Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)

DOSEN :
Ibu Ns. Nasrah Halim, M.Kep., Sp.Kep.J.

DISUSUN OLEH :
Mariana Regina Ortumilena
NIM : PO.71.20.11.90.24

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan
hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja
menyelesaikan PROPOSAL saya yang berjudul “Terapi aktivitas kelompok TAK,
stimulasi persepsi sensori HALUSINASI ” proposal ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah Keperawata Jiwa II.
Tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar saya, dan
berbagai sumber yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan proposal ini.
saya menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.
Proposal TAK: Halusinasi

THERAPY AKTIVITAS KELOMPOK


STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI
 
1. Latar Belakang
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan
gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien
menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan
halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Therapy Aktivitas
Kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal
sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti therapy ini
adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat
TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain.
 
2. Pengertian/ Landasan Theory
a. Defenisi Halusinasi
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya
rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental
Health Nursing, 1987).
 
b. Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik
tertentu, diantaranya :
1)      Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
 
 
 
2)      Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3)      Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang terhirup bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4)      Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
5)      Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
6)      Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
 
c. Tahapan Halusinasi, Karakteristik Dan Perilaku Yang Ditampilkan
 TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN
Tahap I  Mengalami ansietas,  Tersenyum, tertawa
 Memberi rasa kesepian, rasa bersalah dan sendiri
nyaman tingkat ketakutan.  Menggerakkan bibir
ansietas sedang  Mencoba berfokus pada tanpa suara
secara umum, pikiran yang dapat  Pergerakkan mata
halusinasi menghilangkan ansietas yang cepat
merupakan suatu  Fikiran dan pengalaman   Respon verbal yang
kesenangan sensori masih ada dalam lambat
kontol kesadaran,  Diam dan
nonpsikotik. berkonsentrasi
Tahap II  Pengalaman sensori  Terjadi peningkatan
 Menyalahkan menakutkan denyut jantung,
 Tingkat  Merasa dilecehkan oleh pernafasan dan
kecemasan berat pengalaman sensori tersebut tekanan darah
secara umum  Mulai merasa kehilangan  Perhatian dengan
halusinasi kontrol lingkungan berkurang
menyebabkan  Menarik diri dari orang lain  Konsentrasi terhadap
perasaan antipati non psikotik. pengalaman sensori
kerja
 Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dengan
realitas
Tahap III  Perintah halusinasi
 Mengontrol  Klien
 menyerah dan ditaati.
  Tingkat menerima pengalaman  Sulit berhubungan
kecemasan berat sensori (halusinasi). dengan orang lain.
 Pengalaman  Isi halusinasi menjadi  Perhatian terhadap
halusinasi tidak atraktif. lingkungan berkurang
dapat ditolak lagi  Kesepian bila pengalaman hanya beberapa detik.
sensori berakhir psikotik.  Tidak mampu
  mengikuti perintah
  dari perawat, tremor
  dan berkeringat
 
 
 
Tahap IV  Pengalaman sensori  Perilaku panik.
 Klien sudah mungkin menakutkan jika  Resiko tinggi
dikuasai oleh individu tidak mengikuti
Halusinasi. perintah halusinasi, bisa mencederai.
  Klien panik. berlangsung dalam  Agitasi atau kataton.
  beberapa jam atau hari   Tidak mampu
apabila tidak ada intervensi berespon terhadap
terapeutik. lingkungan.
 
d. Hubungan Schizoprenia dengan Halusinasi
Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari
gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk
halusinasi ini bisa berupa suara–suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering
berupa kata–kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah
laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti: bicara sendiri,
bertengkar atau respons lain yang membahayakan.
Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan
mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda
mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan
schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa
mania depresif dan syndroma otak organik.
Gangguan persepsi yang utama pada skizoprenia adalah halusinasi, sehingga
halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh kecemasan,
halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan harga diri, kritis diri,
atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan.
Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara – suara
biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini menghasilkan
tindakan/perilaku pada klien seperti yang telah diuraikan tersebut di atas (tingkat
halusinasi, karakteristik dan perilaku yang dapat diamati).
 
