Anda di halaman 1dari 4

Nama : Neha Febrianti

NIM : 21102220021

Prodi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Matkul : Pengantar Ilmu Pertanian

Dosen pembimbing : Ir Palupi Puspitorini MP

Tugas Resume

Antisipasi dan Kesiapan Menyongsong Musim Hujan 2021/2022 dalam Budidaya


Pangan (PAJALE)

 Materi 1 : Waspada La Nina dan Perkiraan Musim Hujan 2021/2022


Narasumber : DR. Ir. DODO GUNAWAN, DEA

Secara lebih awal BMKG telah merilis perkiraan musim hujan 2021/2022 pada bulan
September. Fenomena La nina sendiri sudah mulai terdeteksi melalui index-index yang
memperlihatkan bahwa Indonesia akan kedatangan badai besar ini. Peristiwa badai ini bukanlah
yang pertama kali, Indonesia pernah dilandai badai El Nino yang cukup dasyat pada tahun 2015
sedangkan pada tahun 2020 yang lalu La nina kembali menyambangi Indonesia dan memberikan
dampak yang cukup besar. Berdasarkan hasil pemantauan dan pembelajaran pada tahun-tahun
sebelumnya diprediksi tahun ini akan ada pola kemiripan dengan La Nina 2020/2021 sehingga
Fenomena La Niña akan terjadi mulai pada periode Agustus dan bertahan hingga periode April.

Dari beberapa catatan history monitoring hujan yang BMKG peroleh tahun lalu, sebagian
besar pos hujan mencatat peningkatan curah hujan (anomali positif), sebagian diantaranya hingga
20 sd 70%. Maka dapat dianalogikan bahwa akhir tahun ini dan awal tahun depan kurang lebih
akan ada pola yang sama dan dampak peningkatannya juga sama besar seperti tahun lalu
sehingga tingkat kewaspadaan pada bulan-bulan ini harus ditingkatkan. Dalam sektor pertanian,
fenomena La Nina memberikan dampak dua sisi yakni dalam potensi kebencanaan dan
pemanfaatan berkah curah hujan untuk musim tanam dan aktivitas penanaman. Hal ini tentu
menjadi sarana beajar para petani untuk pengantisipasian dampak negatif sekaligus pemanfaatan
dampak positif.

Umumnya curah hujan pada Dasarian II Oktober 2021 berada kriteria Rendah- Menengah
(0 – 150 mm/dasarian). Curah hujan tinggi dan sangat tinggi (> 150 mm/dasarian) . Perkiraan
musim yang telah dibuat oleh BMKG tahun lalu sudah langsung digunakan oleh kementan
sebagai hitungan kalendar tanam. Menurut data, perkembangan awal musim hujan 2021-2022
sebanyak 20% wilayah sudah masuk musim penghujan. Walaupun begitu BMKG terus
memantau perkembangan musim sekaligus mencatat hari tanpa hujan.

Prakiraan Curah Hujan Tahun 2021-2022.

 November – Desember pada umumnya berada pada kategori menengah - tinggi. Curah
hujan sangat tinggu (>500mm/bulan) diprakirakan terjadi di NAD bagian barat,
SUmatera Utara bagian barat, SUmatera Barat bagian selatan, Bengkulu bagian selatan,
Jawa Barat bagian selatan, Sulawesi Barat bagian tengah, dan Papua bagian tengah.
 Januari 2022– Februari 2022 pada umumnya berada pada kategori menengah - tinggi.
Curah hujan sangat tinggi (>500mm/bulan) diprakirakan terjadi di Sulawesi Tenggara
bagian utara, Papua barat bagian tengah dan Papua bagian tengah.
 Maret 2022 – April 2022 pada umumnya berada pada kategori menengah - tinggi. Curah
hujan sangat tinggi (>500mm/bulan) diprakirakan terjadi di Papua Barat bagian tengah
dan Papua bagian tengah.
Ringkasan Antisipasi La Nina yaitu :
o Berdasarkan monitoring BMKG saat ini nilai anomali ENSO telah melewati ambang
batas La Nina, (-0.92) pada Dasarian II Oktober 2021.
o La nina diprediksi terus berkembang intensitas lemah - sedang, setidaknya hingga
Februari2022.
o Dari kejadian La Nina tahun 2020 lalu, menunjukkan bahwa curah hujan mengalami
peningkatan pada NovemberDesember-Januari terutama di wilayah Sumatera bagian
selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan,
berkisar antara 20 - 70% di atas normalnya. La Nina tahun ini diprediksikan memiliki
dampak yang relative sama.
 Materi 2 : Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perkembangan OPT
Narasumber : Ir. ERNI SUSANTI, M.Sc

