Di susun oleh
Bentuk badan hukum LKM menurut Undang-Undang ini adalah Koperasi atau
Perseroan Terbatas. LKM yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas, kepemilikan
sahamnya mayoritas dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau badan usaha
milik desa/kelurahan,
Selain itu, Undang-Undang ini mengatur juga mengenai kegiatan usaha LKM
meliputi jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui Pinjaman
atau Pembiayaan dalam skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan
Simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha serta cakupan wilayah
usaha suatu LKM yang berada dalam satu wilayah desa/kelurahan, kecamatan, atau
kabupaten/kota sesuai dengan perizinannya (multi-ticensing). Untuk memberikan
kepercayaan kepada para penyimpan, dapat dibentuk lembaga penjamin simpanan LKM
yang didirikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan/atau LKM. Dalam hal ini,
Pemerintah dapat pula ikut mendirikan emabaha penjamin simpanan LKM bersama
Pemerintah Daerah dan LKM.
Setiap LKM yang syariah dalam Peraturan OJK ini menggunakan akad yang
digunakan dalam kegiatan usaha dan sumber pendanaan berdasarkan prinsip syariah. Akad
yang digunakan dalam kegiatan usaha penyaluran pembiayaan dilakukan dengan
menggunakan akad mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah, salam, istishna, (ijarah
muntahuah bit tamlik) atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah serta
disetujui oleh OJK. Kegiatan jasa pemberian konsultasi dan pengembangan usaha
dilakukan dengan menggunakan akad ijarah, jualah atau akad lain serta kegiatan
pendanaan melalui penerimaan pinjaman dilakukan dengan menggunakan akad qordh,
mudharabah, musyarakah atau akad lain yang semuanya tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah serta disetujui oleh OJK.
LKM dalam Peraturan OJK ini wajib memelihara tingkat kesehatan LKM melalui
pemenuhan rasion likuiditas dan solvabilitas. Peraturan OJK ini juga mengatur penempatan
dana baik LKM konvensional maupun LKM Syariah. Tata cara memperoleh informasi
tentang penyimpan dan simpanan pada LKM juga diatur sebagaimana tertera dalam
peraturan OJK ini. LKM juga wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala setiap
4 (empat) bulan untuk periode yang berakhir pada 30 April, 31 Agustus, dan 31 Desember
kepada OJK.
Dalam pertaruran OJK ini juga dimuat larangan-larangan yang harus ditaati setiap
LKM baik konvensional maupun syariah serta dijelaskan juga prosedur penyehatan LKM
yang mengalami kesulitan likuiditas dan solvabilitas yang membahayakan
keberlangsungan LKM serta sanksi bagi yang melanggar aturan yang sudah dijelaskan
dalam peraturan OJK ini.