Jenis kelamin (laki-laki > perempuan), usia, merokok(saat ini atau riwayat) kolesterol total dan HDL,
asam urat, diabetes, Overweight atau obesitas, riwayat keluarga CVD dini (laki-laki usia <55 tahun
dan perempuan <65 tahun), riwayat keluarga atau orangtua dengan onset dini hipertensi, menopause
onset dini, pola hidup inaktif (sedentary) faktor psikososial dan sosioekonomi, denyut jantung (nilai
istirahat >80 kali/menit), adanya penyakit KV atau ginjal, penyakit serebrovaskular: stroke iskemik,
perdarahan otak, TIA, CAD: infark miokard, angina, revaskularisasi miokard, ditemukannya plak
atheroma pada pencitraan gagal jantung, termasuk HFpEF, penyakit arteri perifer, fibrilasi atria, dll.
Pengelolaan hipertensi biasanya dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) Indikasi
merujuk ke FKTL, antara lain: Pasien dengan kecurigaan hipertensi sekunder yaitu, pasien muda
(<40 tahun) dengan hipertensi derajat 2 keatas (sudah disingkirkan kemungkinan hipertensi
sekunder), Pasien dengan hipertensi mendadak dengan riwayat TD normal, Pasien hipertensi
resisten, Pasien dengan penilaian HMOD lanjutan yang akan mempengaruhi pengobatan, Kondisi
klinis lain dimana dokter perujuk merasa evaluasi spesialistik diperlukan
Penatalaksaan Hipertensi yang paling utama adalah Intervensi pola hidup: pola hidup sehat
seperti pembatasan konsumsi garam dan alkohol, peningkatan konsumsi sayuran dan buah,
penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal, aktivitas fisik teratur, serta menghindari
rokok.
Beberapa jenis terapi intervensi menggunakan alat, terutama untuk jenis hipertensi yang resisten
dengan obat, antara lain: Stimulasi baroreseptor karotis (alat pacu dan stent), denervasi ginjal, dan
pembuatan fistula arteriovena.
Hipertensi Resisten adalah tekanan darah yang tidak mencapai target TDS <140 mmHg dan/atau
TDD <90 mmHg, walaupun sudah mendapatkan 3 antihipertensi berbeda golongan dengan dosis
maksimal, salah satunya adalah diuretik, dan pasien sudah menjalankan rekomendasi modifikasi
gaya hidup. Penatalaksanaan efektif meliputi modifikasi gaya hidup (khususnya mengurangi asupan
natrium), penghentian obat-obat yang meningkatkan tekanan darah, serta penambahan obat
antihipertensi lain selain tiga golongan obat antihipertensi sebelumnya.
Hipertensi Sekunder didapatkan pada sekitar 5%
populasi hipertensi. Penyebab hipertensi sekunder
meliputi penyakit ginjal (parenkimal 2-3%;
renovaskular 1-2%), endokrin 0,3-1%
(aldosteronisme primer, feokromositoma, sindrom
Cushing, akromegali), vaskular (koarktasio aorta,
aortoarteritis non-spesifik), obat-obat 0,5%
(kontrasepsi oral, OAINS, steroid, siklosporin) dan
lain-lain 0,5%.
Hipertensi Jas Putih (White Coat Hypertension) adalah saat TD klinik tinggi, tapi TD normal
dengan pengukuran HBPM atau ABPM. Hal ini sering terjadi pada pasien dengan hipertensi derajat
1 di klinik. Namun pada pasien dengan hipertensi derajat 2 di klinik, maka hasil HBPM atau ABPM
jarang normal. Hipertensi jas putih tidak jinak, dengan risiko sedang antara normotensi dan
hipertensi kronik. Terapi obat rutin tak dianjurkan, dibutuhkan intervensi gaya hidup dan
evaluasi.mHipertensi Terselubung (Masked Hypertension) Hipertensi terselubung merupakan
kondisi klinis dimana tekanan darah di klinik adalah normal, tetapi TD meningkat dengan
pengukuran HBPM atau ABPM. Prevalensi hipertensi jas putih 2,2 – 50%, sedangkan hipertensi
terselubung 9 – 48%.