PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
LERICK TUHEPARY
NIM. 2016 21 570
Proposal ini telah disetujui oleh pembimbing, I dan II dan diketahui oleh Ketua
Program Studi Ilmu Hukum dan diajukan untuk memenuhi persyaratan
Seminar Proposal dalam Program Studi Ilmu Hukum
Disetujui oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
BAB I
A. Latar Belakang
dewasa ini. Sekalipun dalam berbagai sudut pandang para ahli dan pengamat, hukum
Memang tidak salah, tetapi hal ini tidak dapat dibenarkan sepenuhnya. Mengingat
Kusumaatmadja ke dalam dua bagian yakni yang bersifat hukum internasional public
sebatas Negara dengan Negara sebagai subjek hukum yang paling utama. Akan tetapi
terdapat di dalam hubungan dimaksud ada Negara dengan subjek hukum bukan
pedoman hukum mana yang dapat dijadikan sebagai norma dasar yang bersifat tegas
1
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Buku I Bagian Umum, Binacipta, Jakarta,
1982, Cetakan ke empat hal 1
2
Ibid
dan mengikat. Mempersoalkan hukum mana yang akan digunakan adalah sebuah
public telah tercantum dengan jelas dan pasti sumber hukum yang dapat digunakan
prinsip-prinsip umum hukum dan keputusan pengadilan serta doktrin dari para ahli
hukum” dianggap merupakan salah atu sumber hukum yang menempati posisi yang
hukum ini memiliki daya berlaku baik dalam lapangan privat, acara, maupun public
dan memiliki sifat yang universal. Dalam pengertian berlaku untuk semua waktu,
norm of general international law) atau jus cogens ini merupakan suatu norma yang
diterima dan diakui oleh masyarakat internasional secara keseluruhan sebagai suatu
norma yang tidak boleh dilanggar dan hanya dapat diubah oleh suatu norma dasar
pandangannya terkait jus cogens sebagai suatu norma hukum internasional umum
yang telah diterima dan diakui oleh masyarakat internasional secara keseluruhan dan
substansi yang tidak jauh berbeda merumuskan bahwa suatu aturan dalam hukum
internasional tidak dapat menjadi jus cogens apabila tidak diterima dan diakui oleh
negara yang bersifat “local custom” dalam hubungannnya dengan jus cogens,
umum hukum untuk menghindari keadaan yang tak terbatas (open ended) dan samar-
bersifat abstrak dan merupakan pikiran dasar yang berada di di balik peraturan hukum
dimaknai sebagai sekumpulan peraturan hukum. Hukum yang berasal dari berbagai
3
Rozakis, Cheritos, The Concepts of Jus Cogens in the Law of Treaties, terkutip Judha Bakti, Majalah
Pajajaran No 1, 1981, hal 55
4
Michael akehurst, A Modern to International Law, George Allen and Unwin, LTD, London 1979, hal
46.
5
Ibid hal 34
6
J.A.Y.Wattimena, Disertasi, Konsepsi Hukum Internasional Mengenai Pengelolaan Pulau-Pulau
Terluar Di Indonesia, Unniversitas Hasanuddin,Makasar, 2014, hal 136
7
I Wayan Parthiana, Hukum Perjanjian, Bagian I Mandar Maju, Bandung, 2002, hal 274
bangsa dan Negara yang secara universal mengandung kesamaan. Namun bukan
berarti tidak terdapat perbedaan yang khas antara negara-negara tersebut. Kelompok
yang kedua memberikan arti prinsip-prinsip umum hukum sebagai suatu kegiatan
mengingat hakikat dari kedua konsep tersebut mengandung atau berakar pada materi
nilai-nilai asasi yang diakui secara universal seperti nilai etik, nilai moral yang sudah
diakui kebenarannya serta bermanfaat bagi tatanan hidup manusia. Nilai-nilai etik dan
moral ini ini kemudian menjiwai dan memancar pada norma-norma hukum secara
internasional ada dikenal prinsip “uti possidetis juris”. Prinsip ini terkait dengan
alokasi batas-batas wilayah antar ke dua Negara yang berbatasan. Dasar atau esensi
pengertian prinsip uti possidetis juris ini bahwa semua wilayah bekas koloni penjajah
akan diwarisi oleh Negara yang baru (as you possess, you shall continue to possess).
Prinsip ini kebanyakan berlaku pada wilayah-wilayah koloni di Asia, Afrika, dan
Prinsip ini lahir karena perlu adanya suatu pengaturan tentang penetapan
batas-batas wilayah negaa yang baru merdeka atau berpisah dari Negara lain atau
Negara induknya. Merdeka atau berpisahnya suatu Negara membawa dampak dan
8
G. Von Glahn, law among nations, hal 224, dikutip dari buku Jawawir Thontowi dan Parnoto
Iskandar , Hukum Internasional Kontemporer, Refika Aditama , Jakarta, hal 65
masalah dalam hal menentukan batas-batas wilayah Negara tersebut. Prinsip ini
berubah. Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya putusan pengadilan yang
memutuskan sengketa atau adanya suatu perjanjian perbatasan antar kedua Negara.
Di pihak lain penggunaan prinsip uti possidetis juris ini dapat memunculkan
persoalan baru untuk menetapkan perbatasan antar ke dua Negara. Artinya bahwa
penggunaan prinsip ini berbanding terbalik dalam kasus penetapan perbatasan antara
Indonesia dan Timor Leste. Pulau Timor wilayahnya dibagi dua. Bagian sebelah barat
pulau Timor dikuasai oleh Republik Indonesia yang menguasai secara administrative
batas wilayah kolonial Belanda sebagai aplikasi prinsip uti possidetis juris. Sementara
wilayah timur dari pulau Timor adalah kepunyaan Portugis. Tapal batas antara
wilayah Indonesia dan wilayah Portugis berupa garis yang melintangi pinggang pulau
Timor dengan sosok yang lebih besar ke arah Timur, yang kemudian berakhir di
Selain itu ada fakta lain dari penetapan batas dengan prinsip uti possidetis
juris ini adalah adanya sebuah distrik yang terletak di dalam wilayah Nusa Tenggara
Timur –Indonesia. Distrik Oekusi merupakan daerah enclave Timor Leste yang
terletak di bagian barat Pulau Timor terpisah dari Negara Timor Leste oleh kawasan
Timor barat milik Indonesia. Distrik Oekusi ini merupakan daerah perbatasan yang
berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu-Mota ain.
9
Sobar Sutisna, Sara Lokita dan Sumaryo, Boundary making Theory dan pengelolaan Perbatasan
Negara Indonesia, Dalam mengelola Perbatasan Indonesia di Dunia Tanpa batas, Isu, Permasalahan
Dan pilihanKebijakan Graha Ilmu, Jakarta, 2010, hal 12
Distrik ini tepatnya telah berada di dalam wilayah Indonesia tetapi merupakan bagian
wilayah Timor Leste akibat adanya penggunaan prinsip Uti Possidetis Juris ini.
Banyak akibat yang kemudian bermunculan di daerah perbatasan ini baik dalam
aspek social kemasyarakatan, ekonomi, hukum dan lainnya. Hal inilah yang
mendorong penulis untuk mengkaji isu hukum pada perbatasan ke dua Negara dengan
focus kajian prinsip uti possidetis juris . Olehnya penulis mengangkat judul yaitu :
Leste)
B. Rumusan Masalah
yang akan dikaji adalah : Apakah prinsip uti possidetis juris masih relevan
dipertahankan dalam penetapan perbatasan (kasus batas Negara Timor Leste dan
Indonesia)
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengkaji dan mengetahui relevansi prinsip uti possidetis juris dalam
penetapan perbatasan dengan kasus pada batas Negara Timor Leste dengan
Indonesia
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis manfaat penelitian ini sebagai refernsi untuk meningkatkan
perbatasan
2. Secara praktis dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait sebagai refernsi dalam
E. Kerangka Konseptual
satu sama lain. Sementara dalam arti formal sumber hukum internasional mengarah
ternyata dan jelas tertuang di dalam pasal 38 ayat (1) Mahkaman Internasional yang
juga terdapat sumber-sumber hukum yang lain. Di dalam hukum internasional dikenal
10
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Alumni Bandung,
2003, hal 113
begitu banyakprinsip-prinsip umum hukum yang merupakan pedoman berperilaku
instrumen untuk tatanan hidup dalam pergaulan masyarakat internasional dan olehnya
sesuatu yang bersifat abstrak dan merupakan pikiran dasar yang berada di di balik
maka kedudukannya sebenarnya jauh lebih tinggi dari pada hukum (internasional)
positif12.