3. Metode Therapy Aktifitas Kelompok
Metode yang digunakan pada therapy aktifitas kelompok (TAK) ini adalah metode:
1.      Diskusi dan tanya jawab.
2.      Melengkapi jadwal harian.
Kegiatan TAK menggunakan sistem Sesi yang dibagi menjadi lima sesi,
setiap sesi memiliki tujuan khusus yang berbeda. Pada TAK kali ini adalah
melanjutkan kegiatan TAK sebelumnya, kali ini adalah TAK untuk sesi kelima yaitu
tentang program pengobatan.
 
 
 
4. Tujuan Therapy Aktivitas Kelompok
a. Tujuan Umum
1. Klien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya.
2. Klien mampu mengontrol halusinasinya.
3. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal.
 
b. Tujuan Khusus (Tujuan Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum
obat)
1.      Klien memahami pentingnya patuh minum obat.
2.      Klien memahami akibat tidak patuh minum obat.
3.      Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
 
5. Kriteria Anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktifitas kelompok ini adalah:
a.       Klien dengan riwayat schizoprenia dengan disertai gangguan persepsi sensori;
halusinasi.
b.      Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau
mengamuk, dalam keadaan tenang.
c.       Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).
 
6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Therapy Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal          : -
Waktu                     : -
Tempat                    : -
 
7. Nama Klien dan Ruangan
Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 5 orang, sedangkan sisanya sebagai
cadangan jika klien yang ditunjuk berhalangan.
Adapun nama-nama klien yang akan mengikuti TAK serta pasien sebagai cadangan
yaitu:
 
Klien peserta TAK:
a.       Tn. A
b.      Tn. F
c.       Tn. I
d.      Tn. M
e.       Tn. A
Klien peserta TAK cadangan:
a.       Ny. J
b.      Ny. N
 
8. Media dan Alat
TAK kali ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan alat hanya
yang ada diruangan saja seperti:
a.       Spidol dan whiteboard / papan tulis.
b.      Jadwal kegiatan harian (jika ada yang dibuat saat TAK sebelumnya).
c.       Beberapa contoh obat.
d.      Tape recorder untuk game jika ada.
 
9. Susunan Pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap Sesi yang telah
disepakati. Sebagai berikut:
a.       Leader        :A
b.      Co. Leader  :J
c.      Fasilitator 2 :A
d.       Fasilitator 3 :M
e.      Observer     :F
 
 
 
10. Uraian Tugas Pelaksana
a. Leader
     Tugas:
 Memimpin jalannya therapy aktifitas kelompok.
  Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya therapy.
 Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
 Memimpin diskusi kelompok.
b. Co. Leader
     Tugas:
 Membuka acara.
 Mendampingi Leader.
 Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
 Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
 Menutup acara diskusi.
c. Fasilitator
            Tugas:
  Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
  Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif
mengikuti jalannya therapy.
d. Observer
            Tugas:
  Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
tersedia).
  Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan.
 
11. Mekanisme Kegiatan
1.      Persiapan
a.       Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi 4.
b.      Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2.      Orientasi
a.       Salam tarapeutik
                                                            1.      Salam dari terapis kepada klien.
                                                            2.      Terapis dank lien memakai papan nama.
b.      Evaluasi / validasi
                                                            1.      Menanyakan perasaan klien saat ini.
                                                            2.      Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi
setelah menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik,
menyibukkan diri dengan kegiatan, dan bercakap-cakap).
c.       Kontrak
                                                            1.      Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat.
                                                            2.      Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 30 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
3.      Tahap kerja
a.       Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah
kambuh karena obat member perasaan tenang, dan memperlambat
kambuh.
b.      Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab
kambuh.
c.       Terapis meminta klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu
memakannya. Buat daftar di whiteboard.
d.      Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obat, benar dosis obat.
e.       Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
f.       Berikan pujian pada klien yang benar.
g.      Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
h.      Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di
whiteboard).
i.        Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah halusinasi / kambuh.
j.        Menjelaskan akibat / kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi / kambuh.
k.      Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
l.        Member pujian tiap kali klien benar.
4.      Tahap terminasi.
a.       Evalusi
                                                            1.      Terapis menanyakan perasan klien setelah mengikuti TAK.
                                                            2.      Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang
sudah dipelajari.
                                                            3.      Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b.      Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontol halusinasi, yaitu
menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap, dan patuh
minum obat.
c.       Kontrak yang akan datang
                                                            1.      Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk
mengontrol halusinasi.
                                                            2.      Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan
indikasi klien.
 
12. Evalusi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evalusi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan halusinasi Sesi 5, kemampuan klien yang
diharapkan adalah menyebutkan lima benar cara minum obat, keuntungan minum
obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Gunakan formulir evaluasi yang ada.
 
 
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 5 benar cara minum obat, manfaat minum
obat, dan akibat tidak patuh minum obat (kambuh). Anjurkan klien minum obat
dengan cara yang benar.
 
12. Setting Tempat
 
1.      Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2.      Ruangan nyaman dan tenang.
 
   

Keterangan:
Leader
Co. Leader
Fasilitator
Klien
 Observer
 
 
 
13. Tata Tertib dan Program Antisipasi
a. Tata Tertib
1)      Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2)      Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3)      Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
4)      Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan (TAK)
berlangsung.
5)      Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan
kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
6)      Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan.
7)      Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
8)      Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun Tak belum
selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk
memperpanjang waktu TAK kepada anggota.
b. Program Antisipasi
Ada beberapa langkah yanga dapat diambil dalam mengantisipasi kemungkinan
yang akan terjadi pada pelaksanaan TAK. Langkah-langkah yang diambil dalam
program antisipasi masalah adalah:
1)      Apabila ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti TAK, namun pada
saat pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka langkah yang diambil adalah:
mempersiapkan klien cadangan yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria dan
telah disepakati oleh anggota kelompok lainnya.
2)      Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang tidak mentaati tata
tertib yang telah disepakati, maka berdasarkan kesepakatan ditegur terlebih
dahulu dan bila masih tidak cooperative maka dikeluarkan dari kegiatan.
3)      Bila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader
memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan tidak boleh
dilakukan.
 
15. Penutup
Demikian proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan serta partisipasinya
dalam kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.

Lembar Evalusi Kemampuan Pasien


 
Sesi 5: TAK
CONTOH Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi
 
Menyebutkan limaMenyebutkan Menyebutkan akibat
No Nama klien benar cara minumkeuntungan minumtidak patuh minum
obat obat obat
1 Tn. D      
2 Tn. I      
3 Tn. I      
4 Tn. R      
5 Tn. I      
6 Ny. J      
7 Ny. N      
8        
 
Petunjuk:
                  1.      Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
                  2.      Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar
cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.
Beri tanda (V) jika klien mampu dan beri tanda (X) jika klien tidak mampu.
 
DAFTAR PUSTAKA

Burns.et.al. (1999). Assessment Scales in Old Psychiantry. Martin Dunitz Ltd. London.

Carpenito, Lynda Juall. (1988). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6, Cetakan 1.


Alih Bahasa Yasmin aSIH, sKP. Jakarta : Penerbit EGC.

https://islalluddin-belajarkesehatan.blogspot.com/2017/11/terapi-aktivitas-kelompok-
halusinasi.html

Fortinash & Worret, (1996), Psychiantric Mental Health Nursing, CV Mosby, St. Louise
Missouri.

Azizah, Lilik Ma’ rifatul. Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik). Edisi Pertama;
Graha Ilmu, 2001.

Anda mungkin juga menyukai