Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 1 Nama : Dwi Putri Wijayanti

PEMBELAJARAN IPA di SD Nim : 857941654


Pokjar : SMP N 3 Sleman

1. Bahasan mengenai teori belajar. Berikan deskripsi teori belajar yang dideskipsikan oleh
John Dewey yang mengembangkan model pembelajaran Experiential Learning dan
hubungannya dengan siklus belajar yang dikemukakan oleh David Kolb.
Pembahasan:
Teori belajar dari John Dewey adalah teori belajar konstruktivisme. John Dewey
menyatakan bahwa sebuah pembelajaran adalah suatu rekonstruksi atau reorganisasi
sebuah pengalaman yang menambah suatu makna pengalaman yang telah dimiliki
seseorang dalam rangka menambah kemampuan untuk mengarahkan kepada pengalaman
selanjutnya. Hal ini berarti dalam belajar, sebuah permasalahan yang akan dipahami dan
pelajari muncul dari rekontruksi oleh peserta didik itu sendiri, sehingga dalam proses
belajar ada keterkaitan antara peserta didik dengan masalah yang dihadapi dan peserta
didik yang merekonstruksi lewat pengetahuan yang dimiliki. John Dewey juga
mengemukakan bahwa belajar bagi peserta didik harusnya bersifat pembelajaran aktif yang
berarti pembelajaran tidak hanya sekedar transfer ilmu dari guru kepada peserta didik,
namun peserta didik harus mendapatkan pembelajaran bermakna. Pembelajaran aktif
berarti peserta didik langsung terlibat dalam pembelajaran secara nyata. Teori belajar dari
John Dewei juga menekankan bahwa pembelajaran harus terlaksana dengan berpusat
kepada peserta didik atau SCL (Student Centered Learning) dalam konteks pengalaman
sosial yang dikaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik. Hal tersebut
berarti guru dalam pembelajaran hanyalah fasilitator yang membantu peserta didik
memperoleh ilmu yang sesuai dengan pengalamannya. Experimental Learning dari Kolb
juga didasarkan dari teori John Dewey tersebut, dimana pembelajaran menekankan pada
kebutuhan pengalaman pada kegiatan pembelajaran.
Dari teori tersebut jelas bahwa siklus belajar yang dikemukakan oleh David Kolb
memiliki hubungan erat dengan teori belajar John Dewey. Seperti yang bisa kita lihat pada
gambar siklus belajar David Kolb berikut ini:

Bagan tersebut menunjukkan bahwa siklus belajar David Kolb ditampilkan dari 4 siklus
utama. Mulai dari Concrete Experience (Pengalaman nyata) dimana peserta didik
mengalami suatu peristiwa sebagaimana adanya dan belum memiliki kesadaran terkait
mengapa dan apa yang sesungguhnya terjadi. Tahap selanjutnya yaitu Reflective
Observation (Pengalaman Aktif dan Reflektif) dimana peserta didik sudah mulai terdorong
untuk melaksanakan observasi terhadap peristiwa yang telah dialami kemudian
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang akan melahirkan sebuah jawaban terkait
bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi. Dilanjutkan dengan tahap Abstract
Conseptualitation (Konseptualisasi Abstrak) yang menjadikan peserta didik mulai
mengerti tentang apa yang terjadi dan mengaitkannya dengan pengetahuan serta
pengalaman yang dimiliki. Pada tahap terakhir yaitu Active Experimentation
(Experimentasi Aktif) peserta didik sudah menemukan jawaban serta menyesuaikannya
dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat mengaplikasikan
pengetahuan dan pengalamannya dalam situasi nyata. Hal ini menunjukkan bahwa siklus
belajar dari David Kolb juga mengkronstruksi sebuah pengetahuan dari pengalaman yang
telah dialami mulai dari terjadinya peristiwa, mengembangkan pertanyaan, mencari
jawaban, dan akhirnya dapat mengaplikasikan suatu konsep dan pengetahuannya dalam
situasi nyata yang tentunya dapat membantu peserta didik untuk menambah dan
meningkatkan kemapuannya terhadap permasalahan yang akan dihadapi selanjutnya.

