2.1. Definisi
2.2. Etiologi
2. Epistaksis posterior
2.6.Pemeriksaan fisik
Untuk pemeriksaan fisik yang adekuat pasien harus ditempatkan
dalam posisi dan ketinggian yang memudahkan pemeriksa. Harus cukup
sesuai untuk mengobservasi atau mengeksplorisasi sisi dalam hidung. Dengan
spekulum hidung dibuka dan dengan alat penghisap dibersihkan semua
kotoran dalam hidung baik cairan , sekret maupun darah yang sudah
membeku. Sesudah dibersihkan semua lapangan dalam hidung diobservasi
untuk mencari tempat dan faktor-faktor penyebab pendarahan. Setelah hidung
dibersihkan, masukan kapas yang telah dibasahi dengan larutan anastesi lokal
yaitu larutan pantokain 2% atau lidocain 2% yang ditetesi dengan larutan
adrenalin 1/1000 ke dalam hidung untuk menghilangkan rasa sakit dan
membuat vasokontriksi pembuluh darah sehingga pendarahan dapat berhenti
untuk sementara. Sesudah 10 sampai 15 menit kapas dalam hidung dapat
dikeluarkan dan dilakukan evaluasi. (Adam GL,Boies LR,1997)
Pemeriksaan penunjang
1. Radiografi: Ronthen sinus dan CT scan atau MRI penting untuk
mengenali neoplasma atau infeksi
2. Endoskopi
3. Endoskopi hidung untuk melihat atau menyingkirkan kemungkinan
penyakit lainnya
4. Skrinning terhadap koagulopati
5. Tes-tes yang tepat termasuk waktu protombin serum , waktu
tromboplastin, jumlah platelet dan waktu pendarahan.
2.7. Penatalaksanaan
2.8. Pencegahan
2.9. Komplikasi
1. Pengkajian
Anamnesis
Keluhan Pasien datang dengan keluhan sulit bernafas, ditenggorokan.
Riwayat Penyakit
Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau
trauma
Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
Pernah menedrita sakit gigi geraham
Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : rinuskopi (mukosa merah dan
bengkak).
Data subyektif :
- Mengeluh badan lemas
Data Obyektif
- Perdarahan pada hidung/mengucur banyak
- Gelisah
- Penurunan tekanan darah
- Peningkatan denyut nadi
- Anemia
2. Diagnosa Keperawatan
3. intervensi
Kognitif n
- Menyadari gejala Berikan obat untuk
fisiologis mengurangi
- Bloking kecemasan
fikiran,konfusi
- Penurunan lapang
persefsi
- Kesulitan
berkonsentrasi
- Penurunan
kemampuan belajar
- Lupa,gangguan
perhatian
- Khawatir,melamun
Faktor yang
berhubungan
:
- Perubahan dalam
(status
ekonomi,kesehatan,f
unfsi peran)
- Pemajaan toksin
- Terkait keluarga
- Herediter
- Infeksi
- Penularan penyakit
interpersonal
- Krisis maturasi
- Stress
- Penyalahgunaan zat
DAFTAR PUSTAKA
Adam GL, Boies LR, higler PA. 1997. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6.Jakarta:
EGC
Higler, Peter A, MD, George L Adams, Lawrence L Boies, MD. 1994. Buku Ajar
THT BOEIS Edisi 6. Jakarta :EGC
Nuty WN, Endang M. 1998. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok.Edisi 3.Jakarta :Balai Penerbit FKUI
Iskandar N, Supriadi EA. 2000.Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan
Tenggorokan Edisi 4, Jakarta : Balai Penerbit FKUI