Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI PELAKSANAN KONSEP DIRI HARGA DIRI RENDAH

Strategi Pelaksanaan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II

Dosen Pengampu:

Ns. Duma Lumban Tobing, M.Kep, Sp. Kep. J

Disusun Oleh:

Ghea Andriani 1910711012

Anita Puji Astuti 1910711013

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

2021
LINK ROLEPLAY :
https://drive.google.com/file/d/1QmaCHP6zmKtVyevGi3B2mk8wjmLPS2NB/view?
usp=sharing

Kasus HDR
Seorang perempuan berusia 30 tahun di bawa keluarganya ke RSJ karena marah-
marah, mengucapkan kata kata kasar, merusak barang-barang. Klien dirawat di RSJ
untuk pertama kalinya. Hasil pengkajian: klien anak ke 4 dari 5 bersaudara. Klien
mengatakan sejak kecil, ia adalah anak yang pemalu, tidak pandai seperti kakak dan
adiknya dan merasa dibedakan oleh orang tua. Klien diceraikan oleh suaminya 2 tahun
yang lalu. 5 bulan sebelum masuk RS, klien dipecat dari pekerjaannya. Sejak kejadian
itu klien merasa pekerjaan apapun yang ia lakukan selalu gagal dan tidak selesai. Klien
kesal dengan dirinya, mengapa ia bodoh dan hanya tamatan SD tidak seperti yang lain.
Klien mengatakan merasa tidak berharga dan merasa gagal menjadi anak yang berbakti
pada orang tua, Selama di RS klien malas ngobrol dengan teman temannya karena
malu.

Strategi Pelaksanaan Harga Diri Rendah

Harga Diri Pasien Keluarga


Rendah

SP I SP I

1. Mengidenfikasi kemampuan dan aspek 1. Mendiskusikan masalah yang


positif yang dimiliki pasien dirasakan keluarga dalam
2. Membantu pasien menilai kemampuan merawat pasien
pasien yang masih dapat digunakan 2. Menjelaskan pengertian, tanda
3. Membantu pasien memilih kegiatan dan gejala harga diri rendah
yang akan dilatih sesuai dengan yang dialami pasien beserta
kemampuan pasien proses terjadinya
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang 3. Menjelaskan cara-cara merawat
dipilih pasien harga diri rendah
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap
keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan SP II
dalam jadwal kegiatan harian
1. Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat
SP II pasien dengan harga diri rendah
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 2. Melatih keluarga melakukan
pasien cara merawat langsung kepada
2. Melatih kemampuan kedua pasien harga diri rendah
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP III

1. Membantu keluarga membuat


jadual aktivitas di rumah
termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang

Catatan :
Strategi pelaksanaan HDR tidak hanya sebatas sampai SP 2 saja, tapi bisa berlanjut
sampai dengan SP selanjutnya sesuai dengan kegiatan yang mau dilatih ke pasien

SP 1
a. Proses Pelaksanaan Tindakan
1) Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
Perawat: “Selamat Pagi, Kak. Saya Anita mahasiswa S1 Keperawatan
UPN Veteran Jakarta.”
Perawat: “Nama Kaka siapa? Senangnya dipanggil siapa, kaka? Saya
panggil ka ghea ya? Tanggal Lahirnya berapa, ka ?”
Perawat: “Saya akan nemenin kaka selama kaka disini, jadi kalau ada apa-
apa bilang ke Saya, siapa tahu saya bisa bantu”
b) Evaluasi/validasi
Perawat: “Bagaimana perasaan kaka hari ini? Jadi kaka merasa malu.
Sudah berapa lama, kaka?”
Perawat: “Apa upaya yang sudah kaka lakukan? Apakah berhasil?”
c) Kontrak
(1) Topik:
Perawat: “Baiklah kak, hari ini kita akan ngobrol mengenai perasaan
malu yang kaka alami.”
(2) Waktu:
Perawat: “Waktunya kira-kira mau berapa lama kak? Bagaimana kalau
15 menit?”
(3) Tempat:
Perawat: “Untuk tempatnya mau dimana kak? Mau disini saja?.”
(4) Tujuan:
Perawat: “Tujuannya agar kita belajar cara mengatasi perasaan malu
yang kaka alami.”
2) Fase Kerja
a) Pengkajian
Perawat: “Apa peristiwa yang terjadi sampai kaka merasa malu untuk
berbicara dengan yang lain?”
Perawat: “Apa yang kaka rasakan akibat peristiwa itu? Apa yang biasanya
kaka lakukan kalau perasaan malu itu muncul?”
Perawat: “Apakah akibat dari kaka tidak berbicara dengan orang lain?
Apakah kaka merasa semakin baik atau sebaliknya?”
b) Diagnosa
Perawat: “Jadi saat ini kaka merasa malu, tidak berharga dan merasa
tidak bisa apa-apa. Kondisi ini membuat kaka tidak ingin
berbicara dengan orang lain.”
c) Tindakan
Perawat: “Baiklah, sekarang saya akan bantu untuk mengatasi rasa malu
dan tidak berharga kaka dengan beberapa langkah-langkah.”
(1) Mendiskusikan aspek positif dan kemampuan yang pernah dan masih
dimiliki pasien
Perawat: “kaka, mari kita tulis semua aspek positif dan kemampuan
yang kaka pernah miliki sampai saat ini”
(2) Menilai aspek positif dan kemampuan yang masih dapat dilakukan
Perawat: “kaka dari daftar aspek positif dan kemampuan ini mari kita
pilih yang ingin kaka lakukan.”
(3) Memilih yang akan dilatih
Perawat: "kaka dari daftar aspek positif dan kemampuan ini, yang
sekarang ingin kaka lakukan apa saja?"
Perawat: ”Baiklah kak, sekarang kita latihan menggambar ya.”
(4) Melatih aspek positif dan kemampuan yang dipilih secara bertahap
sampai semua aspek positif dan kemampuan dilatih dan dibiasakan
dilakukan; beri contoh melakukannya; dampingi klien melakukannya ;
beri kesempatan mandiri melakukannya; beri pujian atas keberhasilan
Perawat: ”baik kak, sudah selesai yaa latihannya, wah gambarnya
bagus sekali bu, kemampuan gambar ini jadi salah satu
kelebihan ibu loh, siapa tau kemampuan yang ibu miliki ini
adalah salah satu kemampuan yang tidak dimiliki orang
sekitar atau teman ibu, jadi kaka tidak perlu merasa malu
pada diri sendiri karena merasa gagal, buktinya ibu bisa
menghasilkan gambar yang sangat bagus walaupun sudah
lama tidak berlatih, ya kan kak?”
(5) Membantu pasien membuat jadwal kegiatan harian.
Perawat: ”Nah sekarang kaka bisa buat jadwal ya untuk melatih
kemampuan yang kaka miliki”
3) Fase Terminasi
a) Evaluasi subjektif
Perawat: “Baik, sekarang bagaimana perasaan kaka setelah kita latihan
menggambar tadi?”
b) Evaluasi objektif
Perawat: “kalau begitu coba kaka sebutkan lagi apa yang sudah kita
lakukan tadi?
c) Rencana tindak lanjut
Perawat: “Selanjutnya mari kita buat jadwal latihan lainnya, berapa kali
sehari, jam berapa? Jangan lupa di ceklis kalau sudah
dilakukan ya kak.”
d) Kontrak pertemuan selanjutnya
(1) Topik
Perawat: “Oke kalau begitu besok kita ketemu lagi untuk melakukan
latihan kedua yang sudah kakak pilih yaitu menghias kue.”
(2) Waktu
Perawat: “Waktunya kira kira mau berapa lama? Sama seperti tadi
ya?”
(3) Tempat
Perawat: “untuk tempatnya mau dimana? disini lagi ya kak?”
e) Salam
Perawat : “Baiklah kak, kalau begitu saya permisi dulu. Selamat pagi.”

SP 2
a. Fase orientasi
1) Salam terapeutik
“Assalamualaikum kak, selamat pagi, ketemu lagi dengan saya perawat Anita.
kaka masih ingat dengan saya?”
2) Evaluasi validasi
“Bagaimana keadaan kaka hari ini? Semalam bagaimana tidurnya kaka,
apakah sulit tidur? Lalu hari ini apakah ada keluhan?”
3) Kontrak (topik, waktu, dan tempat)
“Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, hari ini kita melakukan
kemampuan kedua kaka yaitu menghias kue. Waktunya kurang lebih 15 menit,
dan tempatnya disini saja ya ka.”
4) Tujuan
“Tujuannya untuk mengatasi rasa malu dan tidak percaya diri yang masih kaka
rasakan.”
b. Fase kerja
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
“Ibu, setelah kaka melakukan hal kemarin yaitu menggambar, bagaimana
perasaan kaka? Apakah kaka menjadi lebih tenang?”
“Wah bagus sekali ya kaka, kaka dapat tetap melakukan itu kapapun kaka
mau.”
2) Melatih cara kedua, yaitu menghias kue
“Nah, sekarang kita akan melakukan hal positif kedua yang kaka miliki yaitu
menghias kue. Untuk alat dan bahannya sudah saya siapkan, Saya juga akan
membantu kaka”
3) Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
“Kalau kaka ingin menghias kue lagi kita bisa buat jadwal kegiatannya ya ka.”
c. Fase terminasi
1) Evaluasi
a) Evaluasi subjektif
“Setelah melakukan kegiatan tadi, bagaimana perasaan kaka sekarang?”
b) Evaluasi objektif
“Bisa kaka ceritakan kembali apa yang sudah kita lakukan tadi?”
2) Rencana tindak lanjut
“Nah, saya berharap kaka dapat melakukan kegiatan ini dilain waktu.”
3) Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)
“Bagaimana jika besok kita bertemu lagi untuk mencoba kegiatan lainnya.”
“Besok kita mau bertemu di jam berapa? Bagaimana jika jam 10 pagi? Apakah
kaka bersedia?”
“Lalu untuk tempatnya kaka mau dimana?”
“Baik, kalau begitu saya permisi dulu ya kak, selamat pagi

Anda mungkin juga menyukai