nasional. Kendati hukum nasional berbeda antara satu Negara dengan Negara yang
internasional ini diambil dari sistem-sistem hukum nasional yang dapat mengisi
kekosongan yang terjadi dalam hukum internasional. Dalam konteks ini hukum
internasional dan hukum nasional memiliki hubungan timbal balik dan saling
Prinsip-prinsip umum hukum ini oleh Scwarzenberger dimaknai sebagai jus cogens
dengan mengatakan untuk terbentknya suatu jus cogens maka suatu aturan hukum
internasional harus memiliki sifat-sifat yang universal atau asas –asas yang
11
J.A.Y.Wattimena, Disertasi, Op Cit, hal 136
12
I Wayan Parthiana, Op Cit, , hal 274
13
J. Leatemia, Disertasi, Pengaturan Hukum Terhadap Kewenangan daerah Di wilayah Laut (Kajian
Dari Perspektif Prinsip Negara kepulauan Dalam Konferensi Hukum Laut 1982, Disertasi, Fakultas
Hukum Universitas Hasanuddin, 2010, hal 55
yang luar biasa (exceptionaly significant) dalam hukum internasional. Disamping itu
itu harus mempunyai arti penting istimewa dibandingkan dengan asas-asas yang
lainnya. Ditambahkan pula olehnya asas-asas ini merupakan bagian yang esensial
daripada sistem huku internasional yang ada atau yang mempunyai karakteristik yang
Jika sifat-sifat ini diterapkan maka akan muncul tujuh prinsip fundamental
Verdross mengemukakan ada tiga (3) ciri utama aturan-aturan yang dapat
menjadi jus cogens hukum internasional yakni aturan-aturan yang timbul karena
Selanjutnya prinsip jus cogens ini dapat lahir dari hukum kebiasaan internasional
yang merupakan elemen yang paling penting. Disamping elemen rakyat, dan
pemerintah yang berdaulat. Wilayah sering dimaknai sebagai ruang dimana orang
14
Scwarzenberger, G.A. Manual Of International law, Vol 4 thed Seven &Sons, London 1960, terkutip
Syahmin AK, Hukum Perjanjian Internasional Menurut Konvensi Wina 1969, Armico, Bandung 1985
hal 180
15
Agrawalla, S.K.Essays on theLaw of Treaties, Orient Longmans Bombay India, 1972, hal 155
yang menjadi warga Negara atau penduduk Negara yang bersangkutan hidup serta
Antara wilayah Negara yang satu dengan wilayah Negara yang lain, tidaklah
dapat dipungkiri selalu akan berbatasan bahkan ada kecenderungan tumpang tindih.
demikianlah penting, karena dalam sejarah umat manusia dan Negara-negara pernah
terjadi konflik antar Negara yang bersumberkan pada persoalan batas wilayah.
Konflik ini dapat disebabakan oleh keinginan untuk melakukan ekspansi wilayah
maupun ketidakjelasan batas-batas wilayah antara Negara yang satu dengan Negara
yang lain. Bahkan konflik antar Negara karena ketidakjelasan batas-batas wilayah
masih tetap ada, dan jika tidak diupayakan penyelesaiannnya secara tepat, maka tidak
beberapa istilah yakni “frontier” dan “boundary”. Ke dua istilah yang disebutkan ini
posisinya terletak di bagian depan (front) dari suatu Negara. Sementara istilah
limit) suatu unit politik, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah Negara. Istilah
boundary ini lebih merujuk kepada suatu unit spasial yang berdaulat, dan merupakan
16
Marnixon Willa, Konsepsi Hukum Dalam Pengaturan Dan Pengelolaan Wilayah Perbatasan Antar
Negara, Alumni Bandung,2006, hal 127
17
Simela Victor Muhamad, Batas Wilayah Negara Dalam Perspektif Hukum Internasional, Dalam Batas
Wilayah Dan Situasi Perbatasan Indonesia: Ancaman Terhadap Integritas Teritorial, Editor Poltak
Partogi Nainggolan, Tiga Putra Utama, Jakarta, 2004, hal 19
suatu kesatuan yang bulat dan utuh serta saling terintegrasi satu dengan yang
lainnya18.
ini, apabila wilayahnya dalam konteks yang secara geografis yang saling bersambung
menunjukan bahwa batas wilayah suatu Negara tidak hanya bersambung atau
berdampingan dengan Negara lain, tetapi ada juga suatu Negara atau bagian wilayah
suatu Negara berda dalam atau dikelilingi oleh wilayah satu Negara. Hal ini seperti
yang terjadi pada bagian wilayah Negara Timor Leste, yaitu Distrik Oekusi berada
atau dikelilingi oleh wilayah NKRI, sebagai akibat penggunaan penetapan wilayah
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
menggunakan teknik dan metode penelitian yang didasarkan pada kajian ilmu hukum
melalui studi literatur dan kepustakaan dengan penelitian secara yuridis normative.
Penelitian ini mengkaji kaedah-kaedah atau norma hukum positif. 19 Juga terkait di
18
Suryo Sakti Hdiwijoyo,Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2004, hal 63-64
19
Johny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Malang,
2005,hal 240.
Penelitian normatif seringkali disebut dengan penelitian doktrinal yaitu objek
2. Tipe Penelitian
doktrin-doktrin yang ada dan saat ini berlaku sebagai hukum internasional
3. Pendekatan Penelitian
kepada prinsip-prinsip hukum, yang dikemukakan oleh para sarjana baik berupa
20
Soejono dan H Abduhrahman, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hal 56
21
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal 56
pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan kasus atau
(cases approach)
Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber dari
piagam, doktrin dan pendapat dari berbagai para pakar hukum internasional.
terhadap persoalan yang akan dibahas, kemudian dikaji dan dianalisis secara
Pengertian berbagai bahan hukum yang dikumpulkan akan dianalisis dalam suatu
22
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. UI Press, Jakarta. 1986, hal 10.
G. Sistematika Penelitian
F, Metode Penelitian,
Bab II merupakan bab Tinjauan Pustaka yang mengkaji tentang berbagai variable
Bab IV merupakan Bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
India.
Johny Ibrahim, 2005, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia,
Malang.
Michael Akehurst, 1976, A Modern to International Law, George Allen and Unwin,
LTD, London.
Peter Mahmud Marzuki, 2006, Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group,
Jakarta.
Rozakis, Cheritos, 1981, The Concepts of Jus Cogens in the Law of Treaties, terkutip
Judha Bakti, Majalah Pajajaran No 1,
Scwarzenberger, 1960, G.A. Manual Of International law, Vol 4thed Seven &Sons,
London.
Simela Victor Muhamad, 2004, Batas Wilayah Negara Dalam Perspektif Hukum
Internasional, Dalam Batas Wilayah Dan Situasi Perbatasan Indonesia:
Ancaman Terhadap Integritas Teritorial, Editor Poltak Partogi Nainggolan, Tiga
Putra Utama, Jakarta.
Syahmin AK, 1980, Hukum Perjanjian Internasional Menurut Konvensi Wina 1969,
Armico, Bandung.