesured with total sales in annual
report company. This study took a sample of initial public offering company listed in
Indonesia Stock Exchange during the years 2010-2013. The data obtained by purposive
sampling techniques and using multiple regression analysis.
Simultaneous hypothesis testing result show that return on asset, financial leverage
and company size simultaneously affect the underpricing. The partial hypothesis test result
show that retun on asset, financial leverage and company size have a significant affect the
underpricing.

Keywords: Return On Assets, Financial Leverage, Company Size, Underpricing

PENDAHULUAN dana dalam rangka pembiayaan dan


Seiring dengan semakin perkembangan usahanya.
berkembangnya perekonomian sekarang IPO (Initial Public Offering)
ini, banyak perusahaan yang berupaya merupakan pasar perdana bagi suatu
untuk mengembangkan usahanya dengan perusahaan untuk menawarkan efeknya
melakukan berbagai cara, diantaranya (saham, obligasi, dan suart-surat berharga
yaitu dengan melakukan ekspansi. Bagi lainnya) kepada publik. Bagi suatu
perusahaan yang melakukan ekspansi, perusahaan (Emiten) IPO secara finansial
untuk memenuhi kebutuhan ekspansi marupakan sarana memperoleh modal
diperlukan dana yang tidak sedikit. Dalam guna pengembangan bisnis perusahaan.
rangka meraih dana untuk ekspansi bisnis, IPO merupakan sarana untuk memberikan
perusahaan dapat melakukan dengan sinyal kepada publik bahwa perusahaan
berbagai cara salah satunya dengan IPO tersebut telah menjalankan keterbukaan
(Initial Public Offering). IPO adalah salah dalam pengelolaannya sehingga citra
satu cara bagi perusahaan yang sedang perusahaan dapat meningkat.
berkembang untuk mendapatkan tambahan IPO biasanya dilakukan perusahaan
untuk dapat meningkatkan transparasi

1
proses kerja perusahaan yang dapat seperti ukuran perusahaan, retun on asset
dipertanggungjawabkan terhadap semua dan finacial leveage.
pemangku kepentingan atas kinerja Berdasarkan paparan diatas, penulis
perusahaan tersebut baik investor, tertarik untuk melihat apakah faktor
pemerintah maupun Bappepam. reputasi underwriter, reputasi auditor,
Masalah yang sering muncul dari ukuran perusahaan, Return On Assets
IPO adalah terjadinya Underpricing, yang (ROA) dan financial leverage dapat
menunjukan bahwa sebenarnya harga mempengaruhi tingkat underpricing pada
saham pada waktu perdana relatif lebih perusahaan yang melakukan penawaran
rendah dibanding saat diperdagangkan di umum perdana (IPO) di Bursa Efek
pasar sekunder. Underpricing dapat terjadi Indonesia. Dengan dasar tersebut, maka
karena perusahaan calon Emiten dan penelitian ini mengambil judul “Pengaruh
penjamin emisi efek secara bersama-sama Return on Asset, Financial Leverage,
mengadakan kesepakatan dalam Ukuran Perusahaan Terhadap
menentukan harga perdana saham namun Underpricing Pada Perusahaan yang
mereka mempunyai kepentingan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO)
berbeda. di Bursa Efek Indonesia”.
Kondisi underpricing merugikan
untuk perusahaan yang melakukan go KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA
public, karena dana yang diperoleh dari PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
publik, karena dana yang diperoleh dari
publik tidak maksimum. Terjadinya Pasar Modal
underpricingpada perusahaan yang Definisi pasar modal menurut
pertama kalinya melakukan IPO Tjiptono Darmadji dan Hendy M.
dipengaruhi oleh bebrapa faktor, Fakhruddin (2006) pasar modal (capital
diantaranya kondisi informasi yang market) merupakan pasar untuk berbagai
asimetris ini merupakan salah satu instrumen keuangan jangka panjang yang
penyebab terjadinya underpricing dimana bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk
underwriter yang memiliki lebih banyak utang, ekuitas (saham), instrumen
informasi menggunakan ketidaktahuan derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar
Emiten untukge memperkecil resiko. modal merupakan sarana pendanaan bagi
Dengan demikian akan terjadi perusahaan maupun institusi lain
underpricing yang berarti bahwa (misalnya pemerintah) dan sarana bagi
penentuan harga saham di pasar perdana kegiatan berinvestasi. Dengan demikian,
lebih rendah dibanding harga saham di pasar modal memfasilitasi berbagai sarana
pasar sekunder pada saham yang sama
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 2


dan prasarana kegiatan jual beli dan Penawaran Umum Perdana
kegiatan terkait lainnya. Penawaran Umum atau sering pula
Darmadji (2006) menyebutkan ada disebut Go Public adalah kegiatan
beberapa jenis-jenis pasar modal, yaitu: penawaran saham atau efek lainnya yang
a. Pasar Perdana (Primary Market) dilakukan oleh Emiten (perusahaan yang
Pasar perdana adalah jenis go public) kepada masyarakat berdasarkan
pasar pada pasar modal dimana tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal
saham dan sekuritas lainnya dijual dan Peraturan Pelaksanaannya
pertama kali pada masyarakat (Sunariyah,2006).
(penawaran umum) sebelum saham Menurut Sitompul (2000) penjualan
dan sekuritas tersebut dicatatkan di saham oleh perusahaan yang dilakukan
bursa. Kegiatan ini disebut untuk pertama kali disebut Penawaran
penawaran umum perdana (Initial Umum atau Initial Public Offering (IPO).
Public Offering). Pada penjualan saham ini perusahaan akan
Harga saham dipasar perdana menerima uang tunai dan keuntungan dari
ditentukan oleh Emiten dan selisih nilai nominal saham dengan harga
penjamin emisi (underwriter) saham pada pasar perdana.
berdasarkan faktor-faktor Terdapat beberapa keuntungan bagi
fundamental dan faktor lain yang perusahaan dalam melakukan Penawaran
perlu diidentifikasi. Underwriter umum saham diantaranya:
selain menentukan harga saham a. Dapat memperoleh dana yang relatif
bersama Emiten, juga melakukan besar dan diterima sekaligus (tidak
proses penjualannya. dengan termin-termin).
b. Pasar Sekunder (Secondary Market) b. Biaya go public relatif murah.
Pasar sekunder adalah pasar c. Proses relatif mudah.
modal dimana saham dan sekuritas d. Pembagian dividen berdasarkan
lainnya diperjual belikan kepada keuntungan.
umum setelah masa penjualan e. Penyertaaan masyarakat biasanya
disaham perdana. Harga saham tidak masuk dalam manajemen.
dipasar ini ditentukan oleh f. Perusahaan dituntut lebih terbuka,
permintaan dan penawaran yang
sehingga hal ini dapat memacu
dipengaruhi berbagai faktor internal
perusahaan untuk meningkatkan
seperti earnings per share (EPS) profesionalisme.
atau kebijakan deviden dan faktor
g. Emiten akan lebih dikenal oleh
eksternal seperti kebijakan moneter
masyarakat (go public merupakan
dan inflasi.
media promosi) secara gratis.
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 3


Disamping terdapat keuntungan, Perusahaan Emiten
penawaran umum saham juga memiliki Menurut Otoritas Jasa Keuangan
beberapa konsekuensi, diantaranya: Emiten adalah Pihak yang melakukan
a. Keharusan untuk melakukan Penawaran Umum, yaitu penawaran Efek
keterbukaan (full disclosure) yang dilakukan oleh Emiten untuk
Perusahaan yang terdaftar dibursa menjual Efek kepada masyarakat
saham diharuskan untuk berdasarkan tata cara yang diatur dalam
mengungkapkan semua informasi peraturan Undang-undang yang berlaku.
yang perusahaan miliki secara rutin Emiten dapat berbentuk orang
kepada para investor. Namun, level perseorangan, perusahaan, usaha bersama,
keterbukaan pada saham tentunya asosiasi, atau kelompok yang
berbeda dengan level keterbukaan terorganisasi.
dengan pemegang hutang (debt Emiten dapat menawarkan Efek
holder).Hal ini terkadang membuat yang berupa surat pengakuan utang, surat
pemilik perusahan tidak nyaman, berharga komersial, saham, obligasi, tanda
karena perusahaan diharuskan untuk bukti utang, Unit Penyertaan kontrak
memberitahukan kepada publik investasi kolektif, kontrak berjangka atas
perihal gaji dan laporanlaporan Efek, dan setiap derivatif dari Efek.
keuangan yang seringkali menjadi
incaran kritik dari para wartawan. Penjamim Emisi (Underwriter)
b. Menyulitkan kinerja manajemen Menurut Sunariyah (2004:117)
Pada perusahan publik, penjamin emisi (underwriter) adalah pihak
kepemilikannya terpisah dari yang telah mengadakan kontrak untuk
manajemen. Untuk mengawasi membeli efek dari Emiten, pihak
kinerja manajemen, pemilik pengendali yang mempunyai afiliasi
membentuk dewan direksi. Apabila dengan Emiten atau telah mengadakan
dewan direksi terlalu ketat dalam kontrak dengan Emiten, atau pihak
mengawasi, maka hal ini seringkali pengendali yang mempunyai afiliasi
menyulitkan kinerja manajemen. dengan Emiten, untuk menawarkan atau
c. Keharusan untuk megikuti menjual efek melalui suatu penawaran.
peraturan-peraturan pasar modal Dalam melaksanakan fungsinya,
mengenai kewajiban pelaporan. para penjamin emisi melakukan kegiatan
d. Kewajiban membayar dividen bila antara lain:
perusahaan mendapatkan laba. a. Membantu Emiten dalam rangka
mempersiapkan pernyataan

Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 4


pendaftaran berikut dokumen Fenomena underpricing terjadi
pendukungnya. karena adanya mispriced dipasar perdana
b. Memberi konsultasi dibidang sebagaiakibat adanya ketidakseimbangan
keuangan seperti jumlah dan jenis informasi antara pihak underwriter dengan
efek yang akan diterbitkan, bursa pihak Emiten, biasanya disebut asimetri
yang dipilih untuk mencatatkan informasi (information asymmetry).
saham, penentuan jadwal emisi, Underpricing terjadi karena ex-ante
penunjukkan lembaga penunjang uncertainty harga saham pada saat
lain, metode pendistribusian dan penawaran perdana. Terdapat beberapa
sebagainya. teori yang menjelaskan fenomena
c. Melakukan penjaminan terhadap underpricing didalam Initial Public
efek yang diemisikan. Offering (Ritter, 1994) yaitu:
d. Melakukan evaluasi terhadap a. The Winner’s Curve Hypothesis
kondisi perusahaan antara lain Sebuah pemahaman penting dari
keuangan, manajemen, pemasaran, underpricing saat IPO adalah penjelasan
produksi, berikut prospeknya. kutukan pemenang (winner’s curve). Hal

e. Menentukan harga saham bersama- ini terjadi karena jumlah saham yang

sama Emiten. ditawarkan dijual pada fixed price,


pembatasan permintaan akan

Underpricing Saham menyebabkan permintaan meningkat tanpa

Underpricingmenurut Manurung dapat diperkirakan sebelumya. Distribusi

(2013:23) merupakan kondisi dimana saham sendiri tidak mengarah kepada

harga penawaran pada saat IPO dinilai terjadinya underpricing, tetapi jika dipasar

lebih rendah secara signifikan terdapat investor-investor yang tidak

dibandingkan harga saham pada saat memiliki cukup informasi ini cenderung

penutupan hari pertama dipasar sekunder. akan mengalokasikan investasinya pada

Selisih harga inilah yang dikenal dengan saham-saham yang yang kurang

initial return. Apabila harga saham pada diinginkan.

pasar perdana (IPO) lebih rendah Para investor ini menghadapi

dibandingkan dengan harga saham pada kutukan pemenang, dimana tanpa disadari

pasar sekunder pada hari pertama, maka mereka dapat memiliki saham yang

akan terjadi underpricing. Sebaliknya, diinginkan karena para investor yang

apabila harga saat IPO lebih tinggi memiliki informasi lebih banyak memang

dibandingkan dengan harga saham pada tidak menginginkan saham-saham

pasar sekunder pada hari pertama, maka tersebut. Dihadapkan pada situasi tersebut,

fenomena ini disebut overpricing. para investor yang tidak memiliki cukup
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 5


informasi hanya akan membeli saham perusahaan Emiten(issuer), yaitu dengan
perdana tersebut apabila secara rata-rata cara melakukan underpricingatas
tingkat underpricing nya cukup untuk penawaran perdana milik Emiten,
mengimbangi bias dalam alokasi saham (Penjelasan ini gagal memasukkan
baru. pertimbangan atas efek reputasi
b. The Signaling Hypothesis underwriter, serta belum lagi dengan
Sekuritas yang underpriced penjelasan mengenai adanya kompetisi
meninggalkan kesan baik bagi investor, diantara para penjamin emisi).
hal ini membuka peluang bagi perusahaan Baron (1982) mengemukakan
dan orang dalam untuk menjual penawaran bahwa underwritermemiliki informasi
di masa depan dengan harga lebih tinggi yang lebih baik mengenai harga yang tepat
dibandingkan seharusnya. bagi sahamsaham baru yang akan
Pada model ini, perusahaan penerbit diterbitkan. Tujuan dari dilakukannya
sekuritas memiliki informasi rahasia underpricing adalah karena harga yang
apakah firm value mereka rendah atau lebih rendah dapat memudahkan usaha
tinggi. Dengan memberikan kesan yang untuk mendistribusikan saham ke pasar.
baik, bahwa permintaan atas saham Dengan melakukan underpricing,
tersebut tinggi yang ditandai dengan penjamin juga dapat mengurangi
underpricing, maka diharapkan sekuritas kemungkinan terjadinya kekurangan
perusahaan dan firm value perusahaan pembeli (undersubcription).
akan naik setelah periode IPO. Secara implisit hipotesis ini
c. The Ownership Dispersion mengindikasikan bahwa seharusnya
Hypothesis underpricingtidak terjadi pada perusahaan
Penerbit sekuritas dengan sengaja (issuer) yang juga merupakan penjamin
melakukan underpricingsaham mereka emisi. Namun dari hasil penelitian
untuk menghasilkan kelebihan permintaan Muscarella dan Vetsuypens (1989)
sehingga dapat memiliki pemegang saham mengemukakan bahwa saham-saham IPO
kecil dalam jumlah yang banyak. dari penjamin emisi yang melakukan
Kepemilikan tersebar ini akan usaha marketing atas saham-sahamnya
meningkatkan likuiditas pasar, dan sendiri, mengalami tingkat
membuat lebih sulit bagi orang luar untuk underpricingdengan level yang hampir
masuk kedalam manajemen. sama seperti saham-saham biasa.
d. The Agency Cost Hypothesis Informasi Akuntansi yang
Menurut hipotesis ini disebutkan Mempengaruhi Underpricing
bahwa penjamin emisi mengambil Menurut Warren (2006) secara
keuntungan dari belum berpengalamannya umum akuntansi dapat didefinisikan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 6


sebagai informasi yang menghasilkan profitabilitas perusahaan sebelum
laporan kepada pihak-pihak yang menentukan keputusan investasinya
berkepentingan mengenai aktivitas sehingga nilai ketidakpastiannya semakin
ekonomi dan kondisi perusahaan. rendah yang juga akan menurunkan nilai
Akuntansi merupakan bahasa underpricingperusahaan tersebut.
perusahaan karena melalui Subramanyam (2011:44)
akuntansiinformasi dikomunikasikan menyatakan bahwa ROA dapat diukur
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. dengan menggunakan rumus sebagai
Hal ini menunjukan bahwa informasi berikut:
menjadi suatu bagian dari proses
=

akuntansi.
Berdasarkan definisi akuntansi b. Financial Leverage (DER)
tersebut dapat diketahui bahwa informasi Debt to Equity Ratio (DER)
yang diperoleh dari aktivitas ekonomi dan merupakan salah satu dari rasio leverage.
kondisi perusahaan itu sendiri. Informasi DER mencerminkan kemampuan
tersebut disusun dalam betuk laporan perusahaan dalam memenuhi seluruh
akuntansi yang disebut laporan keuangan. kewajibannya yang ditujukan oleh
Informasi akuntansi yang digunakan beberapa bagian modal sendiri yang
penulis untuk variabel penelitian adalah digunakan untuk membayar hutang.
sebagai berikut: DER menunjukan hubungan antara
a. Return On Asset (ROA) tingkat leverage (penggunaan hutang)
ROA merupakan salah satu rasio dibandingkan modal sendiri perusahaan
profitabilitas untuk mengetahui tingkat (Subramanyam, 2011).
pengembalian saham atas harta yang DER memeberikan gamabaran
dimiliki oleh perusahaan. ROAdigunakan tentang beberapa seberapa besar hutang-
untuk mengukur efektivitas perusahaan hutang perusahaan dijamin modal sendiri
dalam menghasilkan keuntungan dengan perusahaan yang digunakan sebagai
cara memanfaatkan aset yang dimilikinya. pendanaan usaha. Semakin besar DER
Semakin tinggi ROA perusahaan maka menandakan struktur pemodalan usaha
akan semakin rendah underpricing karena lebih banyak memfaatkan hutang-hutang
investor akan menilai kinerja perusahaan relatif terhadap ekuitas. Semakn besar
lebih baik dan bersedia membeli saham DER mencerminkan resiko perusahaan
perdananya dengan harga yang lebih tinggi yang relatif tinggi (Afifah, 2011).
(Subramanyam, 2011). Subramanyam (2011:44)
Calon investor akan menyatakan bahwa DER dapat diukur
mempertimbangkan prosentase
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 7


dengan menggunakan rumus sebagai Teori critical resource menekankan
berikut: pada pengendalian oleh pemilik
perusahaan terhadap sumber daya
=
perusahaan seperti asset, technology, dan
intellectual property sebagai faktor-faktor
c. Ukuran Perusahaan yang menentukan firm size.
Arta et.all (2011) menyatakan Size perusahaan dapat diukur dengan
bahwa ukuran perusahaan adalah total beberapa proksi: aset (asset), penjualan,
asetyang dimiliki suatu perusahaan. jumlah pekerja, dan nilai tambah (value
Menurut Mochfoedz (1994) dalam added). Teori teknologi perusahaan yang
Rahmi (2010), ukuran perusahaan pada menekankan skala ekonomis yang timbul
dasarnya terbagi dalam tiga kategori: dari capital input akan menggunakan asset
1. Perusahaan Besar (Large Firm) atau penjualan sebagai pengukur size
Perusahaan yang dikategorikan (Kusuma, 2005).
perusahaan besar biasanya Ukuran perusahan (company size)
merupakan perusahaan yang telah secara umum dapat diartikan sebagai suatu
go publik di pasar modal dan perbandingan besar atau kecilnya suatu
termasuk dalam kategori papan objek. Ukuran perusahaan menunjukan
pengembangan satu yang memiliki besar atau kecilnya kekayaan (asset) yang
total aset sekurang-kurangnya dimiliki suatu perusahaan.
Rp200.000.000.000. Pengukuran perusahaan bertujuan
2. Perusahaan Menengah (Medium untuk membedakan secara kuantitatif
Size) antara perusahaanbesar (large firm)
Perusahaan yang dikategorikan dengan perusahaan kecil (small firm).
perusahaan menengah biasanya Besar kecilnya suatu perusahaan dapat
listing di pasar modal papan mempengaruhi kemampuan manajemen
pengembangan dua dan umumnya untuk mengoperasikan perusahaan dengan
memiliki total aset Rp2.000.000.000 berbagai situasi dan kondisi yang
s.d. Rp200.000.000.000. dihadapinya. Pada akhirnya kemampuan
3. Perusahaan Kecil (Small Firm) untuk mengoperasikan perusahaan tersebut
Perusahaan yang dikategorikan dapat mempengaruhi pengembalian utang
perusahaan kecil merupakan perusahaan (Yulia, 2009).
perusahaan yang memiliki total aset Ukuran perusahaan dapat
kurang dari Rp2.000.000.000 dan dirumuskan dengan:
biasanya perusahaan kecil ini belum a. Ukuran Perusahaan = Total Aset
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 8


b. Ukuran Perusahaan = Total H1: Return on Asset berpengaruh terhadap
Penjualan underpricing.
c. Ukuran Perusahaan = Jumlah H2: Financial Leverage berpengaruh
Karyawan terhadap underpricing.
H3: Ukuran Perusahaan berpengaruh
Pengembangan Hipotesis terhadap underpricing
ROAmerupakan salah satu rasio H4: Return on Asset, financial leverage,
profitabilitas untuk mengetahui tingkat dan ukuran perusahaan berpengaruh
pengembalian saham atas harta yang secara bersama-sama terhadap
dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi underpricing.
ROA perusahaan akan semakin rendah
underpricingnya. OBJEK DAN METODELOGI
Semakin besar hutang (DER) maka PENELITIAN
mencerminkan resiko perusahaan yang Objek penelitian ini adalah
relatif tinggi, akibatnya investor cenderung perusahaan-perusahaan yang melakukan
menghindari saham-saham yang memiliki IPO dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia
DER yang tinggi. Dengan Demikian periode 2010-2013. Peneliti membatasi
semakin tinggi DER maka semakin besar ruang lingkup penelitian ini pada pengaruh
pula tingkat underpricingnya. return on asset, financial leverage, dan
Ukuran perusahaanmenunjukkan ukuran perusahaanpada indikator
pengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing.
underpricing. Perusahaan besarperusahaan Metode yang digunakan dalam
tersebut telah mencapai tahap kedewasaan penelitian ini menggunakan metode
dimana dalam tahap ini arus kas kuantitatif yang menggunakan cara-cara
perusahaan sudah positif dan dianggap tertentu dalam mengumpulkan, mengolah,
memiliki prospek yang baik dalam jangka dan menganalisis data yang disajikan dan
waktu yang relatif lama, selain itu juga diukur dalam suatu skala numerik atau
mencerminkan bahwa perusahaan relatif dalam bentuk angka-angka dengan teknik
lebih stabil dan lebih mampu statistik, kemudian mengambil kesimpulan
menghasilkan laba dibanding perusahaan secara generalisasi untuk membuktikan
dengan total penjualan yang kecil. adanya pengaruh dalam penelitian ini.
Berdasarkan kajian teoritik dan hasil
penelitian relevan yang telah dikemukakan Definisi Operasionalisasi Variabel
di atas maka hipotesis penelitian ini Underpricing Saham
dirumuskan sebagai berikut: Underpricing saham dicerminkan
dari initial return dengan menghitung
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 9


selisih antara harga penawaran umum Debt to Equity Ratio (DER)
perdana (offering price) dengan harga jual DER adalah rasio yang mengukur
saham di pasar sekunder pada penutupan sejauhmana besarnya utang yang ditutupi
hari pertama (closing price). oleh modal sendiri. Debt to Equity Ratio
Penghitungan Initial Returndalam (DER) adalah perbandingan antara jumlah
penelitian ini menggunakan rumus dalam total hutang terhadap total equity.
Tandelilin (2001), yaitu: Penghitungan DER dalam penelitian
ini menggunakan rumus dalam
− Subramanyam (2011:44) yaitu:
= 100%

=

Return On Asset (ROA)
ROA merupakan perkalian antara Ukuran Perusahaan
faktor margin laba dengan perputaran total Ukuran perusahaan dapat diukur
aset. Margin laba menunjukkan dengan menggunakan total penjualan,
kemampuan memperoleh laba bersih dari pendapatan atau modal dari perusahaan
setiap penjualan yang diciptakan oleh tersebut yang dapat dilihat dari laporan
perusahaan, sedangkan perputaran total keuangan yang dibuat oleh perusahaan
aset menunjukkan seberapa jauh tersebut. Total penjualan dapat digunakan
perusahaan mampu menciptakan penjualan untuk menunjukkan seberapakah besar
dari total aset yang dimilikinya (Brigham kecilnya suatu perusahaan, apabila suatu
dan Houston, 2006: 114). Apabila salah perusahaan memiliki total penjualan besar
satu faktor tersebut meningkat (atau maka perusahaan tersebut telah terbilang
keduanya), maka ROA juga akan memiliki prospek yang baik dan lebih
meningkat. Apabila ROA meningkat, mampu menghasilkan laba daripada
berarti profitabilitas perusahaan juga perusahaan dengan total penjualanannya
meningkat, sehingga dampaknya adalah kecil (Hadri Kusuma, 2005).
peningkatan profitabilitas yang dinikmati Pada penelitian ini ukuran
oleh pemegang saham. perusahaan menggunakan log total
Penghitungan ROA dalam penjualan, dalam Chen (2005) yang
penelitianini menggunakan rumus dalam dimaksudkan untuk menghindari masalah
Brigham dan Houston (2006:115) sebagai data natural yang berdistribusi normal.
berikut:
ℎ Metode Pengumpulan Data
=

Metode yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode

Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 10


kuantitatif yang menggunakan cara-cara ROA merupakan salah satu rasio
tertentu dalam mengumpulkan, mengolah, profitabilitas untuk mengetahui tingkat
dan menganalisis data yang disajikan pengembalian saham atas harta yang
dandiukur dalam suatu skala numerik atau dimiliki oleh perusahaan. ROA digunakan
dalam bentuk angka-angka dengan teknik untuk mengukur efektivitas perusahaan
statistik, kemudian mengambil kesimpulan dalam menghasilkan keuntungan dengan
secara generalisasi untuk membuktikan cara memanfaatkan aset yang dimilikinya
adanya pengaruh dalam penelitian ini. (Subramanyam, 2011). Calon investor
akan mempertimbangkan prosentase
Teknik Analisis Data profitabilitas perusahaan sebelum
Metode analisis data yang digunakan menentukan keputusan investasinya
dalam penelitian ini adalah metode analisis sehingga nilai ketidakpastiannya semakin
statistik dengan menggunakan SPSS. rendah yang juga akan menurunkan nilai
underpricing perusahaan tersebut.
PEMBAHASAN ROA merupakan pertimbangan
penting bagi investor ketika akan membeli
Pengaruh Return On Asset Terhadap saham. ROA menunjukkan keefisienan
Underpricing perusahaan dalam memanfaatkan aset
Hipotesis pertama yang menyatakan yang ada untuk menghasilkan laba,
bahwa Return on Asset (ROA) sehingga semakin tinggi rasio ini
berpengaruh signifikan terhadap menggambarkan tingkat efisiensi yang
underpricing diterima dengan adanya hasil tinggi dari perusahaan. Bila efisiensinya
uji penelitian yang telah dilakukan. tinggi maka diharapkan perusahaan
Penelitian ini menghasilkan bukti bahwa tersebut menguntungkan (dari segi
ROA memiliki pengaruh signifikan pendapiatan). Keadaan ini tentu saja
dengan underpricing. menarik minat investor untuk membeli
Berdasarkan hasil data penelitian saham perusahaan, sehingga harga
yang dihasilkan bahwa ROA berhubungan sahamnya pun akan meningkat.
positif dengan underpricing. Dimana Hal tersebutlah yang membuat ROA
semakin tinggi ROA semakin tinggi pula menpunyai hubungan positif dan
tingkat underpricing. Hasil penelitian ini signifikan terhadap underpricing, semakin
sejalan dengan penelitian yang dilakukan tinggi ROA semakin tinggi tingkat
oleh Prastica (2012) yang menyatakan underpricing karena dengan ROA yang
bahwa ROA memiliki pengaruh signifikan tinggi saham perusahaan tersebut banyak
dan hubungan positif terhadap diminati oleh investor, karena perusahaan
underpricing. tersebut dinilai efisien dan dapat
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 11


menguntunkan investor sehingga semakin asymmetry antara emiten dan pihak
banyak penawaran atas sahamtersebut. underwriter dimana pihak emiten
Maka akan semakin naik harga sahamnya memiliki informasi lebih sedikit dan pihak
yang mengakibatkan semakin tinggi pula underwriter menggunakan ketidaktahuan
tingkat underpricingnya. emiten untuk memperkecil resiko sebagai
Hal tersebut tercermin pada PT. penjamin emisi.
Skybee, Tbk yang menerbitkan saham Namun hasil penelitian ini tidak
perdananya pada tahun dengan ROA 0,595 sejalan dengan hasil penelitian yang
dan mempunyai tingkat underpricing dilakukan oleh Wijayanto (2010) dan
0,493. Disisis lain perusahaan dengan PT. Mahendra (2013) yang membuktikan
PP, Tbk yang menerbitkan saham bahwa ROA tidak memiliki pengaruh
perdananya pada tahun 2010 mempunyai signifikan dengan underpricing.
nilai ROA yang lebih kecil sebesar 0,0,37
dan mempunyai nilai underpricing yang Pengaruh Debt to Equity Ratio
kecil pula yaitu sebesar 0,036. Terhadap Underpricing.
Berdasarkan uraian tersebut dapat Hipotesis kedua yang menyatakan
disimpukan bahwa investor dalam bahwa Debt to Equity Ratio (DER)
berinvestasi mempertimbangkan nilai berpengaruh terhadap underpricing
ROA perusahaan yang akan berdampak diterima dengan adanya hasil uji penelitian
pada tingkat underpricing perusahaan yang telah dilakukan. Penelitian ini
tersebut. menghasilkan bukti bahwa DER memiliki
Hasil penelitian tersebut mendukung pengaruh signifikan dengan underpricing.
the winner’s curve hypothesis Berdasarkan hasil data penelitian
menyatakanjumlah saham yang yang dihasilkan bahwa DER berhungan
ditawarkan dijual pada fixed price dibatasi, positif dengan underpricing. Dimana
dengan pembatasan permintaan akan semakin tinggi DER semakin tinggi pula
menyebabkan permintaan meningkat tanpa tingkat underpricing. Hasil penelitian ini
dapat diperkirakan sebelumya. Informasi sejalan dengan penelitian yang dilakukan
keuangan yang diketahui oleh investor oleh Idriyanti (2013) dan Wulandari
salah satunya dengan melihat ROA yang (2011) yang menyatakan bahwa DER
tinggi akan mengakibatkan permintaan terhadap underpricing memiliki hubungan
atas saham yang cukup tinggi namun yang positif dan memiliki pengaruh
jumlah saham yang beredar terbatas signifikan terhadap underpricing.
sehingga terjadi kenaikan harga saham DER mencerminkan kemampuan
yang menyebabkan underpricing. perusahaan dalam memenuhi seluruh
Disamping itu adanya information kewajibannya yang ditujukan oleh
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 12


