Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN JUMLAH RAWI


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Hadist
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Hartati, MA.

Disusun Oleh :
1. Suwaryo (2108205003)
2. Alfina Yunizar (2108205037)
3. Bintang Nurlaela (2108205038)
4. Amelia Dwi Puspa (2108205043)

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON 2021


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH
Jln. Perjuangan, Sunyaragi, Kec. Kesambi, Kota Cirebon 45132
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “klasifikasi hadis berdasarkan jumlah
rawi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Studi Hadis. Adapun masalah yang di bahas dalam naskah makalah ini yaitu klasifikasi hadis
berdasarkan jumlah rawi nya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuia dengan waktunya. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang akan membangun kami nantikan kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun maupun
yang membaca.

Cirebon, 7 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1 Pengertian Rawi.............................................................................................................3

2.2 Klasifikasi Hadis Berdasarkan Segi Kuantitas nya.......................................................3

2.3 Periwayatan ..................................................................................................................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................................12

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................12

3.2 Saran..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Klasifikasi adalah derajat atau tingkatan yang digunakan ulama dalam
mengkategorikan Hadis dilihat dari aspek kuantitas dan kualitas rawi. Telaah ini
dilakukan dalam upaya menelusuri secara akurat sanad pada setiap Hadis yang
dikumpulkannya. Dengan penelitian kedua aspek inilah, upaya pembuktian Sahih
tidaknya suatu Hadis lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Perbedaan konsep-konsep dasar yang sangat substansial mengenai Hadis antara
Sunni dan Syiah membawa implikasi pada kualitas Hadis yang dapat dijadikan pegangan
sekaligus sebagai dasar hukum. Perbedaan kriteria yang ditetapkan oleh Sunni dan Syiah
berimplikasi klasifikasi terhadap kualitas Hadis masing-masing.
Hadis Dilihat dari Aspek Kuantitas Rawi Dalam menyampaikan sebuah Hadis
terkadang Nabi berhadapan dengan sahabat
yang banyak jumlahnya, terkadang hanya beberapa sahabat, bahkan terkadang hanya satu
atau dua orang saja. Begitu seterusnya sampai dengan generasi yang menghimpun Hadis
dalam berbagai kitab. Sudah barang tentu, informasi yang dibawa oleh banyak orang
lebih meyakinkan dibanding informasi yang dibawa oleh hanya satu atau dua orang saja.
Dengan demikian, maka menurut pembagian Hadis dari aspek kuantitas
periwayat adalah sebagai berikut:
Pertama, Hadis Mutawatir. Menurut al-Baghdadi, Hadis Mutawatir adalah suatu Hadis
yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dengan jumlah tertentu yang menurut
kebiasaan mustahil mendustakan kesaksiannya.
Sedangkan ulama yang paling jelas dan rinci menerangkan Hadis mutawatir
adalah al-Asqalani, menurutnya, Hadis Mutawatir adalah Hadis yang diriwayatkan oleh
sejumlah orang yang mustahil, menurut kebiasaan, mereka melakukan kesepakatan untuk
berdusta dan merekalah yang meriwayatkan Hadis itu dari awal sampai akhir sanad. Jadi
berdasarkan definisi di atas, terlihat secara jelas bahwa proses mutawatir ada dan berjalan
secara gradual dari generasi ulama ke generasi ulama lainnya.

1
Kedua, Hadis Masyhur. Yakni Hadis yang diriwayatkan dari Nabi oleh beberapa orang
sahabat tetapi tidak mencapai derajat Mutawatir. Boleh jadi di tingkat tābi’in dan
seterusnya pada generasi yang lebih muda, Hadis tersebut diriwayatkan secara Mutawatir.
Ketiga, Hadis Ahad. Yaitu Hadis yang diriwayatkan oleh satu, dua atau sedikit orang
yang tidak mencapai derajat Masyhur, apalagi Mutawatir.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan rawi?
2. Sebutkan klasifikasi hadis berdasarkan jumlah rawi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian rawi.
2. Untuk mengetahui klasifikasi hadis berdasarkan jumlah rawi

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Rawi

Rowi menurut bahasa, adalah orang yang meriwayatkan hadits dan semacamnya.
Sedangkan menurut istilah yaitu orang yang menukil, memindahkan atau menuliskan hadits
dengan sanadnya baik itu laki-laki maupun perempuan.

Rawi menjadi salah satu unsur penting dalam sebuah hadits, secara singkat pengertian
rawi yaitu periwayat atau penyampaian hadits. Sahabat muslim pasti sudah mengetahui, bahwa
hadits menjadi salah satu pedoman yang harus diamalkan oleh umat Islam. Sama pentingnya
dengan Al-Qur’an, hadits berisi penjelasan lebih rinci mengenai ayat-ayat dalam Al-Qur’an.

Rawi berarti orang yang meriwayatkan hadis. Ada pula yang mengartikan


bahwa rawi adalah orang yang memindahkan hadis dari seorang guru kepada orang lain atau
membukukannya ke dalam suatu kitab hadis.

Istilah   rawi  yang pertama sama dengan sanad, yaitu oarng yan menerima hadis dan
menyampaikan kepada orang lain tanpa membukukannya. Pada pengertian kedua, rawi lebih
cepat disebut mudawwin (orang yang  mengumpulkan dan membukukan hadis).

Dalam ilmu hadis, riwayat adalah memindahkan atau menyampaikan suatu hadis dari
seorang sahabat Nabi Muhammad saw. Kepada orang berikutnya. Riwayat juga berarti
membukukan hadis dalam satu kumpulan hadis dengan menyebutkkan sanad-nya. Rawi  pertama
suatu hadis adalah sahabat Nabi Muahmmad saw, sedangkan rawi  terahkir adalah orang yang
menulis atau mengumpulkannya, seprti al-Bukhari,Muslim, dan Abu Dawud.1

2.2 Klasifikasi Hadits Berdasarkan Segi Kuantitas


1
https://passinggrade.co.id/pengertian-rawi/

3
Maksud tinjauan hadis dari segi kuantitasnya, adalah kuantitas hadist disini yaitu dari
segi jumlah orang yang meriwayatkan suatu hadist atau dari segi jumlah sanadnya.. Ditinjau dari
segi sedikit atau banyaknya rawi yang menjadi sumber berita, hadis terbagi menjadi dua macam,
yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad.

1. Hadis Mutawatir

a.    Pengertian Hadis mutawatir

Setiap hadis pasti mempunyai rawi yang banyak dari berbagai tingkatan. Jika sejumlah
sahabat yang menjadi rawi pertama suatu hadis itu banyak sekali, rawi yang kedua (tabi’in),
ketiga (tabi’it – tabi’in) dan seterusnya sampai pada rawi yang mendewankan (membukukan)
dalam keadaan yang sama, seimbang atau bahkan lebih banyak jumlahnya, maka
termasuk Hadis mutawatir.

Pada dasarnya mutawatir berarti berurutan, berkesinambungan, kontinyu (tatabu’ = ‫)تتابع‬.


Secara terminologis, hadis mutawatir (‫واتر‬KKK‫ديث المت‬KKK‫ )الح‬dapat diartikan sebagai hadis yang
diriwayatkan oleh banyak perawi dalam setiap generasi sanad, mulai awal (sahabat nabi) sebagai
perawi tertua (common link) hingga akhir (perawi, penulis hadis).

Dari definisi yang dikemukakan oleh beberapa muhadditsin mengenai hadis mutawatir,


maka dapat disimpulkan bahwa Hadis mutawatir adalah hadis yang bisa dipertanggungjawabkan
keadaannya dari system periwayatannya karena pada setiap generasi (thabaqat) sanadnya
terdapat sejumlah perawi yang tidak mungkin diantara mereka berbuat dusta atau penyelewengan
terhadap hadis yang diriwayatkan.

Para ahli berbeda pendapat mengenai jumlah minimal para perawi yang
meriwayatkan hadis mutawatir. Sebagian ulama menetapkan jumlah 20 perawi, dan sebagian
lagi menetapkan 40 perawi pada setiap generasi. Namun demikian para ulama telah sepakat
bahwa hadis yang diriwayatkan secara mutawatir dapat meyakinkan penerimanya bahwa
hadisnya adalah benar-benar datang dari sumbernya, rasulullah SAW. Inilah yang disebut
sebagai Qathiyyah al-Wurud (‫)قطعية الورود‬.

b.     Ciri-ciri Hadis mutawatir

4
Setelah anda mengkaji pengertian hadis mutawatir di atas, maka akan menemukan ciri-
cirinya, yaitu :

1) Jumlah perawinya banyak yang tidak mungkin berdusta

Menurut Abu Thayyib, minimal 4 orang, mengkiaskan saksi dalam persidangan.


Kelompok Asy-Syafi’i berpendapat, minimal 5 orang mengkiyaskan Nabi-nabi Ulul Azmi.
Sebagian ulama lain menentukan minimal 20 orang berdasar QS. Al-Anfal 65, yang menjelaskan
tentang 20 orang yang tahan uji sehingga dapat mengalahkan 200 orang kafir. Ada pula yang
menentukan minimal rawinya berjumlah 40 orang, berdasar QS. Al-Anfal 64, yaitu jumlah orang
mukmin ketika itu.

2) Jumlah rawinya seimbang dalam semua tingkatan

Dengan demikian jika misalnya suatu hadis diriwayatkan oleh 10 sahabat, kemudian
diterima oleh 5 orang tabi’in dan seterusnya hanya diriwayatkan oleh 2 orang tabi’it tabi’in,
maka tidak termasuk hadis mutawatir.

3) Berdasarkan Tanggapan Panca Indra

Maksudnya warta yang disampaikan itu benar-benar hasil pendengaran atau


penglihatannya sendiri bukan hasil pemikiran atau teori yang mereka temukan.[2]

c.   Kedudukan Hadis mutawatir

Keadilan dan kedhabitan (kuat ingatan) dari para perawi hadis mutawatir itu sudah tidak
diragukan lagi, sehingga mereka tidak mungkin untuk berbohong dalam membawa berita dari
Nabi SAW. Karena itu para ulama sepakat bahwa hadis mutawatir memberi dampak pada faedah
ilmu dharury, yakni keharusan untuk menerima bulat-bulat berita dalam hadis tersebut secara
pasti (qath’y wurud). Dengan demikian hadis mutawatir menduduki tingkatan teratas
dibandingkan dengan hadis-hadis yang lainnya.

d.    Pembagian Hadis mutawatir

Ulama ushul membagi hadis mutawatir menjadi dua bagian, yaitu mutawatir


lafdy dan mutawatir ma’nawy. Adapun yang dimaksud dengan hadis mutawatir lafdy (‫ديث‬KK‫الح‬

5
‫ )المتواتر اللفظي‬adalah hadis yang diriwayatkan secara redaksional adalah mutawatir berdasarkan
sanadnya. Sejak generasi awal sanad hingga akhir matan hadis yang diriwayatkan adalah sama,
konsisten secara redaksional.

Sedang Mutawatir Maknawy, ialah hadis yang rawinya banyak, tetapi redaksi pemberitaannya
berbeda-beda, hanya prinsip dan maknanya saja yang ada kesamaan.

Contoh hadis mutawatir lafdhy, antara lain :

Menurut Abu Bakar Al-Bazzar, hadis tersebut diriwayatkan oleh 40 orang sahabat, dan
sebagian ulama mengatakan bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh 62 orang sahabat dengan
susunan redaksi dan makna yang sama.

2.     Hadis Ahad

a. Pengertian dan Kedudukan Hadis Ahad

Kata ahad (‫اد‬KK‫ )اح‬merupakan bentuk jamak dari kata ahad (‫ )أحد‬yang berarti tunggal


(mufrad) yang menunjukkan makna sedikit. Hadis ahad (‫اد‬KK‫ديث اﻵح‬KK‫ )ح‬adalah hadis yang
diriwayatkan oleh satu orang, dua atau tiga orang atau bahkan oleh sejumlah orang tetapi tidak
mencapai jumlah bilangan kemutawatiran (‘adad at-tawatur), selanjutnya masing-masing perawi
menyampaikan hadisnya kepada seorang atau dua orang saja atau sejumlah perawi tetapi dalam
setiap tahapnya jumlah perawi tersebut tidak menjadikan hadisnya terkenal sebagaimana jenis
lainnya.

Hadis ahad pada dasarnya dapat diterima (maqbul) dan bisa ditolak (mardud), tergantung
pada kualitas perawinya dan atau ketersambungan sanadnya (ittishal as-sanad), bukan karena
jumlah sanad pada setiap generasi itu sendiri. Hadis ahad juga bisa dijadikan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan ajaran islam, namun tidak bisa dijadikan hujjah dalam hal i’tiqad, keyakinan.
[3]

b.      Klasifikasi Hadis Ahad

6
Berdasarkan sedikit dan banyaknya para perawi yang terdapat pada tiap-tiap tingkatan
(thabaqat), maka hadis Ahad dapat dibagi menjadi tiga, yaitu hadis masyhur, hadis aziz dan hadis
gharib.

1).   Hadis Masyhur

Hadis Masyhur ialah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, tetapi belum
mencapai derajat mutawatir.

Contoh hadis masyhur:

Menurut ulama Fiqh, hadis Masyhur itu Murodif (disebut juga) Hadis Mustafid. Namun
sebagian yang lain berpendapat bahwa hadis Masyhur itu lebih umum daripada hadis Mustafid.
Dalam hadis Mustafid jumlah rawi harus sama dalam setiap tingkatannya, sementara pada hadis
Masyhur tidak harus sama.

Dilihat dari segi makna Masyhur berarti terkenal atau populer. Maka ulama hadis
membagi hadis Masyhur dari segi maknanya menjadi tiga kelompok, yaitu :

a) Masyhur di kalangan Muhadditsin dan lainnya.


b) Masyhur di kalangan para ahli disiplin keilmuan tertentu. Misalnya hanya terkenal di
kalangan Muhadditsin, Fuqaha’, ahli nahwu, tasawuf dan lain
c) Masyhur hanya di kalangan umum

2).   Hadis Aziz

Aziz secara bahasa berarti mulia atau kuat dan juga berarti jarang, menurut istilah hadis
aziz adalah hadis yang  diriwayatkan dua orang perawi walaupun dua orang perawi tersebut
berada dalam satu tingkatan saja., kemudian setelah itu orang-orang meriwayatkannya.

Contoh hadis ini adalah :

‫ه من‬KK‫ون أحبّ الي‬K‫تى أك‬K‫دكم ح‬KK‫ؤمن اح‬K‫ ال ي‬: ‫لم‬KK‫أخبرنا عبد الرزاق معمر عمن سمع الحسن قال قال رسول هللا ص ّل هللا عليه وس‬
‫والده وولده والناس أخمعين‬

7
Rosulallah SAW bersabda: “Iman kalian belumlah sempurna sehingga (sebelum) mencintai lebih
kepadaku daripada orang tuanya, anaknya, dan manusia seluruhnya).

3). Hadis Gharib

Hadis Gharib yaitu hadis yang dalam sanadnya terdapat seseorang yang menyendiri
dalam meriwayatkan, dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi. Maksudnya penyendirian
itu bisa jumlah personalianya atau sendiri dalam sifat atau keadaannya perawi-perawi lainnya
yang meriwayatkan hadis tersebut.

Penyendirian dalam personalianya disebut Gharib Mutlak, sedang penyendirian mengenai


sifat-sifat atau keadaan tertentu seorang rawi. Misalnya ketsiqahan, tempat tinggal, rawi tertentu,
maka disebut Gharib Nisby.

Mayoritas ulama sependapat bahwa hadis ahad yang maqbul (bisa diterima) dalam arti
shahih, bisa digunakan sebagai dasar hukum Islam, dan wajib diamalkan. Adapun yang berkaitan
dengan akidah ada beberapa pendapat yang netral, hadis ahad yang telah memenuhi syarat
(shahih) dapat dijadikan hujjah / dalil untuk masalah akidah asal hadis tersebut tidak
bertentangan dengan Alquran, dan hadis-hadis lain yang lebih kuat, dan tidak bertentangan
dengan akal sehat.

Pembagian hadis dari segi kuantitas ini sekedar untuk mengetahui sedikit atau banyaknya
sanad, bukan untuk menentukan diterima atau tidaknya hadis. Karena itu kita perlu pula
mengetahui materi berikutnya yang akan membahas tentang kualitas hadis.2

2.3 Periwayatan

Syarat-Syarat Rawi sebagai berikut :

1. Islam, karena itu, hadis dari orang kafir tidak diterima.


2. Baligh, hadis dari anak kecil di tolak
3. Adil
4. Dhobth (teliti, cerdas dan kuat hafalannya)

Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis dari Rosul, antara lain ;

8
1. Abu Huroiroh (Abdur Rahman bin Shohr Ad Dausi Al Yamani r.a.), beliau lahir pada
tahun 19 H, dan wafat pada tahun 59 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 5374
hadis2.

Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Nabi
Muhammad, yaitu sebanyak 5.374 hadits. Di antara yang meriwayatkan hadist darinya
adalah Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, dan lain-lain. Imam
Bukhari pernah berkata: "Tercatat lebih dari 800 orang perawi hadits dari
kalangan sahabat dan tabi'in yang telah meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah".
Marwan bin Hakam pernah menguji tingkat hafalan Abu Hurairah terhadap hadits Nabi.
Marwan memintanya untuk menyebutkan beberapa hadits, dan kemudian sekretaris
Marwan mencatatnya. Setahun kemudian, Marwan memanggilnya lagi dan Abu Hurairah
pun menyebutkan semua hadits yang pernah ia sampaikan tahun sebelumnya, tanpa
tertinggal satu huruf.
Salah satu kumpulan fatwa-fatwa Abu Hurairah pernah dihimpun oleh Syaikh As-Subki
dengan judul Fatawa' Abi Hurairah.

Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Nabi
Muhammad, yaitu sebanyak 5.374 hadits. Di antara yang meriwayatkan hadist darinya
adalah Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, dan lain-lain. Imam
Bukhari pernah berkata: "Tercatat lebih dari 800 orang perawi hadits dari
kalangan sahabat dan tabi'in yang telah meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah".

Marwan bin Hakam pernah menguji tingkat hafalan Abu Hurairah terhadap hadits Nabi.
Marwan memintanya untuk menyebutkan beberapa hadits, dan kemudian sekretaris
Marwan mencatatnya. Setahun kemudian, Marwan memanggilnya lagi dan Abu Hurairah
pun menyebutkan semua hadits yang pernah ia sampaikan tahun sebelumnya, tanpa
tertinggal satu huruf.

Salah satu kumpulan fatwa-fatwa Abu Hurairah pernah dihimpun oleh Syaikh As-Subki
dengan judul Fatawa' Abi Hurairah3.4

2
https://sahabatmuslim.id/pengertian-rawi-syarat-contoh/

3
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Hurairah
9
2. Abdulloh bin Umar bin Khottob, beliau lahir pada tahun 10 SH, dan wafat pada tahun 73
H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 2630 hadis.

Ibnu Umar adalah seorang yang meriwayatkan hadist terbanyak kedua setelah Abu
Hurairah, yaitu sebanyak 2.630 hadits, karena ia selalu mengikuti ke
mana Rasulullah pergi. Bahkan Aisyah istri Rasulullah pernah memujinya dan
berkata:"Tak seorang pun mengikuti jejak langkah Rasulullah di tempat-tempat
pemberhentiannya, seperti yang telah dilakukan Ibnu Umar". Ia bersikap sangat berhati-
hati dalam meriwayatkan hadist Nabi. Demikian pula dalam mengeluarkan fatwa, ia
senantiasa mengikuti tradisi dan sunnah Rasulullah, karenanya ia tidak mau
melakukan ijtihad. Biasanya ia memberi fatwa pada musim haji, atau pada kesempatan
lainnya. Di antara para Tabi'in, yang paling banyak meriwayatkan darinya ialah
anaknya Salim dan hamba sahayanya, Nafi'4.5

3. Anas bin Malik, beliau lahir pada tahun 10 SH, dan wafat pada tahun 93 H. hadis yang
diriwayatkannya sejumlah 2286 hadis.

Ibn Malik sangat produktif dalam berkarya, beliau dianugrahi kemampuan dan bakat yang
luar biasa dalam menulis. Karya-karyanya dalam bidang nahwu bahasa, ilmu 'Arudl,
qira'at dan hadits. Kemampuan menulisnya tidak hanya dalam bentuk prosa, tetapi juga
dalam bentuk syair (nazham) sebagaimana didapati dalam beberapa karyanya. Karyanya
yang paling dikenal adalah Al-Kafiyah al-Syafiyah, yang berupa syair Rajaz yang secara
panjang lebar membahas tentang nahwu dan sharf. Karya lainnya adalah Tashil al-Fawaid
wa Takmil al-Maqashid yang secara ringkas membahas tentang kaidah-kaidah nahwu dan
banyak para ahli bahasa memberikan penjelasan (syarh) dari buku ini. Berikut ini adalah
karya-karya Ibn Malik

1. Al-Kafiyah asy-Syafiyah, dalam bidang kaidah sharaf

2. Tashil al-Fawaid wa Takmil al-Maqashid, dalam bidang kaidah nahwu

3. Ijaz at-Tashrif fi `ilmi at-Tashrif

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_bin_Umar

10
4. Tuhfatu al-Maudud fi al-Maqshur wa al-Mamdud
5. Lamiyatu al-Af`al
6. Al-I`tidhad fi adh-dha' wa azh-zha'
7. Syawahid at-Taudhih limusykilat al-Jami` ash-Shahih, merupakan syarah secara
nahwu dari 100 hadits yang ada di Shahih Bukhari

4. Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar As Shiddiq, beliau lahir pada tahun 9 SH, dan wafat
pada tahun 57 SH. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 2210 hadis.

5. Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar As Shiddiq, beliau lahir pada tahun 3 SH, dan wafat
pada tahun 67 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 1540 hadis5.

BAB III

5
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Mali

11
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rowi menurut bahasa, adalah orang yang meriwayatkan hadits dan semacamnya.
Sedangkan menurut istilah yaitu orang yang menukil, memindahkan atau menuliskan hadits
dengan sanadnya baik itu laki-laki maupun perempuan. Rawi berarti orang yang meriwayatkan
hadis. Ada pula yang mengartikan bahwa rawi  adalah orang yang memindahkan hadis dari
seorang guru kepada orang lain atau membukukannya ke dalam suatu kitab hadis.

Klasifikasi hadits berdasarkan segi kuantitas yaitu dari segi jumlah orang yang
meriwayatkan suatu hadist atau dari segi jumlah sanadnya.. Ditinjau dari segi sedikit atau
banyaknya rawi yang menjadi sumber berita, hadis terbagi menjadi dua macam, yaitu hadis
mutawatir dan hadis ahad.

Syarat-Syarat Rawi sebagai berikut : islam, baligh, adil, dan dhobth. Sahabat yang paling
banyak meriwayatkan hadis dari Rosul, antara lain ; abu Hurairah, Abdulloh bin Umar bin
Khottob, Anas bin Malik, Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar As Shiddiq, dan Sayyidah Aisyah
binti Abu Bakar As Shiddiq.

3.2 Saran

Di dalam pembuatan makalah ini Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan serta
kelemahan. Kami sangat mengharapkan masukan saran dan perbaikan dari siapapun yang
sifatnya membangun untuk memperbaiki penulisan-penulisan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

12
https://passinggrade.co.id/pengertian-rawi/

https://www.google.com/amp/s/mohamadjuliantoro.wordpress.com/2014/02/08/klasifikasi-hadis-
ditinjau-dari-segi-kwantitas-dan-kualitas-sanad-serta-status-wurudnya/amp/

https://sahabatmuslim.id/pengertian-rawi-syarat-contoh/

https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Hurairah

https://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_bin_Umar

https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Mali

13

Anda mungkin juga menyukai