Anda di halaman 1dari 5

LO 1: EMBRIOLOGI KULIT

EMBRIOLOGI SUSUNAN KULIT

 KULIT MEMPUNYAI ASAL GANDA

 Ektoderm => berkembang menjadi epidermis


 Mesoderm => berkembang menjadi dermis
 Perkembangan Epidermis
Pada mulanya, mudigah diliputi selapis tunggal sel ectoderm
Akhirnya minggu ke 7, permukaan ektoderm terdiri atas epitelium kuboid
Epitel ini membelah menjadi :
 Periderm = lapisan luar yang terdiri atas sel squamosa
 lapisan basalis = lapisan ini akan membentuk stratum basalis dan lapisan kulit lainnya

 Sebelum minggu 11, sel lapisan basalis membentuk lapisan intermediet yang
berkembang menjadi :

- Stratum germinativum / stratum basaleakan menghasilkan sel baru. Kelak akan membentuk rigi
dan lekuk yang direflexikan sebagai sidik jari
- stratum spinosumberisi sel besar
-Stratum Granulosum = mengandung butir kecil kerato hialin
-Stratum corneum = terbentuk sebelum minggu ke 21
Selama periode fetal, periderm akhirnya mengelupas dan bercampur dengan sebumyang
disekresikan oleh glandula sebasea,yang disebut vernix caseosa yang bergunamemproteksi kulit
fetus
 Melanosit
 Berasal dari sel crista neural yang disebut melanoblast yang menyusup ke epidermis
 Melanoblast berdeferensiasi menjadi melanosit ± 40 – 50 hari sesudah fertilisasi dan
mulai memproduksi melanin

 Dermis ,Berasal dari mesoderm


 Selama periode embrionik, berkembang menjadi mesenkim dan menonjol ke ekdoderm
 ± 11 minggu, sel mesenkim membentuk komponen dermis
 Pembentukan jaringan kolagen dan elastin menyebabkan pelipatan pada batas dermis dan
epidermis, sehingga membentuk papila dermis,
 Sebelum akhir trimester I, papila ini mempunyai kapiler
 Lapisan dermis yang lebih dalam (sub korium) mengandung jaringan lemak.

Referensi:
Prof. DR. dr. Hj. Yanwirasti, PABAGIAN ANATOMIFakultas Kedokteran Universitas Andalas
EMBRIOLOGI HIDUNG

Perkembangan rongga hidung secara embriologi yang mendasari pembentukan anatomi


sinonasal dapat dibagi menjadi dua proses.
1. Embrional bagian kepala berkembang membentuk dua bagian rongga hidung yang
berbeda.
2. Bagian dinding lateral hidung yang kemudian berinvaginasi menjadi kompleks padat,
yang dikenal dengan konka (turbinate), dan membentuk ronga-rongga yang disebut
sebagai sinus.

 Rongga hidung
Sejak kehamilan berusia empat hingga delapan minggu, perkembangan embrional anatomi
hidung mulai terbentuk dengan terbentuknya rongga hidung sebagai bagian yang terpisah yaitu
daerah frontonasal dan bagian pertautan prosesus maksilaris. Daerah frontonasal nantinya akan
berkembang hingga ke otak bagian depan, mendukung pembentukan olfaktori. Bagian medial
dan lateral akhirnya akan menjadi nares (lubang hidung). Septum nasal berasal dari pertumbuhan
garis tengah posterior frontonasal dan perluasan garis tengah mesoderm yang berasal dari daerah
maksilaris.

 Dinding hidung
Ketika kehamilan memasuki usia enam minggu, jaringan mesenkim mulai terbentuk, yang
tampak sebagai dinding lateral hidung dengan struktur yang masih sederhana. Usia kehamilan
tujuh minggu, tiga garis axial berbentuk lekukan bersatu membentuk tiga buah konka (turbinate).
Ketika kehamilan berusia sembilan minggu, mulailah terbentuk sinus maksilaris yang diawali
oleh invaginasi meatus media. Dan pada saat yang bersamaan terbentuknya prosesus unsinatus
dan bula ethmoidalis yang membentuk suatu daerah yang lebar disebut hiatus emilunaris. Pada
usia kehamilan empat belas minggu ditandai dengan pembentukan sel etmoidalis anterior yang
berasal dari invaginasi bagian atap meatus media dan sel ethmoidalis posterior yang berasal dari
bagian dasar meatus superior. Dan akhirnya pada usia kehamilan tiga puluh enam minggu,
dinding lateral hidung terbentuk dengan baik dan sudah tampak jelas proporsi konka. Seluruh
daerah sinus paranasal muncul dengan tingkatan yang berbeda sejak anak baru lahir,
perkembangannya melalui tahapan yang spesifik. Yang pertama berkembang adalah sinus
etmoid, diikuti oleh sinus maksilaris, sfenoid , dan sinus frontal.

SINUS MAKSILA
1. Embriologi dan perkembangan
Pada bulan ketiga kehidupan embrio, sinus maksila terbentuk, dimulai dari suatu invaginasi
mukosa meatus media ke arah lateral dan ke arah korpus maksila os maksila. Perubahan-
perubahan progresif pada dinding hidung lateral dengan pembentukan sinus paranasal terjadi
secara simultan dengan perkembangan palatum. Pada hari ke 40 dari fetus sewaktu
perkembangan rongga hidung, maka lekukan horizontal (horizontal groove) nampak pada
dinding leteral, yang kemudian akan membentuk meatus medius dan inferior. Profilerasi
mesenchym maxillo turbinate, menonjol kedalam lumen dan kemudian menjadi konka inferior.
Konka yang lebih atas berkembang dari lipatan etmoid turbinate yang tampak kemudian.
Perkembangan sinus terjadi ketika lipatan konka terbentuk. Ini merupakan proses lambat,
yang berlanjut sampai terhentinya pertumbuhan tulang pada awal kehidupan dewasa. Dari
keempat sinus paranasal, hanya sinus maksila dan etmoid yang ada waktu lahir. Sinus maksila
tampak pertama kali seperti suatu depresi ektodermal tepat diatas prosesus unsinatus pada konka
inferior. Pada saat lahir rongga sinus maksila berbentuk tabung dengan ukuan 7 x 4 x 4 mm,
ukuran posterior lebih panjang daripada anterior, sedangkan ukuran tinggi dan lebar hampir sama
panjang. Dengan kecepatan pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 2-3 mm ke arah vertikal dan
kearah posterior, maka pada usia 8 tahun rongga sinus maksila telah mencapai meatus inferior.
Pada usia 10 – 12 tahun dasar sinus maksila telah mencapai tinggi yang sama dengan dasar
kavum nasi. Di atas umur 12 tahun pertumbuhan sinus maksila ke arah inferior, berhubungan
erat dengan erupsi gigi permanen, sehingga ruang yang semula ditempati oleh tugas-tugas gigi
permanen akan mengalami pneumatisasi yang mengakibatkan volume sinus maksila bertambah
besar ke arah inferior. Pada umur 18 – 19 tahun erupsi gigi permanen telah lengkap dan
diperkirakan pertumbuhan sinus maksila telah selesai.

 Ballenger JJ. The Clinical Anatomy and Phisiology of The Nose and Accessory Sinuses.
 Ballenger JJ (Eds). Diseases of the nose, throat, ear,head and neck. 13th ed. Philadelphia
1985, 1 – 25.
 Edward W Chang. Nose Anotomy . Nose Anotomy from Otolaryngology and Facial
Plastic Surgery?Anatomy; 1-7

Anda mungkin juga menyukai