beberapa bagian modal sendiri yang mengambil keputusan untuk berinvestasi
digunakan untuk membayar hutang. DER mempertimbangkan nilai DER yang
menunjukan hubungan antara tingkat terbukti berdampak terhadap tingkat
leverage (penggunaan hutang) underpricing.
dibandingkan modal sendiri perusahaan Hasil penelitian tersebut mendukung
(Subramanyam,2011). Perusahaan dengan exante uncertainty theory atau
DER yang tinggi akan memiliki resiko ketidakpastian informasi yang ditunjukan
yang lebih tinggi dikarenakan total hutang oleh DER perusahaan yang tinggi
yang tinggi pula. Sebaliknya dengan mengakibatkan perusahaan tinggi nya
perusahaan yang memiliki DER yang tingkat underpricing pada saham
rendah, memiliki resiko yang rendah pula perusahaan pasa saat IPO. Para investor
karena total hutang yang dimiliki rendah dalam melakukan keputusan investasi
dibandingkan dengan modal. akan mempertimbangkan nilai DER
Hal tersebut berarti DER perusahaan, dan perusahaan yang
menunjukkan risiko suatu perusahaan mempunyai nilai DER yang tinggi akan
sehingga berdampak pada ketidakpastian. lebih cenderung menggunakan dana hasil
Hal ini dapat mengurangi minat investor IPO untuk membayar hutangnya daripada
untuk membeli saham tersebut. DER yang untuk kegiatan investasi guna ekspansi
tinggi menunjukkan risiko finansial atau baru. Oleh sebab itu tingkat
risiko kegagalan perusahaan untuk ketidakpastiannya akan semakin tinggi dan
mengembalikan pinjaman akan semakin menyebabkan nilai underpricing akan
tinggi, dan sebaliknya. semakin tinggi pula.
Hal tersebut tercermin pada PT. Namun hasil penelitian ini tidak
Bank Sinarmas, Tbk yang menerbitkan sejalan dengan hasil penelitian yang
saham perdananya pada tahun 2010 dilakukan oleh Ratna (2013) dan Anggita
melakukan yang mempunyai nilai DER (2013) yang membuktikan bahwa DER
sebesar 11,323 dengan tingkat tidak memiliki hubungan signifikan
underpricing sebesar 0,673 sedangkan dengan underpricing.
disisi lain terdapat nilai DER yang lebih
kecil pada PT. Semen Baturaja, Tbk yang Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE)
menerbitkan saham perdanya pada tahun TerhadapUnderpricing.
2013 mempunyai nilai DER yang lebih Hipotesis ketiga yang menyatakan
kecil sebesar 0,099 dengan tingkat bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
underpricing yang kecil pula sebesar terhadap underpricing diterima dengan
0,018. Berdasarkan uraian tersebut dapat adanya hasil uji penelitian yang telah
disimpulkan bahwa investor dalam dilakukan. Penelitian ini menghasilkan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 13


bukti bahwa ukuran perusahaan memiliki Hal tersebut tersebut tercermin pada
pengaruh signifikan dengan underpricing. PT. Dharma Satya Nusantara, Tbk yang
Berdasarkan hasil data penelitian menerbitkan saham perdananya pada
yang dihasilkan bahwa ukuran perusahaan tahun 2013, perushaan ini mempunyai
hubungan negatif terhadap tingkat total penjualan yang tinggi yaitu sebesar
underpricing, dimana setiap kenaikan Rp3.842.182.000.000 dengan
ukuran perusahaan maka diikuti dengan tingkatunderpricingsebesar 0,11
menurunnya tingkat underpricing. Hasil sedangkan disisi PT. Gading
penelitian ini sejalan dengan penelitian Development, Tbk yang menerbitkan
yang dilakukan oleh Mahendra (2013) saham perdanya pada tahun 2010 memiliki
yang menyatakan bahwa ukuran total penjualan yang lebh kecil yaitu
perusahaan memiliki hubungan negatif sebesar Rp6.842.491.481 dengan tingkat
dan signifikan dengan underpricing. underpricinglebih tinggi sebesar 0,695.
Ukuran perusahan (company size) Beradasrkan uraian teesebut dapat
secara umum dapat diartikan sebagai suatu disimpulkan bahwa investor dalam
perbandingan besar atau kecilnya suatu berinvestasi mempertimbnagkan faktor
objek. Ukuran perusahaan menunjukan ukuran perusahaan yang tecermin pada
besar atau kecilnya kekayaan, jumlah total penjualan yang berdampak
penjualan dan jumlah karyawan yang terdampak tingkat underpricing.
dimiliki suatu perusahaan. Pengukuran Hal tersebut mendukung exante
perusahaan bertujuan untuk membedakan uncertainty theory Secara teoritis
secara kuantitatif antara perusahaan besar perusahaan yang lebih besar mempunyai
(large firm) dengan perusahaan kecil kepastian yang lebih besar darpada
(small firm). Besar kecilnya suatu perusahaan kecil sehingga akan
perusahaan dapat mempengaruhi mengurangi tingkat ketidakpastian
kemampuan manajemen untuk mengenai prospek perusahaan kedepan.
mengoperasikan perusahaan dengan Hal tersebut dapat membantu investor
berbagai situasi dan kondisi yang memprediksi resiko yang mungkin terjadi
dihadapinya (Yulia,2009). jika investor berinvestasi pada perusahaan
Berarti bahwa investor dalam itu. Perusahaan besar pada umumnya lebih
melakukan keputusan investasi dikenal oleh masyarakat daripada
memperhatikan faktor ukuran perusahaan perusahaan kecil karena informasi
investor memiliki kecenderungan menilai mengenai perusahaan besar lebih banyak
positif persahaan yang memiliki ukuran dan lebih mudah diperoleh oleh investor
besar yang dalam penelitian ini dibandingkan dengan perusahan kecil.
digambarkan melalui total penjualan. Sehingga ukuran perusahaan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 14


mempengaruhi tingkat underpicing pada pihak emiten, biasanya disebut asimetri
perusahaan. informasi (information asymmetry).
Namun hasil penelitian ini tidak Sebagai pihak yang membutuhkan dana,
sejalan dengan hasil penelitian yang emiten menginginkan harga perdana yang
dilakukan oleh Prastica (2012) dan Safitri lebih tinggi, dilain pihak, underwriter
(2013) yang menyatakan bahwa ukuran sebagai penjamin emisi menginginkan
perusahaan tidak memiliki pengaruh harga yang lebih rendah demi
signifikan dengan underpricing. meminimalkan resiko yang
ditanggungnya. Pihak underwriter
Pengaruh ROA, DER, dan Ukuran kemungkinan mempunyai informasi lebih
PerusahaanTerhadap Underpricing. banyak dibanding pihak emiten. Kondisi
Berdasarkan uji stimultan (uji F), asimetri informasi inilah yang
variable-variabel independen (ROA, DER, menyebabkan terjadinya underpricing,
danukuran perusahaan) secara bersama- dimana underwriter merupakan pihak
sama atau simultan berpengaruh signifikan yang memiliki banyak informasi dan
terhadap underpricing. Dengan melihat menggunakan ketidaktahuan emiten untuk
hasil penelitian tersebut maka dapat memperkecil resiko.
disimpulkan bahwa ROA, DER, Dengan melihat besarnya ROA
danukuran perusahaan menjelaskan atau perusahaan, investor dapat mengukur
mempengaruhi underpricing. efektivitas perusahaan dalam
Underpricingmenurut Adler menghasilkan keuntungan dengan cara
manurung (2013:23) merupakan kondisi memanfaatkan aset yang dimilikinya.
dimana harga penawaran pada saat IPO ROA merupakan pertimbangan penting
dinilai lebih rendag secara signifikan bagi investor ketika akan membeli saham.
dibandingkan harga saham pada saat ROA menunjukkan keefisienan
penutupan hari pertama dipasar sekunder. perusahaan dalam memanfaatkan aset
Selisih harga inilah yang dikenal dengan yang ada untuk menghasilkan laba,
initial return. Apabila harga saham pada sehingga semakin tinggi rasio ini
pasar perdana (IPO) lebih rendah menggambarkan tingkat efisiensi yang
dibandingkan dengan harga saham pada tinggi dari perusahaan. Bila efisiensinya
pasar sekunder pada hari pertama, maka tinggi maka diharapkan perusahaan
akan terjadi underpricing. tersebut menguntungkan (dari segi
Fenomena underpricing terjadi pendapatan), sehingga makin diminati oleh
karena adanya mispriced dipasar perdana investor namun saham yang di tawarkan
sebagaiakibat adanya ketidakseimbangan oleh perusahaan IPO terbatas, hal tersebut
informasi antara pihak underwriter dengan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 15


mempengaruhi tingkat underpricing perusahaan dapat mempengaruhi
terhadap saham perusahaan tersebut. kemampuan manajemen untuk
Debt to Equity Ratio (DER) mengoperasikan perusahaan dengan
menunjukkan risiko suatu perusahaan berbagai situasi dan kondisi yang
sehingga berdampak pada ketidakpastian. dihadapinya (Yulia, 2009). Hal tersebut
Hal ini dapat mengurangi minat investor bearati bahwa investor dalam melakukan
untuk membeli saham tersebut. DER yang keputusan investasi memperhatikan faktor
tinggi menunjukkan risiko finansial atau ukuran perusahaan investor memiliki
risiko kegagalan perusahaan untuk kecenderungan menilai positif persahaan
mengembalikan pinjaman akan semakin yang memiliki ukuran besar yang dalam
tinggi, dan sebaliknya. Para investor penelitian ini digambarkan melalui total
dalam melakukan keputusan investasi penjualan. Secara teoritis perusahaan yang
akan mempertimbangkan nilai DER lebih besar mempunyai kepastian yang
perusahaan. DER menunjukan hubungan lebih besar darpada perusahaan kecil
antara tingkat leverage (penggunaan sehingga akan mengurangi tingkat
hutang) dibandingkan modal sendiri ketidakpastian mengenai prospek
perusahaan (Subramanyam, 2011). perusahaan kedepan. Hal tersebut dapat
Perusahaan dengan DER yang tinggi membantu investor memprediksi resiko
akan memiliki resiko yang lebih tinggi yang mungkin terjadi jika investor
dikarenakan total hutang yang tinggi pula. berinvestasi pada perusahaan itu. Seiring
Sebaliknya dengan perusahaan yang berkurangnya ketidakpastian maka
memiliki DER yang rendah, memiliki berpengaruh terhadap tingkat underpricing
resiko yang rendah pula karena total saham pada saat IPO.
hutang yang dimiliki rendah dibandingkan
dengan modal. Karena ketidakpastian yang KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN
digambarkan oleh DER tersebut SARAN
berpengaruh terhadap tingkat underpricing
saham pada saaat IPO. Kesimpulan
Ukuran perusahaan menunjukan Berdasarkan hasil analisis data dan
besar atau kecilnya kekayaan, jumlah pembahasan yang telah dilakukan maka
penjualan dan jumlah karyawan yang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
dimiliki suatu perusahaan. Pengukuran 1. Return On Asset berpengaruh
perusahaan bertujuan untuk membedakan signifikan dan hubungan positif
secara kuantitatif antara perusahaan besar denganunderpricing. Semakin tinggi
(large firm) dengan perusahaan kecil Return On Asset semakin tinggi pula
(small firm). Besar kecilnya suatu tingkat underpricing.
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 16


2. Debt to Equity Ratio berpengaruh Debt to Equity Ratio, dan ukuran
signifikan dan hubungan positif perusahaan sehingga dapat
dengan underpricing. Semakin mengoptimalkan return yang diperoleh
tinggi Debt to Equity Ratio semakin dan meminimalkan resiko investasi.
tinggi pula tingkat underpricing. Return on Assetdapat memberikan
3. Perusahaan berpengaruh signifikan informasi kepada investor mengenai
dan hubungan negatif dengan bagaimana keefisienan perusahaan dalam
underpricing. Setiap kenaikan memanfaatkan aset yang ada untuk
ukuran perusahaan maka diikuti menghasilkan laba.
dengan menurunnya tingkat Debt to Equity Ratio investor dapat
underpricing memberikan informasi kepada investor
4. Return on Asset, Debt to Equity mengenai kemampuan perusahaan dalam
Ratio, danukuran perusahaan secara memenuhi seluruh kewajibannya yang
simultan berpengaruh signifikan ditujukan oleh beberapa bagian modal
terhadap underpricing. sendiri yang digunakan untuk membayar
hutang dan melihat dari ukuran persahaan.
Implikasi Investor dapat melihat besar atau kecilnya
Emiten sebagai pihak yang kekayaan, jumlah penjualan dan jumlah
membutuhkan dana sebaiknya berusaha karyawan yang dimiliki suatu perusahaan.
memperoleh harga saham perdana yang Pengukuran perusahaan bertujuan untuk
sewajarnya, dengan lebih mengenal dan membedakan secara kuantitatif antara
mengetahui informasi akuntansi yang perusahaan besar (large firm) dengan
berkaitan dengan perusahaan, sehingga perusahaan kecil (small firm). Besar
menguntungkan pihak lainnya. Karena kecilnya suatu perusahaan dapat
apabila harga saham perdana yang di mempengaruhi kemampuan manajemen
tetapkan tidak sesuai maka akan terjadi untuk mengoperasikan perusahaan dengan
underpricing yang merugikan emiten. berbagai situasi dan kondisi yang
Akibatnya perusahaan tidak dapat dihadapinya.
memperoleh dana yang maksimum dari Selain ROA, DER, dan ukuran
pelaksanaan IPO. perusahaan investor juga dapat
Sebelum investor yang akan mempertimbangkan faktor-faktor lain
melakukan investasi pada perusahaan yang yang mempengaruhi underpricing seperti
melakukan IPO sebaiknya return on investment, return on equity,
mempertimbangkan faktor-faktor yang reputasi underwriter, reputasi auditor,
telah terbukti mempengaruhi tingkat umur perusahaan, jumlah saham yang
underpricing seperti Return On Asset, ditawarkan, latar belakang industri,
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 17


earning per share. Dengan 2. Peneliti selanjutnya diharapkan
mengkombinasikan faktor-faktor tersebut, dapat menambahkan variabel
investor dapat memperkecil resiko informasi akuntansi dan non
seminimal mungkin dan menghasilkan akuntansi, serta melakukan
return secara maksimal atas langkah penelitian dengan variabel-variabel
investasinya. makroekonomi seperti inflasi,
tingkat suku bunga yang berpotensi
Saran mempengaruhi kondisi pasar saham
Berdasarkan hasil penelitian maka pada saat IPO dilakukan.
saran yang dapat diberikan untuk 3. Diharapkan peneliti selanjutnya
penelitian berikutnya adalah: melakukan penelitian terhadap
1. Penelitian selanjutnya diharapkan performa perusahaan setelah IPO
dapat memperpanjang periode dan meneliti kinerja jangka panjang
pengamatan, agar memperoleh saham perusahaan yang mengalami
sampel yang lebih banyak sehingga underpricing dan overpricing.
dapat memperoleh distribusi data
yang lebih baik.

Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 18


DAFTAR PUSTAKA Ratna, Anggita. Analisis Pengaruh
Asnawi, Said Kelana., dan Wijaya Informasi Keuangan dan Non
Chandra. Riset Keuangan: Keuangan serta Ekonomi Makro
Pengujian-Pengujian Empiris. Terhadap Underpricing pada
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Perusahaan Ketika IPO. Jurnal
2005. Buletin Studi Ekonomi Vol. 18 No.
2 Tahun 2013.
Brigham dan Houston. Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan. Edisi Safitri, Anggita Tety. Asimetri Informasi
sebelas. Jakarta: Salemba Empat, dan Underpricing. Jurnal Dinamika
2010. Manajemen Vol. 4 No. 1 Tahun
2013.
Cal S Warren., James M Reeve., dan
Philip E Fees. Pengantar Akuntansi. Sarjono, Haryadi, dan Julianita, Winda.
Buku Satu. Edisi dua. Jakarta: SPSS vs LISREL: Sebuah
Salemba Empat, 2006. Pengantar, Aplikasi Untuk Riset.
Jakarta: Salemba Empat, 2011.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS. Sitompul, Asril. Pasar Modal (Penawaran
Semarang: Badan Penerbit Umum dan Permasalahannya).
Universitas Diponegoro, 2011. Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2000.
Gumanti, Tatang. Manajemen Investasi:
Konsep, Teori dan Aplikasi. Edisi Situmorang, Paulus. Pengantar Pasar
satu. Jakarta: Mitra Wacana Media, Modal. Edisi Pertama. Jakarta: Mitra
2007. Wacana Media, 2008.

Hartono, Jogiyanto. Terori Portofolio dan Subramanyam dan John J. Wild; K.R.
analisis investasi. Edisi Lima. Analisis Laporan Keuanga. Edisi
Yogyakarta: BPFE, 2009. Kedelapan. Buku Dua. Jakarta:
Salemba Empat, 2011.
Indriyanti, Isti. Pengaruh DER, ROI,
Current Ratio dan Rata- Rata Kurs Sunariyah. Pengantar Pengetahuan Pasar
Terhadap Underpricing pada IPO. Modal. Edisi Keempat.Yogyakarta:
Jurnal Riset Sains Indonesia Vol. 4 UPP AMP YKPN, 2004.
Tahun 2013. Tandeilin, Eduardus. Analisis Investasi
John J. Wild. Analisis Laporan Keuangan. dan Manajemen Portofolio, Edisi
Buku satu. Edisi.delapan.Jakarta: Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2001.
Salemba Empat, 2005. Tjiptono Darmadji dan Hendy M
Kuncoro, Mudrajad. Metode Kuantitatif: Fakhruddin. Pasar Modal di
Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab,
Ekonomi. Edisi Keempat. Edisi Kedua, Jakarta: Salemba
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Empat, 2006.
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Wulandari, Afifah. Analisis Faktor-faktor
Manajemen YKPN. yang Mempengaruhi Tingkat
Mahendra, Ayu Made. Pengaruh Ukuran Uderpricing pada Penawaran Umum
Perusahaan, ROA, Fiancial Perdan (IPO) pada Perusahaan Go
Leverage pada Tingkat Public Tahun 20062010. Jurnal
Underpricing pada Saat Penawaran Akuntansi dan auduting UNDIP Vol
Saham Perdana di BEI. E Jurnal 1 Tahun 2011.
Akuntansi UDAYANA Vol. 4 No. 1 Wijayanto, Andhi. 2010. Analisis
Tahun 2013. Pengaruh ROA, EPS, Financial
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 117


Leverage, Proceed Terhadap Initial http://www.idx.co.id/index.html(diakses
Return. Jurnal Dinamika tanggal 15 Februari, 2015) www.
Manajemen Vol 1 Tahun 2010. e-bursa.com (diakses tanggal 19
Februari, 2015.
Prastica, Yurena. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat http://www.ojk.go.id/emiten-dan-
underpricing pada saat penawaran perusahaan-publik(diakses tanggal
umum perdana. Jurnal Mahasiswa 21 Februari,2015.
Akuntansi Vol 1, No. 2 Tahun
2012. http://finance.yahoo.com(diakses tanggal 4
April 2015)

Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 118


Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 11, No.2, Tahun 2016 119

Anda mungkin juga menyukai