Anda di halaman 1dari 3

Nama : Daffa Albari Naufal

NPM : 2020405004
KONSENTRASI MANAJEMEN HARTA SYARIAH

TUGAS KEPEMILIKAN DAN DISTRIBUSI KEKAYAAN ISLAM


1. Memaksimalkan keuntungan yang cukup besar karena penjualnya sedang
tidak banyak dengan beralasan momen seperti ini tidak datang dua kali.

Jawaban : Keuntungan (laba) merupakan tujuan utama suatu pengusaha


dalam menjalankan usahanya. Tentu para pengusaha ingin mendapatkan
laba yang sebesar-besarnya dalam usaha ataupun bisnis nya. Proses
produksi dilaksanakan se-efisien mungkin dengan tujuan untuk
meningkatkan keuntungan. Menurut ulama Malikiyah, nama' (laba) terbagi
menjadi tiga macam, yaitu: ar-Ribh at-Tijari (Laba Usaha), al-Ghallah, al-
Faidah. Tidak dijelaskan standarisasi laba dalam Islam, akan tetapi
Wahbah al-Zuhaili dan ulama Malikiyah menilai bahwa laba yang baik itu
tidak melebihi sepertiga dari modal. Menurut al-Ghazali ketika seseorang
berniaga kembali kepada tujuan akhir yaitu kebaikan akhirat, laba yang
terlalu besar menyebabkan eksploitasi pasar dan perasaan tertekan seorang
konsumen.

Di dalam Islam, penentuan posisi laba dan perilaku rasional dalam


maksimalisasi laba pada dasarnya dikondisikan oleh tiga faktor, yaitu:
Pandangan Bisnis adalah Suatu Fardhu Kifayyah, perlindungan kepada
konsumen dan bagi hasil di antara faktor yang mendukung. Maksimaliasi
Laba dan Efek Sosialnya di dalam kompetisi monopolistik, maksimalisasi
laba yang bertujuan untuk memberikan harga komoditas paling rendah,
volume hasil yang lebih besar, dan keuntungan neto yang besar.
Maksimalisasi laba Islam dan konvensional dapat dibandingkan sebagai
berikut: Minimalisasi Biaya untuk Memproduksi Jumlah yang sama antara
Konvensional (bunga) dan Islam (bagi hasil), Maksimalisasi Produksi
dengan Jumlah Biaya Sama dan Efek Sosial. Dalam hal ini menurut
pendapat penulis, boleh-boleh saja memaksimalkan sebuah keuntungan
dalam satu momentum (misalnya berjualan tabung oksigen karena pada
saat ini pandemik Covid-19). Yang tidak boleh adalah mengambil
keuntungan sebanyak-banyaknya namun tidak mementingkan kepentingan
umum. Allah berfirman dalam Surat Annisa ayat 29 sebagai berikut :

1
‫ع ْن‬ َ ‫َِل ا َ ْن ت َ ُك ْونَ ِت َج‬
َ ً ‫ارة‬ ِ َ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تَأ ْ ُكلُ ْٰٓوا ا َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
ٰٓ َّ ‫اط ِل ا‬
‫ّٰللا َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬
َ ‫س ُك ْم ۗ اِ َّن ه‬ َ ُ‫اض ِم ْن ُك ْم ۗ َو ََل ت َ ْقتُلُ ْٰٓوا اَ ْنف‬ ٍ ‫ت َ َر‬.
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu.

Walau demikian, seorang muslim dalam berniaga hendaklah tidak


mengambil keuntungan lebih dari sepertiga modalnya. Pengambilan
keuntungan harus melihat etika pasar. Tidak boleh mengambil untung
terlalu besar. Karena jual beli adalah bagian dari akad mu’awadhah yakni
akad tukar menukar. Artinya ketika mengambil keuntungan yang terlalu
besar maka hal tersebut sudah jauth pada perbuatan mengambil harta
orang lain dengan cara batil, bukan kategori tukar menukar.

Memang dalam penetapan harga, semuanya dikembalikan kepada pasar.


Sebagaimana yang pernah terjadi pada masa Rasulullah, ketika itu terjadi
kenaikan harga yang signifikan. Tingkat beli masyarakat menurun. Para
sahabat meminta agar Rasullulah SAW meminta untuk mengintervensi
harga pasar. Rasullulah SAW menolak permintaan tersebut. Biarkan pasar
yang menentukan harganya.
2. Pemerintah sebagai lembaga hisbah berhak melakukan pengendalian harga
terlebih lagi kebutuhan-kebutuhan pokok, tetapi pemerintah menunjuk
perusahaan-perusahaan secara langsung tanpa melakukan tender.

Jawaban : Hisbah adalah sebuah institusi keagamaan di bawah kendali


pemerintahan yang mengawasi masyarakat agar menjalankan
kewajibannya dengan baik, ketika masyarakat mulai untuk
mengacuhkannya dan melarang masyarakat melakukan hal yang salah,
saat masyarakat mulai terbiasa dengan kesalahan itu. Tujuan umum nya
adalah untuk menjaga lingkungan masyarakat dari kerusakan, menjaga
takdir yang ada, dan memastikan kesejahteraan masyarakat baik dalam hal
keagamaan ataupun tingkah laku sehari-hari sesuai dengan hukum Allah.

Karena institusi hisbah dibentuk oleh pemerintah dalam rangka


mengemban tugas khusus untuk menjalankan ‘amar ma’rûf dan nahyu ‘an
al-munkar, maka secara umum hisbah berfungsi sebagai pelaksana apa
yang menjadi misi pemerintah yang menugaskannya. Secara spesifik
fungsi Hisbah adalah fungsi pencegahan, fungsi pengendalian dan
penindakan.

2
Pada lembaga Hisbah, petugas yang bertanggung jawab melaksanakannya
disebut muhtasib atau wali Hisbah. Untuk mengemban amanah tersebut,
oleh para fuqaha ditetapkan paling tidak ada empat kualifikasi, yaitu:

a. Merdeka. Bagi muhtasib, merdeka ini adalah persyaratan mutlak, tidak


bisa ditawar-tawar. Merdeka tidak sekedar diartikan sebagai bukan budak,
tapi lebih pada pribadi yang memiliki kemendirian berpikir, berkata dan
bertindak dalam kapasitasnya sebagai hakim.

b. Adil. Islam menilai keadilan mencakup semua sendi kehidupan


manusia. Harus tereaslisasikan dalam kehidupan individu, sosial, hukum,
ekonomi, politik dan budaya. Bahkan penekanannya pada kehidupan
pribadi, baik lahir maupun batin harus terbangun dan menjadi nyata,
sampai pada berbangsa dan bernegara sekalipun. Dalam kerangka itulah,
Allah memerintahkan untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan,
menyantuni kaum kerabat, melarang berbuat keji, kemungkaran dan
permusuhan. Semua apa yang dilakukan manusia akan dipertanggung
jawabkan, maka berbuat adil merupakan konsekuensi logis dari ajaran
tauhid dalam Islam. Allah berfirman :

‫شن َٰا ُن َق ْو ٍم‬


َ ‫ْط َو ََل َي ْج ِر َمنَّ ُك ْم‬ ِِۖ ‫ش َهدَ ۤا َء بِ ْال ِقس‬
ُ ِ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ُك ْونُ ْوا َق َّو ِاميْنَ ِ هّلِل‬
َ‫ّٰللاَ َخ ِبي ٌْۢر ِب َما تَ ْع َملُ ْون‬ ‫ب ِللت َّ ْق ٰو ِۖى َواتَّقُوا ه‬
‫ّٰللاَ ۗا َِّن ه‬ ُ ‫ع ٰلٰٓى ا َ ََّل ت َ ْع ِدلُ ْوا ۗاِ ْع ِدلُ ْو ۗا ُه َو ا َ ْق َر‬
َ .
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak
keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan.

Jadi pemerintah boleh-boleh saja menunjuk secara langsung perusahaan-


perusahaan yang akan memegang tender tertentu dengan ketentuan sedang
terjadinya force majeur seperti covid-19 ini, beberapa perusahaan farmasi
ditunjuk oleh pemerintah untuk membuat dan mendistribusikan obat-
obatan covid ke rumah sakit dan puskesmas. Karena jika diadakan tender
secara terbuka, otomatis akan memakan waktu yang cukup lama untuk
menyeleksi layak atau tidaknya sebuah perusahaan tersebut untuk
memegang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai