Pada bulan Juni 2021, terjadi deflasi sebesar -0,16% (mtm) dan infllasi 1,68% (yoy)
yang disebabkan oleh turunnya Indeks Harga Konsumen (IHK) pada empat kelompok
pengeluaran dengan andil deflasi terbesar disumbangkan oleh kelompok pengeluaran
Makanan, Minuman & Tembakau yaitu sebesar -0,18% dan deflasi sebesar -0,71%.
Berdasarkan komponen, inflasi dikelompokkan mejadi lima dan pada Juni 2021 tiga
kelompok mengalami deflasi dengan andil deflasi terbesar disumbangkan oleh kelompok
komponen barang bergejolak atau volatile food sebesar -0,21% dengan deflasi -1,23%
diikuti oleh kelompok komponen bahan makanan dengan andil deflasi sebesar -0,20%,
dan yang terakhir adalah kelompok komponen harga diatur pemerintah atau
administered price dengan andil deflasi sebesar -0,04%. Sedangkan, kelompok
komponen inti memberikan andil inflasi sebesar 0,09%. Deflasi pada kelompok bahan
makanan dipengaruhi oleh adanya bahan makanan yang menyumbangkan andil deflasi
yaitu ayam hidup dan daging sapi sebesar -0,01%; bawang merah -0,02%; cabai rawit
sebesar -0,04%; daging ayam ras -0,06%; dan cabai merah -0,09%. Sedangkan, bahan
makanan yang menyumbangkan andil inflasi adalah telur ayam ras sebesa 0,02%;
bayam, kacang panjang, minyak goring dan sawi hijau sebesar 0,01%.
Harga beras di Indonesia pada Juni 2021 mengalami penurunan sebesar -0,35%
dibandingkan bulan sebelumnya dan turun -1,91% apabila dibandingkan dengan bulan
Juni 2020 dengan koefisien keragaman (KK) harga bulanan sebesar 0,47% pada level
harga yang masih tinggi yaitu rata-rata sebesar Rp 10.616/kg. Penurunan harga beras
Medium selama Juni 2021 dikarenakan tingkat permintaan yang relatif stabil serta
penurunan harga beras di tingkat penggilingan dan di tingkat grosir. Selain itu, turunnya
harga beras mediun juga di dorong penurunan harga di beberapa kota terutama yaitu
Riau, Bengkulu, DI Yogyakarta dan Kendari. Penurunan harga beras pada bulan ini
berbanding terbalik dengan harga gabah kering panen (GKP) yang mengalami
peningkatan baik di tingkat petani maupun penggilingan yaitu masing-masing 3,37% dan
3,27%. Begitupun dengan harga kering giling (GKG) di tingkat petani dan penggilingan
yang naik sebesar 0,40% dan 0,73%. Kenaikan harga gabah selama Mei dan Juni ini
dikarenakan adanya upaya pemerintah melalui Gerakan serap gabah di berbagai sentra
produksi. Gerakan serap gabah dan pengendalian harga di tingkat petani dilakukan
sinergis oleh Kementan bersama Bulog, BUMN klaster pangan, dan pemerintah daerah.
Di pasar internasional, harga beras pada Juni 2021 justru mengalami penurunan
dibanding bulan sebelumnya. Harga beras jenis Thai 15% dan Viet 15% selama bulan Juni
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri iii
2021 mengalami penurunan masing-masing sebesar -6,55% ( USD 458/ton menjadi USD
428/ton) dan -6,47% (dari USD 479/ton menjadi USD 448/ton).
Penurunan harga terjadi pada komoditas cabai merah. Pada Juni 2021,
perkembangan harga cabai merah di pasar domestik mengalami penurunan sebesar -
21,61% dari Rp 41.805/kg menjadi Rp 32.769/kg. Sedangkan, harga cabai rawit
mengalami penurunan sebesar -12,83% dari Rp 64.065/kg menjadi Rp 55.843/kg. Harga
cabai merah tertinggi ditemukan di Kota DKI Jakarta dengan harga mencapai Rp
40.688/kg, diikuti Kota Bandung sebesar Rp 33.400/kg dan yang terendah ditemukan di
Kota Denpasar dengan harga Rp 18.202/kg. Sementara itu, harga cabai rawit tertinggi
juga ditemukan di Kota DKI Jakarta yaitu sebesar Rp 48.443/kg diikuti oleh Kota Bandung
sebesar Rp 43.410/kg dan yang terendah ditemukan di Kota Makassar sebesar Rp
22.811/kg. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terdapat beberapa jenis cabai yang di
ekspor atau di impor dari atau ke Indonesia pada tahun 2021, antara lain : (1) HS
0709.601.000 Chillies (fruits of genus Capsicum), fresh or chilled; (2) HS 0904.211.000
Chillies (fruits of the genus Capsicum), dried, neither crushed nor ground; (3)
0904.221.000 Chillies (fruits of the genus Capsicum), dried, crushed/ground. Hingga
Maret 2021, ekspor cabai Indonesia mencapai 139.397 kg dengan pertumbuhan sebesar
0,17%. Sedangkan, volume impor cabai naik 0,46% menjadi 5.506.336 kg pada Maret
2021.
Pada Bulan Juni 2021 harga pada komoditas daging ayam turut mengalami
penurunan. Harga daging ayam ras pada bulan Juni 2021 tercatat turun sebesar 2,15%
dari Rp 36.254/kg menjadi Rp 35.476/kg. Penurunan harga pada bulan ini masih
membuat harga ayam berada di atas harga acuan terbaru yang ditetapkan pemerintah
sebesar Rp 35.000/kg, sebagaimana tercantum dalam permendag No. 7 Tahun 2020.
Penurunan harga tersebut cenderung disebabkan karena mulai Bulan Juni 2021
permintaan masyarakat Indonesia akan daging ayam mulai menurun seiring berakhirnya
masa perayaan hari besar keagamaan dengan kondisi pasokan yang relatif stabil. Di
tingkat peternak, harga ayam hidup (livebird) mengalami penurunan sebesar -3,42% dari
Rp 20.832/kg menjadi Rp 20.120/kg. Tingkat harga livebird di bulan ini sudah cukup baik
karena berada diantara batas bawah dan batas atas harga acuan daging ayam ras di
tingkat peternak yang berlaku yaitu sebesar Rp 19.000 - Rp 21.000/kg. Harga daging
ayam ras tertinggi ditemukan di Tanjung Selor sebesar Rp 46.119/kg sedangkan harga
terendahnya ditemukan di Gorontalo sebesar Rp 27.107/kg, dengan range antar harga
tertinggi dan harga terendah adalah sebesar 19.012/kg. Di pasar internasional pada Mei
Informasi Utama
● Harga beras Medium di pasar domestik pada bulan Juni 2021 turun -0,35% bila
dibandingkan dengan harga pada bulan Mei 2021 dan turun sebesar -1,91% jika
dibandingkan dengan harga pada bulan Juni 2020.
● Harga beras secara nasional selama satu tahun mulai periode Juni 2020 – Juni 2021
relatif stabil dengan koefisien keragaman (KK) harga bulanan sebesar 0,47% namun
pada level harga yang masih tinggi yaitu rata-rata sebesar Rp 10.616,-/kg.
● Disparitas harga beras medium antar wilayah pada bulan Juni 2021 dengan koefisien
keragaman harga bulanan antar kota masih berada pada besaran 8,78% tidak berbeda
jauh dengan satu bulan sebelumnya yaitu 8,77%.
● Harga beras Internasional selama bulan Juni 2021 mengalami penurunan dibandingkan
satu bulan sebelumnya. Harga beras jenis Thai 15% dan Viet 15% mengalami
penurunan masing-masing sebesar -2,56% dan -0,83% (mom).
Harga beras Medium di pasar domestik pada bulan Juni 2021 turun -0,35% bila dibandingkan
dengan harga pada bulan Mei 2021 dan turun sebesar -1,91% jika dibandingkan dengan harga
pada bulan Juni 2020 (Gambar 1). Penurunan harga beras Medium selama Juni 2021
dikarenakan tingkat permintaan yang relatif stabil serta penurunan harga beras di tingkat
penggilingan dan di tingkat grosir. Selain itu, turunnya harga beras mediun juga di dorong
penurunan harga di beberapa kota terutama yaitu Riau, Bengkulu, DI Yogyakarta dan Kendari.
Fluktuasi harga beras selama satu tahun periode Juni 2020 – Juni 2021 masih relatif stabil
dibandingkan periode satu bulan sebelumnya dengan nilai Koefisien Variasi (Kovar) sebesar
0,47% dan rata-rata harga di tingkat konsumen sebesar Rp 10.616/kg. Harga beras selama bulan
Juni 2021 mengalami penurunan harga dibandingkan bulan sebelumnya, dan memberi andil
terhadap deflasi pangan bergejolak (volatile food) yang mana pada Juni 2021 mengalami Deflasi
sebesar -1,23%. Inflasi volatile food juga terdorong oleh penurunan harga pada beberapa
komoditi terutama cabe merah, daging ayam ras, cabai rawit, bawang merah, serta daging sapi
(Rilis BPS, 01 Juli 2021).
Pada bulan ini, menurunnya harga beras medium di tingkat konsumen belum sejalan dengan
harga gabah yang mengalami kenaikan baik di tingkat petani maupun penggilingan. Harga
gabah kering panen (GKP) mengalami peningkatan harga baik di petani maupun penggilingan,
masing-masing sebesar 3,37% dan 3,27%. Demikian halnya dengan harga gabah kering giling
(GKG) di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan mengalami peningkatan harga masing-
masing sebesar 0,40% dan 0,73% (Berita Resmi BPS, 01 Juli 2021). Harga Gabah naik dalam dua
bulan terakhir yaitu Mei dan Juni sehingga memberi dampak positif bagi petani. Kenaikan harga
gabah selama Mei dan Juni ini dikarenakan adanya upaya pemerintah melalui Gerakan serap
gabah di berbagai sentra produksi. Gerakan serap gabah dan pengendalian harga di tingkat
Peningkatan harga gabah GKP dan GKG belum sejalan dengan harga beras di tingkat
penggilingan, baik medium maupun premium. Selama bulan Juni 2021, harga beras di tingkat
penggilingan mengalami penurunan harga baik kualitas premium maupun medium. Harga beras
premium turun sebesar -0,93% dibandingkan satu bulan sebelumnya dari Rp 9.627/kg menjadi
Rp 9.537/kg dan harga beras medium turun sebesar -0,03% dari Rp 8.910/kg menjadi Rp
8.907/kg (Gambar 2).
Harga beras di Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC) selama bulan Juni 2021 bervariasi untuk
semua jenis beras. Harga beras jenis Premium dan Medium mengalami penurunan harga
dibandingkan satu bulan sebelumnya masing-masing sebesar -1,03% dan -1,16%. Penurunan
harga beras di pasar PIBC dikarenakan stok yang cukup. Sejalan dengan hal tersebut, harga
beras di tingkat grosir selama bulan Juni 2021 juga mengalami penurunan sebesar -0,01%,
sedangkan pada bulan sebelumnya harga beras di tingkat grosir naik sebesar 0,28% (Berita
Resmi BPS, 01 Juli 2021).
Ket: Beras kualitas premium: IR 1 dan Muncul 1; Beras kualitas Medium: IR 2, IR 3, Muncul 2, Muncul 3
Sumber: PIBC dan Ditjen PDN, diolah
Data harga beras Medium menurut ibu kota Propinsi selama bulan Juni 2021 menunjukkan
adanya perbedaan antara wilayah satu dengan yang lainnya. Perbedaan harga beras antar
wilayah/provinsi (disparitas) ditunjukkan oleh nilai coeffisien of variation (CV) dari harga beras di
setiap wilayah di Indonesia selama bulan April 2021 dengan nilai sebesar 8,78%. Harga beras
(medium) tertinggi terjadi di kota Manokwari yaitu Rp 12.583/kg dan harga beras (medium)
terendah yaitu Rp 9.000/kg terjadi di kota Jambi.
Disparitas harga selama Juni 2021 masih terjaga di angka 8,78% tidak berbeda jauh dengan satu
bulan sebelumnya yaitu sebesar 8,77% namun kurang dari 9%, artinya perbedaan harga sudah
Fluktuasi harga beras antar waktu selama bulan Juni 2021 di 34 kota masih cukup stabil dengan
koefisien keragaman harga harian antar waktu sebesar 0,20% (Gambar 4). Selama Juni 2021,
kota dengan fluktuasi harga cukup tinggi yaitu Palembang sebesar 4,16%; Pekanbaru 3,43%;
Medan 2,92%; Tanjung Pinang 2,92%; Bandung 2,09%; Banjarmasin 2,00%; Mataram 1,89% dan
Jakarta 1,24%. Sementara kota-kota lainnya relatif stabil dengan fluktuasi harga kurang dari 1%
(Gambar 4).
Gambar 4. Koefisien Keragaman (%) antar waktu per Ibu Kota Provinsi, Juni 2021
Berdasarkan data harga di 34 kota yang bersumber dari SP2KP menunjukkan bahwa Secara
umum, Harga beras berdasarkan Ibukota Provinsi di Indonesia selama Juni 2021 menunjukkan
Harga beras Internasional selama bulan Juni 2021 mengalami penurunan dibandingkan satu
bulan sebelumnya. Harga beras jenis Thai 15% dan Viet 15% mengalami penurunan masing-
masing sebesar -6,55% ( dari US$ 458/ton menjadi US$ 428/ton) dan -6,47% (dari US$ 479/ton
menjadi US$ 448/ton) (mom) (Gambar 5). Faktor penyebab menurunnya harga beras
internasional selama Juni 2021 dibandingkan Mei 2021 adalah sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan kembali ekspornya dimana pada tahun 2020 ekspor beras Thailand hanya
sebanyak 5,7 juta ton. salah satu penyebab adalah tingginya harga beras akibat terbatasnya
jumlah kontainer selama pandemi sehingga meningkatkan biaya pengiriman serta faktor cuaca
yaitu musim kekeringan. Tahun 2021, Pemerintah Thailand meningkatkan target ekspornya
menjadi 6 juta ton sehingga perlu upaya dalam mencapainya agar dapat bersaing dengan harga
beras dari negara lain seperti India, Pakistan dan Vietnam. Jika dibandingkan dengan periode
yang sama pada tahun sebelumnya, harga beras jenis Thai broken 15% mengalami penurunan
sebesar -10,27% sementara harga beras jenis Viet broken 15% naik sebesar 2,52% (yoy).
Stok beras CBP selama Juni 2021 sebesar 1,38juta ton, terdiri dari beras medium dalam negeri
sebanyak 1,12 juta ton dan eks impor sebanyak 229.641 ton serta lainnya sebanyak 28.511. ton
(ex.komersil dan Mixing) (Tabel 2). Dalam menjaga stabilisasi harga beras di dalam negeri,
sampai dengan Juni 2021 penyaluran beras Bulog (beras CBP) untuk operasi pasar(OP) CBP
/KPSH berjumlah 188.469 ton atau ada tambahan sekitar 59.217 ton dari bulan sebelumnya
sebanyak 130.252 ton. Selain untuk program stabilisasi yang rutin dilakukan, selama pandemi
covid-19, beras Bulog juga banyak digunakan untuk kegiatan seperti program sembako beras
sampai dengan Juni 2021 sebanyak 54.018 ton. Cadangan beras di Bulog sebanyak 1,39 juta ton
tersebar ke beberapa wilayah di seluruh Indonesia. Wilayah dengan stok beras Bulog yang
cukup tinggi yaitu Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Jawabarat dan Jawa tengah. Sedangkan stok
beras Bulog yang relative kecil terdapat di Bengkulu dan Bali dengan Jumlah stok kurang atau
sama dengan 5 ribu ton.
Ketersediaan beras selain berasal dari stok dan produksi dalam negeri, juga berasal dari
pengadaan luar negeri (impor). Total impor beras selama Januari – April 2021 mencapai 83.270
ton atau naik sebesar 20,9% dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar 68.883 ton
(Tabel 3). Adanya peningkatan impor beras selama periode Jan-April 2021 merupakan impor
beras diluar tujuan untuk cadangan beras pemerintah (CBP) yang mana impor beras CBP hanya
dapat dilakukan melalui penugasan dari Pemerintah kepada Bulog. Impor beras selama Jan-
April 2021 merupakan impor beras umum dan beras khusus sebagaimana diatur dalam
Permendag No1 Tahun 2018 tentang ketentuan ekspor dan impor beras.
Tabel 3. Ekspor dan Impor Beras (Nilai & Volume), 2017-2021 (Jan-April)
Di Pasar Domestik, Harga beras Medium di bulan Juni tahun 2021 terkendali dan mengalami
penurunan harga sebesar -0,35%. Namun demikian, sepertihalnya satu bulan sebelumnya pada
bulan Juni ini harga gabah mengalami kenaikan harga, baik di tingkat petani maupun
penggilingan setelah 3 bulan berturut-turut yaitu Februari-April mengalami penurunan harga.
Kenaikan harga gabah di tingkat petani sejak Mei dan Juni ini salah satunya adalah upaya
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri 9
pemerintah untuk meningkatkan harga gabah di petani pasca panen raya melalui Gerakan Serap
Gabah. Upaya ini berdampak postif pada harga gabah di bulan berikutnya dimana harga gabah
mengalami kenaikan. Namun demikian, potensi hujan yang masih lebih tinggi akan berdampak
pada kandungan air (KA) menjadi tinggi, yang mana KA gabah tahun 2021 lebih tinggi dari 3
tahun sebelumnya. Meski KA gabah tinggi, harga gabah masih lebih tinggi dari HPP yang
ditetapkan. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga GKP dan GKG di tingkat petani masih pada
harga yang profitable, didukung juga dengan hasil produksi gabah yang mengalami kenaikan
selama musim panen. Diproyeksikan bahwa kenaikan produksi gabah selama tahun 2021 naik
sebesar 2-3,1% dibandingkan tahun 2020. Sementara itu, selama periode Januari-April 2021
produksi gabah naik 2,7% dibandingkan periode yang sama tahun 2020 (BPS, Juni 2021).
Sejalan dengan terjaganya harga beras di tingkat konsumen, pemerintah sudah memastikan
bahwa selama semester I tahun 2021 tidak akan impor. Adapun tiga indikator1 yang selama ini
menjadi dasar kebijakan tidak impor beras yaitu proyeksi produksi, stok beras CBP perum Bulog
selama 6 bulan serta harga beras medium di pasar. Berdasarkan indikator ini, proyeksi produksi
selama tahun 2021 lebih tinggi dari produksi beras tahun 2020 serta stok beras CBP Bulog
sampai dengan Juni 2021 sebesar 1, 38 juta ton dan stok beras di masyarakat sekitar 5 juta ton
(Bulog, Juni 2021). Stok ini masih cukup aman dan harga beras medium di tingkat konsumen
cukup terkendali dan tidak ada kenaikan harga yang signifikan.
Namun demikian, dalam upaya menjaga stabilitas harga dan menjamin ketersediaan stok
pangan khususnya beras antara lain (i) Peningkatan produksi dalam negeri, (ii) mendorong
pengadaan Gabah/beras Dalam Negeri saat panen raya sehingga harga gabah di tingkat petani
tidak anjlok; (iii) meningkatkan efektivitas Bulog dalam penyerapan gabah/beras sehingga
target penyerapan gabah/beras DN Bulog selama tahun 2021 sekitar 1,55 – 1,85 juta ton dapat
terealisasi, dan dapat meningkatkan stok CBP pada stok idealnya yaitu 1,5 juta ton hingga akhir
tahun 2021, (iv) menjaga kelancaran distribusi (logistic) pangan di dalam negeri serta (v)
monitoring harga secara berkala melalui koordinasi dengan Dinas terkait di daerah.
Di Pasar Internasional, harga beras internasional pada bulan Juni 2021 mengalami Penurunan.
Faktor penyebab penurunan harga beras internasional adalah selain produksi yang cukup di
negara produsen, juga ada kebijakan pemerintah Thailand untuk meningkatkan ekspor. Setelah
tahun 2020 ekspor beras Thailand turun, maka pada tahun 2021 ekspor ditargetkan sebesar 6
juta ton lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu 5,7 juta ton. Turunnya ekspor tahun 2020
dikarenakan harga beras yang tinggi karena keterbatasan container yang menyebabkan biaya
pengiriman meningkat serta faktor cuaca yaitu musim kekeringan yang mempengaruhi produksi.
1
https://ekonomi.bisnis.com/read/20210701/12/1412736/indonesia-belum-butuh-impor-beras-ini-indikatornya
Dalam pencapaian target ekspor tahun 2021, pemerintah Thailand melakukan upaya-upaya
diantaranya memberikan insentif bagi petani seperti subsidi untuk jenis beras tertentu sehingga
harga ekspor dapat bersaing dengan harga beras dari negara lain seperti India, Pakistan, dan
Vietnam serta melalui promosi dan mencari alternatif varietas yang lebih baik untuk kembali
memperkenalkan beras Thailand di pasar dunia (The National of Thailand, Juni 2021).
Informasi Utama
● Harga cabai merah di pasar dalam negeri pada bulan Juni 2021 mengalami penurunan
yaitu sebesar -21,61 % atau sebesar Rp 32.769,-/kg, dibandingkan dengan bulan Mei
2021 yaitu sebesar -12,70 % atau sebesar Rp 41.805,-/kg. Dan jika dibandingkan dengan
bulan Juni 2020, harga cabai merah juga mengalami kenaikan sebesar 21,85 %.
● Untuk cabai rawit, harga mengalami penurunan yaitu sebesar -12,83 % atau sebesar Rp
55.843,- bila dibandingkan dengan bulan Mei 2021 sebesar Rp 64.065,-. Harga
mengalami kenaikan yaitu sebesar 55,93 % jika dibandingkan dengan Juni 2020.
● Harga cabai secara nasional tidak stabil selama satu tahun ini. Kondisi ini ditunjukkan
oleh koefisien keragaman (KK) harga bulanan untuk Juni 2020 sampai dengan Juni 2021
yang tinggi yaitu sebesar 21,15 % untuk cabai merah dan 38,48 % untuk cabai rawit.
Khusus bulan Juni 2021, KK harga rata-rata harian secara nasional sebesar 29,63 %
untuk cabai merah dan sebesar 10,05 % untuk cabai rawit.
● Disparitas harga antar wilayah pada bulan Juni 2021 cukup tinggi dengan KK harga
bulanan antar wilayah untuk cabai merah mencapai 46,50 % dan cabai rawit mencapai
36,94 %.
Tabel 1 menunjukkan harga cabai merah dan cabai rawit pada Juni 2021 di 8 kota utama di
Indonesia. Untuk cabai merah harga tertinggi tercatat di kota Jakarta sebesar Rp 40.668,-/kg dan
terendah tercatat di kota Denpasar sebesar Rp 18.202,-/kg. Sedangkan untuk cabai rawit, harga
tertinggi tercatat di kota Jakarta sebesar Rp 48.443,-/kg dan terendah tercatat di kota Makasar
sebesar Rp 22.881,-/kg. Secara rata-rata nasional, fluktuasi harga cabai cukup tinggi selama
periode Juni 2020 – Juni 2021 dengan KK sebesar 21,15 % untuk cabai merah dan 38,48 % untuk
cabai rawit. Khusus bulan Juni 2021, KK harga rata-rata harian secara nasional sebesar 29,63 %
untuk cabai merah dan sebesar 10,05 % untuk cabai rawit.
Disparitas harga antar daerah pada bulan Juni 2021 meningkat bila dilihat berdasarkan KK harga
bulanan antar wilayah untuk cabai merah mencapai 46,50 %, dan juga meningkat untuk cabai
rawit sebesar 36,94 % bila dibandingkan dengan bulan Mei 2021. Jika dilihat per kota (Gambar
2), fluktuasi harga cabai merah berbeda antar wilayah. Kota Manokwari, Palembang dan
Yogyakarta adalah beberapa kota yang perkembangan harganya relative stabil dengan koefisien
keragaman di bawah 9% yakni masing-masing sebesar 2,40 %, 4,59 % dan 6,26 %. Di sisi lain kota
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri 14
Pontianak, Kota Denpasar dan Kota Jayapura adalah beberapa kota dengan harga paling
berfluktuasi dengan koefisien keragaman lebih dari 9% yakni masing-masing sebesar 18,93 %,
13,12 %, dan 11,92 %.
Fluktuasi harga cabai rawit juga berbeda antar wilayah. Kota Palangkaraya, kota Jayapura dan
Kota Palu yang perkembangan harganya relatif stabil dengan koefisien keragaman masing-
masing sebesar 2,74 %, 5,02 % dan 6,08 %. Di sisi lain Kota Bangka Belitung, Kota Banten dan
Kota Ambon adalah beberapa kota dengan harga paling berfluktuasi dengan koefisien
keragaman masing-masing sebesar 59,66 %, 25,84 %, dan 20,76 %. (IKU Koefisien Keragaman
Kementerian Perdagangan 5%-9%).
Gambar 2. Koefisien Keragaman Harga Cabai Tiap Provinsi (%)
Volume impor di bulan Desember terdiri dari 3 kode pos tariff/HS yaitu HS 0709.601.000 Cabe
(buah genus Capsicum), segar atau dingin, HS0904.211.000 cabai (buah dari genuscapsicum)
dikeringkan dan HS 0904.221.000 cabai (buah dari genusapcicum) dihancurkan atau di tumbuk,
dengan negara asal impor cabai adalah India, Republik Rakyat Cina (RRC) dan Malaysia.
Perkembangan impor cabai di Indonesia pada tahun 2021 terus berfluktuasi. Tabel 5
menunjukkan bahwa volume impor pada bulan Desember 2020 sebesar 3.058.559 kg, pada
bulan Februari 2021 mengalami peningkatan yaitu sebesar 3.774.296 kg, dan di bulan Maret
juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 5.506.366 kg dengan pertumbuhan sebesar 0,46 %.
Sebagai informasi, baik data ekspor maupun impor terdapat jeda (lag) 3 bulan untuk bulan ini.
Informasi Utama
● Harga daging ayam broiler di pasar dalam negeri bulan Juni 2021 adalah sebesar Rp
35.476/kg, mengalami penurunan harga sebesar 2,15% dibandingkan bulan Mei 2021
sebesar Rp 36.254/kg, Jika dibandingkan dengan harga bulan Juni 2020 sebesar Rp
37.294/kg, harga daging ayam broiler mengalami penurunan 4,87%. Tingkat harga
daging ayam broiler ini relatif tinggi karena berada diatas harga acuan di tingkat
konsumen yang berlaku yaitu sebesar Rp 35.000/kg.
● Perkembangan harga daging ayam broiler di pasar dalam negeri selama periode Juni
2020 – Juni 2021 cukup fluktuatif dengan rata-rata KK sebesar 8,56%. Harga paling stabil
ditemukan di Maluku Utara dengan KK harga antar waktu sebesar 2,78%, sedangkan
harga paling fluktuatif ditemukan di Banda Aceh dengan KK harga antar waktu sebesar
15,28%
● Disparitas harga daging ayam broiler antar wilayah pada bulan Juni 2021 cukup tinggi
dan mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya, dengan KK harga antar
wilayah di Bulan Juni sebesar 13,28%. Harga daging ayam ras tertinggi ditemukan di
Tanjung Selor sebesar Rp 46.119/kg sedangkan harga terendahnya ditemukan di
Gorontalo sebesar Rp 27.107/kg.
● Harga rata-rata ayam broiler hidup (livebird) di tingkat peternak pada bulan Juni 2021
adalah sebesar Rp 20.120/kg, mengalami penurunan harga yang sebesar 3,42%
dibandingkan bulan Mei 2021 sebesar Rp 20.832/kg. Tingkat harga livebird di bulan ini
berada diantara batas bawah dan batas atas harga acuan daging ayam ras di tingkat
peternak yang berlaku yaitu sebesar Rp 19.000 – Rp 21.000/kg.
● Harga daging ayam broiler di pasar internasional pada bulan Mei 2021 adalah sebesar
Rp33.982/kg mengalami kenaikan sebesar 3,28% jika dibandingkan bulan April 2021
sebesar Rp32.901./kg Jika dibandingkan dengan harga pada bulan Mei tahun lalu
sebesar Rp 22.657/kg, harga daging ayam di pasar internasional naik sebesar 49,98%.
Harga rata-rata nasional daging ayam di pasar domestik pada bulan Juni 2021 tercatat
sebesar Rp 35.476/kg, Harga tersebut mengalami penurunan sebesar 2,15%, jika
dibandingkan bulan Mei 2021 sebesar Rp 36.254/kg, sedangkan jika dibandingkan harga
bulan Juni 2020 sebesar Rp 37.294/kg, harga daging ayam mengalami penurunan sebesar
4,87% (Gambar 1). Dengan tingkat harga tersebut harga daging ayam ras cukup tinggi karena
berada diatas harga acuan di tingkat konsumen yang berlaku yaitu sebesar Rp 35000/kg.,
sebagaimana tercantum dalam permendag No. 7 Tahun 2020 (Gambar 3). Penurunan harga
tersebut cenderung disebabkan karena mulai Bulan Juni 2021 permintaan masyarakat
Indonesia akan daging ayam mulai menurun seiring berakhirnya masa perayaan hari besar
keagamaan dengan kondisi pasokan yang relatif stabil.
Di tingkat peternak, pada Bulan Juni 2021 harga ayam hidup (livebird) secara nasional adalah
sebesar Rp 20.120/kg mengalami penurunan sebesar 3,42% dibandingkan dengan harga
bulan lalu sebesar 20.832/kg (Gambar 2). Tingkat harga livebird di bulan ini sudah cukup baik
karena berada diantara batas bawah dan batas atas harga acuan daging ayam ras di tingkat
peternak yang berlaku yaitu sebesar Rp 19.000 - Rp 21000/kg sebagaimana tercantum dalam
Permendag No.7 Tahun 2020 Tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga
Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen (Gambar 3).
Secara rata-rata nasional, harga daging ayam ras di tingkat konsumen dalam setahun terakhir
cukup fluktuatif yang diindikasikan oleh rata-rata koefisien keragaman (KK) harga bulanan
untuk periode bulan Juni 2020 sampai dengan bulan Juni 2021 sebesar 8,56%. Jika dilihat per
wilayah, fluktuasi harga daging ayam pada rentang waktu Bulan Juni 2020 sampai dengan
Bulan Juni 2021 menunjukkan nilai berbeda antar wilayah. Maluku Utara adalah wilayah yang
perkembangan harganya paling stabil dengan koefisien keragaman harga bulanan sebesar
2,78%. Di sisi lain, Banda Aceh adalah wilayah dengan harga paling fluktuatif dengan
koefisien keragaman harga sebesar 15,28%. (Gambar 4).
Gambar 1 Koefisien VariasiHarga Daging Ayam Tiap Provinsi, Juni 2020 s.d Juni2021
Sumber: SP2KP Kementerian Perdagangan, Mei 2021 , diolah
Disparitas harga antar wilayah daging ayam broiler pada bulan Juni 2021 cukup tinggi dan
mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan KK harga
daging ayam antar wilayah pada bulan Juni 2021 adalah sebesar 13,28% mengalami kenaikan
sebesar 0,36 % dibanding KK pada bulan Mei 2021. (Gambar 5). Harga daging ayam ras tertinggi
ditemukan di Tanjung Selor sebesar Rp 46.119/kg sedangkan harga terendahnya ditemukan di
Gorontalo sebesar Rp 27.107/kg, dengan range antar harga tertinggi dan harga terendah adalah
sebesar Rp 19.012 Kg.
Tabel 1 Perkembangan Harga Rata-Rata Bulanan Daging Ayam di 8 kota besar (Rp/Kg)
Tabel 2 Prognosa Neraca Daging Ayam Ras Nasional Perode Juni- Agustus 2021
Informasi Utama
● Harga daging sapi di pasar dalam negeri bulan Juni 2021 rata-rata sebesar Rp
125.020/kg. Jika dibandingkan dengan bulan Mei 2021, harga tersebut mengalami
penurunan sebesar 1,83%. Jika dibandingkan dengan harga bulan Juni 2020 mengalami
kenaikan harga sebesar 4,06%.
● Harga daging sapi secara nasional selama satu tahun mulai periode Juni 2020 – Juni
2021 tercatat cukup mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami kenaikan dengan
koefisien keragaman (KK) harga bulanan sebesar 1,95% dan pada level harga yang
relatif tinggi yaitu rata-rata sebesar Rp 121.413/kg
● Harga daging sapi internasional jenis trimmings 75 cl pada bulan Juni 2021 sebesar US$
3,79/kg, mengalami penurunan harga jika dibandingkan harga bulan Mei 2021 lalu yakni
sebesar 1,32% dan jika dibandingkan bulan Juni 2020, terjadi penurunan sebesar
11,25%.
● Harga sapi bakalan jenis Feeder Steer pada bulan Juni 2021 ini sebesar US$3,57/kg lwt,
mengalami kenaikan sebesar 1,77% dari bulan sebelumnya
Harga daging sapi di pasar dalam negeri bulan Juni 2021 rata-rata sebesar Rp 125.020,-/kg. Jika
dibandingkan dengan bulan Mei 2021, harga tersebut mengalami penurunan sebesar 1,83%. Jika
dibandingkan dengan harga bulan Juni 2020 mengalami kenaikan harga sebesar 4,06%.
(Gambar 1). Harga daging sapi pada bulan Juni ini tercatat menurun setelah puncak harga yang
terjadi bulan Mei karena menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.
Harga daging sapi secara nasional selama satu tahun mulai periode Juni 2020 – Juni 2021
tercatat cukup mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami kenaikan dengan koefisien
keragaman (KK) harga bulanan sebesar 1,95% dan pada level harga yang relatif tinggi yaitu rata-
rata sebesar Rp 121.413,-/kg. Besaran koefisien keragaman ini masih berada dibawah kisaran
yang ditargetkan Kementerian Perdagangan yaitu 5-9%. Disparitas harga antar wilayah, yang
ditunjukkan oleh nilai koefisien keragaman (KK), untuk daging sapi pada bulan Juni 2021 yaitu
9,59% atau lebih tinggi dibanding bulan lalu yakni sebesar 9,18%. Ruang kisaran harga antar
wilayah selama bulan Juni 2021 berkisar antara Rp90.397/kg – Rp144.762/kg. Disparitas harga
antar wilayah yang cukup tinggi ini disebabkan oleh sebaran sentra produksi dan konsumsi yang
berbeda disamping tingkat permintaan yang cukup beragam antar wilayah.
Berdasarkan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP), dan hasil monitoring
harga di 34 kota di Indonesia, sekitar73,53% dari jumlah kota tersebut ditemukan harga daging
sapi lebih dari Rp120.000 dimana harga tertinggi mencapai Rp144.762/kg yakni di Kota Banda
Aceh. Dengan melihat sebaran data harga di 34 kota menunjukkan bahwa disparitas harga
daging sapi selama Juni 2021 masih terjadi dengan nilai koefisien variasi sebesar 9,59% dan
harga rata-rata nasional sebesar Rp.125.020/kg. Namun demikian, sebaran harga berimbang
pada kisaran harga Rp90.397/kg - Rp 145.833/kg.
Sementara jika dilihat dari 8 (delapan) Ibu Kota Provinsi terbesar seperti terlihat di Tabel 1,
Jakarta merupakan Kota dengan harga daging tertinggi, yaitu Rp 134.567,-/kg, Sedangkan
Denpasar adalah ibukota provinsi dengan harga daging sapi terendah, yaitu Rp 100.000,-/kg.
Berdasarkan harga yang bersumber dari SP2KP yang mencakup harga di seluruh ibu kota
provinsi, terlihat bahwa harga di kota besar di 8 provinsi, hampir semua mengalami kenaikan
harga dibanding harga bulan Mei 2021. Hanya Denpasar dan Makassar yang tidak mengalami
perubahan harga.
Berdasarkan koefisien keragaman yang menunjukkan fluktuasi harga, di bulan Juni 2021
diketahui banyak kota mengalami fluktuasi harga yang cukup tinggi. Terdapat 21 kota
mempunyai koefisien keragaman lebih dari rata-rata nasional. Sebagaimana terlihat di gambar 2
bahwa Kota Banda Aceh, Bandar Lampung, Palembang dan Jambi merupakan kota dengan harga
paling berfluktuasi dengan koefisien variasi masing-masing sebesar 3,54;2,56; 2,53 dan 1,91.
