Green
Planning
and Design
Green Green
Community Open Space
Green Green
Atribut Kota Hijau
Building Waste
Green
Green
Transportati
Energy
on
Green
Water
N
Aspek Kriteria Pesyaratan Teknis Jalan
o
3. a Jenis Perkerasan Berpenutup Aspal//Beton
b Kerataan IRI Paling Besar 8
c Kerataan RCI Paling Kecil Sedang
4. Kecepatan Rencana (Km/Jam) 40-80
5. POTONGAN MELINTANG
a RUMAJA
Lebar 13.00
Tinggi 5.00
Kedalaman 1.50
b RUMIJA (m) 15,00
c RUWASJA (m) 5,00
d Badan Jalan (m) 9,00
e Lebar Jalur Lalu Lintas 7
f Lebar Bahu Paling Kecil (m) 1,50
g Lebar Median paling kecil, m Tanpa Median
(lebar median termasuk lebar
bahu dalam, lebar marka garis
tepi termasuk bahu dalam)
h Lebar Jalur pemisah lajur paling Tanpa jalur pemisah
kecil, m
i Lebar Trotoar 1.00
j Lebar Saluran Tepi jalan paling 1.00
kecil
k Lebar ambang Pengaman paling 1.00
kecil, m
l Kemiringan Perkerasan 2
m Kemiringan Bahu, % 4
6. POTONGAN MEMANJANG
a Jarak antara Jalan masuk paling Pada jalan arteri tidak kurang dari 1,0 Km dan pada jalan
dekat, m kolektor 0,5 Km. Untuk mengatasi jalan masuk yang banyak
pada jalan lama, dapat dibuat jalur samping yang
menampung semua jalan masuk dan membatasi bukaan
sebagai jalan masuk ke jalur utama.
b Superelevasi paling besar, % 8
c Kelandaian Paling besar, % 6
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 19/PRT/M/ Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 19/PRT/M/ Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan
Mengacu pada Pekerjaan Umum, RTH terbagi menjadi dua fungsi, yaitu fungsi
utama (intrinsik) dan fungsi tambahan (ekstrinsik) dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Fungsi utama (intrinsik), yaitu fungsi ekologis: Fungsi ini memberi jaminan
pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota),
pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat
berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan,
penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta
penahan angin.
2. Fungsi tambahan (ekstrinsik), yaitu:
a. Fungsi sosial dan budaya, yakni dapat menggambarkan ekspresi budaya lokal,
juga merupakan media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, sebagai
wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari
alam;
b. Fungsi ekonomi:
- Sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur
mayor;
- Bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan
lain-lain;
c. Fungsi estetika:
- Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala
mikro: halaman rumah, lingkungan permukiman, maupun skala makro:
- Lanskap kota secara keseluruhan;
- Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota;
- Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan
tidak terbangun (Permen Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008).
Konsep penataan PKL pada area RTH dapat dikombinasi pola grid dan linier ini
merupakan pola yang memberikan penataan yang beraturan dan tampak tertata dengan
rapi serta pemanfaatan lahan yang maksimal untuk penggunaan lahan pedagang kaki
lima sehingga dapat menampung banyak pedagang. Konsep pedagang kaki lima ini
direncanakan dengan konsep open space dengan beberapa kios yang ditata dengan rapi,
kios ini bisa dikondisikan untuk permanen atau tidak permanen atau bisa dipindahkan.
1. Green Transportation: tidak jauh berbeda dengan taman jepun dunia taman ini
harus dilengkapi dengan jalur trak pejalan kaki, dan jalur sepeda. Yang unik adalah
konsep green transportation untuk sepeda mampu memberikan akses dari taman
jepun ke taman kota lainnya. Dimaksudkan masyarakat mulai menggunakan saran
transportasi yang ramah lingkungan.
3. Green Water: dilengkapi dengan biopori, sumur resapan, dan bak tampungan air
hujan. Green Energy: semua RTH publik direncanakan menggunakan sumber
energi bertenaga surya/surya sell. Penggunaan surya sel sebagai sumber
4. Green Open Space: tanaman yang digunakan di taman ini lebih bervariasi, dengan
tajuk yang lebar, dahan dan ranting yang kuat yang mendukung menciptakan iklim
mikro bagi pengguna. Green Building: sarana tidak jauh berbeda dengan konsep
RTH publik di taman jepun dunia, namun pada taman ini ruang pengelolaan
sampahnya lebih diutamakan dengan menyediakan TPST terpadu dalam taman
ini.
Konsep rencana RTH publik ini diharpkan mampu memberikan kontribusi kepada
masyarakat mengingat masih minimnya ketersediaan RTH publik yang dapat diakses oleh
masyarakat.
A. Rencana Zonasi
Tapak direncanakan menjadi dua penggunaan lahan utama, yang pertama adalah
sebagai RTH dan Aktivitas PKL. RTH disini meliputi RTH jalur hijau dan RTH tematik.
Berikut merupakan rencana zonasi dalam penyediaan RTH di ruas Jalan Mh Thamrin:
Rencana pemanfaatan lahan terdiri dari beberapa zona yang diantaranya yaitu
sebagai berikut:
1. Publik, zona yang berhubungan secara langsung dengan pengunjung, pedagang,
dan pengelola yaitu area terbuka hijau dan fungsi aktifitas outdoor.
2. Semi Publik, zona yang merupakan mencakup fungsi dagang. Dalam fungsi ini
akan terjadi proses jual dan beli antara pedagang dan pengunjung yang bersifat
semi privat, sehingga fungsi dagang dalam tapak diletakkan pada zona semi publik
yang memiliki tingkat privasi menengah.
3. Privat, zona yang memiliki privasi, yaitu pada ruangan kantor pengelola dan ruang
panel.
4. Servis, zona yang berhubungan dengan kegiatan pelayanan, yaitu area kamar
mandi, mushola, dan parkir. Area ini memiliki fungsi yang bisa diakses oleh
C. Rencana Vegetasi
Rencana penanaman vegetasi pada RTH mengacu pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada
Sistem Jaringan Jalan. Berikut merupakan penentuan penanaman vegetasi berdasarkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012 tentang Pedoman
Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan :
2. Peletakan Tanaman
Peletakan tanaman dengan berbagau fungsi selalu akan berkaitan dengan
letaknya di jalur tanaman, hal ini memperlihatkan bahwa kaitan titik tanam
dengan tepi perkerasan perlu dipertimbangkan. Jarak titik tanam dengan tepi
perkerasan mempertimbangkan pertumbuhan perakaran tanaman agar tidak
menganggu struktur perkerasan jalan
5. Kriteria pengaturan penanaman tepi jalan jenis tanaman tidak boleh melebihi
tinggi kabel pada tiang listrik atau telepon atau menutuppi rambu-rambu lalu
lintas, tanpa harus memotong cabangnya terus menerus, selain itu jenis tanaman
tidak boleh merusak struktur atau utility bawah tanah. Di perkotaan dengan lahan
yang terbatas hanya rumput yang diperbolehkan.
6. Kelompok tanaman yang diperbolehkan antara lain
a. Pohon, atau juga pokok ialah tumbuhan dengan batang dan cabang yang
berkayu. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk
pohon.
b. Perdu atau semak, suatu kategori tumbuhan berkayu yang dibedakan daerah
pohon karena cabangnya yang banyak dan tingginya yang lebih rendah,
biasanya kurang dari 5-6 meter. Banyak tumbuhan dapat berupa pohon atau
perdu tergantung kondisi pertumbuhannya.
c. Terna, adalah tumbuhan yang batangnya lunak karena tidak membentuk
kayu.
d. Liana, adalah suatu habitus tumbuhan. Suatu tumbuhan dikatakan liana
apabila dalam pertumbuhannya memerlukan kaitan atau objek lain agar ia
dapat bersaing mendapatkan cahaya matahari
8. Kriteria tanaman secara klasik tanaman terdiri dari tiga organ dasar yaitu akar,
batang dan daun. Organ-organ lain dapat digolongkan sebagai organ sekunder
Karena terbentuk dari modifikasi organ dasar. Beberapa organ sekunder dapat
disebut sebagai organ aksesori, karena fungsinya tidak vital. Beberapa organ
sekunder penting yaitu bunga, buah, biji dan umbi diperlukan dalam reproduksi.
Kriteria tanaman jalan berdasarkan kondisi organ tanaman adalah sebagai
berikut :
a. Akar : tidak merusak struktur jalan, kuat dan bukan akar dangkal
b. Batang, Kuat atau tidak mudah patah dan todak bercabang di bawah
c. Dahang/rating: tidak mudah patah dan tidak terlallu menjuntai ke bawah
sehingga menghalangi pandangan
d. Daun : tidak mudah rontok, todak terlalu rimbun dan tidak terlalu besar
sehingga jika jatuh tidak membahayakan pengguna jalan
e. Bunga : tidak mudah rontoj dan tidak beracun
f. Buah : tidak mudah rontok, tidak berbuah besar dan tidak beracun
g. Sifat lainnya : cepat pulih dari stress salah satu cirinya dengan mengeluarkan
tunas baru dan tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor dan industry
9. Fungsi tanaman jalan
a. Mengurangi pencemaran udara CO2
b. Penyerap Kebisingan
Contoh tanaman yang bertajuk tebal dan massa daun yang padat antara lain :
tanjung, Kiara paying, the-tehan pangkas, puring, pucuk merah, kembang
sepatu, bougenville dan oleander
c. Pehalang Silau
Sebaiknya dipilih pohon atau perdu yang bermassa daun padat, ditanam rapat
pada ketinggian 1,5 m. Pada jalur jalan raya bebas hambatan, penanaman
pohon tidak dibenarkan pada jalur median jalan. Sebaiknya pada jalur median
ditanam tanaman semak, agar sinar lampu kendaraan dari arah yang
berlawanan dapat dikurangi. Contoh : Bougenville, Puring, Pucuk Merah,
Kembang Sepatu, Oleander, dan Nusa Indah
d. Pembatas Pandang
f. Memperindah Lingkungan
Penanaman perdu dan pohon, khususnya di daerah perkotaan didesain
berkaitan dengan jenis dan fungsi dari jalan untuk mengurangi beberpa
gangguan antara lain polusi udara dan kebisingan
g. Penahan Benturan
Penanaman perdu yang berakar dengan kuat dan tumbuh dengan baik, akan
mengurangi kerusakan dan kecelakaan pada kendaraan dan pengemudi
daripada memasang pembatas/dinding yang keras
h. Pencegah Erosi
Pohon perdu dan rumput dapat membantu dalam mengendalikan erosi tanah
i. Habitat Satwa
Salah satu satwa liat yang dapat diekmbangkan diperkotaan adalah burung.
Beberpa burung sangat membutuhkan tanaman sebagai tempat mencari
tidak di jalan (off street parking). Disain ruang parkir di luar badan dapat berupa pelataran
parkir atau gedung parkir.
Pengaturan lokasi parkir pada perencanaan RTH di Jalan Mh untuk masing-masing
pengguna parkir perlu dibedakan, hal ini untuk memberikan kemudahan bagi pengguna
untuk memakirkan kendaraannya dan pengaturan penggunaan ruang parkir. Pengaturan
lokasi parkir berupa penegasan keperuntukan ruang parkir yang dapat berupa pemisahan
lokasi parkir untuk tiap kategori pengguna yang berbeda dan pemasangan rambu
petunjuk yang memberikan informasi sejelas mungkin pada pengguna ruang parkir.
