Anda di halaman 1dari 5

 Konsep Umum Kewajiban

A. Pengertian Liabilitas

FASB (Financial Accounting Standard Board) mendefinisikan liabilitas sebagai pengorbanan


manfaat ekonomi masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu
kesatuan usaha untuk mentransfer aset.

Menurut IFRS (PSAK 57), Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari sumber
daya perusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.

Dengan kata lain, liabilitas merupakan suatu usaha yang harus dikeluarkan karena sebab adanya
transaksi atau peristiwa di masa lalu yang diharapkan dapat mendatangkan manfaat ekonomi di
masa mendatang.

Jadi, dapat dikatakan pula kalau liabilitas atau yang biasa kita sebut dengan kewajiban atau
utang ini, berhubungan dengan asset. Aset yang kita kuasai dapat menimbulkan kewajiban, dan
timbulnya kewajiban dapat dibarengi dengan pengakuan asset.

B. Faktor Muncul atau Terjadinya Liabilitas atau Kewajiban

Menurut Kohler (1970), hutang atau liabilitas terjadi karena beberapa faktor berikut ini:

1. Kewajiban legal/kontrak (contractual liabilities)

Kewajiban legal adalah hutang yang timbul karena adanya ketentuan formal berupa peraturan
hukum untuk membayar kas atau menyerahkan barang (jasa) kepada entitas tertentu.

2. Kewajiban konstruktif (constructive liabilities)

Kewajiban konstruktif timbul karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan untuk tujuan/kondisi
tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan melalui perjanjian tertulis untuk membayar
sejumlah tertentu di masa yang akan datang.

3. Kewajiban equitable

Kewajiban equitable adalah hutang yang timbul karena adanya kebijakan yang diambil oleh
perusahaan karena alasan moral/etika dan perlakuannya diterima oleh praktik secara umum.
C. Jenis-jenis Liabilitas

Liabilitas terbagi menjadi tiga: liabilitas lancar, liabilitas tidak lancar, dan kontinjensi.

1. Liabilitas lancar (liabilitas jangka pendek)

Liabilitas lancar merupakan kewajiban yang jatuh tempo pembayarannya dalam kurun waktu
satu tahun. Contohnya: akun hutang, hutang bunga, hutang pajak penghasilan, biaya yang masih
harus dibayar.

2. Liabilitas tidak lancar (liabilitas jangka panjang)

Liabilitas yang periode atau waktu terhutangnya selama lebih dari satu tahun. Misalnya 10
tahun. Liabilitas ini salah satu sumber penting bagi perusahaan. Perusahaan biasanya
mengambil hutang jangka Panjang untuk mendapatkan modal langsung untuk membiayai
pembelian asset modal atau melakukan investasi dalam proyek-proyek modal baru. Contoh
hutang jangka Panjang ini yaitu: hutang obligasi, hutang hipotek, sewa modal, wesel jangka
Panjang, dan kewajiban pajak tangguhan.

3. Kontinjensi

Kewajiban potensial yang mungkin terjadi tergantung pada hasil dari peristiwa masa depan yang
tidak sepenuhnya berada dalam kendali suatu entitas. Liabilitas ini dapat juga disebut sebagai
liabilitas atau kewajiban bersyarat. Dikatakan sebagai bersyarat karena kewajiban sosial seorang
penjamin, atau bisa juga karena sebab perkara hukum yang tertunda yang memiliki kewajiban
keuangan potensial.

 Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Liabilitas

1. Pengakuan

Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang
sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus dievaluasi atas dasar kaidah
pengakuan.

Sebelum masuk ke pembahasan kaidah atau aturan pengakuan kewajiban, kewajiban ini melalui
3 tahap perlakuan, yaitu:

a. Penanggungan (pengakuan terjadinya)


b. Penelusuran, dan
c. Pelunasan (penyelesaian)

Dalam hal kewajiban, penelusuran berarti penentuan status dan jumlah rupiah kewajiban setiap
saat.
Penentuan biaya setiap saat (termasuk pada tanggal neraca) dapat disebut dengan penilaian
kewajiban. Begitu terjadi dan dicatat atau diakui, kewajiban adalah akan tetap menjadi
kewajiban sampai perusahaan menyelesaikannya. Atau sampai adanya transaksi atau kejadian
yang membatalkannya ata yang membebaskan kesatuan usaha dari keharusan untuk
melunasinya.

Kaidah Pengakuan Kewajiban

Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah mengikat. Dalam
hal kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu pihak memanfaatkan atau
menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi kewajibannya (to perform).

Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya belum dicatat
sebagai aset sebelumnya.

Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk menggunakan barang
dan jasa diperoleh.

Pada akhirnya periode karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian. Pengakuan
ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akrual (accrued liabilities).

2. Pengukuran

Pengakuan dilakukan setelah suatu kewajiban terukur dengan cukup pasti. Penentuan kos
kewajiban pada saat terjadi paralel dengan pengukuran asset. 

Terjadinya kewajiban pada umumnya disertai dengan pemerolehan asset atau timbulnya biaya.
Pemerolehan asset dapat berupa penguasaan barang dagangannya atau asset nonmoneter
lainnya yang terjadi dari transaksi pembelian. 

Pemerolehan asset dapat juga berupa kas yang terjadi dari transaksi peminjaman (penerbitan
obligasi) atau penerimaan uang muka untuk barang atau jasa. 

Oleh karena itu pengukur yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat
terjadinya adalah penghargaan sepakatan (meansured considerations) dalam transaksi-transaksi
tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini berlaku
khususnya untuk kewajiban jangka panjang.

Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material sehingga jumlah
rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik
(kas) masa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos pendanaan (financing
cost) atau kos penundaan (bunga sebagai nilai waktu uang) dianggap material.

Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai sekarang
(current value) kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik seandainya
kewajiban dilunasi pada saat terjadinya. Dengan demikian, bisnis pencatatan kewajiban adalah
nilai setara tunai bukan nilai nominal utang.

3. Penyajian dan Pengungkapan

Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan kelancarannya sejalan
dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar disajikan menurut urutan likuiditas
sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka
pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. 

PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai
kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut
adalah diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan,
atau jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.

Penyajian Kewajiban Lancar, dalam prakteknya kewajiban lancar biasanya dicatat dalam catatan
akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh temponya. Karena
singkatnya priode waktu yang terlibat, yang sering kali kurang dari satu tahun. 

Akun kewajiban lancar biasanya disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban
dan ekuitas pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu dapat
dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut prefensi
likuiditasnya.

Penyajian hutang jangka panjang, perusahaan yang mempunyai banyak terbitan hutang jangka
panjang dalam jumlah besar seringkali hanya melaporkan satu akun dalam neraca dan
mendukungnya dengan komentar serta skedul dalam catatan yang menyertainya.

Pengungkapan catatan umumnya berisi dari kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi
penarikan, pembatasan yang dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan
sebagai jaminan.

4. Akuntansi Kewajiban di SKPD

1)Pihak-Pihak terkait

Pihakpihak yang terkait dalam prosedur akuntansi kewajiban SKPD

Adalah

a)Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD) 

b)Pejabat Pelaksana teknis Kegizatan (PP7K)


2)langkah-langkah teknis

Ketika SKPD melakukan suatu transaksi pembelian barang dan jasa


yangt e l a h   d i l a k s a n a k a n   d a n   p e l u n a s a n   b e l u m   d i l a k u k a n .   P P K - S K P D
akan
mengakui adanya utang;kewajiban akibat transaksi tersebut dengan
mencatat beban...(sesuai rincian objek terkait) di debit dan utang
"belanja di kredit

Anda mungkin juga menyukai