2. Bahasan mengenai pendekatan dalam pembelajaran. Berikan deskripsi pendekatan


pembelajaran menggunakan pendekatan STEM dan STEAM. (Science, Technology,
Engineering and Math / Science, Technology, Engineering, Art and Math) dan bagaimana
pola penerapannya di kelas.

Pembahasan:
STEM merupakan salah satu pendekatan terpadu dalam pembelajaran. STEM

merupakan singkatan dari Science (Sains), Technology (Teknologi), Engineering

(Teknik), and Mathematics (Matematika). Menurut Menurut Afriana, Permanasari, dan

Fitriani (2016: 208) STEM merupakan disiplin ilmu yang saling berkaitan satu dengan

yang lainnya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa sains tidak akan bisa mengolah

suatu data tanpa adanya matematika sedangkan teknologi dan teknik menjadi alat aplikasi

dari adanya sains. Selanjutnya, menurut mereka bahwa elemen dalam STEM selalu terikat

dan saling membutuhkan.

Pada STEM dapat dijelaskan disiplin dan perannya masing-masing adalah sebagai

berikut:

1) Science (Sains)

Science (sains) adalah pengetahuan yang terakumulasi menjadi satu bagian setelah

melalui proses dari waktu ke waktu dari proses dasar seperti pemeriksaan ilmiah
sampai menjadi sebuah pengetahuan baru bagi seseorang. Ilmu pengetahuan yang

didapat dari disiplin sains akan berperan penting dalam disiplin yang lainnya.

2) Technology (Teknologi)

Technology (Teknologi) adalah keseluruhan siSTEM baik dari orang, organisasi,

pengetahuan serta proses dan tentunya perangkat-perangkat yang nantinya akan

dipergunakan untuk menciptakan suatu benda dan mengoprasikannya. Teknologi saat

ini seringkali dipergunakan manusia sebagai salah satu alat untuk memuaskan

keinginan serta kebutuhannya.

3) Engineering (Teknik)

Engineering (Teknik) merupakan pengetahuan tentang desain dan proses menciptakan

suatu benda yang dibuat oleh manusia serta suatu proses manusia dalam memecahkan

suatu masalah. Teknik dalam pelaksaannya selalu memanfaatkan pengetahuan dari

sains, alat-alat dari teknologi serta perhitungan dari matematika.

4) Mathematics (Matematika)

Mathematics (Matematika) adalah suatu pengetahuan dan pembelajaran mengenai

jumlah, angka, dan ruang. Matematik berguna sebagai penghitungan baik dalam sains,

teknologi maupun teknik.

Sedangkan pada STEAM ditambahkan satu point lagi yaitu

5) Art (Seni)

Penempatan Art (seni) dapat mendorong peserta didik untuk lebih kreatif dan

innovatif karena membuat peserta didik lebih bebas dan leluasa menggunakan

pengetahuannya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.


Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa elemen dalam STEM/STEAM saling

terkait dan membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. STEM/STEAM dirasa cocok

untuk pendekatan saat ini karena peserta didik dapat mempelajari materi secara utuh. Selain

itu, tematik yang menjadi model pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 juga

memiliki unsur yang sama yaitu keterpaduan.

STEM/STEAM menjadi salah satu pendekatan yang efektif bagi peserta didik saat ini.

Penggunaan STEM/STEAM juga bermanfaat bagi pemahaman peserta didik pada materi

“Sumber Daya Alam”. Peserta didik tidak hanya akan paham mengenai contoh-contoh

sumber daya alam, namun juga mengetahui fungsi dan pemanfaatannya. Sesuai dengan hasil

pendapat oleh Hudha, dkk (2019: 3) bahwa STEM/STEAM terbukti dapat meningkatkan

motivasi dan kemampuan peserta didik dalam mengimplementasikan pengetahuannya di

dunia nyata, selain itu, STEM/STEAM juga dapat meningkatkan kemampuan berfikir logis

para peserta didik. STEM/STEAM tidak hanya meningkatkan kemampuan dan pengetahuan

tentang materi tersebut namun juga pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan STEM/STEAM dalam pembelajran kelas sangat cocok apabila dipadukan

dengan penggunaan media pembelajaran dan metode pembelajaran yang interatif atau

membuat peserta didik menjadi aktif. STEM/STEAM membantu pembelajaran menjadi lebih

bermakna. STEM/STEAM dapat meningkatkan kemampuan inquiry serta menanamkan

pemecahan masalah yang ada disekitar peserta didik. STEM/STEAM tidak hanya

mengajarkan peserta didik secara tekstual saja, namun juga memeberikan sesuatu yang

bermakna bagi kehidupan disekitar mereka.


3. Bahasan mengenai metode pembelajaran. Metode pembelajaran menjadi bagian dari setiap
tahap syntax dalam model pembelajaran. Berikan deskripsi dari Model pembelajaran,
termasuk dengan tahapan setiap syntaxnya. Model pembelajaran yang di deskripsikan
adalah Discovery Learning, Problem Based Learning dan Project Based Learning.
Pembahasan:
a. Discovery Learning
Model Discovery Learning adalah model pembelajaran dimana peserta didik
memahami konsep, arti, dan hubungan suatu ilmu/materi melalui proses intuitif yang
akhirnya melahirkan sebuah kesimpulan. Pelaksanaan Discovery Learning dimulai
dengan melaksanakan observasi dilanjutkan dengan mengklasifikasikan
data/pengetahuan yang diperoleh. Setelah melalui proses pembelajaran maka peserta
didik akan mendapatkan pengetahuan baru berdasarkan hasil observasi yang mereka
laksanakan. Sintaks dari Discovery Learning dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pemberian Rangsangan
Pada tahap ini biasanya peserta didik dihadapkan pada sesuatu bisa berupa
permasalahan ataupun segala sesuatu yang membuat peserta didik merasa bingung
kemudian diberikan rangsangan agar peserta didik memiliki keinginan untuk
menyelidiki hal tersebut.
2. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan peserta didik untuk membuat
pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang inging mereka ketahui dari apa yang baru
saja mereka lihat. Kemudian mereka juga diberi kesempatan untuk memberi
jawaban sementara atas pertanyaan yang telah dibuat.
3. Pengumpulan Data
Tahap ini memberikan keleluasaan peserta didik untuk mengetahui tentang benar
tidaknya jawaban sementara mereka. Mereka akan mencari data dan jawaban atas
pertanyaan mereka dan mendapat informasi bisa dari wawancara, membaca buku,
atau sumber belajar yang lainnya.
4. Pengolahan Data
Pada tahap ini peserta didik mulai menganalisis jawaban yang mereka kumpulkan
dari pengumpulan data terhadap pertanyaan awal.
5. Pembuktian
Pada tahap ini peserta didik mulai membuktikan kebenaran jawaban mereka
melalui pemeriksaan secara cermat.

6. Penarikan Kesimpulan
Setelah jawaban terverifikasi maka seluruh pembelajaran akan tersimpulkan dan
pengetahuan serta pengalaman baru akan didapatkan oleh peserta didik.
b. Problem Based Learning (PBL)
PBL adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang agar peserta didik
tidak hanya mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru namun juga
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Model pembelajaran ini dapat
dilaksanakan secara individu maupun berkelompok.
Sintaks dari PBL dapat dijabarkan sebagai berikut ini:
1. Orientasi pada masalah
Pada tahap ini peserta didik mengamati dan memahami masalah yang diberikan
oleh guru. Pemberian masalah disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari pada
kegiatan hari tersebut.
2. Pengorganisasian dalam belajar
Guru mengorganisasikan pembelajaran akan dilaksanakan secara kelompok
ataupun individu. Pada tahap ini apabila kegiatan dilaksanakan secara berkelompok
maka peserta didik sudah mulai berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari alat,
bahan, dan data yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
3. Pembimbingan belajar mandiri maupun individu
Peserta didik mulai mencari informasi dari data, referensi, atau sumber data yang
lain untuk memecahkan masalah yang diberikan. Guru memantau keterlibatan
seluruh peserta didik dalam mencari informasi dan dapat memberikan arahan
apabila ada peserta didik yang benar-benar mengalani kesulitan.
4. Pengembangan dan penyajian hasil
Peserta didik mulai berdiskusi untuk mendapatkan jawaban atas masalah dan
menyajikannya dalam bentuk tulis maupun lisan. Guru mengawasi jalannya diskusi
sehingga seluruh peserta didik terlibat dalam diskusi tersebut.
5. Analisis dan Evaluasi
Pada tahap ini guru mendorong kelompok atau individu lain untuk memberikan
masukan atau kritik kepada kelompok yang menyahikan hasil diskusi. Kegiatan
dilanjutkan dengan merangkum dan mengevaluasi hasil diskusi seluruh peserta
didik.
c. Project Based Learning (PjBL)
PjBL adalah sebulah model pembelajaran yang memberikan kebebasan pada peserta
didik dalam merencanakan aktifitas belajar sehingga peserta didik lebih aktif dalam
memecahkan masalah. PjBL biasanya dilaksanakan secara kolaboratif dan memiliki
hasil akhir berupa produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain.
Sintaks PjBL dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pertanyaan dasar
Pada tahap ini guru memberikan stimulus berupa pertanyaan yang dapat
mendorong peserta didik untuk mengetahui cara pemecahan sebuah masalah. Guru
dapat menunjukkan contoh hasil produk akhir dan manfaatnya dalam pemecahan
masalah yang dihadapkan pada tahap ini.
2. Mendesain perencanaan produk
Pada tahap ini guru membagi peserta didik pada kelompok-kelompok. Peserta didik
dapat berdiskusi dengan menyusun rencana pembuatan proyek, mulai dari
pembagian tugas, persiapan alat dan bahan, penentuan sumber materi, dan media
yang dibutuhkan.
3. Penyusunan jadwal pembuatan
Pada tahap ini akan disepakati terkait berapa lama proyek akan dilaksanakan. Mulai
dari tahap pembuatan proyek, proses pembuatan, dan pengumpulan proyek. Peserta
didik mulai menentukan jadwal atau langkah yang akan mereka gunakan dalam
pembuatan proyek yang telah ditentukan.
4. Monitor perkembangan produk
Guru memonitor perkembangan produk dan memantau proses pembuatan produk
serta melakukan pembimbingan apabila ada peserta didik yang mengalami
kesulitan. Peserta didik mulai membuat produk, mencatat setiap tahapan yang telah
dilaksanakan, serta melaksanakan diskusi kepada kelompok apabila ada kesulitan
yang ditemui.
5. Pengujian hasil
Pada tahap ini mulai dibahas terkait kelayakan produk yang telah dibuat oleh
peserta didik. Peserta didik membuat laporan yang dapat dipresentasikan kepada
kelompok lainnya. Guru mulai melihat keterlibatan peserta didik dalam
penyelesaian proyek dan mengukur kesuksesan standar dari produk yang telah
selesai dibuat.
6. Evaluasi
Peserta didik memaparkan laporan dan menunjukkan produk hasil kerjaan
kelompon dengan bimbingan dari guru. Setelah seluruh peserta didik selesai
memaparkan laporan dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan secara menyeluruh
dan ditutup dengan evaluasi dari seluruh kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai