Tugas Umum Cooling Tower Kelompok 4 Rabu
Tugas Umum Cooling Tower Kelompok 4 Rabu
TOWER
Cooling tower merupakan alat penting pada industri yang digunakan untuk
menurunkan suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan
membuang panas ke atmosfer. Cooling tower menggunakan air dan udara pada
proses perpindahan panas yang dibuang ke atmosfer. Kinerja dari cooling tower
dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu packing cooling tower, jenis material
packing, losses, lingkungan, laju alir massa dan udara, temperatur, dan fan.
3. Losses
Prinsip pada cooling tower melepaskan panas ke udara yang temperaturnya
lebih rendah secara perpindahan panas laten dan sensibel. Proses yang terjadi pada
cooling tower tidak semua berjalan sesuai proses, terdapat losses yang ditimbulkan.
Losses merupakan kerugian yang ditimbulkan karena adanya masalah-masalah
dalam pengoperasiaan proses cooling tower dan dapat mengganggu kinerja dari
cooling tower. Losses pada proses cooling tower dibagi menjadi tiga jenis losses
yaitu evaporation, drift, dan blowdown losses.
1.1. Evaporation Loss
Evaporation losses adalah kerugian yang disebabkan karena adanya
penguapan pada proses cooling tower yang menyebabkan adanya kandungan air
yang menguap dan terbawa ke atmosfer. Evaporation losses dapat dicegah dengan
penggunaan drift eliminator. Drift eliminator akan menangkap tetes-tetes air yang
terjebak di dalam aliran udara agar air tidak hilang atau terbawa ke atmosfer
(Aprianti dkk, 2018).
1.2. Drift Losses
Proses pengoperasian cooling tower, proses pendinginan disertai dengan
hilangnya sebagian kecil percikan air dan penguapan ke udara (Sihombing dkk,
2017). Drift Losses merupakan kerugian massa air akibat terbawa aliran udara yang
belum menguap, sehingga menyebabkan sebagian air hilang ke atmosfer dan tidak
ikut berfungsi dalam perpindahan kalor. Jumlah drift loss terjadi relatif dan dapat
diperkecil dengan menggunakan drift eliminator pada cooling tower (Siallagan,
2017).
Jenis drift eliminator dibagi menjadi dua jenis, yakni herringbone atau
blade-types dan honeycomb atau cellular-types. Drift eliminator jenis honeycomb
lebih efisien mengurangi drift loss jika di aplikasikan pada aliran counterflow.
Sedangkan drift eliminator jenis blade-types lebih efisien mengurangi drift loss jika
diaplikasikan pada cooling tower aliran crossflow (Zohrarirani dan Permatasari,
2015).
4. Lingkungan
Cooling tower sudah banyak dikembangkan dan memiliki jenis-jenis yang
beragam dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan dari
sebuah cooling tower juga memperhatikan aspek lingkungan sekitar seperti
temperatur dan kelembaban (Sentana, 2005). Temperatur yang berpengaruh adalah
temperatur wet bulb dan dry bulb. Temperatur wet bulb akan menentukan seberapa
besar approach yang dicapai oleh cooling tower.
Approach adalah perbedaan antara temperatur air dingin keluar cooling
tower dengan temperature wet bulb pada lingkungan sekitar. Nilai approach yang
semakin dekat terhadap wet bulb maka semakin mahal harga cooling tower karena
berpengaruh pada pembangunan cooling tower tersebut (Fauzi, 2016). Ukuran dari
cooling tower yang dibangun dipengaruhi oleh temperatur wet bulb. Perancangan
dan pemilihan menara pendingin harus melihat data dari temperatur wet bulb sesuai
kondisi dari lingkngan setempat (Budihardjo, 2010).
Wet bulb temperatur adalah suhu yang tebaca pada termometer dengan
sensor yang dibalut dengan kain basa untuk menghilangkan radiasi panas. Dry bulb
temperatur merupakan kebalkan dari wet bulb temperatur dimana temperatur yang
terbaca pada termometer dalam kondisi terbuka. Dry bulb temperatur menunjukkan
kalor sensibel dimana perubahan yang terjadi pada temperatur dry bulb maka akan
berakibat pada perubahan kalor sensibel. Kalor sensibel sendiri adalah kalor yang
mengakibatkan adanya perubahan udara kering (dry bulb themperature) dan tidak
mempengaruhi kandungan uap air dalam udara. Relative Humidity (RH) atau
kelembaban adalah perbandingan antara tekanan uap air yang ada di dalam udara
terhadap tekanan saturasi uap air pada temperatur dry bulb yang sama. Data wet
bulb, dry bulb dan humidity dicari menggunakan psychometric chart (Putro, 2008).