Keempat kota tersebut memiliki koefisiensi keragaman yang yang tertinggi di bulan Juni 2021.
Tingginya koefisien variansi di Kota Banda Aceh ini disebabkan adanya tradisi Meugang
menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Tradisi ini yaitu mengkonsumsi daging sapi Bersama
keluarga. Hal ini menyebabkan permintaan akan daging sapi di aceh meningkat sehingga
menaikkan harga daging sapi hingga mencapai Rp200.000/kg. Sekitar 61,76% kota di Indonesia
memiliki nilai koefisien keragaman harga harian kurang dari 1% sedangkan selebihnya memiliki
koefisien keragaman (KK) lebih dari 1.
Banda Aceh
Bandar…
Palembang
Jambi
Jakarta
Yogyakarta
Tanjung Selor
Kupang
Palangkaraya
Bandung
Pekanbaru
Pontianak
Samarinda
Padang
Jayapura
Banjarmasin
Medan
Semarang
Rata-rata…
Surabaya
Tanjung Pinang
Manokwari
Ternate
Kendari
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00
Berdasarkan sumber dari Meat and Livestock Australia (MLA), harga daging sapi internasional
jenis trimmings 75 cl pada bulan Juni 2021 sebesar US$ 3,79/kg, mengalami penurunan harga
jika dibandingkan harga bulan Mei 2021 lalu yakni sebesar 1,32% seperti terlihat di gambar 3.
Jika dibandingkan bulan Juni 2020, terjadi penurunanan sebesar 11,25%. Harga daging dunia
pada tahun 2020 hingga Juni 2021 ini cenderung fluktuatif, dengan range harga US$3,75/kg
hingga US$4,27/kg. Harga sapi bakalan jenis Feeder Steer pada bulan Juni 2021 ini sebesar
US$3,57/kg lwt, masih mengalami kenaikan sebesar 1,77% dari bulan sebelumnya. Harga sapi
bakalan sedikit mengalami kenaikan pada bulan Juni karena curah hujan yang bagus di Australia.
Hal ini juga didorong masih tingginya permintaan dunia dan pasokan yang masih belum normal
karena kebijakan repopulasi.
Pada tahun 2021 kebutuhan akan daging sapi dan daging kerbau diperkirakan sebanyak 696.956
ton seperti di tabel 2.. Produksi dalam negeri di tahun 2021 diperkirakan sebesar 425.978 ton.
Sisa stok dari Desember 2020 sebesar 47.836 ton sehingga total produksi dan stok dalam negeri
tahun 2021 sebesar 473.814 ton. dari data ini diketahui terdapat kekurangan daging sebesar
223.142 ton. Untuk memenuhi kekurangan tersebut pemerintah berencana melakukan impor
sapi bakalan sebanyak 502 ribu ekor atau setara 112.503 ton daging, impor daging sapi sebesar
85.500 ton, serta impor daging dari Brazil dan daging kerbau india dalam keadaan tertentu
sebesar 100.000 ton.
Potensi produksi daging sapi dan kerbau dalam negeri di Mei-Agustus 2021 sekitar 130.804 ton.
Rencana impor daging sapi/kerbau pada bulan Mei-Agustus 2021 sebesar 36.000 ton. Daging
sapi dari pemotongan sapi bakalan impor pada bulan Mei-Agustus 2021 sebesar 19.552 ton.
Perkiraan kebutuhan akan daging sapi dan kerbau pada Mei-Agustus 2021 sekitar 203.537 ton.
Dengan potensi produksi pada Mei-Agustus 2021 ini dan stok carry over dari Mei 2021 sebesar
20.000 ton, maka kebutuhan daging sapi dan kerbau sudah terpenuhi dan menyisakan stok
untuk bulan Juni 2021 sebesar 13.505 ton.
Perkembangan nilai impor sapi dan daging sapi dapat dilihat sebagaimana tabel 4 berikut. Pada
bulan April 2021, total nilai impor sapi senilai USD46,92 juta, naik 2,47% jika dibandingkan nilai
impor sapi bulan Maret 2021 yakni sebesar USD45,79 juta. Sementara total nilai impor daging
sapi pada bulan April 2021 tercatat USD62,26 juta, naik sebesar 69,03% jika dibandingkan nilai
impor daging sapi bulan sebelumnya yakni sebesar USD36,83 juta. Jika dibandingkan bulan April
tahun lalu, nilai impor sapi naik 17,19% dimana nilai impor sapi tercatat sebesar USD29,73 juta.
Total nilai impor daging sapi juga tercatat naik 29,56% dibanding bulan April 2020 dimana nilai
impor daging sapi tercatat sebesar USD 32,69 juta.
Perkembangan volume impor sapi dan daging sapi dapat dilihat sebagaimana tabel 5 berikut.
Pada Maret 2021, total volume impor sapi senilai 12,40 ribu ton, naik 2,50% jika dibandingkan
volume impor bulan Maret 2021 yakni sebesar 12,09 ribu ton. Sementara total volume impor
daging sapi pada bulan April 2021 tercatat 17,67 ribu ton naik 56,80% jika dibandingkan volume
impor daging sapi bulan sebelumnya yakni sebesar 11,27 ribu ton. Jika dibandingkan bulan April
tahun 2020, volume impor sapi naik 1,86% dimana volume impor sapi tercatat sebesar 10,54
ribu ton. Total volume impor daging sapi tercatat naik 9,13% dibanding bulan April tahun lalu
dimana volume impor daging sapi tercatat sebesar 8,54 ribu ton. Peningkatan volume impor
daging sapi pada April ini disebabkan pemenuhan stok untuk persiapan kebutuhan menjelang
Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang berlangsung pada bulan April – Mei.
Tabel 5. Perkembangan Volume Impor Sapi dan Daging Sapi (2020-2021) dalam Ribu Ton
Isu terkait daging sapi bulan Juni 2021 berdasarkan pantauan rata-rata harga daging sapi di
pasar tradisional mengalami penurunan dibandingkan bulan Mei 2021. Untuk terus menjaga
kestabilan harga daging sapi di dalam negeri Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan
tengah memaksimalkan upaya penyediaan pasokan sapi dan daging sapi dengan memobilisasi
sapi local dari wilayah produksi ke wilayah sentra konsumsi dengan melibatkan BUMN. Selain itu
langkah lain yang dilakukan yaitu menjajaki potensi negara alternatif pemasok sapi untuk
mengurangi ketergantungan pasokan sapi Australia (industri.kontan.co.id, Juni 2021)
Isu lain terkait daging sapi adalah harga sapi di Australia pada bulan Juni mengalami kenaikan
dari bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan
Harga Sapi muda dan sapi bakalan di Australia mengalami kenaikan dari bulan lalu, hal in
disebabkan tingginya curah hujan di daerah dimana sebagian peternakan besar berada. Badan
meteorologi Australia memperkirakan kedepan curah hujan diatas 25mm di daerah penghasil
ternak utama seperti di Queensland. Curah hujan yang tinggi membuat stok pakan untuk sapi
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri 36
menjadi melimpah karena menghijaunya padang rumput di peternakan, hal ini mendorong
peternak untuk menahan sapinya karena peternak tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
penyediaan pakan sapi. Sehingga sapi menjadi lebih gemuk dan peternak hanya mengeluarkan
modal yang relatif kecil. Hal ini membuat peternak hanya mau menjual sapinya dengan harga
yang tinggi. Selain curah hujan yang tinggi, kenaikan harga sapi didorong masih tingginya
permintaan ekspor global dan masih kurangnya pasokan karena proses rebuilding ternak yang
sedang berjalan (mla.com.au, Juni 2021).
Informasi Utama
• Secara nasional harga rata-rata gula pasir di pasar domestik pada bulan Juni 2021 relatif
tinggi, masih diatas Harga Eceran Tertinggi (HET) yaitu sebesar Rp12.903,-/kg dan
dibandingkan dengan bulan Mei 2021 mengalami penurunan sebesar 0,10%. Harga
bulan Juni 2021 tersebut lebih rendah 13,17% jika dibandingkan dengan Juni 2020.
• Harga gula pasir secara nasional selama satu tahun mulai periode Juni 2020 – Juni 2021
relatif stabil dengan koefisien keragaman (KK) harga bulanan sebesar 3,96%.
• Disparitas harga gula pasir antar wilayah pada bulan Juni 2021 relatif rendah dengan
koefisien keragaman harga antar wilayah sebesar 5,69%.
• Harga white sugar dunia pada bulan Juni 2021 lebih rendah 3,15% dibandingkan
dengan Mei 2021 dan harga raw sugar dunia pada bulan Juni 2021 lebih tinggi 0,11%
dibandingkan dengan Mei 2021. Sementara jika dibandingkan dengan bulan Juni 2020,
harga white sugar dunia lebih tinggi 18,61% dan harga raw sugar lebih tinggi 52,41%.
Secara rata-rata nasional, harga gula pasir relatif stabil yang diindikasikan oleh koefisien
keragaman harga bulanan rata-rata nasional untuk periode bulan Juni 2020 – bulan Juni 2021
sebesar 3,96%. Angka tersebut lebih rendah dari periode Maret 2020 – Maret 2021 yang sebesar
8,11%. Hal ini berarti perubahan rata-rata harga bulanan sebesar 3,96% dan tidak melebihi
toleransi Kementerian Perdagangan.
Disparitas harga antar wilayah pada bulan Juni 2021 relatif rendah dengan koefisien keragaman
harga antar wilayah sebesar 5,69% masih di bawah batas toleransi Kemendag yaitu maksimum
13,00%. Jika dilihat dari per kota (Gambar 2), fluktuasi harga gula pasir berbeda antar wilayah di
semua kota pada bulan Juni 2021 namun rata-rata relatif stabil yaitu dibawah 13% dengan angka
tertinggi di Kota Jayapura sebesar 1,16% dengan harga rata-rata Rp13.889,-/Kg. Berikutnya
berturut-turut dengan kofisien keragaman tertinggi adalah Kota Ambon, Tanjung Pinang, dan
Bandar Lampung merupakan daerah dengan fluktuasi harga gula relatif tinggi masing-masing
sebesar 1,13%, 1,09% dan 1,07%. Dengan harga rata-rata Rp 13,393,-/Kg, Rp11.083,-/Kg, dan
Rp12.571,-/Kg.
Tabel 1 menunjukkan harga gula pasir pada Juni 2021 di Kota Utama di Indonesia. Untuk harga
tertinggi tercatat di Kota Jakarta sebesar Rp13.812,-/kg dan terendah di Kota Surabaya sebesar
Rp12.000,-/kg
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri 40
Tabel 1. Harga Rata-rata Bulanan Gula di Beberapa Kota di Indonesia (Rp/kg)
Perkembangan harga gula pasir bulan Juni 2021 di masing-masing provinsi di seluruh Indonesia
ditunjukkan pada gambar 3. Terdapat hasil bahwa 20 kota harganya masih di atas HET (Rp.
12.500,-/kg) dimana 3 kota dengan harga tertinggi adalah Manokwari, Ternate, dan Jayapura
dengan harga masing-masing sebesar Rp. 15.000,-/kg, 14.500,-/kg dan 13.889,-/kg sedangkan 3
kota dengan harga terendah adalah Tanjung Pinang, Pangkal Pinang, dan Surabaya dengan harga
masing-masing sebesar Rp11.083,-/kg, 11.964,-/kg dan 12.000,-/kg
Pada bulan Juni 2021, dibandingkan dengan Mei 2021 harga gula dunia turun 3,15% untuk white
sugar dan naik 0,11% untuk raw sugar. Sedangkan jika dibandingkan dengan bulan Juni 2020,
harga white sugar lebih tinggi sebesar 18,61% dan harga raw sugar lebih tinggi 52,41%.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga gula dunia di Juni 2021 adalah:
a. Pasar gula dunia di 2020/21 akan defisit 4.8 MMT dari surplus 900,000 MT di 2019/20
menurut ISO.
b. Produksi gula dunia di 2020/21 ( Oktober/ September) akan turun 0.2% dari tahun lalu
menjadi 169.2 MT setelah turun 8.4% di 2019/20 menjadi 169.6 MMT menurut ISO.
Pasar gula dunia di 2020/21 akan defisit 3,1 MMT dari surplus 900,000 di 2019/20
menurut ISO.
c. Produksi gula Brazil, negara produsen gula terbesar di dunia di tahun 2021/22 akan
turun 5.7% dari tahun lalu 38.9 MMT sedangkan perkiraan produksi 2020/21
diperkirakan akan menjadi 41.3 MMT dari perkiraan Desember sebesar 41.8 MMT
menurut CONAB.
d. Persentase tebu yang dijadikan gula naik 46.4% di 2020/21 dari 34.9% di 2019/20 karena
turunnya permintaan etanol menurut CONAB.
a. Produksi
Perkembangan produksi gula dari tahun 2015 sampai dengan 2019 cenderung mengalami
penurunan. Produksi gula mengalami penurunan karena terjadi penurunan luas areal. Pada
tahun 2018 produksi gula sebesar 2,17 juta ton, terjadi penurunan sebesar 19,25 ribu ton
(0,88 persen) dibandingkan tahun 2017. Sebaliknya, pada tahun 2019 produksi gula
mengalami peningkatan menjadi 2,23 juta ton atau meningkat sebesar 55,33 ribu ton (2,55
persen) dibandingkan tahun 2018. Berdasarkan data dari BPS Pada tahun 2020 produksi gula
turun menjadi 2,13 juta ton.
Gambar 6. Produksi Gula Tebu
Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Direktorat Jenderal Industri Agro (DJIA)
Kementerian Perindustrian Supriadi menjelaskan, kebutuhan gula rafinasi untuk industrik
makanan dan minuman, serta farmasi dalam negeri telah dialokasikan sebesar 3,25 juta ton
sepanjang tahun 2021. Untuk pemenuhan alokasi tersebut pada tanggal 24 Desember 2020
telah diterbitkan persetujuan impor sebesar 1,935 juta ton untuk semester I tahun 2021
kepada 11 Pabrik Gula Rafinasi berdasarkan hasil rapat koordinasi terbatas yang dilakukan
Kementerian Perekonomian (antaranews.com, 2021).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terdapat beberapa jenis gula yang diekspor atau
diimpor dari/ke Indonesia, antara lain: (1) HS 1701.910.000 Oth raw sugar,added flavour/colour;
(2) HS 17.01.120.000 Beet sugar,raw,not added flavour/colour; (3) HS 17.01.990.000 Cane
Sugar, Raw, In Solid Form, Not Cont; dan (4) 17.01.991.100 Refined sugar,white.
Konsumsi Gula Nasional pertahunnya lebih besar dibandingkan produksi dalam negeri sehingga
masih membutuhkan impor. Rata-rata impor gula masuk ke Indonesia dari tahun 2016 hingga
2020 sebesar 4,75 juta ton dengan jumlah tertinggi pada tahun 2020 sebesar 5,4 juta ton dan
terkecil pada tahun 2019 sebesar 4,09 juta ton. Dari 4 jenis gula yang di impor hampir 100%
adalah Other cane sugar, raw, not added flavour/colour atau Gula Mentah dari Gula Tebu
Lainnya yang dipergunakan sebagai bahan baku proses produksi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama Januaari – Maret 2021 Indonesia telah mengimpor
raw sugar sebanyak 1.863.717 ton, nilainya setara USD755,15 juta dan gula refinasi sebanyak
51.869 ton atau sebesar USD23,92 juta.
Jumlah impor gula tebu periode bulan Januari-Maret 2021 sebesar 1.915.586 ton, angka
tersebut naik 42,17% dari total total jumlah impor tahun Januari- Maret 2020.
Sedangkan Total Ekspor Gula dari Indonesia tahun 2016 hingga 2020 rata-rata hanya sebesar
10.919,16 ton, dengan proporsi tertinggi yang diekspor Refined Sugar, white atau Gula Kristal
Putih (Plantation White Sugar) yang dapat dikonsumsi langsung tanpa proses lebih lanjut.
Total Ekspor gula periode Januari-Desember 2020 sebesar 43.540 ton, angka tersebut 1.512,28%
dari jumlah total ekspor tahun 2019. Jumlah ekspor gula periode bulan Januari-Maret 2021
sebesar 35.068 ton, angka tersebut 726,35% dari total total jumlah ekspor tahun Januari-Maret
2020.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memastikan bahan kebutuhan pokok tersedia dengan
harga yang stabil selama Pemeberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat,
mulai dari beras, minyak goreng, telur, daging, gula pasir, hingga bawang merah dan cabai
merah. Untuk gula, stok tercatat sebanyak 434 ribu ton. Itu mampu untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi selama 2 bulan ke depan. (cnnindonesia.com, 2021)
PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), induk holding pangan, menjamin harga minimal
pembelian atau offtake gula petani tebu di angka Rp10.500 per kg guna melindungi petani dari
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri 48
kejatuhan harga. Direktur Utama PT RNI (Persero), Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa hal ini
sesuai arahan Menteri Perdagangan M. Lutfi dan telah dikoordinasikan dengan Asosiasi Petani
Tebu Rakyat (APTRI) serta asosiasi lainnya seperti Asosiasi Gula Indonesia (AGI), Asosiasi Gula
Rafinasi Indinesia (AGRI), serta BUMN PTPN III Holding. Mengenai harga minimal offtake gula,
lanjut Arief, RNI telah memberikan jaminan secara tertulis kepada asosiasi, salah satunya APTRI
serta menyosialisasikan kepada pabrik-pabrik gula yang dikelolanya untuk memperkuat
kemitraan dengan para mitra petani tebu rakyat dengan mengawal pelaksanaan lelang gula yang
dilakukan petani serta menjaga harga penjualan gula setiap periode atau perminggunya di
sejumlah wilayah operasional RNI. Ia menambahkan, jika pada proses penjualan produksi gula
petani tebu rakyat terdapat harga lelang yang lebih tinggi dari harga jaminan, RNI
akan offtake sesuai harga pasar atau lelang gula dan sebaliknya (wartaekonomi.com, 2021).
Informasi Utama
● Pada bulan Juni 2021, rata-rata harga eceran jagung pipilan kering di pasar tradisional
sebesar Rp 8.146/Kg atau mengalami kenaikan sebesar 0,67% jika dibandingkan dengan
harga pada bulan Mei 2021. Jika dibandingkan dengan harga pada satu tahun lalu yakni
Juni 2020, harga eceran jagung pada saat ini mengalami kenaikan yang lebih besar yakni
5,63%.
● Nilai koefisien keragaman harga eceran jagung di pasar domestik pada periode bulan
Juni 2020 hingga Juni 2021 adalah sebesar 1,67%, dan cenderung meningkat dengan laju
peningkatan sebesar 0,39 % per bulan. Sementara itu, pada periode yang sama, harga
jagung di pasar dunia lebih berfluktuasi dengan koefisien keragaman sebesar 27,14%,
dengan tren peningkatan sebesar 7,03% per bulan.
● Harga jagung dunia pada Juni 2021 mengalami kenaikan sebesar 1,05% jika
dibandingkan dengan harga pada bulan Mei 2021. Jika dibandingkan dengan harga pada
satu tahun yang lalu, yakni bulan Juni 2020, maka harga jagung dunia saat ini mengalami
kenaikan yang sangat signifikan yakni 104,97%.
Harga rata-rata jagung pipilan di dalam negeri pada Juni 2021 mengalami kenaikan sebesar
0,67% dari harga Rp 8.092/Kg pada bulan Mei 2021 menjadi Rp 8.146/Kg pada Juni 2021. Jika
dibandingkan dengan harga pada satu tahun yang lalu yakni Juni 2020, sebesar Rp 7.712/kg,
maka harga pada bulan ini juga mengalami kenaikan sebesar 5,63% (Gambar 1).
Berdasarkan pantauan harga dari Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP),
Kementerian Perdagangan, harga jagung pipilan lokal di pasar tradisional pada bulan Juni 2021
kembali mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan harga pada bulan sebelumnya. Kenaikan
harga jagung pada bulan ini disebabkan menurunnya jumlah panen jagung di dalam negeri
selama bulan Juni 2021. Hal ini sesuai dengan perkiraan pemerintah yang menyebutkan bahwa
pada bulan Juni 2021, ketersediaan jagung pipilan kering mengalami defisit sebesar 199.433 ton.
Pergerakan harga jagung pipilan kering di tingkat nasional selama kurun waktu satu tahun
terakhir relatif stabil, hanya mengalami sedikit fluktuasi. Hal ini ditunjukkan dengan angka
koefisien variasi harga jagung pipilan pada periode bulan Juni 2020 hingga Juni 2021 sebesar
1,67%. Sementara itu, di sepanjang bulan Juni 2021, disparitas harga antar provinsi cukup besar,
ini ditunjukkan dengan angka koefisien variasi harga jagung antar provinsi pada bulan Juni 2021
adalah sebesar 24,13%. Angka ini mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan angka
koefisien variasi harga jagung antar provinsi pada bulan Mei 2021 sebesar 24,67%.
Fluktuasi harga jagung di setiap provinsi di sepanjang bulan Juni 2021 secara umum cukup stabil
atau berada di bawah 9%, bahkan di sebagian besar provinsi tidak mengalami fluktuasi harga di
sepanjang bulan Juni 2021. Adapun, beberapa provinsi yang tidak mengalami fluktuasi harga
jagung selama bulan Juni 2021 antara lain adalah Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu,
Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara. Sementara itu, fluktuasi harga
tertinggi pada bulan Juni 2021 terdapat di Provinsi Kepulauan Riau dengan angka koefisien
variasi sebesar 7,38% (Gambar 2).
Harga jagung dunia berdasarkan harga di bursa komoditas Amerika Serikat (CBOT) pada bulan
Juni 2021 masih mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan harga pada bulan sebelumnya.
Berdasarkan laporan USDA pada bulan Juni 2021, kenaikan harga jagung disebabkan adanya
peningkatan produksi ethanol dan peningkatan ekspor jagung dari Amerika Serikat sehingga
mengurangi ketersediaan jagung dan mendorong kenaikan harga (vibiznews.com, 2021).
Pada periode bulan Mei hingga Agustus 2021, pemerintah memperkirakan terdapat produksi
jagung pipilan dengan kadar air 15% sebesar 7,59 juta ton. Pada periode yang sama, pemerintah
juga memperkirakan total kebutuhan jagung di dalam negeri sebesar 6,41 juta ton. Berdasarkan
hal tersebut, maka hingga bulan Agustus 2021 diperkirakan masih terdapat surplus jagung
pipilan sebesar 3,47 juta ton. Adapun, kebutuhan jagung pipilan kering dengan kadar air 15%
pada periode bulan Mei - Agustus 2021 dihitung berdasarkan kebutuhan: (1) Konsumsi langsung
Rumah Tangga 0,76 kg/kap/th (Susenas Triwulan I 2020); (2) Kebutuhan jagung untuk industri
pakan dan peternak mandiri (DIrektorat Pakan Ditjen PKH Kementan, 2020); (3) Kebutuhan
industri pangan sebesar 20,95% dari produksi (Kajian Tabel Input Output 2015, Pusdatin
Kementan); (4) Kebutuhan benih 20 kg/ha dari luas tanam Jan-Mei 1,7 juta Ha (Ditjen TP).
Pada bulan April 2021, total realisasi nilai ekspor jagung sebesar USD 237.142 atau mengalami
penurunan yang cukup besar yakni 81,45% jika dibandingkan dengan realisasi nilai ekspor pada
bulan Maret 2021. Sementara itu, jika dibandingkan dengan realisasi nilai ekspor pada satu
tahun lalu (April 2020), maka realisasi nilai ekspor pada bulan ini mengalami kenaikan sebesar
102,90% (Tabel 2).
Pada bulan April 2021, total realisasi volume ekspor jagung adalah sebesar 247 ton atau
mengalami penurunan sebesar 61,67% jika dibandingkan dengan total realisasi volume ekspor
jagung pada bulan Maret 2021. Sementara itu, jika dibandingkan dengan total realisasi volume
ekspor jagung pada periode satu tahun yang lalu atau bulan April 2020, maka total realisasi
volume ekspor jagung pada bulan ini mengalami kenaikan sebesar 54,81% (Tabel 3). Adapun
jenis jagung yang paling banyak di ekspor pada bulan April 2021 adalah jenis Maize (corn), seeds
dengan kode HS 1005100000, dan negara tujuan utama Saudi Arabia.
Realisasi Impor Jagung
Sama dengan jenis jagung yang di ekspor, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jenis
jagung yang paling banyak di impor antara lain: (1) HS 07.10.400.000: Sweet corn,
uncooked/steamed/boiled, frozen; (2) HS 10.05.100.000: Maize (corn), seed; (3) HS
10.05.901.000: Popcorn, oth than seed; dan (4) HS 10.05.909.000: Oth maize (corn), oth than
seeds.
Pada tahun 2020, total realisasi volume impor jagung untuk keempat jenis jagung tersebut
adalah sebesar 866.821 ton, dengan total realisasi nilai impor mencapai USD 174,06 juta.
Realisasi nilai impor jagung terbesar pada tahun 2020 terjadi pada bulan September dengan nilai
realisasi impor sebesar USD 22,53 juta. Sementara itu, realisasi nilai impor paling rendah terjadi
pada bulan Januari dengan realisasi nilai impor sebesar USD 790.344.
Pada bulan April 2021, total realisasi nilai impor jagung adalah sebesar USD 21,28 juta atau
mengalami penurunan sebesar 41,72% jika dibandingkan dengan realisasi impor pada bulan
Maret 2021. Sementara itu, jika dibandingkan dengan realisasi nilai impor jagung pada periode
Dari sisi volume impor, di sepanjang tahun 2020, total realisasi volume impor jagung terbesar
terjadi pada bulan September 2020 dengan total realisasi volume impor jagung sebesar 122.922
ton. Sementara itu realisasi volume impor paling rendah terjadi pada bulan Januari 2020 dengan
realisasi volume impor sebesar 1.280 ton.
Pada bulan April 2021, total realisasi volume impor jagung adalah sebesar 75.982 ton atau
mengalami penurunan sebesar 46,31% jika dibandingkan dengan realisasi volume impor jagung
pada bulan Maret 2021. Sementara itu, jika dibandingkan dengan total realisasi volume impor
jagung pada periode yang sama pada satu tahun yang lalu, April 2020, realisasi volume impor
pada bulan ini juga mengalami penurunan sebesar 9,89%. Adapun, jenis jagung yang paling
banyak di impor pada bulan Apirl 2021 adalah jenis jagung dengan kode HS 1005909000 (Oth
maize (corn), oth than seeds), dengan negara asal impor terbesar berasal dari Amerika Serikat
(Tabel 5).
Informasi Utama
● Harga rata-rata nasional kedelai lokal pada bulan Juni 2021 sebesar Rp 11.610/kg,
mengalami peningkatan 2.34 persen dibandingkan bulan Mei 2021. Jika dibandingkan
dengan bulan Juni 2020, harga rata-rata nasional kedelai lokal naik sebesar 12.60
persen.
● Harga rata-rata nasional kedelai impor pada bulan Juni 2021 sebesar Rp 12.300/kg,
mengalami peningkatan 3.32 persen dibandingkan bulan Mei 2021. Jika dibandingkan
dengan bulan Juni 2020, harga rata-rata nasional kedelai impor naik sebesar 18.65
persen.
● Harga rata-rata kedelai dunia pada bulan Juni 2021 sebesar US$ 538/ton, mengalami
penurunan 7.10 persen dibandingkan bulan Mei 2021. Jika dibandingkan dengan bulan
Juni 2020, harga kedelai dunia naik sebesar 71.39 persen.
Berdasarkan data yang sama, pada bulan Juni 2021 disparitas harga kedelai lokal antar
wilayah di Indonesia mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya (Mei 2021). Hal ini
ditunjukkan dengan Koefisien Keragaman (KK) harga antar wilayah pada bulan Juni 2021 sebesar
9.38 persen atau turun 3.30 persen. Nilai ini menunjukkan perbedaan harga kedelai lokal antar
wilayah di Indonesia pada Juni 2021 masih cukup tinggi. Harga rata-rata kedelai lokal yang relatif
tinggi dan di atas harga rata-rata nasional ditemukan di kota Jayapura, Gorontalo, Makasar,
Palu, Mataram, Denpasar, Jakarta dan Bandung dengan harga tertinggi ditemukan di kota
Gorontalo dan Makasar yang mencapai Rp 13.000/kg. Sementara itu, harga kedelai lokal yang
relatif rendah ditemukan di beberapa kota, seperti Mamuju, Semarang dan Banjarmasin dengan
harga terendah ditemukan di kota Mamuju sebesar Rp 9.905/kg.
Disparitas harga kedelai impor antar wilayah di Indonesia pada bulan Juni 2021
mengalami penurunan sebesar 2.03 persen dibandingkan bulan sebelumnya (Mei 2021). Hal ini
ditunjukkan dengan Koefisien Keragaman (KK) harga antar wilayah pada bulan Juni 2021 sebesar
10.59 persen. Nilai ini menunjukkan perbedaan harga kedelai impor antar wilayah di Indonesia
pada Juni 2021 masih cukup tinggi dan hampir terjadi kenaikan harga kedelai impor di seluruh
wilayah di Indonesia. Harga kedelai impor yang tinggi dan di atas harga rata-rata kedelai impor
nasional ditemukan di 14 kota besar di Indonesia, antara lain di kota Manokwari, Ambon,
Palangkaraya, Bandung, Jakarta dan Banda Aceh dengan harga tertinggi di kota Palangkaraya
sebesar Rp 15.250/kg. Sementara itu, harga kedelai impor di bawah harga rata-rata nasional
ditemukan di beberapa kota seperti Banjarmasin, Yogyakarta dan Jambi dengan harga terendah
ditemukan di kota Banjarmasin sebesar Rp 10.535/kg. Meskipun terendah, namun harga ini
mengalami kenaikan hampir 10 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Harga rata-rata kedelai dunia (Gambar 3) pada Juni 2021 sebesar US$ 539/ton mengalami
penurunan sebesar 7.10 persen jika dibandingkan dengan bulan Mei 2021 yaitu sebesar US$
579/ton. Jika dibandingkan dengan bulan Juni 2020 yang mencapai US$ 314/ton, maka harga
rata-rata kedelai dunia pada Juni 2021 mengalami peningkatan yang tinggi sebesar 71.39
persen. Harga kedelai dunia mengalami penurunan dengan harga terendah pada minggu ke-3
Juni 2021 yang mencapai US$ 13.19 per buschel atau sekitar US$ 485/ton. Penurunan harga
dikarenakan hujan sudah mulai turun di ladang kedelai negara produsen sehingga diperkirakan
hasil panen kedelai akan mengalami peningkatan. Faktor cuaca yang menyebabkan harga
kedelai turun dimana perkiraan hujan akan terjadi di Midwest dan selatan Iowa serta utara
Great Plain (Vibiznews, Juni 2021). Sementara itu, dengan meredanya wabah ASF dan mulai
membaiknya peternakan babi di China, permintaan akan kedelai oleh China menunjukkan tren
meningkat. Melihat stok kedelai Amerika Serikat saat ini yang berada pada level rendah, harga
kedelai diperkirakan akan tetap tinggi pada tahun yang akan datang. Tingkat harga kedelai akan
dipengaruhi oleh jumlah panen kedelai pada periode selanjutnya dan jumlah impor kedelai oleh
China hingga awal 2022 (USDA, Juni 2021). Perkiraan laporan NASS menunjukkan bahwa area
penanaman rata-rata ladang kedelai sebesar 89.07 juta are di 2021/22, naik jika dibandingkan
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri 64
pada bulan Maret 2021 yang mencapai 83.83 juta are. Sedangkan Statistics Canada pada 29 Juni
2021 mencatatkan area penanaman kedelai sebesar 5.53 juta are, naik sedikit diatas perkiraan
(Vibiznews.com, Juni 2021).
Harga Soy Bean Meal (SBM) pada Juni 2021 menurut CBOT sebesar US$ 381/ton atau
turun 10.02 persen jika dibandingkan bulan Mei 2021 yang mencapai US$ 423/ton. Jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (Juni 2020), terjadi kenaikan 31.84
persen. Produksi dan stok global SBM hampir tidak berubah. Stok hingga akhir Juni 2021 naik
sedikit menjadi 11.45 juta ton dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 11.44 juta ton (USDA,
Juni 2021).
Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Gunungkidul menyiapkan lahan tanaman
kedelai Musim Tanam (MT) ke tiga tahun ini seluas 918 hektare. Langkah tersebut dilakukan
sebagai upaya untuk mengembangkan kedelai dan meningkatkan produktivitas petani dalam
pemanfaatan musim. Menurut Kepala DPP Gunungkidul Ir Bambang Wisnu Broto, musim tanam
ketiga kedelai diperkirakan akan dimulai pada Juni 2021. Sebelumnya, proses panen musim
tanam kedua berlangsung sejak April hingga pertengahan Mei 2021 dan pada musim tanam
kedua tersebut luas lahan yang tertanami kedelai mencapai 2.604 hektare, tersebar di seluruh
kapanewon di Gunungkidul. Sementara saat panen perdana kedelai musim tanam kedua lalu,
Gapoktan Tunas Inti menghasilkan 1,9 ton kedelai wose per hektare dengan luas lahan yang
dimanfaatkan untuk kedelai tersebut mencapai 17 hektare. Kesepakatan harga jual kedelai dari
petani sebesar Rp 9.500 per kilogram (krjogja.com, 2021).
Tabel 2 menunjukkan nilai ekspor kedelai pada bulan April 2021 sebesar US$ 54.998
mengalami peningkatan sebesar 4.04 persen jika dibandingkan bulan Maret 2021 yang
mencapai US$ 52.863. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya
(April 2020) yang mencapai US$ 2.785, maka pada bulan April 2021 tejadi peningkatan sebesar
1874 persen. Sementara itu, nilai impor kedelai pada bulan April 2021 mencapai US$ 206,3 juta,
mengalami peningkatan sebesar 40.54 persen jika dibandingkan bulan Maret 2021 yang
mencapai US$ 146,7 juta. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya
(April 2020) yang mencapai US$ 77,4 juta, maka pada bulan April 2021 terjadi peningkatan nilai
impor kedelai sebesar 166.4 persen.
Tabel 4. Realisasi Volume Ekspor Kedelai Jan-Apr 2021 Berdasarkan Negara Tujuan
Tabel 5. Realisasi Nilai Ekspor Kedelai Jan-Apr 2021 Berdasarkan Negara Tujuan
Tabel 7. Realisasi Nilai Impor Kedelai Jan-Apr 2021 Berdasarkan Negara Asal
Negara tujuan ekspor kedelai pada bulan April 2021 adalah Singapura dan Timor Timur
(Tabel 4 dan 5). Volume ekspor tertinggi masih ditujukan ke Timor Timur yang mencapai 92,5
ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 54.996. Sementara itu, pada bulan April 2021, impor
kedelai didatangkan dari empat negara yaitu Amerika Serikat, Kanada, Brasil dan Malaysia
dengan nilai impor tertinggi dari negara Amerika Serikat yang mencapai US$ 193,12 juta atau
sekitar 94 persen dari total nilai impor (Tabel 7). Jika dilihat berdasarkan volumenya, Amerika
Serikat masih menjadi yang tertinggi dengan volume impor sekitar 318,89 ribu ton atau 93
persen dari total volume impor nasional pada bulan April 2021. Kemudian disusul Kanada
dengan volume impor kedelai mencapai 13,2 ribu ton. Pada April 2021, Indonesia juga
mendatangkan kedelai impor dari Brasil dengan volume impoer sekitar 9,23 ribu ton (Tabel 6).
Informasi Utama
• Harga rata-rata minyak goreng curah dan kemasan di bulan Juni 2021 mengalami
MINYAK
peningkatan. Dibandingkan dengan Mei GORENG
2021, harga minyak goreng curah meningkat
0,13% dan minyak goreng kemasan 0,68%. Jika dibandingkan dengan Juni 2020, harga
minyak goreng curah meningkat 16,52% dan minyak goreng kemasan 5,9%.
• Disparitas harga rata-rata minyak goreng curah di bulan Juni 2021 meningkat dari bulan
Mei 2021 menjadi 9,94%, sedangkan disparitas harga rata-rata minyak goreng kemasan
turun menjadi 6,36%.
• Harga rata-rata CPO internasional di bulan Juni 2021 turun 13% menjadi US$ 1.079/MT.
Jika dilihat dari pergerakan harga harian selama bulan Juni 2021, terlihat bahwa harga
CPO cenderung stabil.
Harga minyak goreng kemasan juga masih menunjukkan peningkatan sejak harga terendahnya
di tahun 2020. Sejak Agustus 2020 harga minyak goreng kemasan nasional telah meningkat
6,47% dari harga Rp. 14.493,-/lt. Dibandingkan dengan harga pada bulan sebelumnya, harga
minyak goreng kemasan di bulan Juni 2021 meningkat 0,68% dari Rp. 15.326,-/lt menjadi Rp.
15.431,-/lt (mom). Sedangkan dari Juni 2020 harga minyak goreng kemasan nasional meningkat
5,9% dari Rp. 14.571,-/lt (yoy).
Melihat dari harga rata-rata selama periode Juni 2020 – Juni 2021 dibandingkan dengan harga
pada periode Mei 2020 – Mei 2021, harga rata-rata minyak goreng curah dan minyak goreng
kemasan nasional menunjukkan peningkatan. Pada minyak goreng curah, harga periode Juni
2020 – Juni 2021 naik 1,00% dari Rp. 11.944,-/lt di periode Mei 2020 – Mei 2021 menjadi Rp.
12.064,-/lt. Pada harga minyak goreng kemasan, peningkatan harga terjadi sebesar 0,39% pada
periode Juni 2020 – Juni 2021 dari periode Mei 2020 – Mei 2021. Harga meningkat dari Rp.
14.801,-/lt menjadi Rp. 14.858,-/lt.
Fluktuasi harga minyak goreng Kemasan yang terjadi di berbagai ibukota provinsi di Indonesia
dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan hasil perhitungan KK, wilayah dengan keragaman
harga terbesar selama bulan Juni 2021 adalah Maluku Utara. Tingkat keragaman harga minyak
goreng curah di Maluku Utara sebesari 2,57%. Wilayah Semarang dan Pekanbaru juga
menunjukkan tingkat keragaman harga yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan wilayah
lainnya yaitu 2,53% dan 2,05% secara berurutan.
Rata-rata harga harian minyak goreng curah tertinggi di bulan Juni 2021 diperoleh di wilayah
Maluku Utara sebesar Rp. 15.675,-/lt. Selain Maluku Utara beberapa wilayah lainnya memiliki
harga rata-rata yang tinggi di atas Rp. 14.000,-/lt yaitu Manokwari, Jayapura, Gorontalo,
Yogyakarta, Manado dan Bandung. Harga rata-rata terendah minyak goreng curah diperoleh di
Kendari dengan harga Rp. 10.000,-/lt. Wilayah ibukota provinsi lainnya dengan harga relatif
Perkembangan harga minyak goreng curah bulan Juni 2021 di delapan (8) Ibukota provinsi dapat
dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil olah data harga harian terlihat bahwa harga minyak
goreng curah meningkat di seluruh Ibukota provinsi dari harga di bulan Juni 2020 (yoy) dengan
peningkatan terbesar terjadi di Semarang sebesar 36,6%, sedangkan penurunan harga terjadi di
Makassar sebesar 3,38%. DIbandingkan dengan bulan sebelumnya (mom), peningkatan harga
tertinggi terlihat di Denpasar sebesar 1,77% dan peningkatan terendah di Bandung sebesar
1,17%. Selain peningkatan harga, ada pula beberapa ibukota provinsi yang mengalami
penurunan harga minyak goreng curah. Penurunan harga tertinggi terjadi di Medan sebesar
3,35% dan terkecil 0,92%.
1.2 Perkembangan Harga Internasional
Sebagai bahan baku utama minyak goreng Indonesia, harga Crude Palm Oil (CPO) turut
mempengaruhi pergerakan harga minyak goreng. Berdasarkan pergerakan harga bulanan, harga
CPO CIF Rotterdam bulan Juni 2021 terhadap bulan sebelumnya menunjukkan penurunan,
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri 75
berbeda dengan harga minyak goreng dalam negeri yang menunjukkan peningkatan di bulan
yang sama. Jika dilihat berdasarkan pergerakan harga harian seperti pada Gambar 4, harga
selama Juni 2021 cenderung stabil. Namun dari rata-rata selama sebulan, harga CPO turun dari
bulan Mei 2021 sebesar 13% dari US$ 1.246 /MT menjadi US$ 1.079/MT di bulan Juni 2021. Jika
dibandingkan dengan harga pada Juni 2020, harga CPO menunjukkan peningkatan 82% dari
harga US$ 592 /MT, sedangkan dari harga terendah tahun 2020, harga telah meningkat 105%
dari US$ 526 /MT pada Mei 2020. Peningkatan harga terjadi setelah new normal di bulan Mei
2020 dengan meningkatnya permintaan dan minimnya pasokan di dua negara produsen
terbesar sawit.
Perkembangan volume ekspor dan impor minyak goreng di Indonesia selama bulan April 2021
tertera pada tabel 2. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (mom), ekspor minyak goreng
turun 18,30% dan impor turun 66,37%. Sedangkan dari April 2020 (yoy), ekspor meningkat
24,37% sedangkan impor turun 62,68%. Total ekspor selama 2021 hingga bulan April lebih tinggi
dari ekspor periode yang sama tahun 2020 dengan perbedaan total volume ekspor sebesar 30%.
Dari sisi impor untuk periode yang sama, terlihat bahwa volume impor lebih kecil 37% dari
Pada bulan Juni 2021, pungutan ekspor CPO mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
No.191/PMK.05/2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan
No.57/PMK.05/2020 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana
Perkebunan Kelapa Sawit Pada Kementerian Keuangan. Peraturan yang berlaku sejak 10
Desember 2020 ini memberlakukan pungutan yang disesuaikan dengan harga CPO per ton.
Pungutan ekspor mulai berlaku pada CPO dengan harga US$ 670/ton dan dikenakan tarif US$
55/ton pada harga tersebut.
Pada 25 Juni 2021 diundangkan peraturan terbaru yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor
No. 76/PMK.05/2021 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan
No.57/PMK.05/2020 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana
Perkebunan Kelapa Sawit Pada Kementerian Keuangan. Dalam peraturan tersebut pungutan
ekspor baru berlaku ketika harga CPO di atas US$ 750/ton dengan pengenaan tarif US$ 55/ton
pada harga tersebut. Peraturan ini diambil melihat tingginya harga CPO ditengah menurunnya
permintaan. Peraturan ini baru berlaku pada bulan Juli, atau tepatnya tujuh hari setelah
diundangkan.
Informasi Utama
• Harga telur ayam ras di pasar dalam negeri bulan Juni 2021 adalah sebesar
Rp25.944/kg, mengalami kenaikan sebesar 0,65 persen dibandingkan bulan Mei 2021.
Jika dibandingkan dengan bulan Juni 2020, harga telur ayam ras mengalami kenaikan
sebesar 2,02 persen. Harga tersebut masih diatas harga acuan pembelian yang
ditetapkan sebesar Rp24.000,- oleh Kementerian Perdagangan.
• Harga telur ayam kampung di pasar dalam negeri bulan Juni 2021 adalah sebesar
Rp53.037/kg, mengalami kenaikan sebesar 1,17 persen dibandingkan bulan Mei 2021.
Jika dibandingkan dengan bulan Juni 2020, harga telur ayam kampung mengalami
kenaikan sebesar 3,08 persen.
• Harga telur ayam ras dan kampung di pasar dalam negeri selama periode Juni 2020 –
Juni 2021 relatif berfluktuasi, dimana sebagian besar dari wilayah yang diamati
memiliki Koefisien Keragaman (KK) kurang dari 9 persen dengan rata-rata Koefisien
Keragaman telur ayam ras 4,27 persen dan telur ayam kampung 3,01 persen. Harga
paling stabil untuk telur ayam ras terdapat di kota Kupang, sedangkan harga yang
paling berfluktuasi terdapat di kota Banda Aceh. Sedangkan untuk telur ayam
kampung harga paling stabil terdapat di kota Mamuju dan harga paling berfluktuasi di
kota Banda Aceh.
• Disparitas harga telur ayam antar wilayah pada bulan Mei 2021 dengan Koefisien
Keragaman (KK) harga antar kota sebesar 12,29 persen untuk telur ayam ras dan
22,53 persen untuk telur ayam kampung.
Untuk harga rata-rata nasional telur ayam kampung pada bulan Juni 2021 berdasarkan SP2KP
adalah sebesar Rp 53.307/kg. Harga telur ayam kampung tersebut mengalami kenaikan sebesar
1,17 persen dibandingkan harga rata-rata telur ayam kampung pada bulan Mei 2021, sebesar Rp
52.424/kg. Jika dibandingkan dengan harga pada periode yang sama tahun lalu (Juni 2020)
sebesar Rp 51.454/kg, maka harga telur ayam kampung pada Juni 2021 mengalami kenaikan
sebesar 3,08 persen (Gambar 2).
Pada bulan Juni 2021 disparitas harga telur ayam ras antar wilayah berdasarkan data Sistem
Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan
sebelumnya (Mei 2021). Hal ini ditunjukkan dengan Koefisien Keragaman (KK) harga antar
wilayah/kota pada bulan Juni 2021 adalah sebesar 12.29 persen, atau mengalami penurunan
1,50 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Koefisien Keragaman (KK) tersebut dibawah target
disparitas harga maksimal yang ditetapkan Pemerintah yaitu KK kurang dari 13,00 persen pada
tahun 2019. Harga telur ayam ras tertinggi ditemukan di Kota Kupang sebesar Rp 34.000/kg,
sedangkan harga terendahnya ditemukan di Kota Mataram sebesar Rp 22.146/kg.
IKU Kemendag
5-9%
IKU Kemendag
5-9%
Tabel 1 menunjukkan perubahan harga telur ayam ras di 8 (delapan) kota besar di Indonesia
berdasarkan data SP2KP. Harga telur ayam ras pada bulan Juni 2021 jika dibandingkan bulan Mei
2021 mengalami peningkatan di 8 (delapam) kota besar yaitu Medan, Jakarta, Bandung,
Tabel 2 menunjukkan perubahan harga telur ayam kampung di 8 (delapan) kota besar di
Indonesia berdasarkan data SP2KP. Harga telur ayam kampung pada bulan Juni 2021 jika
dibandingkan bulan Mei 2021 mengalami peningkatan di 4 (empat) kota besar yaitu Kota
Jakarta, Yoagyakarta, Surabaya dan Makassar dengan peningkatan tertinggi Kota Jakarta sebesar
4,99 persen. Sedangkan penurunan harga telur ayam kampung terjadi di 4 (empat) kota besar
yaitu Kota Medan, Bandung, Semarang, dan Denpasar dengan penurunan terbesar di Kota
Denpasar sebesar 4,93 persen.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Juni 2020) harga telur ayam kampung mengalami
peningkatan di 5 (lima) kota besar yaitu Medan, Jakarta, Yogyakarta, Denpasar, dan Makassar
dengan persentase peningkatan tertinggi terjadi di kota Jakarta sebesar 9,88 persen. Sedangkan
kota yang mengalami penurunan di tiga kota besar yaitu Kota Bandung, Semarang dan Surabaya
dengan persentase penurunan terbesar di Kota Bandung sebesar 4,07 persen.
Sumber: Pusat Data dan Sistem informasi Pertanian, Kementerian Pertanian (2020)
Berdasarkan data inflasi yang dikeluarkan oleh BPS menunjukkan terjadi deflasi nasional pada
bulan Juni 2021 sebesar 0,16 persen yang salah satunya disebabkan oleh harga kelompok bahan
makanan. Deflasi pada kelompok bahan makanan tersebut mencapai sebesar 1,10 persen
dibanding Juni 2021. Inflasi bahan makanan untuk tahun kalender (Januari–Juni) 2021 sebesar
1,14 persen dan inflasi tahun ke tahun (Mei 2021 terhadap Mei 2020) sebesar 1,78 persen
dengan andil pada deflasi nasional sebesar 0,20 persen. Pada bulan Juni 2021 komoditas telur
ayam ras memberikan andil inflasi sebesar 0,02 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terdapat beberapa jenis telur ayam yang diekspor atau
diimpor dari/ke Indonesia, antara lain: (1) HS 0407110000 Fertilised eggs for incubation of fowls
of the species Gallus domesticus; (2) HS 0407210000 Other fresh eggs of fowl of the species
Gallus Domesticus.
Pada tahun 2020 berdasarkan data BPS, realisasi ekspor Indonesia ke negara tujuan ekspor yaitu
Myanmar sebesar USD 1.301.641 dengan total volume 73.569 kg. Pada bulan Januari-April 2021
Indonesia melakukan ekspor telur ayam ke Burma/Myanmar dengan total nilai ekspor sebesar
USD 99.094 dan volume 5.522 kg (Tabel 4 dan 5). Perubahan total nilai ekspor hingga Januari-
April 2021 jika dibandingkan dengan Januari-April tahun 2020 mengalami penurunan sebesar
71,77 persen. Perubahan total volume impor hingga Januari-April 2021 dibandingkan Januari-
April 2020 juga mengalami penurunan sebesar 73,18 persen.
Tabel 4. Realisasi Nilai Ekspor Indonesia Ke Beberapa Negara Periode 2020 – April 2021 (USD)
NILAI USD PERUBAHAN
HS BTKI 2017 NEGARA 2020 2021 m-to-m JAN-APR 21/20
JAN-APR MAR APR (%) 2020 2021 (%)
04071110 BURMA - -
04071190 BURMA 351,002 49,534 49,560 0.05% 351,002 99,094 (71.77)
04071190 TIMOR TIMUR - -
TOTAL 351,002 49,534 49,560 0.05% 351,002 99,094 (71.77)
Tabel 5. Realisasi Volume Ekspor Indonesia Ke Beberapa Negara Periode 2020 – April 2021 (Kg)
VOLUME (KG) PERUBAHAN
HS BTKI 2017 NEGARA 2020 2021 m-to-m JAN-APR 21/20
JAN-APR MAR APR (%) 2020 2021 (%)
04071110 BURMA - -
04071190 BURMA 20,590 2,761 2,761 0.00% 20,590 5,522 (73.18)
04071190 TIMOR TIMUR -
TOTAL 20,590 2,761 2,761 0.00% 20,590 5,522 (73.18)
Pada tahun 2020 berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, total realisasi impor telur ayam ras
Indonesia dari beberapa negara yaitu Amerika Serikat, Australia, dan Jerman sebesar USD
351.435 dengan volume 8.699 kg. Sedangkan pada Januari-APril 2021 Indonesia mengimpor
telur ayam dari Jerman dengan total nilai impor sebesar USD 131.477 dan volume 3.276 kg
(Tabel 6 dan 7). Perubahan total nilai impor hingga Januari-April 2021 jika dibandingkan dengan
Januari-April tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 12,20 persen. Perubahan total volume
impor hingga Januari-April 2021 dibandingkan Januari-APril 2020 juga mengalami penurunan
sebesar 18,63 persen.
Tabel 6. Realisasi Nilai Impor Indonesia dari Beberapa Negara Periode 2020-Apr 2021 (USD)
NILAI USD PERUBAHAN
HS BTKI 2017 NEGARA 2020 2021 m-to-m JAN-APR 21/20
JAN-APR MAR APR (%) 2020 2021 (%)
04071190 AMERIKA SERIKAT - - - - -
04071190 AUSTRALIA 14,439 - - 14,439 - -
04071190 JERMAN 135,309 27,287 38,348 40.54 135,309 131,477 (2.83)
04071190 MEKSIKO - - - -
TOTAL 149,748 27,287 38,348 40.54 149,748 131,477 (12.20)
Tabel 7. Realisasi Volume Impor Indonesia dari Beberapa Negara 2020-Apr 2021 (Kg)
VOLUME KG PERUBAHAN
HS BTKI 2017 NEGARA 2020 2021 m-to-m JAN-APR 21/20
JAN-APR MAR APR (%) 2020 2021 (%)
04071190 AMERIKA SERIKAT - - - - - -
04071190 AUSTRALIA 324 - 324 - -
04071190 JERMAN 3,702 719 1,012 40.75 3,702 3,276 (11.51)
04071190 MEKSIKO - - -
TOTAL 4,026 719 1,012 40.75 4,026 3,276 (18.63)
https://kumparan.com/kumparanbisnis/peternak-minta-harga-eceran-tertinggi-telur-ayam-direvisi-
1vvbNULRJKi/full
https://katadata.co.id/doddyrosadi/berita/60dd352a5401c/harga-pakan-naik-fluktuatif-kemendag-
buat-aturan-harga-acuan-dinamis
https://bisnis.tempo.co/read/1472244/kementan-pangkas-bibit-ayam-pedaging-peternak-biaya-
produksi-bisa-naik/full&view=ok
https://www.suara.com/bisnis/2021/06/11/082757/pemasok-telur-hingga-perusahaan-ritel-
terkemuka-dilaporkan-ke-kementan
Informasi Utama
• Harga rata-rata tepung terigu yang dicatat oleh SP2KP pada bulan Juni 2021 mulai turun
dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan harga terigu dibandingkan bulan Mei
sebesar 0,22 persen atau menjadi Rp.10.145/kg, dari sebelumnya pada level
Rp.10.168/kg. Namun demikian, jika dibandingkan dengan bulan Juni 2020, dimana
harga terigu saat itu sebesar Rp.9.642/kg, harga terigu pada bulan Juni 2021 masih lebih
tinggi 5,22 persen. Penurunan harga terigu dalam negeri karena pasokan yang
mencukupi dan harga gandum dunia yang terkoreksi turun karena bertambahnya stok
global.
• Selama periode 1 tahun terakhir (Juni 2020 – Juni 2021), harga tepung terigu secara
nasional melemah tipis dibandingkan periode sebelumnya. Koefisien keragaman (KK)
antar waktu (harga bulanan) pada periode tersebut menunjukkan nilai sebesar 1,99
persen. Angka ini menunjukkan masih adanya pergerakan harga tepung terigu nasional,
walaupun pergerakannya masih jauh dibawah batas fluktuasi harga yang ditetapkan
oleh Kemendag, yaitu pada range 5-9 persen.
• Harga gandum internasional pada bulan Juni 2021 turun. CBOT mencatat pada bulan
Juni 2021 harga gandum tercatat sebesar USD250/ton, atau turun USD 14/ton dari
bulan sebelumnya yang sebesar USD264/ton. Sementara itu, International Grain Council
mencatat harga gandum US no.2 HRW 11.5% (Gulf) (kualitas setara bahan baku tepung
Segitiga Biru) pada tanggal 22 Juni 2021 sebesar USD276/ton. Harga gandum dunia
bulan ini dipengaruhi oleh naiknya harga gandum asal Amerika, namun diimbangi
dengan penurunan untuk harga gandum asal Uni Eropa maupun Kawasan Laut Hitam
karena adanya prediksi kenaikan jumlah panen.
Ditjen Perdagangan Dalam Negeri melakukan pemantauan harga tepung terigu protein sedang
yang paling banyak dikonsumsi masyarakat secara nasional, untuk saat ini diwakili terigu merk
segitiga biru. Berdasarkan pantauan tersebut diketahui harga mengalami penurunan di bulan
Juni 2021 ini dibandingkan bulan sebelumnya. Harga tepung terigu nasional bulan Juni 2021
tercatat Rp. 10.145/kg atau turun 0,33 persen dibanding harga di bulan Mei 2021 yang sebesar
Rp. 10.168/kg. Penurunan harga yang terjadi saat ini kemungkinan masih dipengaruhi oleh
fluktuasi nilai tukar US dollar terhadap rupiah, ditambah adanya proyeksi kenaikan stok gandum
dunia yang berimbas terhadap harga gandum dunia. Jika dibandingkan dengan tingkat harga
yang terbentuk di bulan Juni tahun sebelumnya yang sebesar Rp. 9.642/kg, harga tepung terigu
di bulan Juni 2021 masih lebih tinggi sebesar 5,22 persen.
Harga tepung terigu dalam negeri dipengaruhi oleh besarnya permintaan dan juga ketersediaan
pasokan di dalam negeri. Di samping itu, perkembangan nilai kurs dollar terhadap rupiah turut
berkontribusi terhadap perubahan harga tepung terigu nasional karena bahan baku tepung yang
masih sepenuhnya impor. Kenaikan harga tepung terigu dalam negeri saat ini sangat
dipengaruhi oleh pergerakan nilai kurs dollar, kenaikan biaya transportasi bahan baku dan
produksi, serta kemudahan produsen tepung dalam mendapatkan bahan baku. Hal ini
ditunjukkan dengan besaran Koefisien Keragaman (KK) harga tepung terigu antar waktu yaitu
satu tahun terakhir hingga Juni 2021 sebesar 1,99 persen. Nilai KK yang cenderung stabil ini
Tabel 1 di bawah memperlihatkan perkembangan harga rata-rata tepung terigu pada 10 Ibu kota
provinsi yang dipantau selama bulan Juni 2021. Mengikuti tren harga nasional terdapat 3 kota
pantauan yang mengalami kenaikan harga, dengan Kota Medan yang tertinggi, dan 7 kota
mengalami penurunan harga dengan penurunan paling banyak di Kota Jakarta. Secara nasional,
harga rata-rata harga terigu di 34 kota besar di Indonesia pada bulan Juni turun sebesar 0,22
persen dari bulan sebelumnya. Sedangkan dibandingkan periode yang sama di tahun 2020,
tingkat harga ini juga masih lebih tinggi sebesar 5,21 persen.
Dari sisi ketersediaan, keberadaan tepung terigu di Indonesia tidak lepas dari berkembangnya
industri pengolahan gandum nasional. Pada tahun 2020, APTINDO mencatat setidaknya telah
ada 30 perusahaan yang bergerak di bidang tersebut dibandingkan tahun 1970, dimana kala itu
baru berdiri 5 perusahaan. Bertambahnya perusahaan produsen terigu ini juga meningkatkan
kapasitas produksi dari 21.750 MT/hari menjadi 35.000 MT/hari, di mana sebagian besar lokasi
produksi terletak di Pulau Jawa.
Berdasarkan data APTINDO, pada tahun 2020 konsumsi terigu Indonesia sudah mencapai 6,66
juta ton atau tumbuh tipis sebesar 0,47 persen dibandingkan konsumsi tahun sebelumnya.
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri 95
Pertumbuhan konsumsi terigu nasional juga telah menempatkan Indonesia menjadi salah satu
importir gandum terbesar di dunia. Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa
pertumbuhan konsumsi per kapita tepung terigu 2014-2018 terus bertumbuh per tahunnya
mencapai 19.92 persen.
Sedangkan dari sisi konsumsi, kelompok konsumen tepung terigu nasional terdiri dari dua
kelompok, yaitu UKM dan industri besar. UMKM mengambil porsi terbesar yaitu sebesar 66
persen dari total konsumsi. Kelompok kedua yaitu industri makanan olahan besar sebanyak 34
persen. Oleh karena itu, fluktuasi harga terigu akan berdampak langsung terhadap kelangsungan
usaha UMKM khususnya pangan berbasis terigu. Konsumsi terigu nasional hampir seluruhnya
berasal dari tepung terigu produksi lokal, yaitu 99,97 persen, dan sisanya dari impor.
Pergerakan harga gandum dunia merefleksikan dinamika pasokan gandum dunia yang tak lepas
dari perkembangan proyeksi produksi dan pemakaian hingga stok akhir. Selain produksi,
perkembangan isu-isu global juga turut mempengaruhi volume gandum yang diperdagangkan.
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri 96
Salah satu isu global yang saat ini sedang menjadi perhatian dunia adalah merebaknya COVID-
19. Virus yang menyebar dengan sangat cepat ke lebih dari 150 negara di dunia ini tidak hanya
mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia, namun juga berdampak signifikan
terhadap kehidupan sosial dan ekonomi global, termasuk di dalamnya kinerja sektor pangan,
baik dari sisi produksi hingga konsumsi. Dampak COVID-19 setidaknya dapat mulai dirasakan
sejak semester pertama tahun 2020 hingga pertengahan tahun 2021 dan diprediksi masih akan
berpengaruh hingga tahun depan.
FAO memprediksi prospek secara umum produksi komoditas tanaman pangan dunia secara
keseluruhan menguntungkan. Akan tetapi, pasokan global masih cukup rentan pada periode
2021/22, khususnya karena adanya ketidakpastian permintaan dari pakan dan sektor industri.
Setelah bulan lalu terjadi kenaikan sebagian besar komoditas pangan, karena meningkatnya
perdagangan dan dolar yang lebih lemah. Beberapa bulan mendatang akan terdapat
ketidakpastian karena terhambatnya produksi komoditas biji-bijian global, sementara kegiatan
ekonomi yang akan pulih lebih cepat dapat memacu permintaan.
Produksi gandum bulanan untuk tahun 2021 diperkirakan meningkat karena adanya prospek
panen yang membaik di Australia, Tiongkok, Uni Eropa, Maroko, dan Federasi Rusia. Prospek ini
sekaligus mengimbangi ekspektasi produksi yang lebih rendah di untuk Kanada dan AS.
Pemanfaatan pada 2021/22 sebagian besar meningkat karena adanya prakiraan penggunaan
gandum untuk pakan yang lebih tinggi, terutama di Tiongkok, meningkatkan pemanfaatan
gandum total sebesar 2,5 persen di atas tingkat perkiraan 2020/21.
Perdagangan pada 2021/22 (Juli/Juni) juga diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan periode
2020/21 didukung oleh ekspektasi impor di Aljazair, Cina, Iran, dan Irak. Stok akhir tahun 2022
diperkirakan lebih besar dari yang diantisipasi sebelumnya dengan perkiraan yang lebih tinggi
terutama untuk Australia, India, Pakistan dan Turki, melebihi penambahan stok yang lebih kecil
di Tiongkok dari yang diperkirakan semula.
Hasil panen gandum dunia sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim pada negara-negara produsen.
Di belahan bumi utara, penanaman gandum musim dingin dan musim semi masih aktif dengan
area yang menjadi perhatian di beberapa bagian Eropa, Federasi Rusia, AS, dan Kanada. Di
belahan bumi selatan, penaburan gandum musim dingin sedang berlangsung di bawah kondisi
yang umumnya menguntungkan.
Kondisi penanaman di berbagai negara cukup bervariasi. Di Uni Eropa, perkembangan gandum
musim dingin pada umumnya dalam kondisi yang menguntungkan, meskipun suhu baru-baru ini
lebih dingin dari biasanya. Di Inggris, kondisi gandum musim dingin menguntungkan. Demikian
pula di Ukraina, penanaman gandum dalam kondisi yang menguntungkan dengan curah hujan
yang cukup mendukung pengembangan tanaman. Di Federasi Rusia, perkembangan gandum
musim dingin dipengaruhi oleh kekeringan sebelumnya di wilayah Kaukasus selatan yang tetap
menjadi perhatian, sementara situasi di wilayah lain menguntungkan. Penaburan gandum
musim semi berakhir di bawah kondisi yang menguntungkan. Di Turki, kondisi gandum musim
dingin menguntungkan.
Di Cina, panen sedang berlangsung untuk gandum musim dingin di bawah kondisi yang
menguntungkan. Sedangkan gandum musim semi berada di bawah kondisi yang
menguntungkan. Di AS, penanaman gandum musim dingin masih terus diawasi, khususnya di
ujung utara dan selatan Great Plains karena dilanda kekeringan. Kondisi gandum musim semi
juga diawasi karena kekeringan, terutama di Dakota. Di Kanada, kekeringan berdampak pada
Aktivitas perdagangan Indonesia dalam komoditi terigu melibatkan importasi mulai dari bahan
baku maupun tepung terigu setengah jadi. Di samping itu, dengan kapasitas produksi terpasang
industri tepung terigu saat ini, Indonesia masih memiliki surplus produksi tepung terigu dan
turunannya yang kemudian di ekspor ke beberapa negara, diantaranya ke yakni Papua Nugini,
Timor Leste, Vietnam dan Singapura.
Ekspor tepung terigu pada bulan Maret 2021 secara volume naik 74,64 persen dibandingkan
bulan Februari 2021, yaitu menjadi 7,192 ton, sebagaimana disajikan pada Tabel.1 dibawah ini.
Demikian pula jika dilihat dari sisi nilai naik sebesar 83,09 persen dibandingkan bulan lalu.
Ekspor di bulan Maret 2021 juga masih lebih baik jika dibandingkan tahun sebelumnya pada
periode yang sama, , baik dari sisi volume naik sebesar 52,42 persen maupun nilai yang juga naik
52,74 persen. Mulai membaiknya ekspor terigu Indonesia kemungkinan disebabkan
membaiknya permintaan di negara tujuan ekspor karena perekonomian yang terus membaik.
Tabel 1. Perkembangan Volume Ekspor Tepung Terigu tahun 2021 (dalam Kg)*
Perkembangan volume ekspor tepung gandum Indonesia Tahun 2021 (dalam kg)
2020 2021 Perubahan Mar'21
No Uraian Thd Thd
Maret Februari Maret
Mar'20 Feb'21
1101001010 Wheat flour fortified 3,670,997 3,505,197 3,546,552 -3.39 1.18
1101001090 Wheat flour not fortified 1,048,124 613,477 3,646,222 247.88 494.35
1101002000 Meslin flour - - - - -
Total 4,719,121 4,118,673 7,192,774 52.42 74.64
Impor gandum
Dari sisi produksi, mengingat iklim di Indonesia yang tropis kurang cocok dengan iklim
pembudidayaan tanaman gandum yang subtropik, maka kebutuhan bahan baku tepung terigu
berupa biji gandum masih harus didatangkan dari negara produsen gandum dunia seperti
Amerika Serikat, Argentina, Ukraina, Brazil, dan Australia. Pada Maret 2021, volume impor
gandum naik sebesar 5.54 persen dibandingkan bulan sebelumnya, namun secara nilai juga naik
11,08 persen. Pergerakan impor bahan baku ini menunjukkan produsen tepung mulai sedikit
demi sedikit menambah stok gandum untuk diolah beberapa bulan ke depan. Perkembangan
impor gandum dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Perkembangan volume impor gandum Indonesia tahun 2021 (dalam Kg)
2020 2021 Perubahan Mar'21
No Uraian
Maret Februari Maret Thd Mar'20 Thd Feb'21
1001110000 Durum wheat seed - - - - -
1001190000 Durum wheat, oth than seed - - - - -
Wheat grains without
1001991910 husk,oth than seed, for 967,548,795 682,511,437 864,660,181 -10.63 26.69
human consumption
Other wheat, oth than seed,
1001991990 267,893,570 265,595,437 135,979,129 -49.24 -48.80
for human consumption
Other wheat, oth than seed,
1001999090 2,238,107 13 17 -100.00 31
not for human consumption
1002100000 Rye seed - - - - -
Total 1,237,680,472 948,106,887 1,000,639,327 -19.15 5.54
Selain impor gandum sebagai bahan baku industri tepung terigu nasional, Indonesia juga masih
melakukan importasi untuk tepung gandum selain untuk konsumsi manusia. Tepung terigu jenis
ini dibutuhkan khususnya sebagai bahan baku industri pakan ternak. Tepung terigu yang
digunakan untuk pakan ternak memiliki spesifikasi khusus yang berbeda dengan yang
dikonsumsi oleh manusia, misalnya dari segi kelengketan. Kenaikan permintaan tepung terigu
jenis ini terutama untuk industri pakan ternak air atau aquafeed, terutama untuk komoditas
udang. Sedangkan impor tepung terigu untuk pangan tidak diperlukan mengingat saat ini
produksi tepung terigu konsumsi di dalam negeri masih berlebih.
Impor tepung terigu yang dilakukan oleh Indonesia meliputi tepung terigu yang difortifikasi
maupun tidak difortifikasi serta tepung meslin yang masuk ke dalam kode HS 1101001010
(Wheat flour fortified), 1101001090 (Wheat flour nonfortified), dan 1101002000 (Meslin flour).
Sebagian besar impor tepung terigu ini dalam bentuk tepung belum terfortifikasi yang masih
memerlukan pengolahan lebih lanjut di dalam negeri.
Volume impor tepung terigu di bulan Maret 2021 turun tipis bila dibandingkan bulan Februari
2021 dari 1,787 ton menjadi 1,751 ton atau hanya turun 2,01 persen. Namun dari segi nilai
impor terjadi kenaikan sebesar 3,46 persen. Kondisi ini mencerminkan masih mencukupinya stok
pakan di dalam negeri, sehingga produsen mengurangi bahan baku karena harga bahan baku
yang masih cukup tinggi.
Berdasarkan hasil kajian Indonesia Research & Strategic Analysis (IRSA) pada tahun 2014, yang
diperbaharui oleh APTINDO, industri tepung terigu berkembang cukup pesat yang didukung oleh
meningkatnya konsumsi terigu nasional. Dengan demikian, komoditas terigu kini berperan
penting dalam ketahanan pangan nasional.
Industri tepung terigu berperan penting dalam perkembangan industri makanan dan minuman.
Sekitar 70 % produk tepung terigu produksi dalam negeri digunakan oleh UMKM pangan.
Sebagaimana diketahui, selama 2011-2020, industri makanan dan minuman selalu tumbuh lebih
tinggi dari pertumbuhan total PDB dan pertumbuhan total sektor industri. Selama 2011-2019,
industri makanan dan minuman tumbuh rata-rata 8,4% per tahun, sementara itu, total PDB dan
total sektor industri masing-masing hanya tumbuh rata-rata 5,3 dan 4,6 persen per tahun.
Bahkan, selama pandemi 2020, ketika perekonomian mengalami kontraksi 2,1% (tumbuh -2,1%)
dan sektor industri secara keseluruhan mengalami penurunan 2,9%, sektor industri makanan
dan minuman masih dapat tumbuh 1,6%.
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri 102
Disamping perannya yang semakin meningkat dalam ketahanan pangan nasional, pemanfaatan
terigu yang lebih luas oleh masyarakat perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan
ketergantungan impor pangan yang lebih tinggi karena bahan bakunya yang hampir seluruhnya
masih impor. Berdasarkan hasil kajian IRSA, penggunaan terigu semakin menggeser konsumsi
beras sebagai pangan pokok. Rata-rata konsumsi makanan mengandung beras turun dari 2.1 kg
menjadi 1.9 kg beras per minggu, atau dari 107.7 kg (2002) menjadi 97.4 kg (2013) per tahun.
Penurunan tingkat konsumsi beras tersebut sebagian disebabkan karena peningkatan konsumsi
makanan berbasis tepung terigu.
Oleh karena itu, pemerintah perlu kembali menggalakkan program diversifikasi pangan agar
masyarakat tidak terkonsentrasi konsumsinya pada sedikit komoditas pangan pokok, seperti
beras maupun terigu. Program diversifikasi pangan diarahkan untuk mengembangkan produksi
pangan pokok berbasis komoditas lokal dan juga edukasi terhadap masyarakat di sisi hilirnya.
Informasi Utama
• Pada bulan Juni 2021, rata-rata harga eceran bawang putih di tingkat pengecer sebesar
Rp 28.601/Kg atau mengalami penurunan sebesar 1,32% jika dibandingkan dengan
harga pada bulan Mei 2021. Jika dibandingkan dengan harga pada satu tahun lalu yakni
Juni 2020, harga eceran bawang putih pada saat ini mengalami kenaikan sebesar 8,7%.
• Nilai koefisien keragaman harga eceran bawang putih di pasar domestik pada periode
bulan Mei 2020 hingga Juni 2021 adalah sebesar 9,26%, mengalami penurunan dari
bulan Mei 2020-Mei 2021 dan laju perubahan harga sebesar 1,99 % per bulan.
• Harga bawang putih dunia pada Juni 2021 mengalami kenaikan 52,5% jika dibandingkan
dengan harga pada bulan Mei 2021. Selama satu tahin terakhir (Juni 2020 – Juni 2021)
harga bawang putih dunia mengalami kenaikan sebesar 8,9 %.
Harga rata-rata bawang putih di dalam negeri pada Juni 2021 mengalami penurunan sebesar
1,32% dari harga Rp 28.983/Kg pada bulan Mei 2021 menjadi Rp 28.601/Kg pada Juni 2021.
Namun jika dibandingkan dengan harga pada satu tahun yang lalu yakni Juni 2020, sebesar Rp
26.312/kg, maka harga pada bulan ini mengalami kenaikan sebesar 8,7% (Gambar 1).
Berdasarkan pantauan harga dari Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP),
Kementerian Perdagangan, harga eceran bawang putih di pasar tradisional pada bulan Juni 2021
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan harga pada bulan Mei 2021. Penurunan harga
ini dapat disebabkan bertambahnya jumlah stok bawang putih di pasaran.
Pergerakan harga bawang putih di tingkat nasional selama kurun waktu satu tahun terakhir
cukup mengalami fluktuasi harga. Hal ini ditunjukkan dengan angka koefisien variasi harga
bawang putih pada periode bulan Juni 2020 hingga Juni 2021 sebesar 9,26%. Fluktuasi harga
yang tersebut jauh lebih rendah dibandingkan fluktuasi antara Mei 2020 – Mei 2021, dengan
angka koefisien variasi sebesar 11,47%. Hal ini dikarenakan harga bawang putih antara Juni 2020
– Juni 2021 sudah mulai lebih stabil. Selain itu, impor bawang putih pada bulan Mei 2020 sudah
mulai masuk dan mulai menstabilkan harga bawang putih di pasaran.
Sementara itu, di sepanjang bulan Juni 2021, disparitas harga antar provinsi cukup besar, ini
ditunjukkan dengan angka koefisien variasi pada bulan Mei 2021 adalah sebesar 20,7%. Angka
Fluktuasi harga bawang putih terjadi sepanjang bulan Juni 2021. Pada bulan Juni 2021 ini,
terdapat 4 provinsi yang tidak mengalami fluktuasi harga selama bulan Juni 2021 ini, antara lain
Jambi, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan untuk
provinsi lainnya masih mengalami fluktuasi harga yang beragam. Terdapat beberapa provinsi
dengan fluktuasi harga cukup tinggi selama bulan Mei 2021 dengan angka koefisien variasi
mendekati 6 %. Provinsi yang mengalami fluktuasi harga yang cukup tinggi yakni Provinsi Papua,
Gorontalo, dan Jawa Tengah dengan angka koefisien variasi masing-masing sebesar
5,96%;5,96% dan 5,91% (Gambar 2). Beberapa provinsi yang mengalami fluktuasi harga cukup
tinggi selama bulan Juni 2021 ini lebih disebabkan adanya keterlambatan pengiriman untuk
Indonesia daerah timur dan juga adanya lonjakan kasus Covid-19.
Indonesia mengimpor bawang putih dari Tiongkok hampir 90% dari total kebutuhan bawang
putih. Harga internasional untuk bawang putih dilihat dari harga bawang putih pada tingkat
wholesale di Provinsi Shandong, Tiongkok. Kualitas bawang putih yang dihasilkan di daerah
Jinxian, Provinsi Shandong, lebih bagus tetapi memiliki harga jual lebih rendah dari daerah
penghasil bawang putih lainnya di Tiongkok. Harga internasional untuk bawang putih yang
digunakan pada laporan ini memang ditujukan untuk pasar dari Indonesia yang berasal dari
Provinsi Shandong, Tiongkok.
Gambar 3. Perkembangan Harga Bawang Putih Dunia Juni 2020 – Juni 2021
Harga dunia bawang putih pada bulan Juni 2021 ini mengalami kenaikan jika dibandingkan
dengan harga pada bulan Mei 2021. Harga pada bulan Mei 2021 sebesar USD 0,4/Kg sedangkan
harga pada bulan Juni 2021 sebesar USD 0,61/Kg, dengan kata lain harga dunia untuk bawang
putih ini mengalami kenaikan sebesar 52.5%. Jika dibandingkan dengan bulan Juni 2020, harga
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri 107
bawang putih dunia pada bulan Juni 2021 mengalami kenaikan sebesar 8,9 % dari USD 0,56/kg
menjadi USD 0,61/kg. Pergerakan harga dunia bawang putih selama satu tahun terakhir
mengalami kenaikan. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien keragaman harga pada bulan Juni
2020 – Juni 2021 sebesar 24,41%. Apabila dilihat pergerakan harga internasional setiap bulannya
juga cukup tinggi, ditunjukkan dengan koefisien keragaman sebesar 0,6% setiap bulan dari bulan
Juni 2020 hingga Juni 2021.
Harga dunia untuk bawang putih sudah mulai mengalami penurunan mulai bulan April 2021.
Penurunan harga yang cukup tajam di bulan Mei 2021 karena importir memilih untuk menunda
pembelian karena menunggu panen yang terjadi di bulan Juni dan tidak menginginkan stok
bawang putih di penyimpanan dingin (cold storage). Pada bulan Juni 2021 sedang terjadi musim
panen bawang putih di Tiongkok yang sudah sehingga harga Kembali naik, selain itu harga
pengiriman yang kembali naik dapat hal ini tetap menjadi biaya tambahan untuk para importir.
1.3 Perkembangan Produksi dan Konsumsi di Dalam Negeri
Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan mengeluarkan Prognosa Neraca
Pangan Strategis untuk periode Mei – Agustus 2021. Dalam prognosa tersebut, dijabarkan
mengenai perkiraan ketersediaan dan kebutuhan selama Mei – Agustus 2021.
Berdasarkan tabel prognosa produksi dan konsumsi bawang putih, perkiraan jumlah produksi
dalam negeri (konversi 60%) sebanyak 5.501 ton. Selain itu perkiraan impor yang akan masuk
pada bulan Juni sebanyak 46.152 ton, sehingga apabila ditotalkan bawang putih yang tersedia
sebanyak 51.653 ton. Selanjutnya perkiraan kebutuhan bawang putih sebanyak 43.391 ton. Jika
dikurangi dengan kebutuhan, perkiraan stok bawang putih yang ada sebanyak 8.262 ton.
Terakhir apabila di kumulatifkan dari bulan April, maka perkiraan neraca kumulatif pada bulan
Juni 2021, sebanyak 80.145 ton. Jumlah tersebut masih dapat dikatakan stoknya aman untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi sekitar 2 bulan jika terjadi sesuatu yang mengakibatkan
terhambatnya impor bawang putih masuk ke Indonesia.
Realisasi Impor
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik jenis bawang putih yang banyak di impor oleh
Indonesia antara lain: (1) HS 07.03.2090 : Garlic, not for propagation dan (2) HS 07.12.9010 :
Garlic, dried, whole, cut, sliced, broken or in powder, but not further prepared.
Realisasi impor bulan April 2021 mengalami kenaikan yang sangat tinggi jika dibandingkan
dengan nilai realisasi impor pada bulan Maret 2021. Realisasi impor naik sebesar 2.496,42% di
bulan April 2021, dari 7,1 USD di bulan Maret 2021 menjadi 48,6 juta USD di bulan April 2021.
Namun jika dibandingkan dengan tahun 2020, nilai impor secara total pada bulan April 2021
mengalami penurunan sebesar 30,33%. Pada bulan April 2020, total nilai impor sebesar 69,8 juta
USD menjadi 48,6 Juta USD di bulan April 2021. Adapun jenis bawang putih yang paling banyak
diimpor adalah jenis bawang putih dengan HS 07.03.2090 (Garlic, not for propagation) dengan
nilai 47,6 juta USD (tabel 3).
Untuk volume impor bawang putih juga mengalami kenaikan yang sangat tinggi jika
dibandingkan dengan bulan Maret 2021. Realisasi volume impor naik sebesar 664,8% dari 5.826
ton pada bulan Maret 2021 menjadi sebesar 44.557 ton pada bulan April 2021. Jika
dibandingkan dengan April 2020, volume impor mengalami penurunan yang cukup rendah yaitu
sebesar 24,91%. Penurunan volume impor dari 59.340 ton di April 2020 menjadi 44.557 ton di
April 2021 (tabel 4). Adapun jenis bawang putih yang paling banyak diimpor adalah jenis bawang
putih dengan HS 07.03.2090 (Garlic, not for propagation) yang berasal dari Tiongkok.
Melonjaknya nilai impor pada bulan ini, karena sudah masuknya impor bawang putih yang
berasal dari RIPH dan SPI bulan Januari – Maret 2021 ini.
Tabel 4. Realisasi Impor Bawang Putih bulan April 2021 (dalam ton)
2020 2021 % Perubahan
April 2021
April 2021
Uraian BTKI 2012 terhadap
April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Maret April terhadap
Maret
April 2020
2021
Garlic, not for
propagation (HS
07032090) 58.387 72.652 134.809 50.866 18.734 23.403 26.303 58.056 126.023 45.894 1.218 5.421 44.121 713.89 (24.43)
Garlic, dried, whole,
cut, sliced, broken or
in powder, but not
further prepared (HS
07129010) 953 415 200 342 281 549 180 982 950 340 260 405 436 7.65 (54.25)
Total 59.340 73.067 135.009 51.208 19.015 23.952 26.483 59.038 126.973 46.234 1.478 5.826 44.557 664.80 (24.91)
Sumber: Badan Pusat Statistik, Juni 2021 (diolah)
a. Internal
Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali dan Bank Indonesia (BI) Solo juga sedang berusaha
meningkatkan produksi bawang putih lokal. Sejak empat tahun lalu, BI Solo melakukan
pengembangan bawang putih varietas Tawangmangu Baru di Desa Pancot, Kalisoro,
Tawangmangu. Mulai Desember 2020 varietas ini direplikasi ke wilayah Senden, Selo, Boyolali
sebagai uji coba di lahan demonstration plot (demplot). Keberhasilan uji coba ini diharapkan
dapat mendorong petani di wilayah Senden yang merupakan milenial untuk kembali
membudidayakan bawang putih. Potensi pengembangan bawang putih di dua kabupaten
tersebut cukup besar mengingat kedua kabupaten ini juga menjadi salah satu sentra produksi
hortikultura di Jawa Tengah. Penanaman bawang putih mulai digalakkan kembali secara mandiri
dan melalui program kemitraan dengan importir3.
Namun hal ini berbanding terbalik yang terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB). Petani-petani
bawang putih di NTB ini mengalami trauma dalam penanaman bawang putih. Petani bawang
putih varietas sangga Sembalun dan Lumbu Putih banyak merugi. Semenjak situasi pandemic
corona virus disease (Covid-19), tahun 2020 lalu banyak stok benih yang tidak bisa terserap.
Kondisi ini membuat petani banyak menjual dengan harga tidak sesuai. Program swasembada
bawang putih ini pun menjadi tersendat. Pada musim tanam tahun 2021 ini banyak petani yang
berhenti tanam. Trauma tahun 2020 sehingga tdiak berani petani berspekulasi kembali4. Oleh
karena itu, perlu adanya penjaminan dari pemerintah untuk harga jual dan juga daya serap
produksi dari bawang putih lokal sehingga petani-petani tersebut Kembali bersemangat untuk
menanam kembali bawang putih lokal.
2
http://hortikultura.pertanian.go.id/?p=7594 (diakses pada 5 Juli 2021)
3
https://www.minews.id/news/petani-solo-akan-tingkatkan-produksi-bawang-putih-lokal (diakses pada 5
Juli 2021)
4
https://www.suarantb.com/program-swasembada-bawang-putih-tersendat/ (diakses pada 5 Juli 2021)
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri 111
b. Eksternal
Musim panen bawang putih China sekarang sedang berlangsung. Dalam waktu kurang dari
sebulan, harga bawang putih segar meningkat pesat. Harga di tingkat petani untuk bawang putih
segar awal musim di Kabupaten Jinxiang provinsi Shandong bahkan mencapai 2,10–2,40 yuan
per jin ($0,66–0,75 per kilogram). Fluktuasi harga yang drastis bahkan telah disaksikan dalam
satu hari. Tren kenaikan harga bawang putih segar ini juga menyebabkan harga bawang putih
simpanan mengalami rebound rata-rata 10–20% di berbagai wilayah produksi sejak awal Mei.
Sebelum dimulainya musim panen, ada anggapan bahwa panen bawang putih tahun ini akan
lebih kecil dari biasanya karena musim dingin yang membeku di tahun 2020. Hal ini membuat
banyak petani bawang putih enggan menjual hasil panen mereka untuk mengantisipasi harga
yang lebih tinggi di bulan-bulan mendatang. Namun, survei pasar baru-baru ini telah
mengungkapkan sedikit bukti untuk panen yang lebih kecil atau pengurangan luas tanam tahun
ini. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa meroketnya harga yang terjadi pada bulan Juni
merupakan hasil dari spekulasi komersial. Harga domestik yang lebih tinggi untuk bawang putih
segar juga telah mendorong harga ekspor, sebuah tren yang terutama terlihat pada ekspor ke
Eropa. Saat ini, harga FOB untuk bawang putih segar yang ditujukan untuk Eropa berada di
kisaran $1.100–1.200 per ton, naik 40% dibandingkan waktu ini tahun lalu5.
Pada musim panen kali ini, produksi bawang putih lebih kecil dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Mengakibatkan volume produksi pun menurun sebanyak 10 % dibandingkan
dengan periode yang sama pada tahun 2020. Hal ini dikarenakan cuaca dingin yang terjadi pada
beberapa bulan lalu mempengaruhi pertumbuhan bawang putih. Namun walaupun ukuran
bawang putih lebih kecil, tetapi kualitas bawang putih tetap bagus6.
5
https://www.producereport.com/article/garlic-prices-climb-chinas-harvest-season-starts (diakses pada 5
Juli 2021)
6
https://www.freshplaza.com/article/9328901/chinese-garlic-is-smaller-this-year-because-of-cold-
weather/ (diakses pada 5 Juli 2021)
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri 112
BAWANG MERAH
Informasi Utama
• Harga bawang merah di pasar dalam negeri pada bulan Juni 2021 mengalami penurunan
yang cukup rendah yaitu sebesar 4,15% dibandingkan dengan harga bawang merah
pada bulan Mei 2021. Dan apabila dibandingkan dengan harga pada bulan Juni 2020,
harga rata-rata bawang merah mengalami penurunan yang cukup tinggi yaitu sebesar
40,16%.
• Selama satu tahun terakhir, harga bulanan bawang merah secara nasional relatif tidak
stabil. Kondisi ini ditunjukkan oleh koefisien keragaman (KK) harga bulanan dari bulan
Juni 2020 sampai dengan Juni 2021 yang cukup tinggi yaitu sebesar 16,46 %.
• Khusus bulan Juni 2021, Koefisien Keragaman (KK) harga rata-rata harian untuk bawang
merah secara nasional masih berada dalam kondisi rendah yaitu sebesar 1,58%. Angka
tersebut menunjukan bahwa sepanjang bulan Juni 2021, harga bawang merah secara
nasional adalah cukup stabil, meskipun sepanjang bulan Juni 2021 harga harian bawang
merah mengalami trend penurunan harga sampai sampai akhir bulan.
• Disparitas harga antar wilayah pada bulan Juni 2021 cukup tinggi dengan Koefisien
Keragaman (KK) harga bulanan antar wilayah untuk bawang merah mencapai 11,16 %.
Hal ini menunjukan bahwa perbedaan harga bawang merah antar Provinsi di seluruh
wilayah Indonesia sepanjang bulan Juni masih cukup tinggi.
Rp/Kg
60.000
55.000
50.000
45.000
40.000
35.000
30.000
25.000
20.000
15.000
Juni Agu Okt Des Feb Apr Juni Agu Okt Des Feb Apr Juni Agu Okt Des Feb Apr Juni
2019 2020 2021
32.000
31.500
31.000
30.500
30.000
29.500
RATA
2
29
3
4
7
8
10
11
14
15
16
17
18
21
22
23
24
25
28
30
Tanggal
Sepanjang bulan Juni 2021, harga bawang merah secara nasional mengalami trend penurunan
dan kenaikan harga (Gambar 2). Harga bawang merah mengalami penurunan sepanjang minggu
pertama bulan Juni sampai dengan pertengahan bulan Juni akan tetapi mulai pertengahan bulan
Juni harga bawang merah kembali mengalami trend kenaikan harga. Penurunan harga bawang
merah sampai pertengahan bulan Juni disebabkan ada beberapa daerah sentra bawang merah
yang sudah mulai memasuki masa panen sejak bulan Mei lalu sehingga persediaan bawang
merah masih banyak.
BAWANG MERAH
Koefisien
Perubahan Juni 2021 Keragaman
NO KOTA 2020 2021 2021
terhadap (%)
Gambar 3. Koefisien Keragaman Harga Bawang Merah Juni 2021 Tiap Provinsi(%)
Papua
Papua Barat
Maluku Utara
Maluku
Sulawesi Barat
Gorontalo
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara
Kalimantan Utara
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Bali
Banten
Jawa Timur
D.I. Yogyakarta
Jawa Tengah
Jawa Barat
DKI Jakarta
Kepulauan Riau
Bangka Belitung
Lampung
Bengkulu
Sumatera Selatan
Jambi
Riau
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Aceh
BAWANG MERAH
Koefisien
Perubahan Juni Keragaman
NO KOTA 2020 2021 2021
2021 terhadap (%)
Juni Mei Juni Jun-20 May-21 Jun-21
BAWANG MERAH
NO KOTA Harga Juni Harga Rata-Rata Persentase
Disparitas
2021 Nasional Juni 2021 Disparitas
1 Ambon 32,242 31,182 1,060 3.40
2 Jayapura 46,548 31,182 15,366 49.28
3 Ternate 47,774 31,182 16,592 53.21
4 Manokwari 50,000 31,182 18,818 60.35
Rata-rata 44,141 31,182 12,959 42
Ekspor/ TAHUN
Impor 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Impor (Kg) 74,903,129 17,428,750 1,218,800 0 1 0 500,000 0
Pertumbuhan
-22 -77 -93 -100 - -100 - -100
Impor (%)
Ekspor (Kg) 4,438,787 8,418,274 735,688 6,588,805 5,227,863 8,665,422 8,479,801 18,279
Pertumbuhan
-11 90 -91 796 -21 66 -2 -100
Ekspor (%)
Jumlah produksi yang mencukupi kebutuhan bawang merah di dalam negeri mendorong ekspor
bawang merah ke luar negeri. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor bawang
merah Indonesia ke luar negeri pada tahun 2017 mencapai 6.588.605 Kg. Jumlah tersebut
merupakan peningkatan yang sangat pesat (796 %) dibandingkan ekspor bawang merah pada
tahun 2016 yaitu sebesar 735.688 Kg.Sedangkan pada tahun 2018 ekspor bawang merah
mencapai 5.227.863 Kilogram, jumlah tersebut lebih rendah 21 % dari jumlah ekspor bawang
merah pada tahun 2017.Pada tahun 2019 ekspor bawang merah lokal ke luar negeri adalah
sebanyak 8.665.422 Kg jumlah ekspor bawang merah pada tahun 2019 mengalami peningkatan
sebesar 66 % dibanding jumlah ekspor bawang merah pada tahun sebelumnya. Ekspor bawang
merah Indonesia sepanjang tahun 2020 (sampai dengan Bulan Desember 2020) adalah sebesar
8.479.801Kilogram jumlah ekspor bawang merah pada tahun 2020 mengalami penurunan
sebesar 2% dibandingkan dengan jumlah ekspor bawang merah pada tahun sebelumnya,
penurunan tersebut sebagian disebabkan oleh berkurangnya aktivitas ekonomi di seluruh dunia
akibat adanya pandemic Covid 19. Ekspor bawang merah Indonesia sepanjang tahun 2021
(sampai dengan Bulan April 2021) adalah sebesar 18.279 Kilogram. Angka tersebut merupakan
akumulasi jumlah ekspor pada bulan Januari sebesar 5.967Kilogram, bulan Februari sebesar
4.772 Kilogram, bulan Maret sebesar 5.077 Kilogram dan bulan April sebesar 2.463 Kilogram.
Haris Jatmiko mengatakan Kondisi tersebut selalu terjadi setiap petani di Nganjuk panen bawang
merah, dan kondisi itu cukup sulit diantisipasi karena harga bawang merah mengikuti harga
pasar.