Tantangan terbesar penduduk Indonesia pada abad ini adalah bagaimana produksi
pangan bisa mencapai target, seiring dengan semakin seringnya kejadian iklim ekstrim dan
pertumbuhan penduduk yang demikian cepat. Sementara untuk mencapai target tersebut dibatasi
oleh area pertanian, ketersediaan air, kesuburan tanah yang semakin menurun, dan dampak
perubahan iklim terhadap sub sektor tanaman pangan. Kejadian iklim ekstreme di sektor
pertanian menyebabkan banjir, kekeringan dan serangan hama penyakit tanaman.

Dampak Serangan Iklim Ekstrem Terhadap Tanaman Padi:

 Produksi padi meningkat akibat perkembangan teknologi

 Kejadian iklim ekstem El Nino dan La nina menyebabkan penurunan produksi yang
signifikan
 Perbedaan luas tanam padi pd El Niño 1982/83 dan La Niña 1975/76 : 800 ribu ha, setara
dengan 3,5 juta ton atau 7% total produksi padi tahunan (Naylor et al.,2002), .
 Pd El Niño kuat 1997/1998, Mei-September 1997 terjadi penurunan luas tanam 925 ribu
ha yang menyebabkan penurunan produksi padi pd Sept 1997–April 1998 mencapai 4,8
juta ton.
 Kenaikan 1oC anomali SPL Niño 3.4 pada Agustus menyebabkan penurunan produksi
padi nasional 1.318 juta ton (Falcon et al, 2004)

Analisis Top-k OPT Dominan berguna untuk dengan cepat mengidentifikasi OPT
dominan pada setiap komoditi, di setiap wilayah dan pada setiap tahun. Dapat dengan cepat
mengidentifikasi OPTyang pernah dominan kemudian hilang atau sebaliknya sehingga dapat
dijadikan indikasi awal apakah keberadaannya berkaitan dengan kondisi iklim (curah hujan,
suhu, atau pun ketinggian tempat). Contoh di kec Larangan : OPT Krapak tidak pernah ada lagi
setelah 1998, sedangkan penggorok daun yang sebelum 1999 tidak pernah ada menjadi OPT
dominan setelah 1999.
Maka upaya yang dapat diambil untuk adaptasi perubahan iklim terhadap hama penyakit
hama dan juga dalam enangguangi kemunculan fenomena La Nina yakni yang pertama
menggunakan kalendar tanam, standing crop, meninjau varietas dan pupuk.

 Materi 3 : Ramalan OPT Pangan (Padi Jagung dan Kedelai) MT 2021/2022 di


Indonesia
Narasumber: SUWARMAN, S.P

Ramalan serangan OPT utama padi Mt. 2021/2022 di Indonesia yakni penggerak batang
padi, tikus, hawar daun bakteri, blas, wereng batang cokelat, tungro. Sedangkan ramalan
serangan OPT utama jagung yakni S.frugiperda, tikus, spodoptera sp, bulai, penggerek batang,
penggerek tongkol, lalat bibit. Untuk ramalan serangga OPT utama kedelai diantaranya adlah
ulat grayak, penggulung daun, penggerek polong, tikus, ulat jengkal, lalat kacang.

Diantara banyaknya ramalan serangga, maka perlu adanya upaya pengendallian hama
terpadu. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah pendekatan ekologis secara luas untuk
pengelolaan populasi / serangan OPT dengan mengkombinasikan beragam teknik pengendalian
yang kompatibel, sehingga kerusakan ekonomi dapat terhindarkan dan akibat-akibat yang
merugikan dapat diminimalkan. PHT adalah suatu teknik pengendalian opt yang ramah
lingkungan dengan menggunakan strategi pencegahan jangka panjang dan penyeimbangan
lingkungan

Anda mungkin juga menyukai