PENDAHULUAN
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara
tiba-tiba dan cepat yang disebabkan karena adanya pendarahan di otak. Biasanya
mengenai penderita pada umur 65 tahun sebanyak 33,5 persen. Pada umumnya angka
kejadian pada laki- laki lebih banyak daripada perempuan. Stroke terjadi tanpa adanya
gejala- gejala prodroma atau gejala dini, dan muncul begitu mendadak. Stroke adalah
Stroke adalah tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak
fokal (atau global), dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler. Stroke merupakan
suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang berkembang
dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian),
yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler. (WHO, 2005)
mobilitas pasien, membatasi aktivitas sehari – hari dan partisipasi mereka secara sosial
mereka. Fungsi motorik dan faktor lainnya (baik dari faktor sosial maupun faktor
individual) dapat berkontribusi dalam penurunan kualitas hidup pasien stroke (Guiu-
1
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 2 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun
berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya
menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan
produktif stroke dapat menyerang setiap usia namun yang sering terjadi pada usia si atas
40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi
usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke. (Suyama et al,
2004)
Insiden penyakit stroke hemoragik antara 15-30 % dan untuk stroke iskemik antara 70-
85%. Sedangkan, insiden stroke di negara- negara berkembang atau Asia untuk stroke
hemoragik sekitar 30% dan iskemik 70%. Kejadian stroke iskemik memiliki proporsi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100 - 200 milyar sel aktif yang saling
berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita. Otak
terdiri dari sel - sel otak yang disebut neuron. Otak merupakan organ yang sangat
regenerasi kemampuan adaptif atau plastisitas. Pada otak dalam situasi tertentu
bagian - bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang rusak.
Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini merupakan mekanisme paling penting
Secara garis besar sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan medulla spinalis.
Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST). Fungsi dari SST adalah
menghantarkan informasi bolak balik antara SSP dengan bagian tubuh lainnya
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf dengan komponen bagiannya
adalah :
1. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang
hemisfer kanan dan kiri serta tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan
sulkus (celah) dan girus. Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
3
1) Lobus Frontalis
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di
hermisfer kiri), pusat penghidit dan emosi. Bagian ini mengandung pusat
terdapat area asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah
broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar,
2) Lobus Temporalis
bawah dari fisura lateral dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis
(White, 2008). Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual,
3) Lobus Parietalis
post sentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran (White,
2008).
4) Lobus Oksipitalis
4
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain dan
5) Lobus Limbik
a. Lobus Frontal
b. Lobus Pariental
5
c. Lobus Occypital
d. Lobus Temporal
2) Pusat memori
2. Cerebellum
terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang menerima dan
bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan lobus
6
3. Brainstem
Brainstem adalah batang otaK yang berfungsi untuk mengatur seluruh proses
penting adalah jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara medulla
spinalis dan bagian - bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons
dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada
serebelum.
7
Nervus Cranialis
I.Nervus olfaktorius
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa rangsangan aroma
II.Nervus optikus
III.Nervus okulomotoris
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot pengerak bola mata) menghantarkan
serabut-serabut saraf para simpati untuk melayani otot siliaris dan otot iris.
IV.Nervus troklearis
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital. Saraf pemutar mata yang pusatnya terletak
V.Nervus trigeminus
8
Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga buah cabang. Fungsinya
sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf otak besar, sarafnya yaitu:
1) Nervus oltamikus
Sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan kelopak mata atas, selaput lendir
2) Nervus maksilaris
Sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas, palatum, batang hidung, ronga hidung
3) Nervus mandibular
serabut sensorisnya mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu.
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai saraf penggoyang sisi
mata.
lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-serabut saraf
otonom (parasimpatis) untuk 5 wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai mimik wajah
9
Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan dari pendengaran dan
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring, tonsil dan lidah, saraf ini
X. Nervus vagus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mengandung saraf-saraf motorik, sensorik dan
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah. Saraf ini terdapat di
tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri
yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dalam rongga kranium, keempat arteri
ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi
(Satyanegara, 1998).
10
1. Peredaran Darah Arteri
Suplai darah ini oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan arteri
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis yang
berakhir pada arten serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir
arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri communicans
posterior yang bersatu kearah kaudal dengan arteri serebri posterior. Arteri
vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteria
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus - sinus duramater,
suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater. Sinus -
longitudinalis superior yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang utama
superior dan vena anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus transversus.
Vena -vena serebri profunda memperoleh aliran darah dari basal ganglia
11
1. Sistem Motorik
traktus piramidal ke saraf perifer menuju ke otot. Area motorik lain yang
12
kontraksi. Kerusakan korteks motorik primer atau traktus piramidal dapat
Selain traktus piramidal, jaras sistem motorik ada juga yang melalui
ganglia basalis dan berfungsi untuk mengatur gerakan volunter kasar dan
waktu berjalan, gerak lambaian tungkai dan lengan. Kerusakan pada ganglia
2. Sistem Sensorik
terutama untuk proteksi tubuh. Sistem ini dapat juga dimaknai sebagai perasaan
1) Reseptor
Reseptor adalah sel atau organ yang berfungsi menerima rangsang atau
13
b. Proprioseptor ; perasaan tubuh dalam, seperti pada otot, sendi, dan
tendo.
tekanan, memonitor tegangan pada pembuluh darah, mendeteksi rasa raba atau
sentuhan. Letaknya di kulit, otot rangka, persendn dna organ visceral. Contoh
reseptornya : corpus Meissner (untuk rasa raba ringan), corpus Merkel dan
: bulbus Krause (untuk suhu dingin), dan akhiran Ruffini (untuk suhu panas).
c. Nociseptor ; reseptor sensorik untuk mendeteksi rasa nyeri dan merespon tekaan
yang dihasilkan oleh adanya kerusakan jaringan akibat trauma fisik maupun
kimia. Contoh reseptornya berupa akhiran saraf bebas (untuk rasa nyeri) dan
bu-bauan yang diterima sel reseptor olfaktorius dalam hidung, rasa makanan
yang diterima oleh sel reseptor pengecap di lidah, reseptor kimiawi dalam
14
B. TINJAUAN TENTANG HEMIPARASE
1. Definisi Hemiparase
cepat, berupa defisit neurologis fokal yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
2. Etiologi
Stroke non hemoragik atau stroke iskemik merupakan 88% dari seluruh
kasus stroke. Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan atau
menjadi :
1. TIA (Transient Ischemic Attack) Pada TIA gejala neurologis timbul dan
menghilang kurang dari 24 jam. Disebabkan oleh gangguan akut fungsi fokal
3. Stroke in Evolution Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari
waktu ke waktu.
berkembang lagi.
15
Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian
iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi
dan bentuk sel yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan
sel yang selanjutnya terjadi kematian neuron. Stroke non hemoragik dibagi
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak,
kordis akut dan embolus yang berasal dari vena pulmonalis. Kelainan
berolahraga.
arteri karotis) merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus dan
16
terhalang, biasanya ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator
penyakit atherosklerosis.
3. Patofisiologi
Aliran darah dalam kondisi normal otak orang dewasa adalah 50-60 ml/100
gram otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah 1300- 1400 gram
(+ 2% dari berat badan orang dewasa). Sehingga dapat disimpulkan jumlah aliran
darah otak orang dewasa adalah + 800 ml/menit atau 20% dari seluruh curah jantung
harus beredar ke otak setiap menitnya. Pada keadaan demikian, kecepatan otak untuk
memetabolisme oksigen + 3,5 ml/100 gram otak/menit. Bila aliran darah otak turun
peningkatan ekstraksi oksigen ke jaringan otak sehingga fungsi-fungsi sel saraf dapat
dipertahankan.