Berdasarkan Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota Direktoran
Jenderal Perhubungan tentang Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir
untuk tempat rekreasi dipengaruhi oleh daya tarik tempat tersebut. Biasanya pada hari-
hari minggu libur kebutuhan parkir meningkat dari hari kerja. Perhitungan kebutuhan
didasarkan pada luas tempat rekreasi. Berikut merupakan kebutuhan SRP tempat
rekreasi:
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain taman parkir dan
merupakan menjadi kriteria. Kriteria yang digunakan sebagai dasar dalam mendesain
tempat/peraturan parkir adalah sebagai berikut :
- Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD)
- Keselamatan dan kelancaran lalu lintas
- Kelestarian lingkungan
- Kemudahan bagi pengguna jasa
- Tersedianya tata guna lahan
- Letaknya antara jalan akses utama dan daerah yang dilayani
a. Pola Parkir Kendaraan Satu Sisi
1) Pola membentuk sudut 900
Pola parkir ini mempunyai daya tamping lebih banyak jika dibandingkan
dengan pola parkir pararel, tetapi kemudahan dan kenyamanan pengemudi
melakukan menuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih sedikit jika
dibangingkan dengan pola parkir dengan sudut lebih kecil dari 90 0
E. Rencana Drainase
Rencana pengembangan drainase pada area tapak adalah sebagai berikut :
a. Membuat sumur resapan langsung dari beberapa bangunan yang diarahkan
langsung ke riol kota atau ke sungai terdekat. Sumur resapan dengan ukuran
diameter 1 meter dan kedalaman 5 meter di beberapa titik dalam tapak,
semakin banyak sumur resapan akan berpengaruh penting dalam drainase
dalam tapak
b. Tidak membuang sampah sembarangan, dan kesadaran warga untuk
membuang sampah pada tempat sampah yang telah disediakan, jika belum
terdapat tempat sampah yang memadai, diperlukan penambahan tempat
sampah setiap jarak tertentu.
c. Membuat drainase yang baik dengan membuat tanggul penampungan air
dengan sistem sumur resapan yang nantinya terhubung dengan sistem
drainase
d. Membuat tempat penyerapan air dengan beberapa lubang biopori di area
tapak, terutama pada area pedagang, area dekat sungai, dan tepi jalan.
F. Rencana Utilitas
1. Air Bersih
Sumber air bersih dipersiapkan dari PDAM atau dari sumur air bersih yang
kedalaman sumber airnya lebih dari 40 meter. Air dari PDAM tersebut
kemudian di pompa ke tandon-tandon yang nantinya disebar ke beberapa
bagian tapak. Peletakkan tandon ditata pada tempat yang lebih tinggi dari
fasilitas yang nantinya akan memanfaatkan air tandon tersebut, sehingga
pendistribusiannya tidak perlu dipompa, melainkan dengan memanfaatkan
aliran air akibat gravitasi.
Pembangunan tandon air sangat penting bagi kelangsungan tersedianya
air bersih. Tandon air dibangun di atas sebuah menara dengan konstruksi besi/
baja yang akan menampung air dari sumur atau PDAM. Kapasitas daya
tampung tandon yang akan dibuat sebesar 5.000 liter sebanyak satu buah.
Dalam perencanaan juga akan disediakan alat pemadam kebakaran serta
hydrant, terutama akan diletakkan pada ruangan kantor pengelola.
KM/WC
KM/WC
Sumber
Sumbermata
mataair
air Tandon
TandonAir
Air Kran
Kranair
air
Pompa
Pompa
Dapur
Dapur
2. Sanitasi
Sistem pembuangan air kotor terdiri atas saluran (pipa) pembuangan,
septic tank, sumur resapan dan bak kontrol. Alur pembuangan air kotor dari
KM/WC disalurkan melalui pipa pembuangan yang diarahkan ke septic tank,
kemudian dilanjutkan ke sumur resapan. Air kotor dari dapur, tempat cuci dan
tempat lain yang tidak berupa padatan disalurkan melalui pipa pembuangan
yang diarahkan ke sumur resapan melalui bak penangkap lemak dan bak
kontrol.
