Anda di halaman 1dari 6

STRATEGI PELAKSANAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Strategi Pelaksanaan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II

Dosen Pengampu:

Ns. Duma Lumban Tobing, M.Kep, Sp. Kep. J

Disusun Oleh:

Ghea Andriani 1910711012

Anita Puji Astuti 1910711013

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

2021
LINK ROLEPLAY :

https://drive.google.com/file/d/1_Jsfo_as1Sa5Ui99btGPy_tgRs33-kyB/view?
usp=drivesdk

KASUS RISIKO PERILAKU KEKERASAN :

Seorang perempuan berusia 23 tahun dirawat hari ke-3 di RSJ karena tampak kacau, bicara
sendiri, tidak kooperatif dan marah-marah. Klien dibawa oleh petugas bandara yang
menanganinya saat klien tiba di tanah air dari kepulangannnya sebagai TKW di Arab Saudi.
Klien bekerja di Arab Saudi selama 2 tahun. Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di
masa lalu namun klien pernah mengalami kekerasan oleh suaminya. Perawat melakukan
pengkajian didapat data bahwa saat ini klien masih merasa marah dan kesal dengan suami
yang memaksanya bekerja sebagai TKW sementara ia harus terpisah jauh dengan anak-
anaknya. Selama bekerja pun suami klien sangat sulit untuk dihubungi sehingga klien tidak
bisa bicara dengan anak dan ibunya. Saat berbicara nada suara tinggi, cepat, mata memerah,
sering mengeluarkan nada ancaman terhadap suaminya. Menurutnya, apa yang terjadi pada
dirinya saat ini disebabkan oleh suaminya. Selama di ruangan, klien ingin selalu diikuti
keinginannya, memerintah teman sekamar untuk melakukan kegiatan ruangan dan marah jika
tidak sesuai dengan perintahnya.
Strategi Pelaksanaan 1

Latihan Cara Mengontrol Fisik I : Tarik Napas Dalam

A. Proses Pelaksanaan Tindakan


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik : “Assalamualaikum, Selamat Pagi kak. Perkenalkan saya
perawat Ners. Ghea , saya dinas pada pagi ini mulai pukul 07.00-14.00. Kalau
boleh tau nama kaka siapa? dan kaka lebih senang dipanggil siapa?”
b. Evaluasi / Validasi : “Bagaimana kabarnya hari ini kak? Apa yang kak rasakan
saat ini? Apakah kaka sudah makan?”
c. Kontrak
1) Topik : “Baik hari ini apakah kaka mau cerita sama suster kenapa kaka merasa
marah?”
2) Waktu : “Baik waktunya 10 menit saja ya ka”
3) Tempat : “kaka mau untuk bercerita dimana?”
4) Tujuan : “Tujuannya supaya perasaan bisa kaka lebih tenang setelah cerita”
2. Fase Kerja
“Apa yang kaka pikirkan saat ini?”

“kaka baru saja mengatakan kepada saya kalau kaka merasa kesal dan marah, Coba
kaka bisa ceritakan lebih lanjut tentang perasaan nya?”

“Biasanya yang menyebabkan kaka merasa marah dan kesal itu apa ka?”

“Oh, jadi kaka marah dan kesal karena kaka dipaksa oleh suami untuk bekerja
sebagai TKW sehingga kaka harus berpisah dengan anak anak kaka ya, dan juga
suami kaka sulit untuk dihubungi”

“Kalau kaka sedang marah dan kesal seperti itu kaka suka melakukan apa?”

“kaka tahu gak akibatnya jika kaka marah-marah ke orang lain seperti itu?”

“Kalau menurut kakak apa dengan cara tersebut masalah kaka akan selesai?”

“Bagaimana kalau kita coba untuk mengatasi rasa kesal dan marah yang kaka rasakan
saat ini. Caranya dengan melakukan teknik relaksasi napas dalam, cara ini dapat
membantu kaka supaya kaka bisa lebih tenang. Apa kaka mau mencoba?”

“Bagaimana kalau kita latihan sekarang ka?”

“Baik, saya akan contohkan terlebih dahulu caranya ya kak, lalu kaka bisa mengikuti
cara yang sudah saya ajarkan”

“Baik kita mulai ya ka, Pertama-tama kaka tarik napas dalam perlahan-lahan melalui
hidung, setelah itu tahan napas selama hitung 3 detik. Dalam hitungan ketiga setelah
itu kaka hembuskan udara melalui mulut secara perlahan. Sekarang coba kita
praktikan bersama-sama ya ka”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien (subjektif)
“Nah, sekarang bagaimana perasaan kaka setelah dilakukan teknik relaksi?”
“Apakah perasaan kesal dan marah kaka sudah mulai berkurang?”

“Berarti kaka sudah merasa lebih tenang ya sekarang?”

2) Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)


“Baik ka, Sekarang coba kaka lakukan lagi tahapan-tahapan dalam melakukan
teknik relaksasi yang seperti saya contohkan tadi ya?”

“Baik kak, saya lihat kaka sudah melakukan teknik relaksasinya dengan baik”

b. Tindak lanjut klien


“Jika kaka merasa kesal dan marah kaka dapat mengulangi teknik relaksasi yang
saya ajarkan tadi ya kak”

“Baik kak, saya rasa sudah cukup untuk pertemuan kita hari ini ya”

“Bagaimana kalau kita lanjutkan pembicaraan kita besok?”

c. Kontrak topik yang akan datang


1) Topik : “Besok saya akan menjelaskan bagaimana cara agar ibu bisa
mengontrol marah ,apa kaka mau?”
2) Waktu : “kaka mau ketemu saya lagi besok pukul berapa?”
3) Tempat : “kaka mau bercerita sama saya dimana?”
“Baik kak, kalau begitu saya pamit dulu ya, sampai bertemu besok. Assalamualaikum

Strategi Pelaksanaan 2

Latihan Cara Mengontrol Fisik II : Pukul Bantal

A. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik : “Assalamualaikum. Pagi, kak. Masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi / Validasi : “Bagaimana perasaan kaka hari ini? Apakah semalam
tidurnya nyenyak? Apakah kaka masih mudah merasa marah dan ingin memukul?
Apa yang kaka lakukan untuk meredam itu? Bagaimana perasaan kaka setelah
mengontrol marah dengan tarik napas dalam?”
c. Kontrak
1) Topik : “Hari ini kita akan melanjutkan terapi untuk mengontrol marah dan
perilaku kekeerasan ya kak. Kalau kemarin kita sudah mengontrol dengan cara
tarik napas dalam, sekarang kita akan berlatih dengan cara pukul bantal ya.”
2) Waktu : “kaka, mau berapa menit waktunya?”
3) Tempat : “Dimana kita akan latihan? kaka bisa pilih tempat yang tenang.”
4) Tujuan : “Terapi ini tujuannya adalah agar kaka bisa mengontrol marah dan
perilaku kekerasan dengan cara lain, supaya tidak melukai diri sendiri dan
orang lain.”
2. Fase Kerja
“Baiklah, kita akan berlatih cara yang ke 2 yaitu mengontrol marah dan perilaku
kekerasan dengan cara melakukan pukul bantal. Kita lakukan sekarang ya ka. Ini saya
sudah bawakan 2 bantal, 1 untuk saya dan 1untuk kak. Saya akan beri contoh terlebih
dahulu. Nah, jadi kalau kaka sudah merasa sangat marah dan ingin memukul, selain
ditahan dengan Teknik relaksasi, bisa juga dengan pukul bantal. Kalau kaka sudah
tidak tahan, pukul aja ke bantal seperti ini (mencontohkan). Coba kaka bayangkan,
kalau pukul benda seperti pintu atau tembok, tangan kaka pasti sakit. Kalau pukul
orang lain, kasian kan , kakak terluka juga. Kalau banting barang, sayang juga kak,
kan masih bisa digunakan barangnya. Jadi pukul bantal aja ya kak. Sekarang kaka
coba pukul ke bantal. Bagus sekali kak, kak melakukannya dengan benar dan tepat.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap Tindakan keperawatan
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan kak setelah kita berlatih cara ke 2 mengontrol marah
dan perilaku kekerasan dengan cara pukul bantal? Apakah kaka sudah merasa
lebih baik? Kalau ini menurut kakak berhasil, apakah kaka akan
melakukannya lagi?”

2) Evaluasi objektif
“Coba kaka ulangi kembali cara mengontrol marah dan perilaku kekerasan
dengan cara pukul bantal.”

b. Rencana tindak lanjut


“Untuk selanjutnya, kaka harus berlatih sendiri ya. Setiap merasa kesal, kaka bisa
menyiapkan bantal di dekat kaka. Kalau kaka belum bisa, kaka bisa minta
didampingi oleh perawat. Kaka mau berlatih di jam berapa saja? Mari kaka tulis
sendiri di jadwal.”

c. Kontrak yang akan datang

1) Topik : ”Pertemuan selanjutnya kita akan mengevaluasi tindakan pukul bantal


ini ya kak dan melanjutkan cara mengontrol marah dengan cara ke 3 yaitu
spiritual ya kak. Dan pertemuan ke 4 kita akan mengontrol marah kakak
dengan minum obat.”
2) Waktu : ” kaka mau pertemuan ke 3 dilakukan hari apa dan jam berapa?”
3) Tempat : ” kaka mau kita bertemu dimana?”
”Baik, sampai bertemu di pertemuan ketiga ya kak . Assalamualaikum.”

Anda mungkin juga menyukai