Pemkab Nganjuk melalui Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID) terus memantau pergerakan harga
bawang merah di pasar. Namun harga bawang merah yang sekarang ini masih di kisaran Rp
25.000 per KG, diperkirakan masih aman dan sudah memberikan keuntungan kepada petani.
Tetapi kalau harga bawang merah sudah jatuh dibawah Rp 10.000 per KG saat panen raya,
dipastikan petani mengalami kerugian akibat biaya tanam yang cukup mahal sekarang ini. Ini
harus diwaspadai dan dipantau oleh TPID dengan mempersiapkan sejumlah solusi.
Haris mengatakan bahwa salah satu solusi untuk menjaga agar harga bawang merah saat panen
raya tidak terlalu jatuh adalah melakukan kerjasama pasar antar daerah. Di mana saat ini
Pemkab Nganjuk sedang melakukan penjajakan dengan Pemkab Banjarmasin, Kalimantan
Selatan.
Banjarmasin siap menerima pasokan bawang merah dari Nganjuk berapapun jumlahnya dengan
harga lebih menguntungkan. Ini merupakan salah satu solusi yang kami siapkan untuk
mengantisipasi penurunan harga saat panen raya nanti.
Komoditi bawang merah merupakan salah satu hasil pertanian andalan Nganjuk. Hanya saja
dalam beberapa waktu terakhir ini harga bawang merah mengalami penurunan akibat pasar
yang sepi setelah pandemi Covid-19.
Ke depannya, diharapkan kondisi tersebut segera membaik seiring semakin pulihnya pasar
penjualan bawang merah. Baik di pasar wilayah Nganjuk maupun wilayah luar daerah. Dengan
semakin membaiknya kondisi pasar, maka harga bawang merah hasil panen di Nganjuk bisa
memberi sedikit keuntungan
Informasi Utama
• Secara umum terjadi deflasi di bulan Juni 2021 sebesar -0,16% (mtm) dan inflasi tahun
ke tahun sebesar 1,33% (yoy). Inflasi didorong oleh adanya penurunan harga pada
empat kelompok pengeluaran.
• Andil deflasi terbesar pada bulan Juni 2021 disumbangkan oleh kelompok Makanan,
Minuman, dan Tembakau yang memberikan andil deflasi sebesar -0,18% dan deflasi
sebesar -0,71%.
• Deflasi menurut kelompok komponen bulan Juni 2021 dipengaruhi oleh komponen
volatile foods dengan andil deflasi sebesar -0,21%. Sementara komponen inti
memberikan andil inflasi sebesar 0,09%. Sedangkan komponen administered price
memberikan andil deflasi sebesar -0,04%.
• Volatile foods pada bulan Juni 2021 mengalami deflasi sebesar -1,23%, komponen inti
mengalami inflasi sebesar 0,14% dan komponen administered price mengalami deflasi
sebesar -0,21%. Deflasi volatile food terutama bersumber dari cabai merah, daging
ayam ras, cabai rawit, bawang merah, daging sapi, ayam hidup, dan deflasi
disumbangkan oleh telur ayam ras, bayam, kacang panjang, minyak goreng, sawi hijau.
Pada bulan Juni 2021 terjadi deflasi sebesar -0,16% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)
sebesar 106,46. Tingkat inflasi tahun kalender pada sampai dengan Juni 2021 sebesar 0,74%
dengan tingkat inflasi tahun ke tahun adalah sebesar 1,33%. Deflasi pada bulan Juni 2021
didorong oleh terjadinya deflasi pada empat kelompok pengeluaran.
Andil deflasi terbesar pada bulan Juni 2021 terjadi pada kelompok pengeluaran Makanan,
Minuman & Tembakau yang memberikan sumbangan deflasi sebesar -0,18%. Kelompok
pengeluaran Transportasi memberikan andil deflasi sebesar -0,04%, dan kelompok pengeluaran
Pakaian & Alas Kaki memberikan andil sebesar -0,01%. Sementara andil inflasi disumbangkan
kelompok pengeluaran Perumahan, Air, Listrik, & Bahan Bakar Rumah Tangga sebesar 0,01%,
Deflasi pada bulan Juni 2021 terjadi pada kelompok pengeluaran Makanan, Minuman &
Tembakau yang mengalami deflasi sebesar -0,71%. Deflasi juga terjadi pada kelompok
pengeluaran Pakaian & Alas Kaki sebesar -0,12%, kelompok pengeluaran Transportasi sebesar –
35%, dan kelompok pengeluaran Informasi, Komunikasi, & Jasa Keuangan sebesar -0,01%. Inflasi
terjadi pada kelompok pengeluaran Perumahan, Listrik, & Bahan Bakar Rumah Tangga sebesar
0,07%, kelompok pengeluaran Kesehatan sebesar 0,03%, kelompok pengeluaran Rekreasi,
Olahraga & Budaya sebesar 0,23%, kelompok pengeluaran Pendidikan sebesar 0,03%, kelompok
pengeluaran Penyediaan Makanan & Minuman/Restoran dengan besaran inflasi sebesar 0,24%,
dan dan kelompok pengeluaran Perawatan Pribadi & Jasa Lainnya sebesar 0,93%.
Inflasi Andil
No. RINCIAN
yoy ytd Juni ytd Juni
KELOMPOK PENGELUARAN
3 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, & BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 0.30 0.27 0.07 0.06 0.01
4 PERLENGKAPAN, PERALATAN & PEMELIHARAAN RUTIN RUMAH TANGGA 1.78 1.32 0.17 0.09 0.01
7 INFORMASI, KOMUNIKASI, & JASA KEUANGAN 0.01 -0.02 -0.01 0.00 0.00
10 PENYEDIAAN MAKANAN & MINUMAN/ RESTORAN 2.68 1.68 0.24 0.14 0.02
11 PERAWATAN PRIBADI & JASA LAINNYA 3.53 0.93 0.35 0.07 0.02
Pada bulan Juni 2021 dari 90 kota IHK terdapat 34 kota yang mengalami inflasi dan 56 kota yang
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi pada bulan Juni 2021 terjadi di Kota Singkawang dengan
tingkat inflasi sebesar 1,36% sedangkan inflasi terendah terjadi Kota Pekanbaru dan Tanjung
Selor dengan tingkat inflasi masing-masing sebesar 0,01%. Deflasi tertinggi pada bulan Juni 2021
terjadi di Kota Kupang dengan tingkat deflasi sebesar -0,89% sementara deflasi terendah terjadi
di Kota Palembang dengan tingkat deflasi sebesar -0,01%
Pulau Sumatera
Kota-kota IHK yang berada di wilayah Pulau Sumatera berjumlah 24 kota, dimana 10 kota
mengalami inflasi dan 14 kota mengalami deflasi pada bulan Juni 2021. Inflasi tertinggi di bulan
Juni 2021 terjadi di kota Tanjung Pandan sebesar 0,36%. Sementara inflasi terendah terjadi di
kota Pekanbaru tingkat inflasi sebesar 0,01%. Deflasi tertinggi terjadi di kota Bungo sebesar -
0,39% dan deflasi terendah pada bulan Juni 2021 terjadi di kota Palembang sebesar -0,01%
(Tabel 2).
Pulau Jawa
Pada bulan Juni 2021 di kota-kota IHK wilayah Pulau Jawa yang berjumlah 26 kota, 2 kota
mengalami inflasi dan 24 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi pada bulan Juni 2021 di
wilayah Pulau Jawa terjadi di Kota Malang dengan tingkat inflasi sebesar 0,08% dan inflasi
terendah di wilayah Pulau Jawa terjadi di kota Yogyakarta sebesar 0,05%. Deflasi tertinggi terjadi
di kota Sumenep sebesar -0,58%, sementara deflasi terendah terjadi di kota Cilegon sebesar -
0,02% (Tabel 3).
Inflasi/Deflasi
No Kota
Mei 2021 Juni 2021
1 Meulaboh 0.79 -0.06
2 Banda Aceh 0.17 -0.05
3 Lhoseumawe 0.19 -0.07
4 Sibolga -0.30 0.31
5 Pematang Siantar 0.08 0.23
6 Medan 0.24 0.03
7 Padangsidimpuan 0.31 -0.26
8 Gunungsitoli -0.29 -0.28
9 Padang 0.19 -0.16
10 Bukittinggi 0.26 -0.26
11 Tembilahan 0.01 -0.32
12 Pekanbaru -0.04 0.01
13 Dumai 0.65 0.02
14 Bungo 0.21 -0.39
15 Jambi 0.39 -0.20
16 Palembang -0.02 -0.01
17 Lubuklinggau 0.34 -0.08
18 Bengkulu 0.11 0.31
19 Bandar lampung 0.09 0.20
20 Metro 0.64 0.07
21 Tanjung Pandan 0.52 0.36
22 Pangkalpinang 0.23 0.23
23 Batam 0.26 -0.15
24 Tanjung Pinang 0.03 -0.02
Kota-kota IHK yang berada di luar Pulau Jawa dan Sumatera berjumlah 40 kota. Pada bulan Juni
2021 terdapat 22 kota yang mengalami inflasi dan 18 kota yang mengalami deflasi. Inflasi
tertinggi terjadi di Kota Singkawang dengan nilai inflasi sebesar 1,36%. Sementara inflasi
terendah terjadi di Kota Tanjung Selor dengan nilai inflasi sebesar 0,01%. Deflasi tertinggi pada
bulan Juni 2021 di terjadi di kota Kupang dengan nilai deflasi sebesar -0,89% dan deflasi
terendah terjadi di Kota Bulukumba dan Parepare dengan nilai deflasi masing-masing sebesar -
0,04% (Tabel 4).
Inflasi berdasarkan komponen disampaikan BPS dalam lima kelompok yaitu komponen Inti,
Harga yang Diatur Pemerintah atau Administered Prices, Bergejolak atau Volatile Foods, Energi,
dan Bahan Makanan. Inflasi Inti adalah komponen inflasi yang cenderung menetap atau
persisten di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi
permintaan-penawaran; lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi
mitra dagang; ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen. Inflasi Komponen Bergejolak
(Volatile Food) adalah Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok
bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas
pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional. Inflasi
Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered Prices) adalah Inflasi yang dominan
dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM
bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dan lainnya.
Umum -0.16
% (mtm)
Inti Administered Volatile Food
2.00 1.70
1.50 1.38
0.90
1.00 0.77
0.50 0.38
0.24 0.22 0.14
0.02
0.00
-0.09
-0.50 -0.21
-1.00
-1.50 -1.23
Juni Juni Juni Juni
Deflasi yang terbentuk pada komponen Bahan Makanan di bulan Juni 2021 adalah sebesar -
1,10% dengan andil deflasi sebesar -0,20%. Pada bulan Mei 2021, komponen Bahan Makanan
mengalami inflasi sebesar 0,46% dengan andil pada inflasi sebesar 0,09%. Andil inflasi tertinggi
pada komponen Bahan Makanan di bulan Juni 2021 terjadi pada komoditi telur ayam ras
sedangkan andil deflasi tertinggi disumbangkan oleh komoditi cabai merah (Tabel 6).
8.77
Beras Medium 8.91
5.38
Gula Pasir 5.69
6.61
Minyak Goreng Kemasan 6.36
9.32
Daging Sapi 9.74
12.91
Daging Ayam Ras 13.28
13.79
Telur Ayam Ras 12.29
18.39
Bawang Merah 20.24
18.42
Bawang Putih 20.68
39.85
Cabai Merah Biasa 47.63
35.12
Cabai Rawit Merah 36.29
Harga beberapa komoditi pangan pada bulan Juni 2021 menunjukkan penurunan jika
dibandingkan dengan harga pada bulan Mei 2021 (Tabel 7). Sementara beberapa komoditi
menunjukkan peningkatan disparitas harga di bulan Juni 2021 dibandingkan bulan Mei 2021
(Gambar 2). Peningkatan disparitas harga terjadi pada komoditi beras medium, gula pasir,
daging sapi, daging ayam ras, bawang merah, bawang putih, cabai merah biasa, dan cabai rawit
merah. Disparitas yang cukup besar terjadi pada komoditi holtikultura karena sifatnya tidak
tahan lama dan pasokan yang relatif tidak stabil.
Berdasarkan data inflasi bulanan sejak tahun 2016 menunjukkan bahwa nilai inflasi cenderung
berfluktuasi dengan pola tertentu. Perkembangan inflasi cenderung menunjukkan peningkatan
di bulan-bulan Ramadan dan Lebaran serta di akhir tahun yang cenderung berulang setiap
tahun. Tabel 8 menunjukkan data perkembangan inflasi bulan ke bulan (mom) sejak Januari
2016 sampai Juni 2021. Pada bulan Juni 2021 terjadi deflasi sebesar -0,16% dimana terjadi
penurunan harga jika dibandingkan dengan bulan Mei 2021 yang mengalami inflasi sebesar
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri 133
0,32%. Deflasi yang terjadi pada bulan Juni menunjukkan terjadinya penurunan permintaan
setelah berakhirnya puasa dan lebaran.
Inflasi (%)
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Jan 0.51 0.97 0.62 0.32 0.39 0.26
Feb -0.09 0.23 0.17 -0.08 0.28 0.10
Mar 0.19 -0.02 0.20 0.11 0.10 0.08
Apr -0.45 0.09 0.10 0.44 0.08 0.13
Mei 0.24 0.39 0.21 0.68 0.07 0.32
Juni 0.66 0.69 0.59 0.55 0.18 -0.16
Juli 0.69 0.22 0.28 0.31 -0.10
Agus -0.02 -0.07 -0.05 0.12 -0.05
Sept 0.22 0.13 -0.18 -0.27 -0.05
Okt 0.14 0.01 0.28 0.02 0.07
Nov 0.47 0.20 0.27 0.14 0.28
Des 0.42 0.71 0.62 0.34 0.45
Sumber: BPS, Juii 2021 (diolah)
Ket: 2016 : Puasa jatuh pada bulan Juni dan Juli
2017 – 2019 : Puasa jatuh pada bulan Mei dan Juni
2020 – 2021 : Puasa dan Lebaran jatuh pada bulan April dan Mei
Telur ayam ras menjadi komoditi pangan penyumbang inflasi terbesar pada bulan Juni 2021.
Peningkatan harga pada telur ayam ras di bulan Juni 2021 terjadi setelah Ramadan dan Idul Fitri.
Peningkatan biaya produksi telur ayam karena tingginya harga pakan menjadi salah satu
penyebab kenaikan harga telur ayam ras. Komponen pakan ayam petelur baik yang berasal dari
impor seperti bungkil kedelai maupun yang berasal dari domestik seperti jagung mengalami
peningkatan harga.
Deflasi terjadi pada bulan Juni 2021 yang didorong oleh penurunan harga pada komoditi pangan
dan tarif angkutan transportasi. Deflasi pada komoditi pangan terjadi karena permintaan
masyarakat cenderung turun setelah bulan Ramadan dan Idul Fitri. Kebijakan menerapkan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat yang dilaksanakan pada
awal Juli 2021 dalam rangka menekan kasus Covid-19 diperkirakan akan mempengaruhi
permintaan komoditas pangan.
Tindak Lanjut
Langkah-langkah antisipatif dalam menjaga perkembangan harga yang wajar perlu dilakukan
terutama saat akan diberlakukannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau
PPKM Darurat. Langkah yang dapat ditempuh secara umum yaitu dengan stabilisasi harga serta
pasokan diantaranya melalui upaya-upaya sebagai berikut:
- Pemantauan harga bahan pokok secara intensif untuk menangkap sinyal diluar kebiasaan
agar dapat segera dilakukan antisipasi.
- Melakukan pemantauan dan pengawasan pada pasokan dan penyaluran bahan pokok ke
produsen dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk menjamin ketersediaan
barang pokok dan mencegah terjadinya penimbunan agar harga yang terbentuk benar-
benar mencerminkan permintaan dan penawaran.
- Menjamin kecukupan stok di dalam negeri dalam rangka mengantisipasi fluktuasi harga
lebih lanjut dan menyiapkan langkah importasi jika pengadaan dalam negeri belum
mencukupi terutama untuk komoditi pangan yang sebagian besar berasal dari impor.
- Penyediaan dan penyebaran informasi pasokan bapok yang akurat baik kepada pemerintah
daerah maupun pelaku usaha sehingga perdagangan antar wilayah surplus dan defisit dapat
ditingkatkan. Dengan demikian diharapkan disparitas harga akan menurun.
- Memastikan kelancaran distribusi bapok melalui pengawasan dan pemanfaatan sarana
distribusi seperti Tol Laut dan Gerai Maritim untuk moda laut serta bekerjasama dan
berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, BUMN, dan Kepolisian.