Penggunaan septic tank kolektif dapat dilakukan pada unit bangunan yang
tidak terlalu besar, sebagai usaha penghematan biaya. Sedangkan bangunan
yang besar dan menampung banyak pelaku, septic tank dipisahkan. Beberapa
septic tank dan bak penangkap lemak dapat bermuara pada satu sumur
resapan. Perlu diperhatikan keberadaan septic tank dan sumur resapan harus
berada pada jarak <10 m. Kegiatan pembangunan septic tank meliputi
pemasangan saluran atau pipa penghubung antara toilet umum dengan tempat
penampung limbah padat pada septic tank dan juga sebuah saluran untuk
menyalurkan llimbah berupa cairan.
Dapur
Dapur
Bak
Bakpenangkap
penangkap
KM/WC
KM/WC lemak
lemak Tempat
Tempatcuci
cuci
Septic
Septic tank
tank
KM/WC
KM/WC
Sumur
Sumur
Resapan
Resapan
Sampah yang dihasilkan berupa sampah basah dan kering, oleh karena itu
tempat sampah keduanya harus dibedakan. Tempat sampah yang ada terdiri
dari dua bagian yang terpisah dengan petunjuk yang jelas tentang jenis sampah
yang ditampung. Adapun tempat sampah yang digunakan terbagi sesuai jenis
sampah ditampung yaitu sampah organik (daun sisa, sayuran, kulit buah, sisa
makanan, dll), anorganik (gelas, plastik, logam, dll). Tempat sampah
berdasarkan jenis pewadahannya dapat dilihat pada gambar
Tempat sampah harus bersekat, sehingga sampah basah dan kering tidak
akan tercampur. Bahan yang digunakan harus tahan terhadap perubahan
cuaca, serta dari zat kimia hasil pembusukan sampah. Pemberian tutup perlu
dilakukan agar tidak ada binatang yang masuk dan mengacaukannya, selain itu
juga agar tidak ada air hujan masuk dan mempercepat proses pembusukkan.
4. Drainase
Rencana drainase yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Membuat sumur resapan langsung dari beberapa bangunan yang
diarahkan langsung ke riol kota atau ke sungai terdekat. Sumur resapan
dengan ukuran diameter 1 meter dan kedalaman 5 meter di beberapa titik
dalam tapak, semakin banyak sumur resapan akan berpengaruh penting
dalam drainase dalam tapak
b. Tidak membuang sampah sembarangan, dan kesadaran warga untuk
membuang sampah pada tempat sampah yang telah disediakan, jika
belum terdapat tempat sampah yang memadai, diperlukan penambahan
tempat sampah setiap jarak tertentu.
5. Sistem Keamanan
Sistem Penanggulangan dan pencegahan kebakaran, sistem ini sangat penting
yang bertujuan untuk melindungi jiwa dan harta benda manusia dalam suatu
tempat terhadap kebakaran. Sistem ini sudah merupakan sistem yang runtut
menjadi satu kesatuan dengan penanda kebarana berupa alarm. Sistem
keamanan kebakaran dalam hal ini yang digunakan adalah Hydrant. Hydrant
adalah sistem salah satu pemadam kebakaran yang terhubung dengan sumber
air yang bertekanan dan mendistribusikan air ke lokasi pemadaman dengan
laju yang cukup. Penempatan Hydrant diharuskan pada lokasi yang mudah
terlihat dan terjangkau serta dapat mengkaver seluruh daerah apabila
sewaktu waktu terjadi kebakaran. Hydrant Pillar penempatan biasanya diluar
bangunan (Outdoor) dimana Hydrant ini dapat disambungkan dengan selang
menuju kendaraan pemadam kebakaran sebagai sarana penyuplai air untuk
mobil pemadam kebakaran serta dapat juga digunakan untuk melakukan
pemadaman di sekitar lokasi kebakaran.