trauma, kegagalan energi, hilangnya homeostatis ion sel, asidosis, peningkatan, kalsium
kadar kalsium intraseluler akan meningkat melalui transpor glutamat, dan akan
Secara umum patofisiologi stroke iskemik meliputi dua proses yang terkait,
yaitu :
17
4. Gambaran Klinis
dan gejala motoric. Berupa deficit yang berat, yang mungkin disebabkan oleh neglect
motorik, apraksia, atau ataksia visuomotor dan bukan karena kelemahan. Hemiparesis
dengan kelemahan sesisi pada tangan, kaki, bahu, dan pinggul adalah profil defisit
motorik yang paling sering terjadi (setidaknya dua pertiga kasus) (Arboix, et al., 2012).
mengalami stroke, perlu untuk mengetahui struktur dan fungsi dari berbagai bagian
otak, serta sirkulasi dari otak. Karena distribusi sirkulasi otak terbagi ke berbagai bagian
korteks dan batang otak, penyumbatan atau pendarahan di salah satu pembuluh darah
menghasilkan temuan klinis yang cukup dapat diprediksi. (Martin and Kessler, 2007).
Manifestasi klinis pasien stroke berdasarkan sirkulasi otak (Martin and Kessler, 2007) :
Penyumbatan pada anterior cerebral artery paling jarang terjadi dan paling sering
disebabkan oleh embolus. Anterior cerebral artery menyuplai batas superior lobus
frontal dan parietal otak. Seorang pasien dengan oklusi anterior cerebral artery akan
1) Kelemahan kontralateral,
3) Afasia
4) Inkontinensia
18
Infark middle cerebral artery, merupakan jenis stroke paling umum, yang
ekstremitas atas. Infark pada daerah dominan hemisfer dapat menyebabkan afasia
seseorang hanya melihat satu sisi - kanan atau kiri - dari visual setiap mata. Pasien
5) Vertigo
Selain itu, infark ke daerah yang disuplai oleh distribusi vaskular ini dapat
terkunci. pasien dengan tipe stroke ini memiliki gangguan yang signifikan. Para
pasien waspada dan berorientasi tetapi tidak dapat bergerak atau berbicara karena
kelemahan pada semua grup otot. Gerakan mata adalah satu-satunya jenis gerakan
19
aktif yang memungkinkan dan dengan demikian menjadi sarana komunikasi utama
pasien.
Arteri serebral posterior menyuplai lobus oksipital dan temporal. Oklusi di arteri ini
dapat menyebabkan:
2) Rasa sakit,
3) Defisit memori,
4) Homonymous hemianopia,
familiar), dan
menyenangkan akibat adanya kerusakan suatu jaringan yang nyata atau yang
berpotensi rusak atau tergambarkan seperti itu. Nyeri terjadi karena adanya suatu
kerusakan jaringan yang nyata seperti luka pasca bedah atau trauma akut, dan
nyeri terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan yang nyata seperti nyeri kronik atau
proses penyembuhan trauma lama, nyeri post herpetic, phantom atau trigeminal.
20
Dengan demikian pada prinsipnya nyeri terjadi karena ketidakseimbangan antara
Visual Analog Scale (VAS). VAS merupakan skala berupa suatu garis lurus
(nyeri terberat).
Gradasi Deskripsi
0 Tidak ada peningkatan tonus otot
1 Sedikit peningkatan tonus otot ditandai adanya “catch &
extensi
1+ Sedikit peningkatan tonus ditandai adanya “catch & release”
gerakan pasif.
3 Bagian yang terkena atau bagian – bagiannya rigid dalam
21
ekstensi
untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan atau
beban.
Perubahan struktur otot sangat bervariasi. Penurunan jumlah dan serabut otot,
atrofi, pada beberapa serabut otot dan hipertropi pada beberapa serabut otot yang
status kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada kemajuan yang
22
NILAI OTOT KETERANGAN
NILAI 5 Kekuatan otot normal dimana seluruh gerakan dapat dilakukan
23
menimbulkan gerakan.
NILAI 0 Tidak ada kontraksi otot sam sekali.
kateter
jam)
2
Terkendali teratur
3. Membersihkan diri 1
Butuh pertolongan orang lain
(mencuci wajah,mencuci
mengerjakan sendiri
24
beberapa
0 Tidak mampu
Makan 1 Perlu di tolong memotong
5. 2 Mandiri
6. 0 Tidak mampu
Perlu banyak bantuan untuk
1
Berubah sikap dari baring
bisa duduk (2orang)
2 Bantuan minimal 1 orang
ke duduk
Mandiri
7. 0 Tidakampu
Berjalan dengan bantuan 2
1
Berpindah / berjalan orang
Berjalan dengan bantuan 1
2
orang
3 Mandiri
8. 0 Tergantung orang lain
Sebagian dibantu (misalnya
Memakai baju 1
memasang kancing)
2 Mandiri
9. 0 Tidak mampu
1
Butuh pertolongan
Naik turun tangga
2
Mandiri
1 Tidak mampu
SKOR TOTAL
Keterangan : Skor Barthel Index
20 : Mandiri
25
9 – 11 : Ketergantungan sedang 0– 4 : Ketergantungan total
pada sisi sel saraf otak sehingga sl-sel otak yang terganggu dapat bekerja kembali
dengan lebih baik, yaitu dengan meningkatkan aktivitas sel melalui cara
yang terkena.
seluruh gerakan.
26
Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar yang dapat meningkatkan reaksi yang
1) Teknik menggenggam
Secara tepat dapat dihitung dan diaplikasikan teknik menggenggam dari terapis
Secara sederhana, instruksi yang jelas dapat mengurangi kerja terapis. Pasien
4) Tahanan maksimal
Hukum “all or nothing” dalam kontraksi otot terlibat dalam teknik ini.
Tahanan isometrik dan/atau isotonik dapat digunakan dalam teknik ini. Tahanan
yang maksimal ditentukan oleh strength (kekuatan) otot dari setiap pasien.
Ketika otot berkontraksi dalam suatu rangkaian yang tepat, maka group
otot yang tegang akan mengatasi tuntutan yang terjadi dengan optimal
efektifitas. Waktu yang tepat dapat berperan penting baik pada gerakan
Ada 3 komponen gerakan yang mengambil bagian dari setiap pola gerak
27
-Fleksi atau ekstensi
rotasi digunakan kombinasi dengan pronasi. Variasi teknik gerakan kompleks dapat
seperti gerak memukul pada handball atau menembak bola pada sepakbola.
6) Tahanan langsung
Hal ini melibatkan tahanan optimal untuk seluruh durasi gerakan; tahanan ini
Kontraksi statik dan dinamik terlibat secara bergantian. Strength (kekuatan) otot
(daya tahan).
2. Bridging Exercise
Bridging exercise adalah cara yang tepat untuk mengisolasi dan memperkuat otot
gluteus dan hamstring. Bridging exercise digunakan digunakan untuk stabilitas dan
latihan penguatan yang menargetkan otot perut serta otot-otot punggung bawah dan
hip. Akhirnya, bridging exercise dianggap sebagai latihan rehabilitasi dasar untuk
28
punggung bawah dan berguna dalam program pencegahan nyeri punggung bawah.
Bridging exercise juga merupakan latihan yang bagus dimana akan memperkuat otot-
3. Latihan fungsional
Pada pasien hemiparase stroke non haemoragik stadium recovery terjadi gerak
anggota tubuh yang lesi dengan total gerak sinergis sehingga dapat membatasi dalam
gerak untuk aktivitas fungsional dan membentuk pola abnormal (Rahayu, 1992).
Latihan fungsional dimaksudkan untuk melatih pasien agar dapat kembali melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa menggantungkan penuh kepada orang lain.
yang relatif permanen atau menetap dan akhirnya akan menjadi sebuah pengalaman
29
BAB III
A. IDENTITAS PASIEN
Umur : 62 tahun
B. HISTORY TAKING
kemudian normal kembali. Pasien memiliki riwayat diabetes dan hipertensi. Kurang
30
lebih satuminggu yang lalu pasien kurang tidur pada malam harinya kemudian pagi
hari pasien berolahraga, setelah berolahraga wajah pasien terlihat pucat. Pasien
kemudian beristirahat hingga setelah pasien bangun pada pagi hari pasien merasa
Diabetes
C. INSPEKSI/OBSERVASI
1. Inspeksi Statis
2. Inspeksi Dinamis
D. PEMERIKSAAN/PENGUKURAN FISIOTERAPI
Pemeriksaan :
-Suhu : 36°C
31
2. Pemeriksaan Sensorik
3. Pemeriksaan Refleks
4. Pemeriksaan Koordinasi
5. Palpasi
-terdapat tenderness
Pengukuran
1. Pengukuran Nyeri
32
Nyeri diam : 0 (tidak ada nyeri)
E. DIAGNOSA FISIOTERAPI
F. PROBLEMATIK FISIOTERAPI
O YANG MEMBUKTIKAN
1. IMPAIRMENT
a. Gangguan koordinasi Tes koordinasi
b. kelemahan tungkai sisi sinistra Manual muscle testing
position
b. Kesulitan untuk berjalan mandiri Index barthel
c. Gangguan activity daily living Index barthel
3. PERTICIPATION RESTRICTION
a. Pasien mengalami kesulitan Index barthel
BAB IV
33
A. RENCANA INTERVENSI FISIOTERAPI
-Memperbaiki keseimbangan
-Memperbaiki koordinasi
biasanya.
N PROBLEMATIK JENIS
TUJUAN INTERVENSI
O FISIOTERAPI INTERVENSI
1. IMPAIRMENT
a. Gangguan koordinasi Untuk meningkatkan
PNF
koordinasi
b. kelemahan tungkai sisi Untuk meningkatkan
PNF
sinistra kekuatan otot
c. Tidak mampu Untuk meningkatkan tonus
kekuatan otot
2. ACTIVITY LIMITATION
Untuk menguatkan otot-otot -PNF
34
berjalan mandiri - Latihan fungsional
sehari-hari dan
berolahraga
1. Bridging exercise
keseimbangan
b. Posisi pasien : Tidur terlentang di atas bed dalam keadaan rileks denga kedua
lutut ditekuk
35
c. Posisi fisioterapis : berada di samping bed
e. Dosis :
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : 8 kali repetis
2. PNF
Pnf lengan
- Tangan kiri fisioterapi memegang bagian posterior palmar pasien pada posisi
36
- Tangan kanan fisioterapi pada daerah elbow atau proksimal untuk memfiksasi
agar tidak terjadi fleksi elbow dan untuk membantu gerakan serta memberikan
tahanan.
c. Teknik pelaksanaan
supinasi elbow dan fleksi shoulder, ekternal rotasi hingga membentuk abduksi
shoulder.
- Tangan kiri fisioterapi memegang bagian anterior palmar pasien pada posisi
- Tangan kanan fisioterapi pada daerah elbow atau proksimal untuk memfiksasi
agar tidak terjadi fleksi elbow dan untuk membantu gerakan serta memberikan
tahanan.
37
e. Teknik pelaksanaan
lengan membentuk pola diagonal sambil melakukan gerakan supinasi elbow dan
Pasien melakukan pola gerakan diatas dengan diberikan tahanan oleh fisioterapis
Pnf tungkai
b. Posisi fisiterapis:
Berdiri disamping pasien dalam arah diagonal. Berat badan terapis diatas kaki
Pegangan tangan kiri terapis memeagang tumit kiri pasien dan tanga kanan
terapis memegang dorsum kaki kiri pasien dengan posisi lumbrical grid
c. Teknik pelaksanaan
38
Fisioterapis memgang tumit kiri pasien dengan tangan kanan, dan tnagan kiri
terapis memgang dorsum kaki kiri pasien dengan posisi lumbrical gride
ekstensi jari-jari kaki di ikuti oleh fleksi dan adduksi hip.rotasi harus terjadi
Posisi fisioterapis :
berdiri disamping pasien dengan pegangan tangan sama seperti pola dasar
d. Teknik pelaksanaan
knee.fleksi knee harus dilakukan secara aktif oleh pasien dan ditahan oleh tangan
kanan terapis.
39
Terapis harus memastikan bahwa knee dan ankle bergerak secara diagonal
Latihan fungsional
-Baring ke duduk
rah yang sehat.kemudian menekuk kedua lutut lalu mendorong ke bawah lalu tangan
tangan yang sehat dijadikan tumpuan diatas bed untuk mengangkat tubuh keatas.
-Duduk ke baring
kepada pasien membuka kaki selebar bahu. Lalu tangan pasien menumpu pada kaki
40
untuk membantu mendorong tubuh keatas, setelah itu dorong lutut pasien ke belakang
-Berjalan
memperhatikan posis pasien tetap tegap kemudian arahkan pasien untuk melakukan
pola berjalan.
D. EDUKASI/HOME PROGRAM
1. Pasien harus bisa menyemangati diri sendiri untuk selalu bersemangat untuk
melakukan terapi dan selalu berpikir positif dimana ini dapat memberikan
2. Ketika berjalan, pola jalan harus diperhatikan. Pastikan pasien tidak berjalan
3. Pada saat duduk santai tangan pasien tidak boleh tergantung, harus diberikan
penyangga.
E. EVALUASI FISIOTERAPI
NO INTERVENSI EVALUASI
PROBLEMATIK
AWAL TERAPI AKHIR TERAPI
FISIOTERAPI
1. Kelemahan otot PNF Nilai 2 Nilai 3
tungkai
2. Kelemahan otot PNF Nilai 0 Nilai 2
41
lengan
3. Gangguan PNF Belum mampu Belum mampu
dengan mandiri
Melakukan Melakukan
sebaliknya sebaliknya
-latihan bantuan
fungsional
6. Gangguan ADL -Bridging Skor 9 Skor 12
exercise
-Latihan
fungsional
42
BAB V
PEMBAHASAN
1. History Taking
oleh pasien melalui tanya jawab, yang disusun secara kronologis yang
mendapatkan history taking yang baik dibutuhkan sikap pemeriksa yang sabar
dan penuh perhatian, serta waktu yang cukup. Cara pengambilan history taking
2. Inspeksi/observasi
statis dimana pemeriksa mengamati keadaan pasien dalam keadan statis atau
diam dan inspeksi dinamis yaitu pemeriksan mengamati keadaan pasien dalam
keadaan dinamis atau bergerak. Pengamatan dilakuakn secara detai dari ujung
43
Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai fisiologis yang
pada pasien yang secara medis tidak stabil atau memiliki faktor-faktor resiko
Tanda vital juga berguna untuk menentukan dosis yang adekuat bagi tindakan
fisioterapi, khususnya exercise. Vital sign terdiri atas tekanan darah, denyut
4. Pemeriksaan Sensorik
SI. Menurut teori Ayres, SI terjadi akibat pengaruh input sensory, antara lain
Function with koordinasi Akibat Hemiparese Et Causa NHS” yang meliputi tes
44
tajam-tumpul, panas-dingin, posisi, dan arah gerak maka didapatkan semua
hasilnya normal.
5. Pemeriksaan Koordinasi
dalam suatu tugas kerja yang kompleks, dengan ketentuan bahwa gerakan
tidak bisa melakukan berbabagi tes koordinasi setelah melakukan terapi 5 kli
6. Pemeriksaan Reflex
Uji refleks menjadi salah satu tes yang penting dan harus dilakukan pada
integritas dari sirkuit saraf yang terlibat. Uji yang sederhana biasanya dilakukan
hanya untuk mengecek integritas spinal cord, sedangkan uji yang lebih kompleks
dan lebih lengkap dapat dilakukan untuk mendiagnosis keberadaan serta lokasi
45
Tes reflek merupakan informasi penting yang sangat menentukan maka
penilaiannya harus tepat dan secara banding antara kanan dan kiri. Disamping itu
Achiles, Adapun cara pemeriksaanya antara lain : teknik pengetukan pada reflek
tendon boleh dipegang secara keras. Gagang pada reflek dipegang dengan ibu jari
telunjuk sedemikian rupa sehingga palu dapat diayunkan bebas. Pengetukan tidak
pengetukan berpangkal pada sendi pergelangan tangan dan bukanya lengan yang
mengangkat palu reflek. Kemudian tangan menjatuhkan kepala palu reflek secara
Dari pemeriksaan Reflek Fisiologi atau Reflek Tendon pada pasien dengan
causa NHS” didapati hasil normal pada Biceps, Triceps, patella dan Achilles.
dicurigai atau aktual mengalami gangguan pada otot baik kekuatan maupun daya
tahannya. Identifikasi dini dari gangguan otot ini dapat dijadikan dasar intervensi
46
status kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada kemajuan yang
otot secara manual yang disebut dengan MMT (manual muscle testing).
kelompok otot secara volunter. (Pudjiastuti dan Utomo, 2003). Manual Muscle
Testing (MMT) merupakan salah satu bentuk pemeriksaan kekuatan otot yang
serta validitas dan reliabilitasnya telah teruji. Namun demikian tetap saja, manual
muscle testing tidak mampu untuk mengukur otot secara individual melainkan
Untuk pengkajian kekuatan otot, pasien berada dalam posisi stabil. Klien
tiap kelompok otot. Minta klien untuk memfleksikan otot yang diperiksa dan
terhadap kelompok otot (misalnya: ekstensi siku). Minta pasien menahan tekanan
elbow). Pasien terus melawan sampai diminta berhenti (Potter & Perry, 2010)
yang dilakukan pada pasien dengan diagnosis “Gangguan Motor Function with
47
MMT ekstremitas superior sinistra bernilai 2 dan ekstremitas inferior sinistra
bernilai 0. Dan setelah dilakukan terapi selama 5 kali terapi pasien mengalami
peningkatan kekuatan otot, dengan hasil akhir T5 skor MMT ekstremitas superior
8. Indeks Barthel
digunakan untuk mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan
fungsional bagi pasien pasca stroke. Indeks Barthel sudah dikenal luas memiliki
kehandalan dan kesahihan yang tinggi, karena dengan pengamatan yang berulang
dari orang yang berbeda akan menghasilkan kesesuaian yang sangat memadai
(Sugiarto, 2005).
pada saat T0 didapatkan skor 9 dan setelah dilakukan 5 kali terapi pasien
skor pasien menjadi 12 yang berarti kemampuan pasien dari terapi ke terapi
semakin membaik,
48
.
dengan reaksi yang dikehendaki, yang pada akhirnya akan dicapai kemampuan
(Alim, 2012)
ketergantungan sedang dengan nilai 9 dan setelah 5 kali terapi dengan T5 pasien
2. Bridging exercise
latihan ini baik untuk latihan penguatan stabilisasi pada glutei, hip dan
49
punggung bawah (Miller, 2012). Bridging exercise adalah cara yang baik
untuk mengisolasi dan memperkuat otot gluteus dan hamstring (belakang kaki
bagian atas ). Jika melakukan latihan ini dengan benar, bridging exercise
digunakan untuk stabilitas dan latihan penguatan yang menargetkan otot perut
serta otot-otot punggung bawah dan hip. Akhirnya, bridging exercise dianggap
juga merupakan latihan yang bagus yang memperkuat otot-otot paraspinal, otot-
otot kuadrisep di bagian atas paha, otot-otot hamstring di bagian belakang paha,
3. Latihan fungsional
Pada pasien stroke non haemoragik stadium recovery terjadi gerak anggota
tubuh yang lesi dengan total gerak sinergis sehingga dapat membatasi dalam gerak
untuk aktivitas fungsional dan membentuk pola abnormal (Rahayu, 1992). Latihan
aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa menggantungkan penuh kepada orang lain.
yang relatif permanen atau menetap dan akhirnya akan menjadi sebuah pengalaman
50
Latihan fungsional seperti latihan duduk ke berdiri dan latihan jalan. Latihan
yang sangat penting agar pasien dapat melakukan aktivitas berjalan dengan pola yang
pada T0 pasien tidak bisa melakukan transfer position yaitu duduk ke berdiri dan
sebaliknya pasien juga belum mampu berdiri sendiri pada T5 pasien sudah
51
BAB VI
PENUTUP
Stroke non Hemoragic adalah gangguan peredaran darah pada otak yang
infark/ischemic. Hal ini biasa terjadi pada saat penderita istirahat ,tidak terjadi suatu
Hemiparese merupakan salah satu tanda adanya gangguan pada Upper Motor
Neuron yang penyebab salah satunya adalah bekuan darah yang menyumbat lumen
pembuluh darah sehingga menyebabkan gangguan struktur anatomi dan fungsi otak.
Otak mengalami kerusakan pada sel-sel atau jaringan otak yang akhirnya tidak
beberapa modalitas yang bisa digunakan pada pasien hemiparese yaitu terapi
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Refi Yulita (15 Februari 2016). Anatomi dan Fisioologi Otak. Dikutip 18 September 2019
https://www.academia.edu/10041909/A._ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_OTA K
2. Endra Yuda (4 November 2013). Patofisiologi Tumor Otak. Dikutip 18 September 2019
https://feelinbali.blogspot.com/2013/11/patofisiologi -tumor-otak.html
3. HelloSehat (7 Juli 2017). Apa itu Hemiplegia. Dikutip 18 September 2019
https://hellosehat.com/penyakit/hemiplegia/
4. Liza Dwi Januaryana (13 Agustus 2016). Makalah Penatalaksanaan Fisioterapi pada
Kasus Hemiparese. Dikutip 18 September 2019 https://lizafisioterapi.blogspot.com
5. School of Physiotherapy, 2001, Physiotherapy studies 1 : Neurological Physiotherapy,
School of Physiotherapy The University of Melbourne
6. Iradian Nastiti (2016). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Pasien Post Stroke di RST. DR.
Soedjono Magelang. Dikutip 24 November 2020
http://eprints.ums.ac.id/45525/3/HALAMAN%20DEPAN.pdf
http://repository.unair.ac.id/25565/
8. Ika Yussi Nirmawati (30 juli 2009). Penatalaksanaan Terapi Latihan pada Pasien Paska
Stroke Hemorage Dekstra Stadium Recovery. Dikutip 24 November 2020
http://eprints.ums.ac.id/6637/2/J100060059.pdf
9. Ling Oktraningsih (Agustus 2017). Gambaran Kekuatan Otot Pasien Stroke yang
Immobilisasi di RSUP H. Adam Malik Medan. Dikutip 24 November 2020
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1531/131101089.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
53
10. Talelli P, Greenwood RJ, Rothwell JC. Fungsi lengan setelah stroke:
korelasi neurofisiologis dan mekanisme pemulihan dinilai dengan stimulasi
magnetik transkranial. Clin Neurophysiol 200; 117: 1641–59
54