Oleh :
Dian Febiola Christian
210070300111049
Kelompok 3
1) Eksudat
Efusi pleura eksudat adalah efusi pleura yang disebabkan oleh peradangan
pada pleura maupun terdapat masalah pada paru-paru. Beberapa
kemungkinan penyebab efusi pleura eksudat adalah:
a) Simpel eksudat seperti: adanya infeksi (virus, bakteri, parasite),
penyakit tuberculosis, adanya keganasan (malignancy) yang sudah
metastasis primer, Penyakit jaringan ikat (SLE, Arthritis Reumathoid),
Penyakit imun, penyakit gastrointestinal, inflamasi lainnya seperti
embolisme paru, serta kondisi iatrogenic (kesalahan dalam menentukan
diagnosis).
b) Pyothorax, penyebabnya adalah infeksi bakteri, TB, amoeba, atau
jamur.
c) Hemothorax, penyebabnya adalah trauma, pembedahan, perdarahan.
d) Chylothorax, penyebabnya adalah pembedahan, keganasan, idiopatik,
kongenital, filariasis.
2) Transudat
Efusi pleura transudate adalah efusi pleura yang terjadi ketika terdapat
penumpukan cairan yang disebabkan oleh keluarnya cairan dari pembuluh
darah. Beberapa kemungkinan penyebab efusi pleura transudate adalah
karena penyakit gagal jantung kongestif, sirosis, asites, sindrom nefrotik,
urinothorax, dan peritoneal dialysis.
Selain kedua penyebab tersebut, terdapat beberapa factor risiko
terjadinya efusi pleura seperti:
1) Pneumonia
2) Usia yang lebih tua, penurunan berat badan, riwayat merokok mengarah
pada diagnosis efusi pleura ganas.
3) Pembengkakan kaki atau trombosis vena dalam dapat menyebabkan efusi
yang berhubungan dengan emboli paru.
4) Paparan asbes sebelumnya dapat menjadi penyebab efusi jinak atau ganas
yang berhubungan dengan mesothelioma.
5) Prosedur esofagus atau riwayat minum alkohol menunjukkan efusi pleura
yang berhubungan dengan ruptur esofagus.
6) Penggunaan obat-obatan jangka panjang tertentu, seperti amiodarone,
metotreksat, fenitoin, nitrofurantoin, dan isoniazid
3. TANDA DAN GEJALA
Presentasi klinis efusi pleura tergantung pada jumlah cairan yang ada
dan penyebab yang mendasarinya. Banyak pasien tidak memiliki gejala
(asimptomatik) pada saat ditemukan efusi pleura. Gejala yang mungkin timbul
termasuk:
1) Nyeri dada pleuritik,
Nyeri dada yang berhubungan dengan efusi pleura disebabkan oleh
peradangan pleura pada pleura parietal akibat gesekan yang berhubungan
dengan gerakan antara dua permukaan pleura. Nyeri dada pleuritik dapat
terlokalisasi. Nyeri biasanya tajam dan diperburuk oleh pergerakan
permukaan pleura, seperti saat inspirasi dalam, batuk, dan bersin. Rasa
sakit mereda dengan pengikatan dada atau akumulasi cairan.
2) Dispnea, (sesak napas)
3) Batuk kering yang tidak produktif.
4) Kesulitan bernapas saat berbaring
5) Demam
6) Adanya gejala penyakita seperti demam, menggigil,dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosis),
banyak keringat, batuk, terdapat dahak.
7) Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
Hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan pada pasien dengan efusi
pleura diantaranya adalah:
1. Adanya tanda-tanda peningkatan volume cairan
2. Penurunan taktil fremitus
3. Perkusi paru yang redup
4. Suara napas berkurang atau tidak ada.
Efusi pleura masif hadir dengan gangguan pernapasan dan tanda-tanda
pergeseran mediastinum.
4. KLASIFIKASI
Efusi pleura di bagi menjadi 2 (Morton, 2012) yaitu:
1) Efusi pleura transudate
Merupakan ultra filtrat plasma, yang menandakan bahwa membrane pleura
tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan di sebabkan oleh factor sistemik
yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.
2) Efusi pleura eksudat
Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler
yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat.
5. PATOFISIOLOGI
D'Agostino (2021) menjelaskan bahwa efusi pleura berkembang
ketika terjadi perubahan homeostasis cairan dan zat terlarut, dan
mekanisme yang menyebabkan perubahan ini menentukan apakah itu akan
menjadi efusi eksudatif (kandungan protein tinggi) atau transudatif
(kandungan protein rendah). Eksudat adalah cairan yang bocor di sekitar
sel-sel kapiler dan disebabkan oleh peradangan, sedangkan transudat
adalah cairan yang didorong melalui kapiler karena tekanan tinggi di
dalam kapiler. Ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik
di dalam kapiler menyebabkan efusi transudat. Perubahan faktor inflamasi
lokal yang memicu akumulasi cairan pleura merupakan efusi eksudatif.
Akumulasi cairan di rongga pleura disebabkan oleh kecepatan
produksi cairan pleura melebihi kecepatan reabsorpsi. Efusi tipe eksudatif
terjadi ketika laju filtrasi melebihi aliran getah bening maksimum,
menghasilkan efusi dengan kandungan protein yang lebih tinggi dari
biasanya. Eksudat terbentuk ketika permeabilitas protein kapiler sistemik
meningkat, menyebabkan peningkatan konsentrasi protein cairan pleura.
Efusi pleura eksudatif umumnya disebabkan oleh infeksi seperti
pneumonia, keganasan, penyakit granulomatosa seperti tuberkulosis atau
coccidioidomycosis, penyakit pembuluh darah kolagen, dan keadaan
inflamasi lainnya.
Peningkatan permeabilitas air kapiler dan mesotel menyebabkan
cairan hipoonkotik (kandungan protein lebih rendah), dan jika filtrasi
melebihi reabsorpsi getah bening maksimum melalui stomata parietal,
bentuk transudat. Efusi pleura transudatif terjadi pada gagal jantung
kongestif, sirosis, sindrom nefrotik dan malnutrisi. Tiga kondisi terakhir
mencerminkan penurunan tekanan onkotik koloid akibat hipoalbuminemia.
Efusi cairan pleura lokal terlihat dari emboli paru dapat terjadi
akibat peningkatan permeabilitas kapiler karena pelepasan sitokin dan
mediator inflamasi dari trombus yang kaya akan trombosit.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Chest X-Rays
Radiografi dada posteroanterior dan lateral merupakan teknik yang
paling penting untuk diagnosis awal efusi pleura. Jumlah cairan yang
terlihat pada film posteroanterior adalah 200 mL, sedangkan penumpulan
sudut kostofrenikus dapat terlihat pada film lateral ketika sekitar 50 mL
cairan telah terkumpul. Klasik, opacity homogen terlihat dengan obliterasi
sudut kostofrenikus dan batas atas melengkung, yaitu, kurva berbentuk S
Ellis. Berikut ini merupakan beberapa gambaran chest x-rays pada pasien
dengan efusi pleura:
2) USG Thorax
Sejumlah kecil efusi pleura dapat dideteksi secara akurat dengan
ultrasonografi. Gambaran ultrasonografi efusi pleura ditandai dengan
ruang bebas gema antara pleura viseral dan parietal. Ultrasonografi
berguna dalam kasus efusi pleura loculated untuk konfirmasi diagnosis dan
untuk menandai situs untuk thoracocentesis. Dengan adanya kekeruhan
hemitoraks pada radiografi dada, ultrasonografi juga membantu dalam
membedakan antara lesi berisi cairan dan padat. Karakteristik sonografi
efusi sangat membantu dalam membedakan transudat dan eksudat.
3) CT Thorax
Pemindaian computed tomography (CT) dengan gambar
penampang dapat digunakan untuk mengevaluasi situasi kompleks di mana
anatomi tidak dapat sepenuhnya dinilai dengan radiografi polos atau
ultrasonografi. CT dapat berguna dalam membantu memilih lokasi
drainase empiema, membedakan empiema dari abses paru, dan
mengidentifikasi lokasi selang dada pada drainase empiema yang gagal.
Tanda pleura split pada gambar yang terlihat pada CT dada dengan kontras
menunjukkan penebalan pleura yang mendasarinya. Terdapat peningkatan
penebalan viseral dalam dan pleura parietal luar, dengan pemisahan oleh
kumpulan cairan pleura. Berikut ini merupakan gambaran CT Thorax pada
pasien dengan efusi pleura:
4) Thoracentesis
Thoracentesis dan analisis cairan pleura dapat menentukan
penyebab efusi. Sebuah thoracentesis biasanya diindikasikan jika efusi
pleura yang signifikan secara klinis hadir dengan gambaran radiografi
setebal setidaknya 10 mm. Akumulasi cairan pleura dapat dievaluasi lebih
lanjut dengan penampilan kasar, mikroskop klinis, temuan sitopatologi,
mikrobiologi, pH, penanda tumor, dan studi kimia lainnya. Penentuan
Kriteria Ringan dapat digunakan untuk menentukan apakah efusi eksudatif
atau transudatif.
a) Protein cairan pleura / Protein serum > 0,5
b) LDH cairan pleura / LDH serum > 0,6
c) LDH cairan pleura > 2/3 * batas atas serum LDH sesuai rentang
referensi
5) Biopsy
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa.
6) Broncoscopy
Pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara langsung untuk membantu
menemukan penyebab efusi pleura.
7) Torakostomi
Sistem Neurologis
- Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji. Disamping itu juga diperlukan
pemeriksaan GCS, apakah composmentis atau somnolen atau comma.
- Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya. Selain itu fungsi-
fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan dan pengecapan.
Ekstremitas
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial. Selain itu, palpasi
pada kedua ekstremitas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan
pemerikasaan capillary refiltime. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan
pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.
Jany, B., & Welte, T. (2019). Pleural Effusion in Adults-Etiology, Diagnosis, and
Treatment. Deutsches Arzteblatt International, 116 (21), 377–386.
https://doi.org/10.3238/arztebl.2019.0377.
Karkhanis, V. S., & Joshi, J. M. (2012). Pleural effusion: diagnosis, treatment, and
management. Open access emergency medicine: OAEM, 4, 31–52.
https://doi.org/10.2147/OAEM.S29942.
Krishna, R., & Rudrappa, M. (2021) Pleural Effusion. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448189/.