Gatot Soerjatmodjo
Kegiatan Konstruksi
menimbulkan berbagai
dampak yang tidak
diinginkan
KECELAKAAN KERJA
KONSTRUKSI
Karakteristik
Kegiatan Proyek
Konstruksi
• Bersifat sangat kompleks, multi
disiplin ilmu dan gaya seni
arsitektur;
• Melibatkan banyak tenaga kerja
kasar dan berpendidikan relatif
rendah;
• Masa kerja terbatas;
• Intensitas kerja yang tinggi;
• Menggunakan peralatan kerja
beragam dan berpotensi bahaya
STUDI KELAYAKAN / TAHAP PERENCANAAN /
FEASIBILITY STUDY DETAIL ENGINEERING
DESIGN
TAHAPAN
PEKERJAAN
KONSTRUKSI
Dua insiden pertama disebabkan karena kelalaian dari operator serta SOP yang tidak
dijalankan semestinya. Bantalan rel yang akan dipasang sebetulnya belum tepat pada
posisinya, akan tetapi dilepas menggunakan alat angkat. Karena dudukan tidak pas,
maka bantalan rel jatuh menimpa pekerja.
Kecelakaan kerja pada sektor konstruksi yang terjadi secara terus menerus ini
menimbulkan pertanyaan apakah kecelakaan ini diakibatkan karena buruknya penerapan
dari K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada sektor konstruksi?
Penyebab utama kecelakaan kerja
Kementerian PUPR : terdapat lima penyebab utama yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja. :
1. Kelalaian manusia atau human error, yang mana hal ini disebabkan karena
minimnya pekerja yang mendapatkan sertifikasi K3. Pada tahun 2017, Kadin
Bidang Konstruksi dan Infrastruktur mencatat hanya terdapat 150 ribu
tenaga ahli tersertifikasi pada semua level, baik pengawas, perencana, dan
juga pelaksana proyek. Padahal, secara ideal, tenaga ahli yang
mendapat sertifikasi K3 sekitar 500 hingga 750 ribu orang.
2. Penggunaan material konstruksi yang belum memenuhi standar mutu.
3. Peralatan konstruksi yang digunakan belum tersertifikasi.
4. Metode pelaksanaan konstruksi pada lapangan belum memadai terutama
pada aspek K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Adanya efisiensi anggaran.
• Dari lima penyebab ini, yang paling menjadi sorotan adalah tentang metode
pelaksanaan konstruksi di lapangan. Padahal, kelancaran pelaksanaan proyek
konstruksi di lapangan akan selalu menitikberatkan aspek K3. Program inilah yang
dapat menjamin dan melindungi keselamatan dari para pekerja.
• Maraknya kasus kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi telah mengingatkan
bahwa aspek K3 tidak mendapatkan perhatian dari para kontraktor. Padahal, K3 adalah
aspek yang terpenting dalam penyelenggaraan konstruksi.
Keberhasilan sebuah proyek
konstruksi, selain diukur dari
tercapainya target waktu, biaya
dan mutu, juga ditentukan oleh
keselamatan dalam
pelaksanaan dengan tidak
adanya kecelakaan (zero
accident) dan pada akhirnya
dapat dimanfaatkan dengan
handal oleh masyarakat luas.
Karakteristik pekerjaan
konstruksi memang memiliki
resiko bahaya yang tinggi
sehingga membutuhkan
penanganan secara
komprehensif dan tersistem
dengan baik untuk menurunkan
potensi terjadinya kecelakaan.
KECELAKAAN KONSTRUKSI DI INDONESIA
Rusun pasar rumput sendiri merupakan bangunan hunian yang terdiri atas
tiga menara dengan total 25 lantai, dengan jumlah hunian total sebanyak
1.984 unit.
7. Robohnya Box Culvert Jalan Tol Manado - Bitung,
Manado (April 2018)
Peristiwa terjadi pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 pukul 13.50 WITA.
Peristiwa terjadi pada hari Rabu, tanggal 1 Agustus 2018 pukul 13.30 WIB.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu aspek perlindungan
ketenagakerjaan dan hak dasar dari setiap tenaga kerja. Konsep dasar K3 adalah menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di perusahaan.
Sistem manajemen K3 (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Pertimbangan diterapkannya SMK3
adalah:
• Terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian besar diakibatkan oleh faktor manusia dan
sebagian kecil oleh faktor teknis
• Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di
tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi, dan lingkungan kerja dalam keadaan
aman, maka perlu penerapan SMK3
• Penerapan SMK3 dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi perdagangan.
PENERAPAN K3 PADA PROYEK JALAN & JEMBATAN
a. Manager
b. Site Lifting Coordinator
c. Operator Crane Pedestal
d. Operator Crane Mobile
e. Operator Crane Overhead / Gantry
f. Operator Forklift
g. Rigger (Juru Ikat)
h. Dogger / Banksman / Signalman
(Juru Aba-aba)
LIFTING
STUDY
High risk
▪ Pengangkatan melebihi atau sama dengan 75% dari
kapasitas crane sesuai loadchart
▪ Pengangkatan dengan berat beban 20 ton atau lebih.
▪ Pengangkatan dimana crane mengangkat ke atau dari
air (seperti di pelabuhan).
▪ Pengangkatan beban yang mengan-dung cairan lebih
dari 1000 liter.
▪ Pengangkatan dimana beban sulit untuk diikatkan ke
lifting gear.
Critical & Extrime risk
3. SMK3 harus dijalankan dengan konsisten sesuai hasil identifikasi bahaya dan
penilaian risiko yang sudah dilakukan.
5. Semua unsur atau individu yang terlibat dalam operasi harus memahami
konsep dan implementasi SMK3.
7. SMK3 harus terintegrasi dengan sistem manajemen lainnya yang ada dalam
organisasi.
KESIMPULAN