6. Temperatur
Cooling tower sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan sekitar.
Parameter yang dapat mempengaruhi kinerja dari cooling tower dapat dilihat dari
pengaruh temperatur lingkungan yang merupakan temperatur ambient, yaitu dry
bulb dan wet bulb yang akan mempengaruhi perpindahan panas atau kinerja di
dalam cooling tower secara sensibel dan laten di dalam fill. Analisa kinerja cooling
tower induced draft dalam model matematis memudahkan untuk menarik hubungan
antara pengaruh temperatur udara lingkungan, yaitu dry bulb dan wet bulb terhadap
beban panas di dalam cooling tower (Pratiwi dkk, 2014).
Pengaruh suhu lingkungan terhadap pengaruh suhu air sangat besar, yang
dapat mempengaruhi dalam efisiensi cooling tower. Effisiensi yang baik untuk
beban cooling tower pada analisa adalah suhu lingkungan yang masuk pada cooling
tower dengan T1 db 33°C kelembapan 80% dan suhu pelepasan udara panas dari
mesin T2 db 36°C kelembapan 90%. Make-up water yang paling ekonomis pada
cooling tower analisa dengan suhu lingkungan masuk cooling tower T1 db 33°C dan
suhu pelepasan udara panas dari mesin T2 db 36°C dengan kelembapan 80%, dan
90%. Pengaruh yang ditimbulkan apabila suhu tidak stabil pada mold yaitu
terjadinya pendinginan yang tidak sesuai sehingga bisa menyebabkan kualitas hasil
produksi dari cooling tower yang kurang baik (Putra, 2015).
Laju panas total di dalam cooling tower, yaitu 28,82 kW akan mampu
mendinginkan air sampai temperatur 28°C. Temperatur air masuk sebesar 39°C,
temperatur dry bulb di temperatur 35,2°C sehingga air output yang dihasilkan 33°C
dan laju aliran panasnya 21.27 kW. Kalor yang mampu dibuang ke atmosfer juga
dipengaruhi oleh kemampuan udara untuk membuang panas melalui bagian atas
cooling tower. Kondisi temperatur dry bulb yang terlalu tinggi maka kerja laju
perpindahan panas yang dibawa udara semakin kecil (Pratiwi dkk, 2014).
Laju aliran panas di dalam cooling tower dipengaruhi oleh besarnya
temperatur yang air masuk, sedangkan pengaruh temperatur dry bulb sangat kecil
pengaruhnya. Temperatur dry bulb udara luar dapat mempengaruhi untuk
memaksimalkan besar kalor yang mampu dibuang ke atmosfer melalui cerobong
cooling tower bagian atas (Pratiwi dkk, 2014).
Approach adalah perbedaan antara suhu air dingin yang keluar dari cooling
tower dan suhu wet bulb ambien, semakin rendah approach maka akan lebih baik
kinerja cooling tower. Approach merupakan indikator yang lebih baik untuk kinerja
pada cooling tower, semakin dekat approach terhadap wet bulb, maka akan semakin
mahal cooling tower karena meningkatnya ukuran. Ukuran Menara yang harus
dipilih yaitu, approach yang menjadi sangat penting, karena dapat kemudian diikuti
oleh debit air dan udara, sehingga range dan wet bulb akan semakin tidak
signifikan. Efektivitas pendinginan merupakan perbandingan antara range dan
range ideal, dengan semakin tinggi perbandingannya, maka semakin tinggi
efektivitas pendinginan suatu cooling tower (Handoyo, 2015).
Range akan menurun dengan kenaikan debit aliran, yang disebabkan karena
penambahan debit sehingga volume air yang mengalir menjadi lebih besar. Jumlah
air yang didinginkan mejadi lebih banyak sehingga menyebabkan pendinginan
tidak optimal dan pengurangan suhu air menjadi lebih rendah. Debit aliran semakin
besar, maka efektifitas panas juga semakin meningkat, yang disebabkan karena
peningkatan suhu menimbulkan laju perpindahan panasnya juga meningkat. Laju
perpindahan panas menunjukkan kinerja pertukaran panas antara aliran air panas
dan aliran udara pendingin. Peningkatan laju perpindahan panas ini menjadi
indikator kinerja menara pendingin dari aspek efektifitas panas (Hamid dkk, 2017).
Air mengalami perubahan temperatur dari panas ke dingin melalui fill yang
didalamnya terdapat udara panas yang ditarik dan dibuang ke atmosfer dengan
bantuan fan. Air yang telah berubah temperaturnya dari keluaran fill akan masuk ke
basin. Make up water pada cooling tower dapat ditambahkan dalam basin untuk
menambahkan volume air dalam basin yang mengalami pengurangan yang terjadi
karena sebagian air hilang akibat penguapan (Pratiwi dkk, 2014).
7. Fan
Fan merupakan bagian terpenting sebuah cooling tower karena berfungsi
untuk menarik udara yang dingin dan mensirkulasikan udara di dalam tower untuk
mendinginkan air. Kinerja cooling tower tidak optimal jika kipas tidak berfungsi.
Kipas digerakkan motor listrik yang berhubungan langsung dengan poros kipas
(Rahmawati, 2017). Fan berfungsi mengirim aliran udara menuju cooling tower
untuk melakukan perpindahan kalor dengan air yang dilewati. Bahan yang biasa
digunakan untuk fan adalah aluminium, fiberglass, dan baja yang digalvanisasi.
Baling-baling pada fan terbuat dari baja galvanisasi, aluminium, dan plastik yang
dikombinasikan dengan fiberglass (Handoyo, 2015).
Fan merupakan bagian terpenting dari sebuah cooling tower karena
berfungsi untuk menarik udara dingin dan mensirkulasikan udara tersebut di dalam
cooling tower untuk mendinginkan air. Fan yang mengalami kerusakan atau tidak
berfungsi maka kinerja menara pendingin tidak maksimal. Fan digerakkan oleh
motor listrik dan dipasangkan langsung di bagian poros fan (Putra 2015).
Air panas pada cooling tower secara langsung akan melakukan kontak
dengan udara sekitar yang bergerak secara paksa karena pengaruh fan atau blower
yang terpasang pada bagian atas cooling tower, dengan air mengalir jatuh ke bahan
pengisi (Handoyo, 2015). Air panas yang keluar secara spray secara langsung
melewati filler pada menara cooling tower yang bergerak secara paksa karena
pengaruh fan. Air yang telah melawati filler mengalami penurunan temperatur dan
ditampung dalam basin untuk dipompa (Ayyam dkk, 2018).
Pendingin yang terjadi pada cooling tower dari udara mengalir karena
adanya fan yang digerakkan secara mekanik. Fungsi fan adalah mendorong udara
atau menarik udara melalui tower yang dipasang diatas atau dibawah cooling tower.
Cooling toweri pada aliran angin mekanik terbagi menjadi dua jenis, yaitu tipe
aliran forced draf dan tipe aliran induced draft. Tipe forced draf , yaitu fan yang
dipasang di bagian bawah, sehingga mendorong udara melalui tower. Aliran angin
secara teoritis banyak disukai karena fan beroperasi dengan udara yang lebih
dingin, sehingga konsumsi daya menjadi lebih kecil (Putra 2015). kerja fan menjadi
lebih ringan. Apabila daya fan setelah treatment dianggap akan sama atau
mendekati data desainnya
Tipe aliran induced draft, yaitu udara masuk dari sisi menara melalui celah
yang cukup besar pada kecepatan rendah dan bergerak melalui filling material.
Pemasangan fan pada puncak menara dan akan membuang udara kalor dan lembab
ke atmosfer. Aliran udara masuk menara pada dasarnya horizontal, tetapi aliran
pada bahan pengisi ada yang horizontal seperti pada menara pendingin aliran silang
dan adapula yang vertikal seperti cooling tower aliran lawan arah. Cooling tower
lawan arah lebih banyak dipilih karena efisiensi termalnya lebih baik (Putra 2015).
Cooling tower sebagai alat penukar kalor dengan sistem yang terbuka pada
fluida panas akan melepaskan panasnya ke udara yang berinteraksi secara langsung
dengan bantuan induce draft fan yang memiliki berfungsi untuk menghisap udara
luar secara paksa masuk ke dalam cooling tower. Proses pendinginan di dalam
cooling tower dengan sejumlah air pendingin akan mengalami penguapan, sehingga
laju alir massa air pendingin akan berkurang. Air hilang akibat penguapan akan
digantikan oleh air penambah yang dipersiapkan. Neraca energi dalam sistem
cooling tower adalah jumlah energi masuk dan daya fan harus sama dengan ensergi
keluar dan kerugian energi yang terjadi selama proses (Homzah, 2014).
Mengatur kinerja cooling tower dengan cara mengatur volume air yang
masuk agar tidak berlebihan, mengukur kondisi temperatur udara sekitar dan
mengukur kerja fan supaya lebih maksimal Kondisi seperti ini, secara langsung
mempengaruhi kerja fan menjadi lebih berat yang akan mendorong terjadinya
pemborosan energi. Apabila dilakukan perawatan dan pembersihan secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA